Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Perkembangan Peserta Didik

Perkembangan Emosi

Disusun oleh:

Kelompok 4

1. Atik Ma’rifah 192150002


2. Nur Hikmah 192150003
3. Arviani Nur Wahidah 192150007
4. Riza Nurihwana 192150011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat-Nya.
Kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya dan
para sahabatnya hingga akhir zaman.
Penulisan makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas Perkembangan Peserta
Didik dengan judul “Perkembangan Emosi” dengan Dosen pengampu ialah
Nurhidayati, S.Pd.I., M.Pd.
Dalam penulisan makalah ini tentunya tidak lepas dari kekurangan, baik
aspek kuantitas maupun aspek kualitas. Semua ini didasarkan dari keterbatasan
yang kami miliki sehingga membutuhkan kritik dan saran yang bersifat
membangun agar penulisan makalah kedepannya lebih baik lagi. Sehingga pada
akhirnya makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan mahasiwa lainnya.

Purworejo, Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………

DAFTAR ISI…………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……………………………………………


B. Rumusan Masalah…………………………………………………
C. Tujuan…………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Emosi…………………………………………………
B. Bentuk- Bentuk Emosi……………………………………………
C. Karakteristik Perkembangan Emosi………………………………
D. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi……..
E. Hubungan Antara Emosi dan Tingkah Laku serta
Pengaruh Emosi Terhadap Tingkah Laku
F. Perbedaan Individual dalam Perkembangan Emosi………….
G. Upaya Pengembangan Emosi Remaja dan Implikasinya dalam
Penyelenggaraan Pendidikan

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………….
B. Saran ……………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan seseorang pada umumnya penuh dorongan dan minat


