Anda di halaman 1dari 66

SEMESTER “COVID-19”AKHIR 2020/2021

#stayathome, #workfromhome, #merdekabelajar, #belajarmandiri

LAPORAN MANAJEMEN
USAHATANI
Analisis Biaya dan Pendapatan, Benefits Costs Ratio dan Cost-
Volume and Profit Analysis Komoditas Tanaman Semusim
(Padi, Jagung, Kacang Tanah)
OLEH

NOVA HARDIANTY
G021191175

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN 2020

DISCLAIMER:
1) Data yang tertera dalam laporan laporan adalah data
hipotetik, bukan data sebenarnya. Tidak diperkenankan
untuk mengutipnya.

i|Page
2) Laporan ini semata untuk latihan lathan menyusun laporan manajemen usahatani

SEMESTER “COVID-19”AKHIR 2020/2021


#stayathome, #workfromhome, #merdekabelajar, #belajarmandiri

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR


LAPORAN MANAJEMEN
USAHATANI
Analisis Biaya dan Pendapatan, Benefits Costs Ratio dan Cost-
Volume and Profit Analysis Komoditas Tanaman Semusim
(Padi, Jagung, dan Kacang Tanah)
OLEH

NOVA HARDIANTY
G021191175

DOSEN PEMBIMBING

Pengesahan/ Makassar 4 Desember 2020

Prof. Ir. Muslim Salam, M.Ec. Ph.D. Ir. A. Amrullah, M.Si.


Penanggungjawab Mata Kuliah Dosen Mata Kuliah

DISCLAIMER:
1) Data yang tertera dalam laporan laporan adalah data
hipotetik, bukan data sebenarnya. Tidak diperkenankan

ii | P a g e
untuk mengutipnya.
2) Laporan ini semata untuk latihan lathan menyusun laporan manajemen usahatani

iii | P a g e
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas laporan yang berjudul
“Analisis Biaya dan pendapatan, Benefits Costs Ratio dan cost Volume and
Profit Analysis komoditas tanaman semusim ( Padi, Jagung dan Kacang
Tanah)” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini sebagai pengganti final pada
mata kuliah Manajemen Usahatani . Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang manajmen usahatani mengenai analisis biaya dan
pendapatan, benfits cost ratio dan cost volume dan profit analysis komoditas
semusim (padi, jagung, dan kacang tanah).
Penulis menyadari bahwa laporan yang dibuat ini sangat jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mohon kritik serta saran dari semua pihak
yang bersifat membangun, serta menjadi pembelajaran baru bagi penulis sendiri
demi tercapainya kesempurrnaan laporan ini.
Akhir kata, penulis menyampaikan terima kasih dan semoga laporan ini
dapat memberikan informasi dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.

Berau, 03 Desember 2020

Nova Hardianty

iii | P a g e
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah puji syukur kepada Allah swt, karena kehendak dan ridhaNya
penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Penulis menyadari laporan ini tidak akan
selesai tanpa doa, dukungan dan dorongan dari berbagai pihak. Adapun dalam
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa syukur dan banyak terima kasih
kepada:
1. Bapak, ibu, serta teman-teman saya yang selalu memberikan semangat dan
dukungan kepada saya.
2. Prof. Ir. Muslim Salam M.Ee. Ph dan Ir. A. Amrullah, M.Si. Selaku dosen
pembimbing yang telah mengajar dan membimbing selama proses perkulihan
pada semester COVID-19 tahun ajaran 2020/2021 yang dilaksakan secara
online.

Berau, 03 Desember 2020

Nova Hardianty
G021191175

iv | P a g e
RINGKASAN
Usaha pertanian adalah bagian dari permukaan bumi dimana seorang
petani, sebuah keluarga petani, atau badan usaha tani lainnya yang bercocok
tanam. Usaha tani pada dasarnya adalah himpunan dari sumber–sumber alam
yang dapat diperlukan untuk produksi pertanian. Di suatu Negara besar seperti
Indonesia, di mana ekonomi dalam negerinya masih di dominasi oleh ekonomi
pedesaan sebagian besar dari jumlah penduduknya atau jumlah tenaga kerjanya
bekerja di pertanian.
usahatani yang dikaji dalam laporan ini yaitu mempelajari bagaimana
mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki petani agar berjalan secara efektif dan
efisien, serta memanfaatkan sumberdaya tersebut agar memperoleh keuntungan
yang setinggi-tingginya. Baik dalam bentuk pengelolaan sumber daya alam,
tenaga kerja, permodalan dan skill lainnya untuk menghasilkan suatu produk
pertanian secara efektif dan efisien.
Negara Indonesia merupakan negara tropis dengan tanah yang subur
sehingga banyak jenis tanaman yang dapat tumbuh tak terkecuali tanaman padi,
jagung dan kacang tanah. Di antara 111 negara penghasil beras, 3 negara
menghasilkan rata-rata 6 ton/ha atau lebih, 17 negara menghasilkan 4 ton/ha atau
lebih, dan 78 negara menghasilkan 3 ton/ha atau kurang (di mana dari jumlah
tersebut 57 negara menghasilkan 2 ton/ha atau kurang), dan 13 negara
menghasilkan kurang dari 1 ton/ha. Hasil padi rata-rata per hektar tertinggi yang
pernah dicapai oleh Jepang dan Spanyol adalah 6 ton/ha, tetapi pada tahun 1977
Republik Korea memimpin dengan hasil rata-rata 6,8 ton/ha.
Hasil nasional tertinggi dan hasil tercatat, yang biasanya dicapai dalam
kondisi percobaan adalah penting dilakukan untuk menentukan tingkat
produktivitas potensial. Untuk meningkatkan inflasi perekonomian negara. Hasil
rata-rata dunia untuk tiap tanaman semusim, termasuk padi, jagung, dan kacang
tanah biasanya sepertiga atau kurang dari produksi yang dicapai oleh negara
dengan hasil rata-rata nasional tertinggi.
Di Indonesia, kisaran luas panen, produksi dan produktivitas tanaman
semusim khususnya padi selama 5 tahun terakhir, tahun 2000–2004, masing-
masing adalah 11,488–11,908 juta ha; 50,460–54,061 juta ton; dan 4,39–4,54
ton/ha gabah kering giling dengan luas panen, produksi dan produktivitas rata-
rata masing-masing adalah 11,642 juta ha; 52,009 juta ton; dan 4,47 ton/ha gabah
kering giling.
Pertanian di Indonesia merupakan salah satu sektor kunci perekonomian
Indonesia. Meskipun kontribusi sektor pertanian terhadap produk domestik
bruto nasional telah menurun secara signifikan dalam setengah abad terakhir, saat
ini sektor pertanian masih memberikan pendapatan bagi sebagian besar rumah
tangga Indonesia. Pada tahun 2013, sektor pertanian menyumbang 14,43 persen

