Anda di halaman 1dari 13

JURNAL SAINS DAN PRAKTIK PSIKOLOGI

JURNAL SAINS DAN PRAKTIK PSIKOLOGI 2014, Volume 2 (3), 243-255


© 2014 Psychology Forum UMM, ISSN: 2303-2936
Volume 2 (3), 243-255

Hubungan dukungan sosial dan trait kecemasan dengan trauma


pada korban perdagangan manusia

Umi Kalsum Universitas Muhammadiyah Malang1

Abstrak Perdagangan manusia masih marak terjadi dan memberikan dampak negatif yang berpengaruh pada
kehidupan para korban. Secara psikis para korban rentan mengalami stres, depresi dan trauma.
Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui hubungan dukungan sosial dan trait kecemasan
dengan trauma pada korban perdagangan manusia. Penelitian melibatkan 112 individu yang menjadi
korban perdagangan manusia. Pengambilan data menggunakan instrumen Interpersonal Support
Evaluation List Shortened Version-12 Item (ISEL), State-Trait Anxiety Scale Inventory (STAI), dan The
Posttraumatic Stress Disorder Checklist (PCLS-S). Uji signifikansi memperlihatkan F hitung 31.810
(sig. 0,000<0,05), kesimpulannya model ini signifikan dan dapat digunakan memprediksi trauma melalui
dukungan sosial dan trait kecemasan sebagai moderator. Hasil penelitian menunjukkan bahwa trauma
pada korban perdagangan manusia dapat dijelaskan secara bersama-sama antara dukungan sosial
sebagai variabel independen dan trait kecemasan sebagai moderator sebesar 45,4%.

Kata kunci Dukungan sosial, trait kecemasan, trauma, korban perdagangan manusia

Latar Belakang & UNICEF, 2005; United Nations Division for


the Advancement of Women, 2002; UNICEF,
Pengetahuan tentang peristiwa traumatis dan 2005; Rieger, 2007). Banyak korban perda-
bagaimana hubungan gejala trauma dengan gangan manusia yang bunuh diri karena tidak
kesehatan psikologis masih menjadi perha- mampu menahan siksaan yang mereka hadapi
tian. Lazzarini & Kusumaningrum (2010) me- (Malarek, 2006). Dari segi fisik, pada korban
nyatakan bahwa peristiwa traumatis adalah anak-anak sering mengalami hambatan per-
peristiwa yang sangat mengagetkan, menya- tumbuhan (Rafferty, 2008). Para korban yang
kitkan, bahkan mengancam keselamatan dipaksa dalam perbudakan seksual seringkali
jiwa. Traumatis dapat bersifat sesaat maupun dibius dengan obat-obatan dan mengalami ke-
berkelanjutan dan dapat mengakibatkan dam- kerasan sehingga cidera secara fisik akibat ke-
pak psikologis yang berkepanjangan. Muncul- giatan seksual atas dasar paksaan (Shannon,
nya kejadian traumatik secara negatif dapat 1999). Selain itu hubungan seks yang belum
mempengaruhi perkembangan fisik, psikologis, waktunya bagi korban anak-anak juga dapat
dan emosi individu (Erickson & Egeland, 1987). menimbulkan trauma fisik dan psikis (Browne
Salah satu masalah yang dapat menimbulkan & Finkelhor, 1986; Kendall-Tackett, Williams,
peristiwa traumatis adalah perdagangan ma- & Finkelhor, 2001; Sneddon, 2003). Akibat per-
nusia (human trafficking). budakan seks ini adalah menderita penyakit-
Hingga saat ini perdagangan manusia penyakit yang ditularkan melalui hubungan
masih terus terjadi dan memberikan dampak seksual diantaranya HIV/ AIDS, dan cedera
negatif yang sangat berpengaruh terhadap pada organ reproduksi (Bales, et. al, 2005). Se-
kehidupan para korbannya. Efek yang dapat cara psikis, mayoritas para korban mengalami
mereka rasakan dapat berupa efek psikis, stres dan depresi, mengasingkan diri dari ke-
fisik, sosial, emosional dan edukasional (IPU hidupan sosial, dan mengasingkan diri dari ke-
luarga karena adanya perasaan malu dan ber-
salah (Rieger, 2007). Cidera psikologis lainnya
1 Korespondensi ditujukan kepada Umi Kalsum, email: yaitu perasaan terisolasi dan dominasi, karena
umikalsumm86@yahoo.com
ada perbedaan budaya dan bahasa tempat di-

243
JURNAL SAINS DAN PRAKTIK PSIKOLOGI 2014, Volume 2 (3), 243-255

mana mereka diperdagangkan sehingga me- 2008). Ford & Kidd (1998) menyatakan bahwa
reka merasa asing dan tidak berdaya (Rieger, gejala trauma lebih serius pada korban dengan
2007; Dykman et. al., 1997; Kaufman, 1991; riwayat kekerasan sebelumnya dan masalah
Nelson et. al, 2002; Sneddon, 2003). pada parent-child relatation, adanya masalah
Perdagangan manusia (human trafficking) perilaku penyerta (misalnya penyalahgunaan
telah mengalami peningkatan tajam dan men- zat), dukungan sosial yang terbatas, sta-
jadi masalah sosial global pada dekade terakhir­ tus sosial ekonomi yang rendah, stigma yang
(Rafferty, 2007; Hopper & Hidalgo, 2006). In- berkaitan dengan peristiwa traumatik tertentu.
donesia merupakan negara yang menjadi sum- Trauma memiliki kontinum yang panjang dan
ber, tempat transit serta tujuan pedagangan­ stabil selama masa hidup individu. Trauma
manusia (Andari, 2011). Komisi nasional per- bersifat kompleks, namun ada juga yang ter-
lindungan anak melaporkan ada 321 bayi di- fokus pada satu trauma serta dapat muncul
perdagangkan selama Januari-Juni 2008. kembali ketika ada peristiwa pencetus, dan
Penjualan gadis dibawah umur sebagai pe- trauma yang semakin menumpuk ketika men-
kerja seks komersial pada tahun 2008 sekitar galami trauma lain (Briere & Spinazola, 2005).
400.000 orang, 2006 sekitar 42.771, dan pada Baron dan Byrne (2005) menyatakan bah-
2007 sekitar 745.817 orang (Suhardin, 2008). wa dukungan sosial adalah kenyamanan secara
Tidak saja terbatas bertujuan untuk fisik dan psikologis yang diberikan oleh teman/
eksploitasi seperti kerja paksa dan praktik me- anggota keluarga. Individu yang mendapatkan
nyerupai perbudakkan di beberapa wilayah sek- dukungan sosial tinggi, maka akan tercukupi
tor informal, termasuk kerja domestik (Hopper­ dukungan secara emosional, instrumental dan
& Hidalgo, 2006), perdagangan manusia juga informatif. Dukungan sosial juga dapat dili-
bertujuan untuk prostitusi atau eksploitasi hat dari banyaknya kontak sosial yang terjadi
seksual manusia (Bertone, 2000; Chase & Sta- atau yang dilakukan individu dalam menjalin
tham, 2005; Mitchels, 2004; Rieger, 2007). hubungan dengan sumber-sumber yang ada
Perdagangan anak dengan tujuan eksploitasi di lingkungan. Dukungan sosial yang cukup,
seksual dari tahun ke tahun mengalami pe- dapat membantu individu dalam membuat
ningkatan yang signifikan. Sampai saat ini di penyesuain yang positif setelah pengalaman
Indonesia diperkirakan 40.000-70.000 anak trauma. Dukungan sosial juga menjadi hal
Indonesia menjadi korban perdagangan manu- yang diduga dapat meminimalisir dampak dari
sia (Suhardin, 2008). pengaruh trauma (Barenbaum, Ruchkin, &
Perempuan dan anak adalah kelompok Schwab-Stone, 2004).
yang paling banyak menjadi korban perdagan- Dukungan sosial merupakan faktor yang
gan (Zimmerman, et. al, 2003). Korban dipilih penting dalam kesejahteraan psikologis dan
dari golongan perempuan dan anak karena kesehatan fisik (Cohen, et. al, 2000). Duku-
mudah dibujuk, ditakut-takuti, dibohongi,­ ngan sosial, terutama dari teman sebaya dapat
ditipu, dan pekerja dengan upah murah (An- menjadi prediktor rendahnya trauma (Long,
dari, 2011). Faktor lainnya yaitu kurangnya Stephens & Miller, 1997). Dukungan sosial
kesadaran masyarakat terhadap bahaya perda- yang kuat dapat meningkatkan kesehatan dan
gangan manusia, baik yang menjadi korban mengurangi efek negatif dari tekanan secara
maupun mereka yang menjalankan atau ter- psikologis (Hupcey, 1998a). Namun dalam stu-
libat langsung dalam perdagangan manusia di lainnya menyebutkan bahwa dukungan so-
(Rieger, 2007). sial tanpa dilengkapi dengan dukungan secara
Menjadi korban perdagangan manusia institusional tidak memiliki peran yang signifi-
merupakan hal yang merugikan bagi individu. kan untuk meminimalisir dampak dari trauma
Korban seringkali mendapatkan eksploitasi (Malloch, Warden & Hamilton-Smith, 2012).
yang berada di luar batas kewajaran, sehing- Kedua hasil studi di atas mendasari peneliti
ga setelah korban terbebas dan ditampung di untuk menambahkan satu variabel yang bersi-
tempat penampungan pada umumnya kor- fat internal dalam penelitian ini. Variabel in-
ban mengalami trauma. Korban perdagangan ternal yang dimaksudkan dalam penelitian ini
manusia yang mengalami pelecehan seksual, adalah trait kecemasan. Penggunaan variabel
pelecehan emosional dan penelantaran, ke- ini didasarkan pada data penelitian sebelum-
kerasan, dan penyiksaan, akan meningkatkan nya yang menuunjukkan bahwa mayoritas
risiko terjadinya trauma kompleks (Rafferty, penelitian tentang dukungan sosial menggu-

