Anda di halaman 1dari 7

JSIP 1 (2) (2012)

Journal of Social and Industrial Psychology


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/sip

GAMBARAN TRANS DISOSIATIF PADA MAHASISWI

Harsono

Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Fenomena trans disosiatif di Indonesia dari tahun ketahun mengalami peningkatan. Trans disosiatif di Indonesia
Diterima September 2012 lebih dikenal dengan fenomena kesurupan. Kesurupan biasa terjadi pada wanita usia muda sampai dewasa awal.
Disetujui Oktober 2012 Dimana masa itu penuh dengan storm and distress. Saat seorang mengalami trans disosiatif tentunya ada sebab-
sebab yang melatar belakangi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
Dipublikasikan
Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswi yang pernah mengalami kesurupan berjumlah dua orang. Hasil
Nopember 2012
penelitian ini menunjukkan bahwa trans disosiatif yang dialami kedua subyek didasari karena konflik yang
________________ menyebabkan stres emosional.
Keywords:
Dissociative Trance; Trance;
College Student
Abstract
____________________ ___________________________________________________________________
Dissociative trance phenomena in Indonesia has increased from year to year. Dissociative trance in Indonesia is better known
as the possession phenomenon. Trance is common in young women until early adulthood. Where the future is full of storm and
distress. When a dissociative trance of course there are the causes of the background. This study uses a qualitative case study
approach. The subjects in this study were college students who had experienced a two-person possessed. Results of this study
indicate that both experienced dissociative trance subjects constituted by conflict that causes emotional stress.

© 2012 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2252-6838
Gedung A1 Lantai 2 FIP Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: son-son.rar@hotmail.com

59
Harsono / Journal of Social and Industrial Psychology 1 (2) (2012)

PENDAHULUAN seakan-akan dikuasai oleh kepribadian lain,


kekuatan ghaib, malaikat atau “kekuatan lain”
Kesehatan mental merupakan modal (Maslim, 2002: 82).
utama kehidupan seorang manusia. Tanpa Kriteria diagnostik untuk gangguan trans
mental yang sehat, seorang manusia tidak dapat disosiatif menurut DSM IV TR (2000), yaitu:
melaksanakan tugas kemanusiaannya dengan a) Salah satu (1) atau (2):
baik. Seseorang dalam keadaan kesehatan 1. Trance, yaitu perubahan keadaan
mental, memiliki perasaan diri (sense of self) yang kesadaran atau hilangnya rasa identitas
utuh sebagai manusia dengan kepribadian dasar pribadi yang biasanya terjadi secara
yang tunggal. Manusia yang sehat tidak hanya sementara dan jelas tanpa penggantian
sehat secara fisik, tetapi juga sehat secara psikis. oleh identitas pengganti, disertai dengan