v|Page
dari PDB nasional, sedikit mengalami penurunan dibandingkan satu dekade
sebelumnya (2003) yang mencapai 15,19 persen. Pada tahun 2012, sektor ini
menyediakan lapangan kerja untuk sekitar 49 juta orang Indonesia, yang
mewakili 41 persen dari total angkatan kerja di negara ini.
Pendapatan dan produk merupakan dua hal yang sangat berkaitan,
pendapatan sebagai pemasukan yang diterima oleh suatu pelaku usaha dari
sebuah kegiatan produksi yang merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh suatu
pelaku usaha untuk menghasilkan dan meningkatkan nilai guna suatu barang dan
jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Laporan ini dibuat untuk menganalis biaya dan pendapatan, benefits costs
ratio dan cost-volume and profit analysis komoditas padi, jagung dan kacang
tanah yang memiliki potensinya masing-masing pada produksi usahatani
memaksimumkan keuntungan dan pendapatan, serta mengoptimumkan risiko
pada usahatani tersebut.
Adapun metode yang digunakan dalam mengumpulkan data yaitu metode
analisis sekunder dengan menggunakan data yang diperoleh dari buku, jurnal atau
makalah serta artikel. Dan adapaun jenis-jenis analisis yang digunakan pada
komoditi semusim pada usahatani padi, jagung dan kacang tanah yaitu analisis
biaya tetap, biaya variabel, biaya total dan yang terakhir adalah analisis
pendapatan. Selanjutnya adalah analisis partial budgetting yang digunakan
sebagai alat/ model analisis untuk mengukur berbagai perubahan dalam usaha.
Prinsip kerja dari peralatan analisis ini yaitu menganalisis biaya dan penerimaan
yang akan terjadi terhadap skenario perubahan yang diusulkan dengan cara to
compare with and without changes (membandingkan antara sebelum dan setelah
adanya perubuhan). Partial budgeting sangat berguna dalam mengevaluasi
anggaran (budgets) yang melibatkan perubahan kecil, bersifat khusus dan terbatas
dalam suatu kegiatan usahatani.
Dan analisis yang terakhir yang digunakan dalam penyusunan laporan ini
adalah analisis Cost Volume Profit (CVP), dimana analisis ini digunakan sebagai
alat untuk membantu para manajer mengerti akan hubungan antara biaya, volume
dan laba dengan fokus pada interaksi antara harga produk, volume aktivitas, biaya
variabel per unit, total biaya tetap, dan produk campuran yang terjual. CVP
Analysis juga berfungsi untuk mengetahui berapa jumlah produksi yang harus
dihasilkan untuk memperoleh keuntungan yang diinginkan (desired profit).

vi | P a g e
DAFTAR ISI
SAMPUL.......................................................................................i
HALAMAN PENESAHAN ...................................................... ii
KATA PENGANTAR ..............................................................iii
UCAPAN TERIMA KASIH ....................................................iv
RINGKASAN .............................................................................v
DAFTAR ISI ..............................................................................vi
DAFTAR TABEL ...................................................................viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................ix
BAGIAN SATU
1.1. PENDAHULUAN ................................................................1
1.1.1. Latar Belakang ..................................................................1
1.1.2. Rumusan Masalah .............................................................7
1.1.3. Tujuan Penyusunan Laporan .............................................7
1.1.4. Kegunaan Penyusunan Laporan ........................................7
BAGIAN DUA
1.2. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................8
2.1.1. Aspek Budidaya dan Ekonomi Komoditas
Padi ...................................................................................8
a. Aspek Budidaya Komoditasi Padi .................................8
b. Aspek Ekonomi Komoditas Padi .................................11
2.1.2. Aspek Budidaya dan Ekonomi Komoditas
Jagung ............................................................................13
a. Aspek Budidaya Komoditas Jagung ............................13
b. Aspek Ekonomi Komoditas Jagung .............................17
2.1.3. Aspek Budidaya dan Ekonomi Komoditas Kacang
Tanah ..............................................................................18
a. Aspek Budidaya Komoditas Kacang
Tanah ...........................................................................18
b. Aspek Ekonomi Komoditas Kacang
Tanah ...........................................................................22
2.1.4. Analisis Biaya dan Pendapatan .......................................26
2.1.5. Analisis Partial Budgetting ...........................................28
2.1.6. Cost, Volume and Profit Analysis ...................................29
BAGIAN TIGA
3.1. METODE PENULISAN LAPORAN ..............................31