244
JURNAL SAINS DAN PRAKTIK PSIKOLOGI 2014, Volume 2 (3), 243-255

nakan variabel psikologis lainnya, salah satu- Trauma pada Korban Perdagangan Manusia
nya adalah trait kecemasan yang dimiliki se-
seorang (Hupcey, 1998b). Trauma berasal dari bahasa Yunani yang be-
Trait kecemasan (trait anxiety) merupakan rarti luka (Pickett, 1998). Istilah trauma digu-
potensi atau tendensi yang dimiliki seseorang nakan untuk menggambarkan kejadian atau
untuk mengalami kecemasan. Seseorang dapat situasi yang dialami oleh korban. Brewin et. al
memiliki trait kecemasan lebih tinggi atau lebih (2002) dalam mengkonstruk instrumen untuk
rendah, tergantung pada seberapa sering indi- mengukur gejala trauma yang dialami indivi-
vidu memiliki kecenderungan atau tendensi du, lebih menekankan pada definisi dan krite-
mengalami kecemasan (Spielberger, Grossuch, ria berdasakan DSM IV-TR dengan indikator
Lushene, Vagg & Jacob, 1983; Spielberger & reexperiencing, avoidance/ numbing, dan hy-
Sydeman, 1994). Koricanac (2013) menyatakan perarousal. Kejadian yang penuh trauma atau
bahwa trait kepribadian sangat mempengaruhi pengalaman traumatik akan direspon secara
pengalaman trauma yang dialami oleh korban berbeda antar individu karena setiap individu
perdagangan manusia. Lebih jauh lagi, Kori- memiliki tingkat penghayatan yang berbeda-
canac juga menjelaskan bahwa trait yang dapat beda saat menghadapi kejadian yang trau-
mempengaruhi pengalaman trauma dianta- matik. Pengalaman traumatik adalah suatu
ranya adalah trait kecemasan, dimana trauma kejadian yang dialami atau disaksikan oleh in-
yang dipengaruhi trait tersebut lebih spesifik dividu, yang bersifat mengancam keselamatan
lagi adalah berbentuk gejala-gejala trauma, dirinya (Lonergan, 1999).
trauma kompleks, Post-Traumatic Stress Dis- Menurut Stamm (1999), stres traumatik
order (PTSD) dan PTSD kompleks. Hal ini di- merupakan suatu reaksi yang alamiah ter-
karenakan pengalaman perdagangan manusia hadap peristiwa yang mengandung kekerasan
merupakan peristiwa traumatik yang dapat atau kondisi dalam kehidupan yang mengeri-
menyebabkan trauma pada seseorang yang kan. Perdagangn manusia merupakan salah
memiliki kecenderungan atau trait kecemasan. satu kondisi kehidupan yang mengerikan. Kor-
Hal ini sejalan dengan penelitian oleh William- ban perdagangan manusia mengalami dampak
son, Dutch & Clawson (2010) yang menggam- fisik, seperti luka ringan, kerusakan/ gang-
barkan pengaruh trait kepribadian, khusunya guan alat reproduksi, sampai pada kematian
trait kecemasan terhadap pegalaman trauma (Brooks, 2011). Pada perdagangan manusia
seseorang. yang menggunakan cara kekerasan dan tujuan
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah eksploitasi seksual biasanya menyebabkan
untuk memberikan gambaran mengenai trauma berkepanjangan dan menyebabkan
hubungan antara dukungan sosial dan trait gangguan mental. Data dari Kementerian Pem-
kecemasan dengan trauma pada korban perda- berdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
gangan manusia. Kajian mengenai perdaga- (2011) korban perdagangan manusia menun-
ngan manusia dianggap penting karena fenom- jukkan bahwa rata-rata korban mendapatkan
ena ini masih sering terjadi dengan angka masalah kesehatan fisik dan terinfeksi penyakit
temuan kasus yang tinggi. Selain itu penelitian seksual menular, gejala stress paska trauma,
pada ranah psikologis, khususnya yang mem- gejala depresi, masalah pskiatri, gejala kece-
berikan perhatian tersendiri terhadap hubu- masan berlebihan, penggunaan dan penyalah-
ngan ketiga variabel di atas masih belum di- gunaan zat yang berhubungan dengan depresi,
lakukan terutama berkaitan dengan treatment harga diri dan kepercayaan diri rendah.
yang diberikan kepada korban perdagangan Menurut Pickett (1998), ada dua bentuk
manusia. Dengan memahami hubungan dari simtom yang dialami oleh individu yang me-
hal-hal yang berkaitan dengan trauma pada ngalami trauma yaitu: (1) adanya ingatan te-
korban perdagangan manusia, diharapkan rus-menerus tentang kejadian atau peristiwa
treatment dan pembinaan dilakukan melalui tersebut, dan (2) mengalami mati rasa atau
pendekatan trauma. Treatment dan pembi- berkurangnya respon individu terhadap ling-
naan yang dilakukan bisa melalui peningkatan kungannya. Kondisi tersebut selanjutnya akan
dukungan sosial dan trait kecemasan, diharap- mempengaruhi fungsi adaptif individu de-
kan bisa meminimalisir trauma pada korban ngan lingkungannya. Seringkali, peristiwa yang
perdagangan manusia. traumatik akan sangat menyakitkan sehingga