untuk mencapai atau memiliki sesuatu. Perjalanan kehidupan tiap-tiap
orang tidak selalu sama. Kehidupan mereka masing-masing berjalan
menurut polanya sendiri-sendiri. Seseorang yang pola kehidupannya
berlangsung mulus, di mana dorongan-dorongan dan keinginan-keinginan
atau minatnya dapat terpenuhi atau dapat berhasil dicapai, ia (mereka)
cenderung memiliki perkembangan emosi yang stabil dan dengan
demikian dapat menikmati hidupnya. Tetapi sebaliknya, jika dorongan dan
keinginannya tidak berhasil terpenuhi, baik hal itu disebabkan kurangnya
kemampuan untuk memenuhinya atau karena kondisi lingkungan yang
kurang menunjang, sangat dimungkinkan perkembangan emosionalnya
mengalami gangguan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian emosi?
2. Apa saja bentuk- bentuk emosi?
3. Bagaimana hubungan antara emosi dan tingkah laku?
4. Bagaimana karakteristik perkembangan emosi remaja?
5. Apa saja faktor yang mempengaruhi emosi remaja?
6. Bagaimana perbedaan individu dalam perkembangan emosional?
7. Bagaimana upaya mengembangkan emosi remaja dan implikasinya
bagi pendidik?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian emosi
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk emosi
3. Untuk mengetahui hubungan antara emosi dan tingkah laku
4. Untuk mengetahui karakteristik perkembangan emosi remaja
5. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi emosi remaja
6. Untuk mengetahui perbedaan individu dalam perkembangan emosional
7. Untuk mengetahui upaya mengembangkan emosi remaja dan
implikasinya bagi pendidik
8. Untuk dijadikan bahan diskusi mata kuliah Perkembangan Peserta
Didik
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Emosi
Perbuatan atau perilaku kita sehari-hari pada umumnya disertai oleh perasaan-
perasaaan tertentu, seperti perasaan seneng atau tidak senang. Perasaan senang
atau tidak senang yang terlalu menyertai perbuatan-perbuatan kita sehari-hari
disebut warna afektif. Warna afektif ini kadang-kadang kuat, kadang-kadang
lemah, atau kadang-kadang tidak jelas (samar-samar). Dalam hal warna afektif
tersebut kuat, maka perasaan-perasaan menjadi lebih mendalam, lebih luas, dan
lebih terarah. Perasaan-perasaan seperti ini disebut emosi(Sarlito, 1982: 58). Di
samping perasaan senang atau tidak senang, beberapa contoh macam emosi yang
lain adalah gembira, cinta, marah, takut cemas, dan benci.
Emosi dan perasaan adalah dua hal berbeda. Tetapi perbedaan antara
keduanya berbeda tidak dapat dinyatakan dengan tegas. Menurut Crow & Crow
(1958) pengertian emosi itu adalah sebagai berikut: “ An emotion, is an affective
experience that accompanies generalized inner adjustment and mental and
physiological stirred up states in the individual, and that shows it self in his overt
behavior.”
Berikut pengertian emosi menurut para ahli:
1. Hathersall (dalam Mudjiran, 2007: 224), merumuskan pengertian emosi
sebagai situasi psikologi yang merupakan pengalaman subjektif yang dapat
dilihat dari reaksi wajah dan tubuh.
2. Menurut Sarlito (1982; 59), perbuatan atau perilaku kita sehari- hari pada
umumnya disertai oleh perasaan- perasaan tertentu, seperti perasaan
senang atau tidak senang. Perasaan senang atau tidak senang yang
menyertai kita sehari-hari disebut warna afektif. Perasaan afektif ini
kadang kuat dan kadang lemah atau kadang- kadang tidak jelas. Perasaan
seperti ini disebut perasaan emosi.
3. Lindsley, berpendapat bahwa emosi disebabkan oleh pekerjaan yang
terlampau keras dari susunan saraf terutama otak, misalnya apabila
individu mengalami frustasi, susunan saraf bekerja sangat keras yang
menimbulkan sekresi kelenjar-kelenjar tertentu yang dapat mempertinggi
pekerjaan otak, maka hal itu menimbulkan emosi.
Jadi, emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam
diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku
yang tampak.
B. Bentuk-Bentuk Emosi
Meskipun emosi sedemikian kompleksnya, namun Daniel Goleman dalam Ali
dan Asrosi, 2005: 63) mengidentifikasi sejumlah kelompok emosi, yaitu sebagai
berikut:
1. Amarah, didalamnya meliputi brutal, mengamuk,benci, marah besar,
jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung,
bermusuhan, tindak kekerasan dan kebencian patologis.
2. Kesedihan, didalamnya meliputi pedih, sedih, muram, suram, melankolis,
mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa dan depresi.
3. Rasa takut, didalamnya meliputi cemas, takut, gugup, khawatir, was-was,
perasaan takut sekali, sedih, waspada, tidak tenang, ngeri, kecut, panik,
dan phobia.
4. Kenikmatan, didalamnya meliputi bahagia, gembira, ringan puas, riang,
senang, terhibur, bangga, kenikmatan indrawi, takjub, terpesona, puas,
rasa terpenuhi, girang, senang sekali dan mania
5. Cinta, didalamnya meliputi penerimaan, persahabatan, percayaan,
kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, dan kasih sayang.
6. Terkejut, didalamnya meliputi terkesiap, takjub dan terpana
7. Jengkel, didalamnya meliputi hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka
dan mau muntah.
8. Malu, didalamnya meliputi rasa bersalah, malu hati, kesal hati, menyesal,
hina, aib dan hati hancur lebur.

Berdasarkan sebab dan reaksi yang ditimbulkan, emosi dikelompokkan


menjadi tiga, yaitu:
1. Emosi yang berkaitan dengan perasaan (syaraf-syaraf jasmaniah),
misalnya perasaan dingin, panas, hangat, sejuk dan sebagainya.
Munculnya emosi seperti ini lebih banyak dirasakan karena faktor fisik
diluar individu, misalnya cuaca, kondisi ruangan, dan tempat dimana
individu itu berada.
2. Emosi yang berkaitan dengan kondisi fisiologis, misalnya sakit, meriang
dan sebagainya. Munculnya emosi seperti ini lebih banyak dirasakan
karena faktor kesehatan.
3. Emosi yang berkaitan dengan kondisi psikologis, misalnya cinta, rindu,
sayang, benci dan sejenisnya. Munculnya emosi seperti ini lebih banyak
dirasakan karena faktor hubungan dengan orang lain.