vi | P a g e
3.1.1. Waktu Penulisan Laporan ................................................31
3.1.2. Sumber Penulisan Laporan ..............................................31
3.1.3. Analisis Data ...................................................................31
BAGIAN EMPAT
4.1. HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................34
4.1.1. Pendahuluan .....................................................................34
4.1.2. Komoditas Padi ...............................................................34
a. Jenis-jenis Biaya Usahatani Padi .................................34
b. Struktur Biaya, Penerimaan dan Pendapatan
Usahatani Padi ......................................................................36
4.1.3. Komoditas Jagung ...........................................................37
a. Jenis-jenis Biaya Usahatani Jagung .............................37
b. Struktur Biaya, Penerimaan dan Pendapatan
Usahatani Jagung .................................................................38
4.1.4. Komoditas Kacang Tanah ...............................................39
a. Jenis-jenis Biaya Usahatani Kacang

Tanah.....................................................................................39
b. Struktur Biaya, Penerimaan, dan Pendapatan

Usahatani Kacang Tanah .....................................................40


4.1.5. Analisis Partial Budgetting .............................................41
4.1.5 Cost, Volume and Profit Analysis .....................................48
BAGIAN LIMA
5.1. KESIMPULAN DAN SARAN .........................................50
5.1.1. Kesimpulan ......................................................................50
5.1.2. Saran ................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................51

vii | P a g e
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perkembangan Harga Dasar Jagung ....................................19
Tabel 2. Perkembangan Areal dan Produksi
Kacang Tanah Dunia 2020-2012 .........................................24
Tabel 3. Biaya, Penerimaan, dan Pendapatan Satu Periode
Kacang Tanah 0,1 Hektar ....................................................27
Tabel 4. Struktru Biaya, Penerimaan dan Pendapatan
Usahatani Padi .....................................................................36
Tabel 5. Struktru Biaya, Penerimaan dan Pendapatan
Usahatani Jagung .................................................................38
Tabel 6. Struktru Biaya, Penerimaan dan Pendapatan
Usahatani Kacang Tanah .....................................................40
Tabel 7. Analisis Partial Budgetting Pada Usahatani
Padi, Jagung, dan Kacang Tanah .........................................42
Tabel 8. Cost, Volume, and Profit Analysis
(Padi ke Kacang Tanah) .......................................................49

viii | P a g e
DFTAR GAMBAR
Gambar 1. Komoditas Padi .................................................................8
Gambar 2. Komoditas Jagung ...........................................................13
Gambar 3. Komoditas Kacang Tanah ................................................18
Gambar 4. Pangsa Produksi Kacang Tanah Dunia 2014 ...................23

ix | P a g e
BAGIAN SATU
1.1. PENDAHULUAN
1.1.1. Latar Belakang
Pertanian merupakan sejenis proses yang khas yang didasarkan atas
pertumbuhan tanaman dan hewan, para petani mengatur dan menggiatkan
pertumbuhan tanaman dan hewan, kegiatan produksi dalam setiap usaha tani
merupakan aspek penting suatu kegiatan produksi dalam setiap usaha tani
(Mosher, 1984). Pertanian dalam pengertian yang luas yaitu kegiatan manusia
untuk memperoleh hasil yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan atau hewan yang
pada mulanya dicapai dengan jalan sengaja menyempurnakan segala
kemungkinan yang telah diberikan oleh alam guna mengembangbiakkan
tumbuhan dan atau hewan tersebut (Van Aarsten,1953). Pengertian Pertanian
dalam arti sempit yaitu segala aspek biofisik yang berkaitan dengan usaha
penyempurnaan budidaya tanaman untuk memperoleh produksi fisik yang
maksimum (Sumantri, 1980).
Usaha pertanian adalah bagian dari permukaan bumi dimana seorang
petani, sebuah keluarga petani, atau badan usaha tani lainnya yang bercocok
tanam. Usaha tani pada dasarnya adalah himpunan dari sumber–sumber alam yang
dapat diperlukan untuk produksi pertanian. Di suatu Negara besar seperti
Indonesia, di mana ekonomi dalam negerinya masih di dominasi oleh ekonomi
pedesaan sebagian besar dari jumlah penduduknya atau jumlah tenaga kerjanya
bekerja di pertanian. Di Indonesia daya serap sektor tersebut pada tahun 2000
mencapai 40,7 juta lebih. Jauh lebih besar dari sektor manufaktur. Ini berarti
sektor pertanian merupakan sektor dengan penyerapan tenaga kerja yang tinggi.
Indonesia merupakan salah satu negara agraris dimana, sebagian besar
penduduknya tinggal di perdesaan dengan mata pencaharian sebagai petani.
Penduduk Indonesia pada umumnya mengkonsumsi hasil pertanian untuk
makanan pokok mereka. Pertanian di Indonesia perlu ditingkatkan produksinya
semaksimal mungkin menuju swasembeda pangan akan tetapi, tantangan untuk
mencapai hal tersebut sangat besar karena luas wilayah pertanian yang semakin
lama semakin sempit, penyimpangan iklim, pengembangan komoditas lain,
teknologi yang belum modern, dan masalah yang satu ini adalah masalah yang
sering meresahkan hati para petani yaitu hama dan penyakit yang menyerang
tanaman yang dibudidayakan. Hasil produksi tanaman pangan seperti jagung,
padi, dan kacang tanah di Indonesia belum bisa memenuhi target kebutuhan
masyarakat karena ada di beberapa daerah di Indonesia yang masih mengalami
kelaparan (Agriculture Sector Review Indonesia,2003).
Usahatani adalah kegiatan mengorganisasikan atau mengelola aset dan
cara dalam pertanian. Usahatani juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang
mengorganisasi sarana produksi pertanian dan teknologi dalam suatu usaha yang