245
JURNAL SAINS DAN PRAKTIK PSIKOLOGI 2014, Volume 2 (3), 243-255

bantuan dari para ahli akan diperlukan dalam dari distres atau tekanan yang dapat menye-
mengatasi trauma yang dialami. babkan trauma berkepanjangan. Dukungan
sosial yang rendah memberikan gejala yang
Dukungan Sosial dan Trauma lebih besar pada depresi, alienasi, dan kecema-
san yang dialami oleh kelompok pembanding
Cohen & Wills (1985) menyatakan bahwa du- dalam studi yang sama. Erikson et. al (2001)
kungan sosial dapat berkontribusi terhadap dalam studinya menemukan bahwa terdapat
kesehatan dengan melindungi individu dari interaksi yang signifikan antara paparan peris-
dampak negatif stres. Konstruk instrumen un- tiwa yang menakutkan dengan dukungan so-
tuk mengukur dukungan sosial oleh Cohen, et. sial yang diperoleh dari keluarga dan teman.
al (1985) merujuk pada definisi: jaringan so- Partisipan dalam studi tersebut menunjukkan
sial yang memfasilitasi individu mendapatkan bahwa ketika mereka mengalami peristiwa yang
sumber-sumber bantuan baik dalam bentuk menakutkan dalam hidup dan juga mendapat-
psikologis maupun material dimana hal terse- kan dukungan sosial yang lebih banyak, maka
but dapat membantu individu dalam mengha- mereka akan mengalami gejala trauma yang
dapi tekanan. Dalam instrumen tersebut Co- lebih rendah dibandingkan dengan partisipan
hen, et. al (1986) membagi dukungan sosial dengan dukungan sosial yang rendah.
menjadi tiga sub skala, yaitu: tangible support,
belonging support, dan appraisal support. Hal Trait Kecemasan dan Trauma
ini merujuk pada tiga bagian besar dari duku-
ngan sosial, yaitu dukungan yang diterima Kecemasan dibagi menjadi dua jenis (Spiel-
(bantuan sebenarnya yang masuk), kelekatan berger, Gorsuch, &. Lushene, 1983), yaitu
so-sial (tipe dan kualitas hubungan dengan state anxiety dan trait anxiety. Untuk mengu-
orang lain), dan perasaan didukung (keyakinan kur jenis kecemasan tersebut, Spielberger et.
bahwa bantuan akan tersedia jika dibutuhkan). al mengkonstruk State-Trait Anxiety ScaleIn-
Dukungan sosial juga biasa disebut “meta kon- ventory (STAI) yang dapat mengidentifikasi ke-
sep” yang dibangun oleh tiga sub-konstruk: munculan rasa cemas pada individu. Item-item
penerimaan, dukungan, sumber-sumber ja- dalam STAI menggunakan indikator yang lang-
ringan dan perilaku suportif (perilaku yang sung merujuk pada gejala kecemasan. Seperti
mendukung). Studi sebelumnya menunjukkan skala pada umumnya, dalam STAI terdapat
bahwa dukungan sosial dapat memperkecil pernyataan favorable yang mengindikasikan
akibat yang ditimbulkan oleh stres sehingga presence of anxiety dan pernyataan unfavor-
dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis able yang mengindikasikan absence of anxiety.
serta kesehatan fisik (Cohen et. al, 2000). Spielberger & Sydeman (1994) menyatakan
Smet (1994) menyatakan empat aspek bahwa trait kecemasan (trait anxiety) berkai-
dukungan sosial yaitu, dukungan emosional,­ tan dengan disregulasi kontrol perhatian yang
penghargaan, instrumental, dan informatif. sangat berlebihan. Trait kecemasan merupa-
Dukungan sosial berasal dari orang-orang kan suatu predisposisi untuk mempersepsikan
penting yang dekat (significant others). Ada situasi lingkungan yang mengancam dirinya.
empat manfaat dukungan sosial, yaitu du- Weinberg & Gould (2007) menyatakan bahwa
kungan sosial dihubungkan dengan pekerjaan trait kecemasan adalah bagian dari kepriba-
akan meningkatkan produktivitas, meningkat- dian, yaitu sesuatu yang diperoleh dan kecen-
kan kesejahteraan psikologis dan penyesuaian derungan tingkah laku atau disposisi dari pe-
diri dengan memberikan rasa memiliki, mem- ngaruh tingkah laku. Trait kecemasan adalah
perjelas identitas diri, menambah harga diri suatu disposisi tingkah laku dimana individu
serta mengurangi stres, meningkatkan dan cenderung merasa dalam keadaan terancam
memelihara kesehatan fisik serta pengelolaan yang secara objektif tidak berbahaya dan tang-
terhadap stress & tekanan (Johnson & John- gapannya tidak sebanding dengan kondisinya
son, 1991). (state anxiety).
Gambaran hubungan antara dukungan so- Sebuah studi longitudinal terhadap 80
sial dan trauma ditunjukkan oleh hasil studi pasien yang telah didiagnosis menderita kang-
dari Flemming et. al (1982). Studi menunjuk- ker rectal dan berhasil pulih menunjukkan
kan bahwa dukungan sosial yang diterima bahwa semakin tinggi skor pada trait kecema-
dapat secara signifikan mengurangi efek uta- san menunjukkan skor trauma semakin tinggi
ma gejala-gejala emosional maupun perilaku pula. Selain temuan tersebut, trait kecemasan