Bebas dari gangguan adalah indikasi manusia sekurangnya satu dari berikut:
yang bermental sehat. Ada berbagai macam a. Penyempitan kesadaran tentang
gangguan mental (mental disorder), salah satunya sekeliling, atau penyempitan dan
adalah gangguan trans disosiatif (dissociative pemusatan perhatian selektif yang
trance disorder) yang termasuk dalam gangguan tidak biasanya terhadap stimuli
jiwa ringan. Fenomena disosiatif dikenal dengan lingkungan.
istilah kesurupan. Kesurupan dipercaya oleh b. Perilaku atau gerakan stereotipik yang
masyarakat sebagai suatu keadaan yang terjadi dirasakan di luar kendali orang
bila roh yang lain memasuki seseorang dan tersebut.
menguasainya sehingga orang itu menjadi lain 2. Trance kesurupan (possession trance), suatu
dalam hal bicara, perilaku dan sifatnya. perubahan tunggal atau episodik dalam
Perilakunya menjadi seperti ada kepribadian lain keadaan kesadaran yang ditandai oleh
yang memasukinya. Kepercayan sebagian besar penggantian rasa identitas pribadi yang
manusia akan keberadaan alam ghaib dan roh lain dengan identitas pribadi. Hal ini
telah berlangsung sejak lama, keyakinan ini juga dipengaruhi oleh suatu roh, kekuatan,
dikuatkan lagi oleh berbagai budaya serta agama dewa, atau orang lain, seperti yang
yang ada dan di wariskan secara turun temurun. dibuktikan oleh satu (atau lebih) berikut
Berdasarkan jenis kelamin, perempuan ini:
mempunyai risiko lebih besar mengalami trans a. Perilaku atau gerakan stereotipik dan
disosiatif dibandingkan laki-laki. Kondisi trans ditentukan secara kultural yang
biasanya terjadi pada perempuan dan seringkali dirasakan sebagai pengendalian oleh
dihubungkan dengan stress atau trauma (Barlow makhluk lain yang memasuki
dan Durand, 2002: 177). Hal ini terbukti dari (possessing agent).
kasus-kasus yang terjadi sebagian besar adalah b. Amnesia penuh atau sebagian
perempuan. Hal ini mungkin karena perempuan terhadap kejadian.
lebih sugestible atau lebih mudah dipengaruhi b) Keadaan trance atau trance kesurupan adalah
dibandingkan laki-laki. Orang yang sugestible ini tidak diterima sebagai bagian normal dari
lebih berisiko untuk disosiasi atau juga menjadi praktek cultural atau religius kolektif.
korban kejahatan hipnotis. c) Keadaan trance atau trance kesurupan
menyebabkan penderitaan yang bermakna
Trans Disosiatif secara klinis atau gangguan dalam fungsi
sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
Trans disosiatif adalah gangguan yang
menunjukkan adanya kehilangan sementara Penyebab Trans Disosiatif
aspek penghayatan akan identitas diri dan
kesadaran terhadap lingkungannya, dalam Kartono (1981: 86) menyebutkan
beberapa kejadian individu tersebut berperilaku penyebab trans disosiatif adalah faktor
60
Harsono / Journal of Social and Industrial Psychology 1 (2) (2012)