C. Karakteristik Perkembangan Emosi


Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan
tekanan”, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari
perubahan fisik dan kelenjar. Meningginya emosi terutama karena anak (laki-laki
ataupun perempuan) berada di bawah tekanan sosial dan mereka menghadapi
kondisi baru, sedangkan selama masa kanak- kanak ia kurang mempersiapkan diri
untuk menghadapi keadaan- keadaan itu. Tidak semua remaja mengalami masa
badai dan tekanan, namun benar juga bila sebagian besar remaja mengalami
ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi usaha penyesuaian diri
terhadap pola prilaku baru dan harapan sosial baru.
Pola emosi masa remaja adalah sama dengan pola emosi masa kanak- kanak.
Jenis emosi yang secara normal dialami adalah: cinta/ kasih sayang, gembira,
amarah, takut dan cemas, cemburu, sedih, dan lain-lain. Perbedaannya terletak
pada macam dan derajat rangsangan yang membangkitkan emosinya, dan
khususnya pola pengendalian yang dilakukan individu terhadap ungkapan emosi
mereka.
Remaja sendiri menyadari bahwa aspek-aspek emosional dalam kehidupan
adalah penting (jersild, 1957: 133). Untuk selanjutnya berikut ini dibahas
beberapa kondisi emosional seperti: cinta/ kasih sayang, gembira, kemarahan dan
permusuhan, ketakutan dan kecemasan.
a. Cinta atau Kasih Sayang
Faktor penting dalam kehiupan remaja adalah kapasitasnya untuk
mencintai orang lain dan kebutuhannya untuk mendapatkan cinta dari orang
lain. Kemampuan untuk menerima cinta sama pentingnya dengan
kemampuan untuk memberinya.
Walaupun remaja bergerak ke dunia pergaulan yang lebih luas, dalam
dirinya masih terdapat sifat kanak-kanaknya. Remaja membutuhkan kasih
sayang di rumah yang sama banyaknya dengan apa yang mereka alami pada
tahun-tahun sebelumnya. Karena alasan inilah maka sikap menentang
mereka, menyalahkan mereka secara langsung, mengolok-olok mereka pada
waktu pertama kali mengolok-olok mereka karena mencukur kumisnya,
adanya perhatian terhadap lawan jenisnya, merupakan tindakan yang kurang
bijaksana.
Tampaknya tidak ada manusia, termasuk remaja, yang dapat hidup
bahagia dan sehat tanpa mendapatkan cinta dari orang lain. Kebutuhan untuk
memberi dan menerima cinta menjadi sangat penting walaupun kebutuhan-
kebutuhan akan perasaan itu disembunyikan secara rapi. Para remaja yang
berontak secara terang-terangan, nakal, dan mempunyai sikap permusuhan
besar kemungkinannya disebabkan oleh kurangnya rasa cinta dan dicintai
yang tidak disadari.
b. Gembira
Pada umumnya individu dapat mengingat kembali pengalaman-
pengalaman yang menyenangkan yang dialami selama remaja. Jika kita
menghitung hal-hal yang menyenangkan tersebut kita agaknya mempunyai
cerita yang panjang dan lengkap tentang apa yang terjadi dalam
perkembangan emosional remaja.
Perasaan gembira dari remaja belum banyak diteliti. Perasaan gembira
sedikit mendapat perhatian dari petugas peneliti daripada perasaan marah dan
takut atau tingkah laku problema lain yang memantulkan kesedihan. Rasa
gembira akan dialami apabila segala sesuatunya berlangsung dengan baik dan
para remaja akan menglami kegembiraan jika ia diterima sebagai seorang
sahabat atau bila ia jatuh cinta dan cintanya itu mendapat sambutan (diterima)
oleh yang dicintai.
c. Kemarahan dan Permusuhan
Sejak masa kanak-kanak, rasa marah telah dikaitkan dengan usaha
remaja untuk mencapai dan memiliki kebebasan sebagai seorang pribadi yang