246
JURNAL SAINS DAN PRAKTIK PSIKOLOGI 2014, Volume 2 (3), 243-255

juga dapat memprediksikan rendahnya kuali- bahwa ada dua bentuk simtom yang dialami
tas hidup yang berkaitan dengan kesehatan oleh individu yang mengalami trauma yaitu: (1)
pada subjek penelitian (Ristveldt & Trinkaus, adanya ingatan terus-menerus tentang kejadi-
2009). an atau peristiwa tersebut, dan (2) mengalami
Pada studi lainnya, Zeidner & Ben-Zur mati rasa atau berkurangnya respon individu
(1994) mengeksplorasi reaksi trauma pada terhadap lingkungannya. Kondisi tersebut se-
warga Israel yang terpapar pengalaman- lanjutnya akan mempengaruhi fungsi adaptif
pengalaman menyedihkan pasca perang misil individu dengan lingkungannya.
dengan Persia. Data yang diambil selama tiga Peristiwa traumatik akan sangat menya-
bulan terhadap 822 subjek menunjukkan bah- kitkan sehingga bantuan dari berbagai pihak
wa trait kecemasan dan emotion-focused coping akan diperlukan dalam mengatasi trauma
memberikan pengaruh yang besar pada reaksi yang dialami. Peristiwa ini juga mempengaruhi
trauma dan reaksi afektif pasca peperangan. perkembangan fisik, psikologis, dan emosi in-
Lebih jauh lagi, studi ini juga mengungkapan dividu itu sendiri sehingga dalam menjalankan
bahwa state-anxiety tampak jauh lebih rendah kehidupannya mungkin mengalami kecema-
pada subjek pasca perang dibandingkan pada san dan berbagai kesulitan, seperti harga diri
subjek yang masih dalam masa peperangan. (self-esteem), ketegasan (assertiveness), ke-
Berbeda dengan dua studi sebelumnya percayaan, rasa bersalah, dan pengambilan
yang menempatkan trait kecemasan sebagai keputusan (Allen, 1995; Gianakos, 1999). Kor-
prediktor dari kondisi trauma, Shea et. al (2007) ban trafficking membutuhkan dukungan so-
menempatkan trait kecemasan secara paralel sial dari orang-orang sekitarnya seperti orang
dengan depresi dan trauma sebagai prediktor tua, saudara, teman dekat dan masyarakat.
untuk respon kesadaran kortisol pada wani- Dukungan sosial akan memberikan informasi
ta hamil. Berdasarkan studi-studi yang telah dan cara-cara yang tepat untuk menyelesaikan
dilakukan sebelumnya secara umum, para suatu masalah, sehingga individu dapat menu-
peneliti memaparkan kesimpulan bahwa trait runkan gejala traumatis yang dialaminya.
kecemasan yang dimiliki individu berbanding Adanya perasaan didukung oleh lingkungan
lurus dengan reaksi trauma yang ditunjukkan. membuat segala sesuatu menjadi lebih mudah
terutama pada waktu menghadapi peristiwa
Dukungan Sosial dan Trait Kecemasan yang menekan. Dukungan tersebut juga dira-
dengan Trauma sakan dapat menaikkan perasaan positif serta
mengangkat harga diri (Pickett, 1998).
Trauma dapat berupa fisik atau psikis. Ke- Di luar itu, trait kecemasan juga menjadi
adaan ini dapat ditandai dengan munculnya ci- prediktor pada reaksi trauma yang dialami oleh
ri-ciri berupa: terjadi secara tiba-tiba, mengeri- individu. Selain dukungan sosial, trauma juga
kan, menimbulkan perasaan takut yang amat dipengaruhi trait kecemasan. Dimana trait
sangat, mengancam keutuhan fisik maupun ini merupakan kecenderungan yang sifatnya
mental (APA, 2005). Gejala ini dapat menim- bawaan. Penelitian ini dilakukan untuk me-
bulkan dampak fisik, pikiran, perasaan, dan ngetahui hubungan dukungan sosial dan trait
perilaku yang amat membekas bagi mereka kecemasan sebagai prediktor trauma, dimana
yang mengalami ataupun yang menyaksikan trait kecemasan dipandang sebagai variabel
(Erickson & Egeland, 1987). Korban trafficking moderator. Variabel moderator ini dapat mem-
adalah seseorang yang mengalami penderitaan perkuat maupun memperlemah hubungan an-
psikis, mental, fisik, seksual, ekonomi, dan so- tar variabel independen (dukungan sosial) dan
sial. Korban trafficking biasanya mengalami variabel dependen (trauma). Sifat atau arah
trauma akibat kejadian-kejadian yang telah di- hubungan antar variabel independen dan de-
alami tersebut. penden dapat positif atau negatif, tergantung
Berbagai tindakan pemaksaan, penyeka- pada variabel moderatornya (Liana, 2009).
pan dan penyiksaan dapat mengakibatkan Melalui informasi yang diperoleh diharap-
trauma yang mendalam. Berbagai peristiwa kan dapat diketahui aspek mana yang mem-
yang dialami korban merupakan kondisi yang pengaruhi seberapa besar koefisiennya. Me-
tidak dapat diubah, peristiwa menyakitkan ngacu pada kajian mengenai trauma di atas,
tersebut telah menjadi bagian dalam masa lalu maka hipotesis penelitian ini adalah: terdapat
korban. Hal ini sesuai dengang apa yang dise- hubungan yang negatif antara dukungan so-
butkan Pickett (1998) dan Bewin et. al (2000), sial dengan trauma, yang dimoderasi oleh trait

247
JURNAL SAINS DAN PRAKTIK PSIKOLOGI 2014, Volume 2 (3), 243-255

Tabel 1
kecemasan pada korban perdagangan manusia Karakteristik subjek penelitan (N = 112)
(human trafficking).
Karakteristik Jumlah Persen
Metode
Pendidikan terakhir
SD 54 48,21%
Desain Penelitian SMP 56 50%
SMA 2 1,79%
Pendekatan yang digunakan dalam pene- Rentang usia
litian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pada 13-19 40 35,71%
pendekatan ini data diperoleh dan disajikan 20-34 72 64,29%
dalam bentuk angka dari perhitungan serta Status pernikahan
Menikah 0 0%
pengukuran sehingga diketahui frekuensi atau Tidak menikah 112 100%
kuantifikasi suatu kejadian atau gejala (Ari- Lama Perawatan
kunto, 2002; Schinka, Velicer & Weiner, 2003). Kurang dari 6 bulan 71 63,39%
Pendekatan kuantitatif memungkinkan peneliti 6-12 bulan 40 35,71%
untuk melakukan analisis pada variabel-vari- Lebih dari 12 bulan 1 0,89%
abel secara ilmiah dan melakukan prediksi
dari hasil analisis (Arikunto, 2002; Soegiyono,
2009). kondisi yang belum stabil secara psikologis, di
samping itu juga didominasi oleh subjek dari
Subjek Penelitian tingkat pendidikan rendah, maka diperlukan
pendamping yang membantu dalam proses
Subjek dalam penelitian ini adalah korban pengisian instrumen penelitian.
perdagangan manusia (human trafficking) yang
berdomisili di Pontianak. Jumlah subjek dalam Instrumen Penelitian
penelitian adalah 112 perempuan (14-24 ta-
hun, M=18,64 tahun, S.D.=2,585). Penentuan Interpersonal Support Evaluation List Short-
subjek dengan teknik pengambilan sampel ened Version-12item (ISEL) yang dikembang-
secara sengaja di yayasan-yayasan yang me- kan oleh Cohen S., Mermelstein R., Kamarck
nampung dan menangani korban perdagangan T., & Hoberman, H. M. (1985), digunakan un-
manusia (human trafficking) di wilayah Ponti- tuk mengukur persepsi tentang dukungan so-
anak Kalimantan Barat. Sampel yang diambil sial. Kuesioner ini adalah bentuk singkat dari
berdasarkan karakteristik berstatus korban ISEL yang terdiri dari 12 item. Instrumen ini
perdagangan manusia (human trafficking) dan memiliki empat pilihan jawaban, antara lain:
masih memiliki teman dan atau keluarga yang sangat salah, mungkin salah, mungkin benar,
menjadi wali korban. Hal ini diidentifikasi me- sangat benar. Contoh item soal: Jika saya ingin
lalui wawancara dengan pihak yayasan. melakukan perjalanan selama satu hari (misal-
Pada proses penentuan subjek penelitian, nya, ke luar kota atau mendaki gunung), saya
digunakan screening yang berasal dari infor- akan sangat kesulitan menemukan orang lain
masi data diri subjek dari yayasan penam- yang mau pergi bersama saya. Tingkat reliabili-
pung korban perdagangan manusia. Berdasar- tas instrumen ini adalah 0,847 (Cohen, Mer-
kan informasi data diri subjek tersebut, maka melstein, Kamarck, & Hoberman, 1985). Hasil
penentuan subjek penelitian dimulai. Adapun try out di Pontianak pada 30 korban perda-
informasi yang diperoleh dari data diri korban gangan manusia diperoleh internal konsistensi
yang tercatat pada yayasan, berupa catatan sebesar 0,929.
demografik dan riwayat perdagangan manusia State-Trait Anxiety Scale Inventory (STAI)
serta latar belakang subjek. salah satu instrumen yang didesain untuk
Proses pengambilan data dilakukan ber- mengukur kondisi dan kecenderungan kece-
sama dengan pendamping subjek penelitian. masan pada seseorang. Dikembangkan oleh
Kor-ban perdagangan manusia di yayasan me- Charles D. Spielberger, Richard L. Gorsuch,
miliki pendamping yang bertugas membantu and Robert E. Lushene pada tahun 1964 (Spiel-
dan mendampingi korban dalam melakukan berger, 1980; Spielberger, 1983). Terdiri dari 20
aktivitas perawatan. Pendampingan sangat item, dimana subjek penelitian diminta untuk
diperlukan karena subjek yang ditampung mengisi pernyataan yang paling sesuai dengan
di yayasan-yayasan tersebut masih dalam perasaannya saat ini. Ada 4 pilihan jawaban,