1|Page
menyangkut bidang pertanian (Moehar, 2001).
Menurut Soekartawi (1995) bahwa ilmu usahatani adalah ilmu yang
mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara
efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu
tertentu.Dikatakan efektif bila petani dapat mengalokasikan sumber daya yang
mereka miliki sebaik-baiknya, dan dapat dikatakan efisien bila pemanfaatan
sumberdaya tersebut mengeluarkan output yang melebihi input. Sedangkan
menurut Kadarsan (1993), Usahatani adalah suatu tempat dimana seseorang atau
sekumpulan orang berusaha mengelola unsur-unsur produksi seperti alam, tenaga
kerja, modal dan ketrampilan dengan tujuan berproduksi untuk menghasilkan
sesuatu di lapangan pertanian.
Menurut Soekartawi (2011) usaha tani adalah ilmu yang mempelajari
bagaikan mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki petani agar berjalan secara
efektif dan efisien, serta memanfaatkan sumberdaya tersebut agar memperoleh
keuntungan yang setinggi-tingginya. Sedangkan menurut Adiwilaga (2011) usaha
tani adalah kegiatan untuk meninjau dan menyelidiki berbagai seluk beluk
masalah pertanian dan menemukan solusinya. Pengertian uasaha tani adalah
pengelolaan sumber daya alam, tenaga kerja, permodalan dan skill lainnya untuk
menghasilkan suatu produk pertanian secara efektif dan efisien. (Kadarsan, 2011).
Ilmu usahatani adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu yang
berhubungan dengan kegiatan orang melakukan pertanian dan permasalahan yang
ditinjau secara khusus dari kedudukan pengusahanya sendiri. Ilmu usahatani juga
memiliki pengertian menyelidiki cara-cara seorang petani sebagai pengusaha
dalam menyusun, mengatur dan menjalankan perusahaan itu. Ilmu usaha tani
mempelajari cara-cara petani menyelenggarakan pertanian (Shinta, 2011).
Di Indonesia, usahatani dikategorikan sebagai usahatani kecil karena
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Berusahatani dalam lingkungan tekanan penduduk lokal yang meningkat
b. Mempunyai sumberdaya terbatas sehingga menciptakan tingkat hidup
yang rendah.
c. Bergantung seluruhnya atau sebagian kepada produksi yang subsisten .
d. Kurang memperoleh pelayanan kesehatan, pendidikan dan pelayanan
lainnya.
Usahatani tersebut masih dilakukan oleh petani kecil, maka telah
disepakati batasan petani kecil (Soekartawi, 1986) Pada seminar petani kecil di
Jakarta pada tahun 1979, menetapkan bahwa petani kecil didefinisikan sebagai
berikut :
a. Petani yang pendapatannya rendah, yaitu kurang dari setara 240 kg beras
per kapita per tahun .