mandiri. Rasa marah merupakan gejala yang penting di antara emosi-emosi
yang memainkan peranan yang menonjol dalam perkembangan kepribadian.
Rasa marah juga penting dalam kehidupan, karena melalui rasa marahnya
seseorang mempertajam tuntutannya sendiri dan pemilikan minat-minatnya
sendiri.
Kondisi-kondisi dasar yang menyebabkan timbulnya rasa marah kurang
lebih sama, tetapi ada beberapa perubahan sehubungan dengan pertambahan
umurnya dan kondisi-kondisi tertentu yang menimbulkan rasa marah atau
meningkatnya penguasaan kendali emosional. Banyaknya hambatan yang
menyebabkan anak kehilangan kendali terhadap rasa marah, sedikit
berpengaruh pada kehidupan emosional remaja. Tetapi rasa marah tersebut
terus akan berlanjut pemunculannya apabila minat-minatnya, rencana-
rencananya, dan tindakan-tindakannya dirintangi.
Dalam upaya memahami remaja, ada 4 (empat) faktor yang sangat
penting sehubungan dengan rasa marah.
1) Adanya kenyataan bahwa perasaan marah berhubungan dengan usaha
manusia untuk memiliki dirinya dan menjadi diri sendiri.
2) Pertimbangan penting lainnya ialah ketika individu mencapai masa
remaja, dia tidak hanya merupakan subjek kemarahan yang
berkembang dan kemudian menjadi surut, tetapi juga mempunyai
sikap-sikap di mana ada sisa kemarahan dalam bentuk permusuhan
yang meliputi sisa kemarahan masa lalu.
3) Seringkali perasaan marah sengaja disembunyikan dan seringkali
tampak dalam bentuk yang samar- samar .
4) Kemarahan mungkin berbalik pada dirinya sendiri. Dalam beberapa
hal, aspek ini merupakan aspek yang sangat penting dan juga paling
sulit dipahami.
d. Ketakutan dan kecemasan
Menjelang anak mencapai masa remaja, dia telah mengalami serangkaian
perkembangan panjang yang mempengaruhi pasang surut berkenaan dengan
rasa ketakutanya. Beberapa rasa takut yang terdahulu telah teratasi, tetapi
banyak yang masih tetap ada. Banyak ketakutan-ketakutan baru muncul
karena adanya kecemasan-kecemasan dan rasa berani yang bersamaan dengan
perkembangan remaja itu sendiri.
Semua remaja sedikit banyak takut terhadap waktu. Beberapa di antara
mereka merasa takut hanya pada kejadian-kejadian bila mereka dalam
bahaya. Beberapa orang dapat mengalami rasa takut sampai berhari-hari atau
bahkan bermingggu- minggu.
Remaja seperti halnya anak- anak dan orang dewasa, seringkali berusaha
untuk mengatasi ketakutan-ketakutan yang timbul dari persoalan-persoalan
kehidupan. Satu-satunya cara untuk menghindarkan diri dari rasa takut adalah
menyerah terhadap rasa takut, seperti terjadi bila seseorang begitu takut
sehingga ia tidak berani mencapai apa yang ada sekarang atau masa depan
yang tidak menentu.
Biehler (1972) membagi ciri- ciri emosional remaja menjadi dua rentang
usia, yaitu usia 12-15 tahun dan usia 15-18 tahun:
1. Ciri- ciri emosional usia 12-15 tahun
 Cenderung banyak murung dan tidak dapat diterka.
 Bertingkah laku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal rasa
percaya diri.
 Kemarahan biasa terjadi.
 Cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan ingin selalu
menang sendiri.
 Mulai mengamati orang tua dan guru- guru mereka secara
objektif.
2. Ciri- ciri emosional usia 15-18 tahun
 “Pemberontakan” remaja merupakan ekspresi dari perubahan
yang universal dari masa kanak- kanak ke dewasa.
 Banyak remaja mengalami konflik dengan orang tua mereka.
 Sering melamun, memikirkan masa depan mereka.