248
JURNAL SAINS DAN PRAKTIK PSIKOLOGI 2014, Volume 2 (3), 243-255

yaitu: tidak sama sekali, sedikit, mungkin, sa- 24,098 dan standar deviasi sebesar 7,017.
ngat benar. Contoh item soal: Saya merasa Data skor terkecil dari variabel dukungan sos-
tenang. Reliabilitas STAI untuk Trait-Anxi- ial adalah 12,00 dan skor terbesar 48,00. Dili-
ety Scaleadalah 0,86 dan State-Anxiety Scale hat dari skor skala dukungan sosial, 94,64%
adalah 0,620 (Spielberger, 1972). Hasil try out subjek memiliki dukungan sosial tinggi; 3,57%
di Pontianak pada 30 korban perdagangan ma- subjek memiliki dukungan sosial cukup; dan
nusia diperoleh internal konsistensi sebesar 1,79% subjek memiliki dukungan sosial ren-
0,929. dah. Sedangkan mean skor skala trait kece-
Ada banyak instrumen yang tersedia un- masan adalah 60,902 dengan standar deviasi
tuk mengukur trauma, salah satunya The Post- sebesar 9,752. Memiliki skor terkecil 28,00
traumatic Stress Disorder Checklist (PCL-S) dan skor terbesar 80,00. Dilihat dari skor skala
yang pertama kali dikembangkan oleh Weath- trait kecemasan, 99,1% subjek memiliki trait
ers, F. W., Litz, B. T., Herman, D. S., Huska, kecemasan tinggi; dan 0,89% subjek memiliki
J. A. & Keane, T. M. (1993). Instrumen telah trait kecemasan cukup. Selanjutnya skor pada
diuji dan digunakan untuk mengukur pengala- skala trauma yang memiliki mean skor sebe-
man trauma yang dialami individu setelah in- sar 60,598 dengan standar deviasi paling be-
dividu terpapar oleh kejadian atau peristiwa sar, yaitu 12,257. Memiliki skor terkecil 26,00
traumatik tertentu. PCL-S terdiri dari 17 item, dan skor terbesar 85,00. Dilihat dari skor skala
dimana subjek penelitian diminta untuk men- trauma, 97,32% subjek memiliki trauma tinggi;
jawab pernyataan dengan 5 pilihan jawaban 1,79% subjek memiliki trauma cukup; dan
yang mengindikasikan seberapa besar subjek 0,89% subjek memiliki trauma rendah.
merasa terganggu oleh masalah tersebut dalam Uji korelasi antar variabel dukungan sosial
kurun waktu sebulan terakhir. Pilihan jawa- dengan trauma berkorelasi secara negatif (r=
bannya antara lain: tidak sama sekali, sedikit, -0,575), sedangkan pada variabel trait kecema-
cukup, lebih dari cukup, sangat. Contoh item san dengan trauma berkorelasi positif (=0,618).
soal dari skala ini adalah: Memori, pikiran, atau
imajinasi pengalaman tidak menyenangkan Uji Hipotesis
yang berulang dan mengganggu. Reliabilitas
PCL-S adalah 0,850 (Weathers, Litz, Herman, Hipotesis penelitian ini adalah terdapat
Huska & Keane, 1993). Hasil try out di Pon- hubungan yang negatif antara dukungan so-
tianak pada 30 korban perdagangan manusia sial dengan trauma, yang dimoderasi oleh trait
diperoleh internal konsistensi sebesar 0,947. kecemasan pada korban perdagangan manusia
(human trafficking). Hipotesis akan diuraikan
Analisis Data sebagai berikut:
Hipotesis pertama: dukungan sosial ber-
Data yang digunakan dalam penelitian ini hubungan secara signifikan dengan trauma.
adalah data interval. Penelitian ini menggu- Hipotesis kedua: trait kecemasan ber-
nakan analisis regeresi ganda, dimana pengu- hubungan secara signifikan dengan trauma.
jian menggunakan variabel moderator melalui Hipotesis ketiga: hubungan dukungan so-
analisis Moderated Regression Analysis (MRA). sial dengan trauma yang dimoderasi oleh trait
Data dianalisis dengan menggunakan bantuan kecemasan.
SPSS v.16 for Windows. Analisis ini dilakukan Hasil uji statistik diperoleh r= -0,575;
untuk mengetahui hubungan variabel-variabel p=0,00 pada dukungan sosial dengan trauma,
dependent (trauma) dan variabel independent dengan demikian terdapat hubungan yang sig-
(dukungan sosial) yang dipengaruhi oleh varia- nifikan antara dukungan sosial dan trauma
bel moderator berupa trait kecemasan pada dengan arah hubungan negatif, artinya ter-
korban perdagangan manusia. dapat hubungan yang berlawanan arah antara
dukungan sosial dan trauma. Semakin tinggi
Hasil dan Pembahasan dukungan sosial pada korban perdagangan
manusia maka trauma akan semakin rendah.
Deskripsi Sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial
maka trauma akan semakin tinggi. Dapat di-
Subjek penelitian terdiri dari 112 orang, dima- simpulkan bahwa hipotesis pertama diterima.
na rata-rata dari masing-masing varibel dengan Trait kecemasan juga memiliki hubu-
mean skor pada skala dukungan sosial adalah ngan yang signifikan dengan trauma dengan

249
JURNAL SAINS DAN PRAKTIK PSIKOLOGI 2014, Volume 2 (3), 243-255

Tabel 2
Sumbangan efektivitas variabel dukungan sosial dan trait kecemasan dengan trauma

Adjusted R Std. Error of the


Model R Square Estimation Sig
Dukungan Sosial -.575 .325 10.07136 0,000
Trait Kecemasan .618 .376 9.68311 0.000
Moderator, Dukungan
.685 .454 9.05422
Sosial, Trait Kecemasan

Tabel 3
Pengaruh kecemasan, dukungan sosial kepada trauma

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


Regression 7823.207 3 2607.736 31.810 .000
Residual 8853.713 108 81.979
Total 16676.920 111

arah hubungan positif, yang berarti terdapat jadi pada korban perdagangan manusia dapat
hubungan yang searah antara trait kecema- dijelaskan oleh trait kecemasan sebesar 37,6%.
san dengan trauma. Semakin tinggi trait ke- Sedangkan selebihnya sebesar 62,4% dijelas-
cemasan pada individu maka semakin tinggi kan oleh sebab-sebab lain di luar model.
pula tingkat traumanya, demikian pula seba- Ketika hubungan dukungan sosial de-
liknya semakin rendah trait kecemasan indivi- ngan trauma dimoderasi oleh trait kecemasan
du maka tingkat traumanya juga akan rendah sebagai moderator diperoleh nilai Adjusted R
(r=0,618; p=0,00). Dapat disimpulkan hipotesis Square (R2) adalah 0,454, artinya trauma pada
kedua diterima. korban perdagangan manusia dapat dijelaskan
Pada tabel 2 dapat diketahui nilai Adjusted secara bersama-sama antara dukungan sosial
R Square (R2) dukungan sosial sebesar 0,325, sebagai variabel independen dan trait kecema-
artinya trauma yang terjadi pada korban perda- san sebagai variabel moderator sebesar 45,4%.
ganan manusia dapat dijelaskan oleh duku- Sedangkan selebihnya sebesar 54,6% dijelas-
ngan sosial sebesar 32,5%. Sedangkan selebih- kan oleh sebab-sebab lain di luar model.
nya sebesar 67,5% dijelaskan oleh sebab-sebab Uji Anova atau F test menghasilkan nilai
lain di luar model. F hitung sebesar 31,810 dengan tingkat sig-
Pada Trait Kecemasan, Adjusted R Square nifikansi 0,000. Probabilitas signifikansi lebih
(R2) sebesar 0,376, artinya trauma yang ter- kecil dari 0,01, maka model regresi dapat digu-
nakan untuk memprediksi trauma atau dapat
dikatakan bahwa interaksi antara dukungan
Tabel 4 sosial dan trait kecemasan secara bersama-
Pengaruh dukungan sosial kepada trauma dengan sama berpengaruh terhadap trauma.
kecemasan sebagai moderator
Uji statistik (Tabel 4) menunjukkan bahwa
Standardized dukungan sosial memberikan nilai koefisien
Coefficients parameter sebesar 0,708 dengan tingkat sig-
Model Beta t Sig. nifikansi 0,252. Trait kecemasan memberikan
nilai koefisien parameter sebesar 1,105 dengan
(Constant) .471 .678
tingkat signifikansi 0,000. Nilai koefisien pada
Dukungan Sosial .405 1.152 .252
trait kecemasan menunjukkan bahwa variabel
Trait Kecemasan .879 3.815 .000 ini bisa diposisikan sebagai variabel moderator
Moderator -.599 -2.128 .036 dengan sifat quasi (semu) moderator, artinya
trait kecemasan bisa digunakan sebagai varia-