psikologis dan kultural yang menimbulkan a. Umumnya mereka itu sangat egoistis dan
munculnya stres dan ketegangan kuat yang selfish. Mereka selalu ingin “semau-gue”.
kronis pada seseorang. Selain itu faktor-faktor Mereka itu semisal anak-anak manja yang
penyebabnya adalah: jahat. Selalu menginginkan banyak
a) Predisposisi pembawaan berupa sistem perhatian. Mereka selalu mengharapkan
syaraf yang lemah. banyak pujian-pujian dan cinta kasih. Atau
b) Tekanan-tekanan mental (stres) yang mereka itu adalah pribadi-pribadi yang
disebabkan oleh kesusahan, kekecewaan, merasa tidak bahagia.
shocks dan pengalaman-pengalaman pahit b. Sangat suggestible, mudah terpengaruh, sangat
yang menjadi trauma. sensitive terhadap pendapat orang lain. Dan
c) Disiplin dan kebiasaan hidup yang salah. Hal selalu ingin melakukan semua sugesti
ini mengakibatkan kontrol pribadi yang tersebut untuk memperoleh attentive atau
kurang baik, atau memunculkan integrasi perhatian, persetujuan dan pujian.
kepribadian yang sangat rapuh. c. Memiliki emosi-emosi yang kuat. Mereka
d) Mempergunakan defence mechanism yang mempunyai rasa suka dan tidak suka yang
negatif/keliru dan maladjustment, sehingga sangat kuat, dan penilaiannya sangat
menimbulkan semakin banyak kesulitan. dipengaruhi oleh perasaan likes and dislikes
e) Kondisi fisik/organis yang tidak tersebut.
menguntungkan; misalnya sakit, lemah, d. Ada kecenderungan yang sangat kuat sekali
lelah, fungsi-fungsi organik yang lemah, untuk melarikan diri dari situasi-situasi yang
gangguan pikiran dan badan. dianggap sebagai suatu hal yang tidak
menyenangkan. Juga ada banyak keinginan
Gejala Trans Disosiatif untuk mendapatkan maaf atas kegagalan dan
kelemahannya.
Menurut Daradjat (1983: 38) gejala-gejala e. Simptom-simptom fisiknya dibuat-buat,
yang sering muncul saat orang mengalami trans ditiru dengan sengaja atau dengan sengaja
disosiatif adalah badan seluruhnya menjadi diperkuat, agar bisa memperpanjang waktu
kaku, tidak sadar akan diri, kadang-kadang melarikan diri dengan cara menjadi sakit itu.
sangat keras, disertai dengan teriakan-teriakan Dan bertujuan untuk menghindari tugas-
dan keluhan-keluhan, tapi air mata tidak keluar. tugas tertentu, atau menghindari situasi yang
Kejang-kejang ini biasanya terjadi pada siang tidak disenanginya. Pada akhirnya, simptom-
hari selama beberapa menit saja, tapi mungkin simptom yang sengaja ditiru-tiru dan dibuat-
pula sampai beberapa hari lamanya. Diantara buat itu menjadi tingkah laku yang stereo-
tanda-tanda kejang hysteria adalah, dalam typis, dan jadi fiksasi yang melekat terus-
pandangan matanya terlihat kebingungan. menerus, serta terus berlangsung walaupun
Setelah kejadian itu, biasanya penderita badan sudah merasa sembuh.
mengalami kebingungan, tidak mau bicara atau Berdasarkan penjelasan mengenai
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepribadian penderita trans disosiatif ada
kepadanya. Orang yang terserang biasanya kecenderungan mengarah pada kategori
berusaha memegang, atau menarik apa saja kepribadian histrionik dan dependen. Antara
yang dapat dicapainya. lain saperti Sangat suggestible, mudah
terpengaruh, suka mencari perhatian, selalu
Kecenderungan Kepribadian Penderita Trans meminta persetujuan. Hal ini diperkuat dengan
Disosiatif banyak hasil temuan beberapa penelitain antara
lain penelitian During et al (2011: 238) yang
Menurut Kartono (1981: 87) kepribadian menyebutkan bahwa trans disosiatif merupakan
penderita trans disosiatif antara lain: manifestasi dari kepribadian histrionik
kemudian penelitian Hidajat (2008: 336)
61
Harsono / Journal of Social and Industrial Psychology 1 (2) (2012)