2|Page
b. Petani yang memiliki lahan sempit, yaitu lebih kecil dari 0,25 ha lahan
sawah untuk di P.Jawa atau 0,5 ha di luar P.Jawa. Bila petani tersebut juga
memiliki lahan tegal maka luasnya 0,5 ha di P. Jawa dan 1,0 ha di luar
P.Jawa.
c. Petani yang kekurangan modal dan memiliki tabungan yang terbatas.
d. Petani yang memiliki pengetahuan terbatas dan kurang dinamis.
Menurut Tohir (1983) ,Tingkat pertumbuhan dan perkembangan usaha
tani dapat diukur dari berbagai aspek. Ciri-ciri daerah dengan pertumbuhan dan
perkembangan usahatani, adalah :
A. Tingkat pertumbuhan dan perkembangan usaha tani atas asas pengelolaan
yang di dasarkan atas tujuan dan prinsip sosial ekonomi dari usaha.Usaha
pertanian atas dasar tujuan dan prinsip sosial ekonomi yang melekat
padanya, usaha tani digolongkan menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu:
1) Usahatani yang memiliki ciri-ciri ekonomis kapitalis
2) Usahatani yang memiliki dasar ekonomis-sosialis-komunistis
3) Usaha tani yang memiliki ciri-ciri ekonomis
B. Tingkat pertumbuhan usahatani berdasarkan teknik atau alat pengelolaan
tanah. Menurut Hahn, kemajuan pertanian setelah tahap hidup
mengembara dilampaui dapat dipisah-pisahkan dalam beberapa tingkat.
Tiap tingkat memiliki ciri-cirinya sendiri. Tingkat-tingkat seperti yang
dimaksud adalah:
1) Tingkat pertanian yang ditandai dengan pengelolaan tanah secara
sederhana (dicangkul). Tingkat ini memiliki dua fase, yaitu fase
perkembangan pertanian yang belum kenal jenis tanaman-tanaman
gandum dan fase perkembangan pertanian yang telah mengenal
jenis-jenis tanaman gandum.
2) Tingkat pertanian yang ditandai dengan pengelolaan tanah dengan
cara membajak. Van Der Kolf berkesimpulan, bahwa di Indonesia
kita akan menjumpai tingkatan-tingkatan yang dimaksud oleh hahn.
Ciri tingkatan-tingkatan tersebut adalah:
 Tingkat pertanian dengan pengolahan tanah secara mencangkul
dan pengusahaan jenis tanaman umbi-umbian.
 Tingkatan pertanian dengan pengolahan tanah secara
mencangkul dan pengusahaan jenis tanaman bangsa gandum
sebagai tanaman utamanya.
 Tingkatan pertanian yang ditandai dengan pengolahan secara
membajak dan penanaman jenis-jenis gandum sebagai tanaman
utamanya.
C. Tingkat pertumbuhan usahatani di Indonesia berdasarkan kekuasaan
badan-badan kemasyarakatan atas pengelolaan usaha tani.Menurut para

3|Page
cendekiawan usaha tani di Indonesia itu mula-mula dilakukan oleh suku
dan kemudian digantikan dengan marga atau desa, famili atau keluarga
persekutuan-persekutuan orang dan akhirnya perseorangan. Berdasarkan
kekuasaan badan-badan usahatani dalam masyarkat atas besar kecilnya
kekuasaan, maka usahatani dapat kita golongkan sebagai berikut:
1) Suku sebagai pengusaha atau yang berkuasa dalam pengelolaan
usahatani
2) Suku sudah banyak kehilangan kekuasaannya dan perseorangan
nampak mulai memegang peranan dalam pengelolan usaha taninya.
3) Desa, marga, atau negari sebagai pengusaha usahatani atau masih
memiliki pengaruh dalam pengelolaan usahatani.
4) Famili sebagai pengusaha atau masih memiliki pengaruh dalam
pengelolaan usahatani.
5) Perseorangan sebagai pengusaha tani
6) Persekutuan adat sebagai pengusaha atau sebagai pembina usahatani
D. Tingkat pertumbuhan dan perkembangan usahatani berdasarkan
kedudukan sosial ekonomis petani sebagai pengusaha.Tingkat
pertumbuhan dan perkembangan usaha tani dapat dilihat dari (a)
kedudukan struktural atau fungsi dari petani dalam usaha tani dan (b)
kedudukan sosial ekonomi dari petani dalam masyarakat .
Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan, yang
mempunyai peranan strategy is dalam pembangunan pertanian dan perekonomian
Nasional. Komoditas ini mempunyai fungsi multiguna, baik untuk konsumsi
langsung maupun sebagai bahan baku utama industri pakan serta industri pangan.
Pentingnya peranan komoditi jagung terhadap perekonomian nasional yang telah
menempatkan jagung sebagai kontributor terbesar kedua terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB) setelah padi dalam subsektor tanaman pangan. Hampir
seluruh bagian dari tanaman jagung mempunyai potensi nilai ekonomi, buah
jagung pipilan sebagai produk utamanya merupakan bahan baku utama (51%)
industri pakan, selain dapat dikonsumsi langsung dan sebagai bahan baku industri
pangan, daun, batang, kelobot dan tongkolnya dapat dipakai sebagai pakan ternak
dan pemanfaatan lainnya, demikian juga halnya dengan bagian lainnya jika
dikelola dengan baik berpotensi mempunyai nilai ekonomi yang cukup menarik.
Kebutuhan jagung di Indonesia saat ini cukup besar, yaitu lebih dari 10
juta ton pipilan kering pertahun. Konsumsi jagung terbesar adalah untuk pangan
dan industri pakan ternak, karena sebanyak 51% bahan baku pakan ternak adalah
jagung. Dari sisi pasar, potensi pemasaran jagung terus mengalami peningkatan,
hal ini dapat dilihat dari semakin berkembangnya industri peternakan yang pada
akhirnya meningkatkan permintaan jagung sebagai bahan pakan ternak,
berkembang pula produk pangan dari jagung dalam bentuk tepung jagung di