250
JURNAL SAINS DAN PRAKTIK PSIKOLOGI 2014, Volume 2 (3), 243-255

bel independen dan variabel moderator. dan yang paling dominan adalah kondisi neu-
Moderator memberikan koefisien parameter­ robiologis seseorang. Trait kecemasan yang
sebesar -0,022 dengan tingkat signifikansi tinggi dimiliki oleh seseorang dengan kondisi
sebesar 0,036, terbukti bahwa trait kecema- hormonal dan aktivitas neurotransmitter yang
san sebagai moderator signifikan dalam mem- lebih aktif dibandingkan dengan individu de-
pengaruhi hubungan dukungan sosial dengan ngan trait kecemasan yang rendah. Hal inilah
trauma pada korban perdagangan manusia. yang menyebabkan seseorang dengan trait
Prediksi nilai negatif pada koefisien parameter kecemasan tinggi dapat mempersepsi kondisi
mengindikasikan bahwa efek moderasi yang di- traumatisnya lebih mendalam dan memiliki
berikan adalah bersifat negatif, artinya trait ke- tingkat sensitivitas lebih tinggi terhadap peris-
cemasan memberikan efek mengurangi hubu- tiwa kehidupannya.
ngan antara dukungan sosial dengan trauma Kejadian yang penuh trauma atau pengala-
pada korban perdagangan manusia. Berdasar- man traumatik akan direspon secara berbeda
kan pengujian statistik di atas, maka hipotesis antar individu karena setiap individu memiliki
terdapat hubungan negatif antara dukungan tingkat penghayatan yang berbeda-beda saat
sosial dengan trauma yang dimoderasi trait ke- menghadapi kejadian yang traumatik. Perbe-
cemasan pada korban perdagangan manusia daan penghayatan ini juga dipengaruhi oleh
diterima. tinggi rendahnya trait kecemasan yang dimiliki
seseorang (Lonergan, 1999). Penghayatan yang
Pembahasan dimaksudkan di sini juga dipengaruhi oleh ak-
tivitas hormonal seseorang. aktivitas hormonal­
Hasil temuan analisis di atas memberikan in- ini dapat membuat seseorang mengalami in-
formasi bahwa trait kecemasan sebagai varia- gatan terus-menerus, flash back dan mimpi-
bel moderator berfungsi memperlemah atau mimpi yang kadang tampak nyata tentang
me-ngurangi hubungan dukungan sosial de- kejadian traumatis tersebut. Selain hipersen-
ngan trauma. Trait kecemasan merupakan sitivitas terhadap hal-hal yang dapat memicu
prediktor pada tingkat trauma yang dialami memori individu terhadap peristiwa traumatis,
oleh individu. Trait kecemasan merupakan individu juga memiliki peningkatan kesadaran
kecen-derungan yang sifatnya bawaan, seperti yang menjadi ciri khas dari kecemasan secara
halnya pada trait depresi (Shea et. al, 2007). umum, seperti sulit tidur, iritabilitas atau mu-
Sejalan dengan Shea et. al, Weinberg & Gould dah meledak dan kesulitan untuk berkonsen-
(2007), juga menyatakan bahwa trait kece- trasi. Skor yang tinggi pada trait kecemasan
masan adalah bagian dari kepribadian, yaitu mempertinggi skor trauma yang dialami sub-
sesuatu yang diperoleh dan kecenderungan jek penelitian (Ristveldt & Trinkaus, 2009). Hal
tingkah laku atau disposisi dari pengaruh ini sesuai dengan hubungan korelasional pada
tingkah laku. Trait kecemasan yang terdapat deskripsi statistik penelitian ini, dimana skor
pada individu bisa mempengaruhi individu trauma berbanding lurus dengan trait kecema-
dalam menanggapi suatu ancaman. Ancaman san.
yang bagi sebagian individu tidak bersifat men- Secara umum, dukungan sosial dapat
gancam, namun bagi individu dengan trait ke- berkontribusi terhadap kesehatan dan dampak
cemasan tinggi bisa menimbulkan ancaman. negatif stres (Cohen & Wills, 1985). Pada hasil
Ristveldt & Trinkaus (2009) menyatakan penelitian ini, hubungan korelasional menun-
bahwa trait kecemasan memiliki muatan yang jukkan bahwa dukungan sosial berbanding
dapat membuat pengalaman trauma dipersepsi terbalik dengan trauma. Semakin tinggi du-
menjadi lebih berat oleh individu. Seseorang kungan sosial yang diterima individu maka
dengan trait kecemasan tinggi mempersep- akan semakin rendah dampak trauma yang
si pengalaman trauma menjadi pengalaman dirasakan oleh seseorang. Hal ini didukung
yang lebih menyedihkan, lebih depresif dan oleh hasil studi sebelumnya. Hasil studi oleh
lebih mengerikan dibandingkan dengan indi- Flemming et. al. (1982) menunjukkan bahwa
vidu dengan trait kecemasan yang rendah. Hal dukungan sosial dapat secara signifikan me-
tersebut disebabkan oleh aktivitas hormonal ngurangi efek utama gejala-gejala yang dapat
dan neurotransmitter dalam tubuh seseorang. menyebabkan trauma berkepanjangan. Du-
Ristveldt & Trinkaus (2009) menyatakan bah- kungan sosial yang tinggi dapat menyebabkan
wa terdapatnya perbedaan trait kecemasan seseorang secara emosional menjadi lebih sta-
yang dimiliki setiap individu salah sataunya bil. Selain itu, perilaku dari individu dengan