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi


Sejumlah penelitian tentang emosi anak menunjukkan bahwa
perkembangan emosi mereka bergantung pada faktor kematangan dan faktor
belajar (Hurlock, 1960: 266). Perkembangan intelektual menghasilkan
kemampuan untuk memahami makna yang sebelumnya tidak dimengerti,
memperhatikan satu rangsangan dalam jangka waktu yang lebih lama, dan
menimbulkan emosi terarah pada satu objek. Perkembangan kelenjar
endokrin penting untuk mematangkan perilaku emosional. Bayi secara
relative kekurangan produksi endokrin yang diperlukan untuk menopang
reaksi fisiologis terhadap stres. Kelenjar adrenalin yang memainkan peran
utama pada emosi mengecil secara tajam segera setelah bayi lahir. Tidak lama
kemudian kelenjar itu mulai membesar lagi, dan membesar dengan pesat
sampai anak berusia lima tahun, pembesarannya melambat pada usia 5-11
tahun, dan membesar lebih pesat lagi sampai anak berusia 16 tahun. Pada usia
16 tahun kelenjar tersebut mencapai kembali ukuran semula seperti saat anak
lahir. Hanya sedikit adrenalin yang diproduksi dan dikeluarkan sampai saat
kelenjar itu membesar. Kegiatan belajar turut menunjang perkembangan
emosi. Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi, antara lain
adalah:
1. Belajar dengan coba- coba
2. Belajar dengan cara meniru
3. Belajar dengan cara mempersamakan diri (learning by identification).
4. Belajar pengkondisian
5. Pelatihan atau belajar di bawah bimbingan dan pengawasan, terbatas
pada aspek reaksi.

E. Hubungan Antara Emosi dan Tingkah Laku serta Pengaruh Emosi terhadap
Tingkah Laku
Rasa takut atau marah dapat menyebabkan seseorang gemetar. Dalam
ketakutan, mulut menjadi kering, cepatnya jantung berdetak atau berdenyut,
derasnya aliran darah atau tekanan darah, Sistem pencernaan mungkin
berubah selama pemunculan emosi. Cairan pencernaan atau getah lambung
terpengaruh oleh gangguan emosi. Keadaan emosi yang menyenangkan dan
rileks berfungsi sebagai alat pembantu untuk mencerna, sedangkan perasaan
tidak enak atau tertekan menghambat atau mengganggu pencernaan.
Diantara rangsangan yang meningkatkan kegiatan kelenjar sekresi dari
getah lambung adalah ketakutan- ketakutan yang kronis, kegembiraan yang
berlebihan, kecemasan- kecemasan, dan kekuatiran- kuatiran. Semua ini
menyebabkan menurunya kegiatan sistem pencernaan dan kadang- kadang
menyebabkan sembelit. Satu- satunya cara penyembuhan yang efektif adalah
menghilangkan penyebab dari ketegangan emosi.
Gangguan emosi juga dapat menjadi penyebab kesulitan berbicara.
Hambatan- hambatan dalam berbicara tertentu telah diketemukan bahwa tidak
disebabkan oleh kelainnan dalam organ berbicara. Ketegangan emosional
yang cukup lama mungkin menyebabkan seseorang gagap. Seorang gagagp
seringkali relatife dapat normal dalam berbicara, apabila mereka dalam
keadaan relaks atau senang.
Sikap takut, malu- malu atau agresif dapat merupakan akibat dari
ketegangan emosi atau frustasi dan dapat muncul dengan hadirnya individu
tertentu atau situasi tertentu. Justru karena reaksi kita berbeda- beda terhadap
setiap orang yang kita jumpai, maka jika kita merespon dengan cara yang
sangat khusus terhadap hadirnya individu- individu tertentu akan merangsang
timbulnya emosi tertentu.
Seorang siswa tidak senang kepada gurunya bukan karena pribadi guru,
namun bisa disebabkan sesuatu yang terjadi pada anak sehubungan dengan
situasi kelas. Jika ia merasa malu karena gagal dalam menghafal bahan
pelajaran di muka kelas, pada kesempatan lain ia mungkin takut untuk
berpartisipasi dalam kegiatan menghafal. Akibatnya ia mungkin memutuskan
untuk membolos, atau mungkin ia melakukan kegiatan yang lebih jelek lagi
yaitu melarikan diri dari semuanya itu, dari orang tua nya, guru- gurunya,
atau dari otoritas- otoritas lainnya. Penderitaan emosional dan frustasi
mempengaruhi efektifitas belajar. Faktor- faktor afektif dalam pengalaman
individu mempengaruhi jumlah dan luasnya apa yang di pelajarinya.
Motifasi untuk belajar akn membantu individu dalam memusatkan
perhatian pada apa yang ia sedang kerjakan dan dengan cara itu barati ia akan
memperoleh kepuasan. Karena reaksi setiap pelajar tidak sama, rangsangan
untuk belajar yang diberikan harus berbeda- beda dan disesuaikan dengan
kondisi anak. Dengan demikian, rangsangan- rangsangan yang menghasilkan
perasaan yang tidak menyenangkan, akan sangat mempengaruhi hasil belajar
dan demikian pula rangsangan yang menghasilkan perasaan yang
menyenangkan akan mempermudah siswa belajar.