4|Page
kalangan masyarakat. Produk tersebut banyak dijadikan untuk pembuatan produk
pangan (Budiman, 2012).
Padi merupakan komoditas tanaman pangan penghasil beras yang
memegang peranan penting dalam kehidupan ekonomi Indonesia. Yaitu beras
sebagai makanan pokok sangat sulit digantikan oleh bahan pokok lainnya.
Diantaranya jagung, umbiumbian, sagu dan sumber karbohidrat lainnya. Sehingga
keberadaan beras menjadi prioritas utama masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
asupan karbohidrat yang dapat mengenyangkan dan merupakan sumber
karbohidrat utama yang mudah diubah menjadi energi. Padi sebagai tanaman
pangan dikonsumsi kurang lebih 90% dari keseluruhan penduduk Indonesia untuk
makanan pokok sehar i-hari (Saragih,2001).
Hingga tahun 2013 masalah ketahanan pangan khususnya beras menjadi
persoalan besar bangsa Indonesia. Pada tahun 2011, impornya 1,6 juta ton dan
pada tahun 2012 impor beras 1,9 juta ton (Pujiasmanto, 2013).
Padi merupakan salah satu tanaman pangan yang berpotensi ekonomis
untuk dikembangkan. Padi yang menghasilkan beras merupakan tumpuan utama
bagi ketahanan pangan nasional. Berdasarkan data hasil Susenas-BPS (survei
sosial ekonomi nasional-Badan Pusat Statistik), rata-rata konsumsi beras selama
periode 2002-2013 sebesar 1,98 kg/kapita/minggu atau setara dengan 103,18
kg/kapita/tahun (Susenas-BPS, 2014).
Jagung sebagai komoditas pangan yang pengembangannya dilakukan
dengan pendekatan agribisnis, sangat memungkinkan untuk meningkatkan
pendapatan petani. Permintaan jagung yang terus menerus meningkat, seiring
dengan pertumbuhan penduduk dan sektor industri memerlukan bahan baku
jagung, diantaranya untuk industri makanan, pakan ternak dan pembuatan minyak
jagung. Peningkatan permintaan jagung mendorong meningkatnya produktivitas
jagung disuatu wilayah.
Sebagaimana Adisasmita (1994 : 26) mengemukakan bahwa
berkembangnya suatu wilayah tercermin dari adanya peningkatan volume
ekonomi dari suatu subsistem spatial yang diikuti oleh peningkatan sejumlah
komoditi yang dapat digunakan untuk pembangunan daerah tersebut.
Pada tahun 2013, luas panen jagung nasional mencapai 3,82 juta hektar
dengan tingkat produksi dan produktivitas masingmasing sebesar 18,51 juta ton
dan 4,84 ton/ha (Badan Pusat Statistik, 2014). Sementara itu, pada tahun yang
sama, kebutuhan jagung nasional sekitar 21,49 ton sehingga pada tahun tersebut
volume impor jagung mencapai 3,19 juta ton. Relatif besarnya volume impor ini
selain menguras devisa juga tidak dikehendaki dalam kerangka politik pangan
Indonesia yang mengusung kemandirian pangan dan kedaulatan pangan.
Mengingat pentingnya peranan jagung, sangat beralasan untuk
memprioritaskan pengembangan produksi jagung dalam negeri dengan

5|Page
meningkatkan efisiensi usahatani (Agustian, at.el, 2014) . Selain untuk mencukupi
kebutuhan dalam negeri, apabila usahatani komoditas ini mempunyai dayasaing
tinggi, maka Indonesia berpeluang untuk menjadi pengekspor jagung (Agustian,
at.el, 2014). Untuk itu dayasaing usahatani jagung nasional harus terusmenerus
ditingkatkan.
Upaya pengembangan sektor pertanian khususnya komoditi jagung
mempunyai arti penting dalam pengembangan wilayah karena: (1) dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan produksi dan
pendapatan, (2) mempunyai potensi pemasaran, baik dalam negeri maupun pasar
luar negeri (merupakan kegiatan ekonomi yang berorientasi keluar) sehingga
peningkatan produksi memberikan peningkatan penerimaan devisa yang
dibutuhkan dalam pembiayaan pembangunan, (3) tersedianya bahan baku jagung
untuk memenuhi kebutuhan industri pengolahan, sehingga dapat menciptakan
kesempatan kerja baru bagi masyarakat, (4) pengembangan perluasan kesempatan
kerja dan perbaikan gizi masyarakat.
Sistem usahatani jagung secara tidak langsung dipengaruhi oleh kondisi
yang terjadi pada lingkungan ekonomi, baik lingkungan ekonomi domestic
maupun lingkungan ekonomi dunia. Lingkungan ekonomi dunia yang tidak stabil
akan membuat harga dunia input dan output usahatani jagung menjadi tidak stabil
pula, yang kemungkinan mampu menimbulkan kerugian maupun keuntungan bagi
para pelaku pasar dunia.
Menurut Sinaga (2018), untuk meminimalkan pengaruh negatif dari
lingkungan ekonomi dunia yang tidak stabil, pemerintah melakukan campur
tangan dalam mengendalikan kondisi pasar domestic bagi input dan output
usahatani jagung, salah satunya dengan menetapkan kebijakan bagi harga input
dan output usahatani jagung. Menurut Sinaga (2018), harga input usahatani jagung
akan mempengaruhi total biaya yang dikeluarkan petani dalam proses usahatani.
Komponen penerimaan, biaya dan pendapatan usahatani jagung akan
dianalisis secara finansial dan ekonomi dengan menggunakan analisis secara
finansial dan ekonomi dengan menggunakan analisis biaya dan pendapatan,
analisis partial budgeting dan cost, volume and profit analysis untuk mengetahui
struktur biaya, penerimaan dan pendapatan usahatani jagung.
Keberadaan kacang tanah sebagai komoditas tanaman pangan, tidak dapat
diabaikan peranannya, baik dalam kehidupan rumah tangga maupun industri
pangan. Sebagai bahan panganan di rumah tangga.
Kacang tanah merupakan bahan baku potensial untuk dimanfaatkan dalam
industri makanan menjadi berbagai produk makanan olahan yang memiliki nilai
ekonomi relatif tinggi. Produk makanan berbasis kacang tanah yang beredar di
pasaran antara lain dalam bentuk: aneka kue, susu nabati, tepung protein tinggi, es
krim, dan minyak nabati (Santosa 2009).