251
JURNAL SAINS DAN PRAKTIK PSIKOLOGI 2014, Volume 2 (3), 243-255

dukungan sosial yang tinggi dapat mengarah lebih rendah dibandingkan dengan partisipan
pada perilaku yang lebih adaptif dibandingkan dengan dukungan sosial yang rendah.
dengan individu dengan dukungan sosial ren-
dah. Simpulan dan rekomendasi
Selain hasil studi di atas, Cohen et. al,
(2000) menyatakan bahwa dukungan so- Simpulan
sial dapat memperkecil akibat yang ditimbul-
kan oleh stres sehingga dapat meningkat- Berdasarkan hasil analisis data yang dilaku-
kan ke-sejahteraan psikologis serta kesehatan kan, diperoleh informasi bahwa dukungan
fisik. Sebaliknya, dukungan sosial yang ren- sosial berhubungan secara signifikan dengan
dah memberikan gejala yang lebih besar pada trauma dengan arah hubungan negatif atau
depresi, alienasi, dan kecemasan yang dialami berbanding terbalik dengan trauma. Trait ke-
oleh kelompok pembanding dalam studi yang cemasan juga berhubungan secara signifikan
dilakukan oleh Flemming et. al (1982). Menu- dengan trauma dan memiliki arah hubungan
rut Johnson & Johnson (1991) terdapat em- yang berbanding lurus dengan trauma. Infor-
pat manfaat dukungan sosial, salah satunya masi lainnya adalah trait kecemasan bisa di-
adalah pengelolaan terhadap stress dan tekan- posisikan sebagai variabel moderator yang
an. Trauma merupakan salah satu bentuk befungsi untuk memperkuat atau memper-
tekanan yang muncul dalam bentuk peristiwa lemah hubungan antara dukungan sosial de-
mengerikan dalam hidup. Subjek dengan du- ngan trauma. Dalam penelitian ini fungsi trait
kungan sosial tinggi, akan dapat mengelola kecemasan sebagai moderator adalah mem-
peristiwa penuh stress dan tekanan tersebut perlemah hubungan dukungan sosial dengan
lebih baik diban-dingkan subjek dengan du- trauma. Hasil penelitian yang telah dilakukan
kungan sosial yang rendah. Selain itu, secara sesuai dengan hipotesis penelitian yaitu ter-
umum individu dengan dukungan sosial tinggi dapat hubungan negatif antara dukungan so-
akan mendapatkan kesejahteraan psikologis sial dengan trauma yang dimoderasi trait ke-
sehingga berdampak pada kemampuan adap- cemasan pada korban perdagangan manusia.
tasi yang tinggi pula. Kemampuan adaptasi ini
juga dapat merujuk pada kemampuan me- Rekomendasi
nyesuaiakan diri dengan kondisi stress yang
ditimbulkan oleh trauma. Faktor ekonomi yang terbatas menjadikan se-
Hasil studi lainnya yang mendukung pene- bagian subjek rentan kembali bekerja sebagai
litian ini adalah hasil studi oleh Erikson et. al korban perdagangan manusia. Namun karena
(2001). Studi menemukan bahwa secara sig- perdagangan manusia mengakibatkan dampak
nifikan, subjek dengan dukungan sosial yang negatif baik psikis dan fisik, maka subjek di-
diperoleh baik dari teman maupun keluarga rekomendasikan untuk tidak terlibat kembali
menunjukkan gejala trauma lebih rendah. pada aktivitas perdagangan manusia.
Sama halnya dengan studi oleh Flemming et. Subjek dapat mengembangkan keahlian-
al (1982), interaksi yang signifikan antara du- keahlian yang lebih positif setelah melewati
kungan sosial dan gejala trauma ini disebab- masa treatmen dan pemulihan dari trauma,
kan oleh kesejahteraan psikologis partisipan untuk menunjang keberfungsi subjek di bidang
yang meningkat seiring dengan meningkatnya sosial dan pekerjaan. Berdasarkan hasil pene-
dukungan yang diterima, khusunya dukungan litian ini, diketahui bahwa trait kecemasan ber-
sosial yang diberikan oleh keluarga dan teman. hubungan dengan trauma. Dengan memahami
Dalam studi ini, Erikson et. al (2001) juga me- hubungan tersebut, maka dapat dilakukan in-
maparkan bahwa dukungan sosial yang paling tervensi untuk mengurangi kecemasan melalui
signifikan memperkecil efek dan gejala trauma pendekatan kognitif seperti REBT, CBT dan
adalah dukungan sosial berupa penerimaan melakukan relaksasi.
oleh keluarga dan teman kepada partisipan. Hasil penelitian juga memberikan informa-
Partisipan dalam studi tersebut menunjukkan si bahwa dukungan sosial juga berpengaruh
bahwa ketika mereka mengalami peristiwa yang terhadap trauma sehingga untuk mereduksi
menakutkan dalam hidup dan juga mendapat- trauma pada korban perdagangan manusia
kan dukungan sosial yang lebih banyak, maka perlu dilakukan intervensi untuk meningkat-
mereka akan mengalami gejala trauma yang kan dukungan sosial terutama dukungan so-

252
JURNAL SAINS DAN PRAKTIK PSIKOLOGI 2014, Volume 2 (3), 243-255

sial dari keluarga dan lingkungan sekitar. In- exposed to war: Practice and policy initiatives.
tervensi bisa dilakukan psikoedukasi tentang Journal of Child Psychology & Psychiatry & Al-
bagaimana mensupport anggota keluarga dan lied Disciplines, 45, 41-62.
lingkungan sosial untuk menerima anggota ke- Brewin, C. R., Rose, S., Andrews, B., Green, J., Tata,
luarganya yang berstatus korban perdagangan P., McEvedy, C., Turner, S. & Foa, E. B. (2002).
manusia. Brief screening instrument for post traumatic
Data penelitian menunjukkan bahwa se- stress disorder. British Journal of Psychiatry,
luruh subjek yang berpartisipasi dalam pene- 181, 158 – 162
litian ini adalah berasal dari yayasan yang me- Cohen, S., Underwood, L.G., & Gottlieb, B.H. (Eds.).
nampung korban perdagangan manusia yang (2000). Social support measurement and inter-
ada di kalimantan. Sehingga direkomendasi- vention: A guide for health and social scientists.
kan penelitian selanjutnya dapat menjaring New York: Oxford University Press.
partisipan secara lebih luas sebagai subjek Cohen, S., Mermelstein, R., Kamarck, T., & Hober-
penelitian. Ditinjau dari variabel yang digu- man, H. (1985). Measuring the functional com-
nakan dalam penelitian relatif masih sedikit, ponents of social support. The Hague, Holland:
oleh karena itu peneliti selanjutnya diharap- Martinus Nijhoff.
kan menambahkan jumlah variabel lain yang Cohen, S. Sherrod, D. R., & Clark, M. S. (1986). So-
relevan. Penambahan ini dimaksudkan agar cial skills and the stress-protective rule of social
hasil penelitian lebih kaya dan lebih banyak support. Journal of Personality and Social Psy-
memuat informasi yang berkaitan dengan kor- chology, 50, 963-973.
ban perdagangan manusia sebagai isu yang Cohen, S. & Wills, T. A. (1985). Stress, social support
masih berkembang di Indonesia. and the buffering hypothesis. Psychological Bul-
Peristiwa kehidupan yang mengerikan letin, 98, 310-357.
pada korban perdagangan manusia mem- End Child Prostitution and Trafficking Internation-
berikan dampak negatif terutama masalah al. (2006). Combating the trafficking in children
psikologis dan sosial. Direkomendasikan lebih for sexual purposes: A training guide. Bangkok,
meningkatkan pelayanan, terutama berkaitan Thailand: Author.
dengan penyelesaian permasalahan psikologis End Child Prostitution and Trafficking International.
pada korban perdagangan manusia. (2007). Upholding the right of children to live free
from commercial sexual exploitation: Interven-
tions and recommendations. Bangkok, Thailand:
Daftar Pustaka Author.
Eriksson, C.B., Van De Kemp, H., Gorsuch, R.,
Allen, J. G. (1995). Coping with trauma: A guide to Hoke, S., & Foy, D.W. (2001). Trauma exposure
self-understanding. Washington, DC: American and PTSD symptoms in international relief and
Psychiatric Press. development personnel. Journal of Traumatic
Andari, A. J. (2011). Analisis viktimisasi struktural Stress, 14, 205-219.
terhadap tiga korban perdagangan perempuan Erickson, M.F., & Egeland, B. (l987). A developmen-
dan anak perempuan. Jurnal Kriminologi Indo- tal view of the psychological consequences of
nesia, 7 (3), 307-319. maltreatment. School Psychology Review, 16
Browne, A., & Finkelhor, D. (1986). Impact of child (2), 156-168.
sexual abuse: A review of the research. Psycho- Ford, J.D., & Kidd, P. (1998). Early childhood trau-
logical Bulletin, 99, 66–77. ma and disorders of extreme stress as predictors
Briere, J., & Spinazzola, J. (2005). Phenomenology of treatment outcome with chronic PTSD. Jour-
and psychological assessment of complex post- nal of Traumatic Stress, 11, 743–761.
traumatic states. Journal of Traumatic Stress, 18 Fleming, R., Baum, A., Gisriel, M.M., & Gatchel, R.J.
(5), 401-412. (1982). Mediating influences of social support
Baron, R. A., dan Byrne, D. (2005). Psikologi Sosial on stress at Three Mile Island. Journal of Human
Jilid 2 Edisi Kesepuluh. Jakarta: Erlangga. Stress, 8, 14-22
Bales, K. et al. (2005). Hidden slaves: Forced labor GAO. (2006). Human trafficking: Better data, strate-
in the united states. Berkeley Journal Interna- gy, and reporting needed to enhance u.s anti-traf-
tional, 47, 49. ficking efforts abdroad. Washington DC: GAO.
Barenbaum, J., Ruchkin, V., & Schwab-Stone, M. Gianakos, 1. (1999). Career counseling with battered
(2004). The psychosocial aspects of children women. Journal of Mental Health Counseling, 21,