F. Perbedaan Individual dalam Perkembangan Emosi


Meskipun pola perkembangan emosi dapat ddiramalkan, tetapi terdapat
perbedaan dalam segi frekuensi, intensitas, serta jangka waktu dari berbagai
macam emosi, dan juga saat permunculannya. Perbedaan ini sudah mulai
terlihat sebelum masa bayi berakhir dan semakin bertambah frekuensinya
serta lebih mencolok sehubungan dengan dengan bertambahnya usia anak-
anak.
Dengan meningkatnya usia anak, semua emosi diekspresikan secara lebih
lunak karena mereka telah mempelajari reaksi orang lain terhadap luapan
emosi yang berlebihan, sekalipun emosi itu berupa kegembiraan atau emosi
yang menyenangkan lainnya. Selain itu karena anak-anak mengekang
sebagian ekspresi emosi mereka, emosi tersebut cenderung bertahan lebih
lama daripada jika emosi itu diekspresikan secara lebih terbuka. Oleh sebab
itu, ekspresi emosional mereka menjadi berbeda-beda.
Perbedaan itu sebagian disebabkan oleh keadaab fisik anak pada saat itu
dan taraf kemampuan intelektualnya, dan sebagian lagi disebabkan oleh
kondisi lingkungan. Anank yang sehat cenderung kurang emosional
dibandingkan dengan anak yang kurang sehat. Ditinjau kedudukannya
sebagai anggota suatu kelompok, anak-anak yang pandai bereaksi lebih
emosional terhadap berbagai macam rangsangan dibandingkan dengan anak-
anak yang kurang pandai. Tetapi sebaliknya mereka juga cenderung lebih
mampu mengendalikan ekspresi emosi.
Ditinjau dari kedudukannya sebagai anggota suatu kelompok keluarga,
anak laki-laki lebih sering dan lebih kuat mengekspresikan emosi yang sesuai
dengan jenis kelamin mereka. Misalnya marah bagi laki-laki, dibandingkan
dengan emosi, takut, cemas, dan kasih sayang yang dianggap lebih bagi
sesuai bagi perempuan. Rasa cemburu dan marah lebih umum terdapat di
kalangan keluarga besar, sedangkan rasa iri lebih umum terdapat di kalangan
keluarga kecil. Rasa cemburu dan ledakan marah juga lebih umum dan lebih
kuat di kalangan anak pertama dibandingkan dengan anak yang lahir
kemudian dalam keluarga yang sama.
Cara mendidik yang otoriter mendorong perkembangan emosi kecemasan
dan takut, sedangkan cara mendidik yang permisif atau demokratis
mendorong berkembangnya semangat dan rasa kasih sayang. Anak-anak dari
keluarga yang berstatus sosial ekonomi rendah cenderung lebih
mengembangkan rasa takut dan cemas dibandingkan dengan mereka yang
berasal dari keluarga berstatus sosial ekonomi tinggi.