menjelaskan bahwa pola kepribadian dependen patuh. Orang dengan gangguan ini tidak mampu
terlihat dominan pada penderita trans disosiatif. untuk mengambil keputusan tanpa nasehat dan
pertimbangan yang banyak dari orang lain.
Kepribadian Histrionik Pesimisme, keraguan diri, pasivitas, dan
ketakutan untuk mengekspresikan perasaan
Gangguan kepribadian histrionik ditandai seksual dan agresif menandai perilaku gangguan
oleh perilaku yang bermacam-macam, dramatik, kepribadian dependen (Kaplan, Sadock dan
ekstovert pada orang yang meluap-luap dan Grebb, 2010: 263-264).
emosional. Tetapi, menyertai penampilan
mereka yang flamboyan, seringkali terdapat METODE PENELITIAN
ketidakmampuan untuk mempertahankan
hubungan yang mendalam dan berlangsung Wawancara
lama. Orang dengan gangguan kepribadian
hitrionik menunjukkan perilaku mencari Wawancara (Rahayu dan Ardani, 2004:
perhatian yang tinggi. Mereka cenderung 63) adalah percakapan langsung dan tatap muka
memperbesar pikiran dan perasaan mereka, (face to face) dengan maksud tertentu. Percakapan
membuat segalanya terdengar lebih penting dilakukan oleh kedua pihak, yaitu pewawancara
dibandingkan kenyataannya.Perilaku menggoda (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
sering ditemukan baik pada pria maupun yang diwawancarai (interviewee) yang
wanita. Pada kenyataannya, orang histrionik memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.
mungkin memiliki disfungsi psikoseksual; Tujuan mengadakan wawancara secara secara
wanita mungkin anorgasmik dan pria cenderung umum untuk menggali struktur kognitif dan
mengalami impotent. Mereka mungkin bahwa dunia makna dari perilaku subjek yang diteliti.
melakukan impuls seksual mereka untuk
menentramkan diri mereka bahwa mereka Tes Grafis
menarik bagi jenis kelamin yang lain.
Kebutuhan mereka akan ketentraman tidak ada Tes menggambar atau tes grafis adalah
habisnya. Tetapi, hubungan mereka cenderung salah satu teknik proyeksi guna mengklasifikasi
dangkal dan orang dapat gagal lagi tapi asyik dan memahami kepribadian seseorang dalam
dengan diri sendiri dan berubah-ubah (Kaplan, bentuk gambar (Karyono dan Listiara, 2002: 1).
Sadock dan Grebb, 2010: 274-275).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kepribadian Dependen
Dari kasus kesurupan yang dialami kedua
Orang dengan gangguan kepribadian subyek penelitian, masuk dalam kriteria
dependen, menempatkan kebutuhan mereka diagnostik DSM IV TR (2000) berupa trans
sendiri dibawah kebutuhan orang lain. Meminta disosiatif. Kesurupan yang dialami FF adalah
orang lain untuk mengambil tanggung jawab perubahan keadaan kesadaran atau hilangnya
untuk masalah besar dalam kehidupan mereka, rasa identitas pribadi yang terjadi secara
tidak memiliki kepercayaan diri dan mungkin sementara, Perilaku atau gerakan stereotipik
mengalami rasa tidak nyaman yang kuat jika yang dirasakan di luar kendali yaitu berupa Ia
sedang sendirian lebih dari suatu periode yang menjerit-jerit dengan suara tanpa makna, selain
singkat. Gangguan ini lebih sering terjadi pada itu badannya menegang, ada kecenderungan
wanita dibandingkan pria, dan lebih sering menyakiti diri sendiri dengan tangannya,
terjadi pada anak yang lebih kecil jika giginya menggigit keras. Subyek dua IA
dibandingkan yang lebih tua. Gangguan mengalami perubahan tunggal atau episodik
kepribadian dependen ditandai oleh dalam keadaan kesadaran yang ditandai oleh
ketergantungan yang pervasif dan perilaku penggantian rasa identitas pribadi yang lain
62
Harsono / Journal of Social and Industrial Psychology 1 (2) (2012)