253
JURNAL SAINS DAN PRAKTIK PSIKOLOGI 2014, Volume 2 (3), 243-255

1-14 outcomes. Archives of General Psychiatry, 59,


Hopper, E. & Hidalgo, J. (2006). Invisible chains: 139–145.
Psychological coercion of human trafficking vic- Pickett,G.Y. (1998). Therapist in Distress: An integra-
tims. Intercultural Human Rights Law Review, 2, tive look at burnout, secondary traumatic stress
185-209. and vicarious traumatization. Dissertation. Uni-
Hupcey, J. E. (1998a). Clarifying the social support versity of Missouri-St. Louis.
theory-research linkage. Journal of Advanced Rafferty, Y. (2008). The impact of trafficking on chil-
Nursing, 27 (6), 1231-1241. dren: Psychological and social policy perspec-
Hupcey, J. E. (1998b). Social support: Assessing con- tives. Child Development Perspectives, 2 (1),
ceptual coherence. Qualitative Health Research, 13-18.
8 (3), 304-318. Rieger, A. (2007). Missing the mark: Why the traf-
Inter-Parliamentary Union & United Nations Chil- ficking victims protection and act faills to pro-
dren Fund. (2005). Combating child trafficking: tect sex trafficking victims in the United States.
Handbook for parliamentarians, No. 9. Geneva, Harvard Journal of Law & Gender, 30, 231-256.
Switzerland: Author. Ristvedt, S. L. & Trinkaus, K. M. (2009). Trait anxi-
Johnson. D. W, Johnson. F. (1991). Joining together. ety as an independent predictor of poor helath
Group theory and groupskill. Fourth edition. En- –related quality of life and post-traumatic stress
glewood Cliffts: Prentice Hall Inc symptoms in rectal cancer. British Journal of
Kendall-Tackett, K. A., Williams, L. M., & Finkelhor, Health Psychology, 14 (4), 701-715.
D. (2001). Impact of sexual abuse on children: a Shannon, S. (1999). Prostitution and the mafia: The
review and synthesis of recent empirical studies. involvement of organized crime in the global sex
In R. Bull (Ed.), Children and the law: The es- trade. Illegal Immigration and Commercial Sex,
sential readings. Malden, MA: Blackwell. 119, 121.
Kaufman, J. (1991). Depressive disorders in mal- Sneddon, H. (2003). The effects of maltreatment on
treated children. Journal of the American Acad- children’s health and well-being. Child Care in
emy of Child and Adolescent Psychiatry, 30, Practice, 9, 236–250.
257–265. Spielberger, C. D., Grossuch, R. L., Lushene, P. R.,
Koricanac, I. (2013). Human trafficking trauma and Vagg, P. R. & Jacobs, G. A. (1983). Manual for
psychotherapy. Belgrade: NGO ASTRA Anti Traf- the State-Trait Anxiety Inventory.Consulting Psy-
ficking Action & Tamara Vucasovic. chology Press, Inc.
Lonergan, B. A. (1999). The development of trauma Spielberger, C. D. (1972). Anxiety: Current trends in
therapist: A qualitative studi of the therapist’s theory and research: I. New York, N.Y:Academic
perspectives and experiences. Colorado: Coun- Press.
selling Psychology. Spielberger, C. D. & Sydeman, S. J. (1994). State-
Lazzarini, V. & Kusumaningrum, N. I. (2010). Mem- Trait Anxiety Inventory and State-Trait Anger
bangun semangat menumbuhkan harapan: Expression Inventory. Hillsdale, NJ: Lawrence
Menanggulangi dampak psikologis pasca peristi- Erlbaum Association.
wa traumatis. Aceh Besar : Yayasan TIFA ICCO. Stamm, B.H. (1999). Secondary traumatic stress. Self
Liana, L. (2009). Penggunaan MRA dengan SPSS un- care issues for clinicians, researchers & educa-
tuk menguji pengaruh variabel moderating ter- tors. MD : Sidran Press.
hadap hubungan antara vaariabel independen Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT.
dan variabel dependen. Jurnal Teknologi Infor- Grasindo
masi, 14 (2), 90-97. Shea, A. K., Steiner, D. L., Fleming, A., Kamath, M.
Malarek., V. (2006). Natasha: menyibak perdagan- V., Broad, K. & Seiner, M. (2007). The effect of
gan sex dunia. Jakarta: Serambi. depression, snxiety and early life trauma on the
Malloch, M., Warden, T. & Hamilton-Smith, N. cortisol awakening response during pregnancy:
(2012). Care and support for adult victims of Preliminary results. Psychoneuroendocrinology,
trafficking in human beings: A review. Scottish 32 (8), 1013-1020.
Centre for Crime and Justice Research: Scottish Suhardin, Y. (2008). Tinjauan yuridis mengenai
Government Social Research. perdagangan orang dari perspektif hak asasi
Nelson, E. C., Heath, A. C., Madden, P. A. F., Coo- manusia. Mimbar Hukum,20(3), 411-588.
per, M. L., Pinwiddie, S. H., Bucholz, K. K., et al. Twitty, C. T. (2004). Pretty pennies for pretty faces:
(2002). Association between self-reported child- Traficking of women for the internationalsex
hood sexual abuse and adverse psychosocial trade. Regent Journal International, 115, 122.

254
JURNAL SAINS DAN PRAKTIK PSIKOLOGI 2014, Volume 2 (3), 243-255

United Nations Division for the Advancement of Weinberg & Gould, (2007). Foundation of sport and
Women. (2002). Trafficking in women and girls: exercise phychology. Champaign II: Human Kin-
Report of the Expert Group Meeting. estetics.
United Nations Children’s Fund. (2005). Excluded Zeidner, M. & Ben-Zur, H. (1994). Individual dif-
and invisible: The state of the world’s children, ferences in anxiety, coping, and post-traumatic
2006. New York: Author. stress in the aftermath of the Persian Gulf War.
Williamson, E., Dutch, N. M., & Clawson, H. J. Personality and Individual Differences, 16 (3),
(2010).Evidence-based mental helath treatment 459-476.
for victims of human trafficking.U.S Departement Zimmerman, C.,Yun, K., Shvab, I., Watts, C., Trap-
of Helath & Human Trafficking. polin, L., Treppete,M., et. al. (2003). The health
Weathers, F.W., Litz, B.T., Herman, D.S., Huska, risks and consequences of trafficking in women
J.A. & Keane, T.M. (1993) The PTSD Checklist and adolescents. Findings from a European
(PCL): Reliablity, validity, and diagnostic utility. study. London School of Hygiene & Tropical
Paper presented atthe 9th Annual Conference of Medicine.
the ISTSS, San Antonio.

255

Anda mungkin juga menyukai