6|Page
Jika ditinjau dalam tataran dunia, seperti yang yang diungkap FAO (2014)
ada nuansa peningkatan produksi, utamanya yang terjadi pada dekade terakhir.
Produksi kacang tanah dunia meningkat dari 33,13 juta ton pada tahun 2002
menjadi 37,13 juta ton pada tahun 2007. Sampai pada tahun 2012, peningkatannya
mencapai 41,19 juta ton atau tumbuh rata-rata 2,30%/tahun selama periode 2002–
2007 dan selama periode 2007–2012 tumbuh 2,10%/tahun.
Selama lima tahun terakhir areal panen tumbuh 1,75%/tahun, namun
produktivitas meningkat rata-rata hanya sekitar 0,34%/tahun. Kondisi tersebut
berdampak pada rendahnya peningkatan produksi, yang hanya meningkat
2,10%/tahun.
1.1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, dapat ditarik permasalahan yaitu :
1) Bagaimana jenis-jenis biaya usahatani padi, jagung, dan kacang
tanah?
2) Bagaimana Struktur Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani,
padi, jagung, dan kacang tanah?
3) Bagaimana perhitungan analisis Partial Budgeting dari komoditi
Jagung?
4) Bagaimana perhitungan analisis Cost, Volume and Profit Analysis?
1.1.3. Tujuan Penyusunan Laporan
Penyusunan laporan ini bertujuan untuk dijadikan referensi kepada
pembaca baik mahasisawa, masyarakat, dan lain-lain. Adapun tujuan lainnya
dalam penyusunan laporan ini yaitu untuk memenuhi tugas akhir dari mata kuliah
Manajemen Usahatani.
1.1.4. Kegunaan Penyusunan Laporan
Dari rumusan masalah dan tujuan penulisan di atas, Adapun kegunaan dari
penulisan laporan ini adalah:
1) Menambah wawasan mengenai analisis biaya dan pendapatan,
benefits costs ratio dan cost volume and profit analysis komoditas
tanaman semusim yaitu padi, jagung dan kacang tanah.
2) Memanfaatkan analisis biaya dan pendapatan, benefits costs ratio dan
cost volume and profit analysis untuk meningkatkan komoditas
tanaman semusim yaitu padi, jagung dan kacang tanah.

7|Page
BAGIAN DUA
2.1. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Aspek Budidaya Komoditas Padi

Gambar 1. Komoditi padi


a. Aspek Budidaya Komoditas Padi

Padi merupakan tanaman berumpun. Tanaman padi berasal dari dua benua
yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Bukti sejarah memperlihatkan
bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina) sudah dimulai pada 3.000 tahun SM.
Fosil butir padi dan gabah ditemukan di Hastinapur Uttar Pradesh India sekitar
100-800 SM. Selain Cina dan India, beberapa wilayah asal padi adalah
Bangladesh Utara, Burma, Thailand, Laos, Vietnam. Hama yang banyak
menyerang tanaman ini adalah tikus, orong-orong, walang sangit dan wereng
coklat. Hama-hama itulah yang sering menyebabkan padi gagal panen dan
tentunya membuat petani merugi (Imadatainstiper, 2007).
Menurut Imadatainstiper (2007), negara produsen padi terkemuka adalah
Republik Rakyat Cina (31% dari total produksi dunia), India (20%), dan
Indonesia (9%). Namun hanya sebagian kecil produksi padi dunia yang
diperdagangkan antar negara (hanya 5%-6% dari total produksi dunia). Thailand
merupakan pengekspor padi utama (26% dari total padi yang diperdagangkan di
dunia) diikuti Vietnam (15%) dan Amerika Serikat (11%). Indonesia merupakan
pengimpor padi terbesar dunia (14% dari padi yang diperdagangkan di dunia)
diikuti Bangladesh (4%), dan Brazil (3%).
Menurut Soekarawati (1993). Padi salah satu komoditi yang mempunyai
prospek cerah guna menambah pendapatan para petani. Hal tersebut dapat
memberi motivasi tersendiri bagi petani untuk lebih mengembangkan dan
meningkatkan produksinya dengan harapan agar pada saat panen usaha
memperoleh hasil penjualan tinggi guna memenuhi kebutuhannya.
1. Syarat Tumbuhnya Tanaman Padi