dengan identitas pribadi, hal ini nampak dari bangun tidur. Akan tetapi secara psikologis
gaya bicara dan perilaku IA yang berbeda merasa ayem, seperti sudah ada yang terlepas.
dengan Ia yang biasanya. Dan kesurupan yang Chiu menjelaskan keadaan trans disosiatif
terjadi pada FF dan IA bukan merupakan adalah pelepasan impuls yang ditekan dan
sebuah praktek budaya dan keagamaan. perasaan marah, dan katarsis yang dapat
Faktor-faktor penyebab yang mendasari mengurangi kecemasan dan ketegangan (2000:
trans disosiatif yang dialami kedua subyek ada 17). Kemudian orang-orang disekitar subyek
faktor internal dan faktor eksternal. Ada juga lebih perhatian kepada subyek. Dan hal ini
beberapa pola faktor yang sama antara kedua membuat kedua subyek lebih merasa bahagia
subyek yaitu dari faktor internal karena adanya secara emosional.
stres dan frustasi, kelelahan fisik. Selain itu ada Treatment yang dilakukan oleh kedua
beberapa pola yang berbeda pada faktor internal subyek adalah dengan di rukyah atau dengan
pada IA ada gejala kecemasan yang muncul dan pendekatan ritual keagamaan. Karena baik
dirasa intens, gangguan tidur insomnia. subyek dan lingkungan sekitar subyek
Kemudian faktor eksternal yang berkontribusi mempercayai apa yang telah dialami subyek
pada FF adalah masalah kondisi sosial merupakan murni karena gangguan makhluk
pertemanan dan percintaan remaja yang ghaib. Sehingga dasar penyebab utama tidak
mempengaruhi secara langsung terjadinya trans teratasi. Pemilihan metode rukyah sebagai
disosiatif. Pada IA faktor eksternal yang intervensi terhadap trans disosiatif sudah
mempengaruhi secara langsung adalah masalah dianggap hal normal bagi sebagian besar
keluarga, masalah perkuliahan dan organisasi. masyarakat indonesia dibandingkan dengan
Trans disosiatif kedua subyek dilatar intervensi medis yang sudah terstandar. Hal ini
belakangi beberapa faktor yang berpengaruh dipengaruhi karena nilai-nilai kepercayaan dan
secara tidak langsung diantaranya adalah pada kebudayaan yang sudah turun temurun
FF ada pola asuh orang tua yang longgar dan diwariskan.
ada kecenderungan kepribadian histrionik, Teori
dari histeria melihat gangguan trans disosiatif PENUTUP
adalah manifestasi dari kepribadian histrionik
(During et al. 2011: 238). Trans disosiatif yang Simpulan
dialami oleh IA dilatar belakangi oleh pola asuh
orang tua yang terlalu keras, ada kecenderungan Trans disosiatif yang dialami kedua
kepribadian dependen, Orang dengan gangguan subyek di latar belakangi karena stres dan
disosiatif/konversi sebetulnya lebih cenderung frustasi kemudian itu merupakan bentuk dari
untuk menunjukan ciri-ciri gangguan suatu mekanisme pertahanan diri untuk
kepribadian dependen (Nevid, Rathus & mengurangi ketegangan yang dirasakan karena
Greene, 1997: 282). Selain itu pada IA juga ada stresor dirasa berat secara subyektif.
cerita yang tidak menyenangkan yaitu berupa Latar belakang kedua subyek yang
tindak kekerasan pada masa kanak-kanak. mempengaruhi trans disosiatif secara tidak
Orang yang pernah mengalami trans disosiatif langsung antara lain pada FF ada
umumnya berlatar belakang dari kelas ekonomi kecenderungan kepribadian histrionik, pola asuh
bawah, masa kecil yang tidak menyenangkan orang tua yang longgar dan pada IA ada
dan memiliki pengalaman trauma berupa tindak kecenderungan kepribadian dependen, tindak
kekerasan saat masih kecil (Hidajat, 2008: 336- kekerasan masa kanak-kanak, pola asuh orang
337). tua yang keras. Banyak faktor yang
Setelah mengalami trans disosiatif kedua mempengaruhi terjadinya trans disosiatif yang
subyek sama-sama merasakan kesakitan secara dialami kedua subyek. Subyek pertama FF,
fisik seperti badan pegal-pegal, kepala dan kaki faktor internal yang mempengaruhi antara lain
terasa sakit, jempol kaki gemetar, merasa seperti stres dan frustasi, dan kelelahan fisik, sedangkan
63
Harsono / Journal of Social and Industrial Psychology 1 (2) (2012)