G. Upaya Pengembangan Emosi Remaja dan Implikasinya dalam


Penyelenggaraan Pendidikan
Dalam kaitannya dengan emosi remaja awal yang cenderung banyak
melamun dan sulit diterka, maka satu-satunya hal yang dapat dilakukan oleh
guru adalah konsisten dalam pengelolaan kelas dan memperlakukan siswa
seperti orang dewasa yang penuh tanggung jawab. GGuru dapat membantu
mereka yang bertingkah laku kasar dengan jalan mencapai keberhasilan
dalam pekerjaan/tugas sekolah sehingga mereka menjadi anak yang lebih
tenang dan lebih mudah ditangani. Salah satu cara yang mendasar adalah
dengan mendorong mereka untuk bersaing dengan diri sendiri.
Apabila ada ledakan kemarahan sebaiknya kita memperkecil ledakan
emosi, misalnya dengan bertindak lemah lembut dan bijaksana, mengubah
pokok pembicaraan, dan memulai aktivitas baru. Jika kemarahan siswa masih
belum reda, maka guru dapat meminta bantuan pada petugas penyuluhan.
Dalam diskusi kelas, tekankan pentingnya memperhatikan pandangan orang
lain dalam mengembangkan/meningkatkan pandangan sendiri. Kita
hendaknya waspada terhadap siswa yang sangat ambisius, berpendirian keras,
dan kaku yang suka mengintimidasi kelasnya sehingga tidak ada seorang pun
yang berani menentangnya.
Reaksi yang seringkali terjadi pada diri remaja terhadap temuan-temuan
mereka bahwa kesalahan orang dewasa merupakan tantangan terhadap
otoritas orang dewasa. Satu cara untuk mengatasinya adalah meminta siswa
mendiskusikan atau menulis tentang perasaan-perasaan mereka yang
negative. Ingat bahwa meskipun penting bagi guru untuk memahami alasan-
alasan pemberontakannya, adalah sama pentingnya bagi remaja untuk belajar
mengendalikan dirinya, karena hidup di masyarakat adalah juga menghormati
dan menghargai keterbatasan dan kebebasan individual.
Untuk menunjukan kematangan mereka, para remaja terutama laki-laki
seringkali merasa terdorong untuk menentang otoritas orang dewasa.
Tampaknya cara yang baik dalam menghadapi pemberontakan para remaja
adalah pertama, mencoba untuk mengerti mereka dan kedua, melakukan
segala sesuatu yang dapat dilakukan untuk membantu siswa berhasi
berprestasi dalam bidang yang diajarkan. Satu cara untuk membuktikan
kedewasaan seseorang ialah terampil dalam melakukan sesuatu.
Remaja ada dalam keadaan yang membingungkan dan serba sulit. Dalam
banyak hal ia tergantung pada orang tua dalam keperluan fisik dan merasa
mempunyai kewajiban kepada pengasuhan yang mereka berikan dari saat dia
tidak mampu memelihara dirinya sendiri. Namun ia harus lepas dari orang
tuanya agar ia menjadi orang dewasa yang mandiri, sehingga adanya konflik
dengan orang tua tidak dapat dihindari. Apabila terjadi friksi semacam ini,
para remaja mungkin merasa bersalah, yang selanjutnya dapat memperbesar
jurang antara dia dengan orang tuanya.
Salah satu personalan yang paling membingungkan yang dihadapi oleh
guru ialah bagaimana menghadapi siswa yang mempunyai kecakapan terbatas
tetapi yang selalu “memimpikan kejayaan”. Seorang guru tidak ingin
membuat mereka putus asa, tetapi jika ia mendorong siswa tersebut untuk
berusaha apa yang tidak mungkin dilakukan, walaupun mungkin pernah
mencoba namun gagal, dapat terjadi kegaglan ini malah menambah
kesengsaraan dalam hidupnya. Barangkali penyelesaian yang paling baik
adalah mendorong anak itu untuk berusaha namun tetap mengingatkan dia
untuk menghadapi kenyataan. Terdapat berbagai macam cara mengendalikan
lingkungan untuk menjamin pembinaan pola emosi yang diinginkan dan
menghilangkan reaksi-reaksi emosional yang tidak diinginkan sebelum
berkembang menjadi kebiasaan yang tertanam kuat.
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri
individu tentang keadaan metal dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku
yang tampak. Jadi emosi adalah pengalaman afektif yang disertai
penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan
berwujud suatu tingkah laku yang tampak.
Bentuk- bentuk emosi anatara lain amarah, sedih, rasa takut, kenikmatan,
cinta, terkejut, jengkel dan malu. Emosi sangat berhubungan erat dengan
tingkah laku manusia. Gangguan emosi juga dapat menjadi penyebab
kesulitan bicara. Hambatan- hambatan dalam berbicara tertentu telah
ditemukan bahwa tidak disebabkan oleh kelainan dalam organ berbicara.
Ketegangan emosional yang cukup lama mungkin menyebabkan seseorang
gagap.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu kita dalam hal ini
mahasiswa untuk dapat mengenal emosi kita dan dapat mengontrol emosi
kita dengan baik sehingga tidak membuat orang lain terganggu maupun
merasa jengkel.
Daftar pustaka

https://www.slideshare.net/Annarasyla/perkembangan-emosi-48368067

Anda mungkin juga menyukai