faktor eksternalnya adalah kondisi sosial 2. Masyarakat


pertemanan dan masalah percintaan remaja. Masyarakat diharapkan tidak menilai
Pada subyek dua, faktor internal yang fenomena ini selalu dari sisi yang tidak
mempengaruhi antara lain karena stres dan rasional, karena fenomena ini sangat unik
frustasi, kelelahan fisik, gejala kecemasan, dan dan bisa di jelaskan secara teoritis. Karena
insomnia. Faktor eksternalnya adalah masalah pandangan masyarakat Indonesia mengenai
keluarga, masalah perkuliahan dan organisasi. fenomena kesurupan masih merupakan hal
Gejala trans disosiatif yang muncul pada yang tabu atau tidak lazim dibicarakan maka
kedua subyek antara lain, pada subyek satu FF, penelitian ini bisa menjadi sedikit penjelasan
pingsan lalu tiba-tiba berteriak-teriak tanpa mengenai fenomena yang menarik ini.
makna, badan menegang, gigi menggigit dengan 3. Peneliti
keras dan ada kecenderungan menyakiti diri Peneliti selanjutnya diharapkan dapat
sendiri. Pada subyek dua IA pingsan lalu memaksimalkan teknik pengumpulan data,
berubah menjadi orang lain mulai dari perilaku, seperti wawancara, observasi, dokumentasi
cara berbicara dan ada gerakan-gerakan tangan. dan penggunaan tes psikologi sehingga
Paska mengalami trans disosiatif subyek diperoleh data yang akurat, tepat dan
satu FF badan terasa sakit, pegal-pegal, jempol maksimal bagi keberhasilan penelitian lebih
kaki gemetar, kepala dan kaki terasa sakit lanjut mengenai hal-hal yang berkaitan
namun FF secara psikis FF merasa seperti sudah dengan fenomena trans disosiatif.
ada yang terlepas. Sedangkan IA merasa
punggung sakit, kepala seperti migrain, tangan DAFTAR PUSTAKA
dan kaki lemas, bahkan sampai muntah. Setelah
mengalami trans disosiatif orang-orang di sekitar American Psychiatric Association. 2000. DSM
ke dua subyek lebih perhatian kepada subyek. IV TR : Washington. DC.
Ada pola latar belakang keluarga yang Barlow, D.H. & Durand, M. 2005. Abnormal
hampir sama pada ke dua subyek, yaitu tidak Psychology: An Integrative Approach (4th Ed).
adanya sosok Bapak dalam keluarga, Bapak FF USA: Thomson Learning.
telah meninggal dunia saat FF masih kecil dan Boss, L.P. 1997. Epidemic Hysteria: A Review
Bapak IA merantau sebagai TKI sejak IA masih of the Published Literature. The Johns
kecil. Hopkins University School of Hygiene and
Treatment yang dilakukan kepada subyek Public Health. 19/2: 233-243.
dengan pendekatan mistik dan ritual Chiu, S.N. 2000. Historical, Religious, &
keagamaan, yaitu kedua subyek sama-sama di Medical Perspectives of Possession
rukyah pada sebuah tempat pengobatan Phenomenon. Hong Kong Journal of
alternatif dan hal ini dipengaruhi oleh nilai-nilai psychiatry. 10/1: 14-18.
dan kepercayaan lingkungan sosial subyek. Daradjat, Z. 1983. Kesehatan Mental. Jakarta:
Gunung Agung
Saran During, E.H. et al. 2011. A Critical Review of
Dissociative Trance and Possession
1. Remaja yang pernah mengalami trans Disorder: Etiological, Diagnostic,
disosiatif Therapeutic, and Nosological Issues. The
Bagi reamaja yang pernah mengalami Canadian Journal of Psychiatry. 56/4: 235-
pengalaman trans disosiatif untuk bisa lebih 242.
membuka diri, pada setiap permasalahan Hidajat, L.L. 2008. Understanding the Mass
yang dihadapi, interaksi dengan orang sekitar Trance Phenomenon in Indonesia:
menjadi penting tatkala kita sedang Between Traditional Beliefs and
mengalami suatu masalah yang kita anggap Community Mental Health. Anima,
terlalu berat untuk di selesaikan sendiri.
64
Harsono / Journal of Social and Industrial Psychology 1 (2) (2012)

Indonesian Psychological Journal. 23/4: 333-


337.
Kaplan, H.I., Sadock, B.J. & Grebb, J.A. 2010.
Sinopsis psikiatri ilmu pengetahuan perilaku
jilid dua. Jakarta: Binarupa Aksara
Kartono, K. 1981. Psikologi Abnormal. Bandung:
Offset Alumni
Karyono dan Listiara. 2002. Buku Pegangan Mata
Kuliah Tes Grafis. Semarang: tidak
diterbitkan.
Liftiah. 2009. Psikologi Abnormal. Semarang:
Widya Karya
Maslim, R. 2002. Diagnosis Gangguan Jiwa.
PPDGJ-III
Maramis. 1998. Ilmu kedokteran jiwa. Surabaya:
Airlangga University Press.
Rahayu, I.T. & Ardani, T.A. 2004. Observasi dan
Wawancara. Malang: Bayumedia
Publishing.
Ward, C.A. & Beaubrun, M.H. 1980. The
Psychodynamics Of Demon Possession.
Journal Of Scientific Study Of Religion. 19/2:
201-207.

65

Anda mungkin juga menyukai