8|Page
Tanaman padi dapat hidup baik didaerah yang berhawa panas dan banyak
mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau
lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per tahun
sekitar 1500 -2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi 23 °C
(Sudirman, 2017).
Teknik Budidaya
 Persemaian
Membuat persemaian merupakan langkah awal bertanam padi. Pembuatan
persemaian memerlukan suatu persiapan yang sebaik-baiknya, sebab benih di
persemaian ini akan menentukan pertumbuhan padi di sawah, oleh karena itu
persemian harus benar-benar mendapat perhatian, agar harapan untuk
mendapatkan bibit padi yang sehat dan subur dapat tercapai.
o Penggunaan benih yaitu benih unggul, bersertifikat, kebutuhan benih 25
-30 kg / ha
o Persiapan lahan untuk persemaian yaitu tanah harus subur, cahaya
matahari, pengairan, dan pengawasan.
 Persiapan Dan Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah bertujuan mengubah keadaan tanah pertanian dengan alat
tertentu hingga memperoleh susunan tanah ( struktur tanah ) yang dikehendaki
oleh tanaman. Pengolahan tanah sawah terdiri dari beberapa tahap :
o Pembersihan yaitu selokan-selokan perlu dibersihkan dengan cara Jerami
yang ada perlu dibabat untuk pembuatan kompos.
o Pencangkulan yaitu perbaikan pematang dan petak sawah yang sukar
dibajak
o Membajak yaitu Membalikkan tanah beserta tumbuhan rumput ( jerami )
sehingga akhirnya membusuk, dan proses pembusukan dengan bantuan
mikro organisme yang ada dalam tanah.
o Menggaru yaitu meratakan dan menghancurkan gumpalan-gumpalan
tanah, pada saat menggaru sebaiknya sawah dalam keaadan basah,
selama digaru saluran pemasukan dan pengeluaran air ditutup agar
lumpur tidak hanyut terbawa air keluar, Dan penggaruan yang dilakukan
berulang kali akan memberikan keuntungan permukaan tanah menjadi
rata, air yang merembes kebawah menjadi berkurang sisa-sisa tanaman
atau rumput akan terbenam, penanaman menjadi mudah, serta meratakan
pembagian pupuk dan pupuk terbenam
 Penanaman

Dalam penanaman bibit padi, harus diperhatikan sebelumnya adalah :


o Persiapan lahan yaitu anah yang sudah diolah dengan cara yang baik,
akhirnya siap untuk ditanami bibit padi.

9|Page
o Umur bibit yaitu bila umur bibit sudah cukup sesuai dengan jenis padi,
bibit tersebut segera dapat dipindahkan dengan cara mencabut bibit.
 Tahap penanaman

Tahap penanaman dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu


o Memindahkan bibit yaitu bibit dipesemaian yang telah berumum 17-25
hari (tergantung jenis padinya, genjah/dalam) dapat segera dipindahkan
kelahan yang telah disiapkan. Syarat -syarat bibit yang siap dipindahkan
ke sawah : Bibit telah berumur 17 -25 hari, bibit berdaun 5-7 helai,
batang bagian bawah besar dan kuat, bibit tidak terserang hama dan
penyakit, dan bibit yang berumur lebih dari 25 hari kurang baik, bahkan
mungkin telah ada yang mempunyai anakan.
o Menanam yaitu dalam menanam bibit padi, hal- hal yang harus
diperhatikan adalah : sistem larikan ( cara tanam ), jarak tanam,
hubungan tanaman, jumlah tanaman tiap lobang, kedalam menanam
bibit, dan cara menanam.

1). Sistim larikan (cara tanam) yaitu akan kelihatan rapi, memudahkan
pemeliharaan terutama dalam penyiangan, pemupukan, pengendalian hama dan
penyakit akan lebih baik dan cepat, serta kebutuhan bibit/pemakaian benih bisa
diketahui dengan mudah
2). Jarak tanam yaitu faktor yang ikut menentukan jarak tanam pada tanaman
padi, tergantung pada :
o Jenis tanaman yaitu jenis padi tertentu dapat menghasilkan banyak
anakan. Jumlah anakan yang banyak memerlukan jarak tanam yang lebih
besar, sebaliknya jenis padi yang memiliki jumlah anakan sedikit
memerlukan jarak tanam yang lebih sempit.
o Kesuburan tanah yaitu penyerapan hara oleh akar tanaman padi akan
mempengaruhi penentuan jarak tanam, sebab perkembangan akar atau
tanaman itu sendiri pada tanah yang subur lebih baik daTi pada
perkembangan akar / tanaman pada tanah yang kurang subur. Oleh
karena itu jarak tanam yang dibutuhkan pada tanah yang suburpun akan
lebih lebar daripada jarak tanam padah tanah yang jurang subur. Daerah
yang mempunyai ketinggian tertentu seperti daerah pegunungan akan
memerlukan jarak tanam yang lebih rapat dari pada jarak tanam didataran
rendah, hal ini berhubungan erat dengan penyediaan air. Tanaman padi
varietas unggul memerlukan jarak tanam 20 x 20 cm pada musim
kemarau, dan 25 x 25 cm pada musim hujan.
3). Hubungan tanaman yaitu hubungan tanaman berkaitan dengan jarak tanam.
Hubungan tanaman yang sering diterapkan ialah: hubungan tanaman bujur
sangkar (segi empat), hubungan tanaman empat persegi panjang, hubungan

10 | P a g e
tanaman 2 baris.
4). Jumlah tanaman (bibit) tiap lobang. Bibit tanaman yang baik sangat
menentukan penggunaannya pada setiap lubang. Pemakian bibit tiap lubang antara
2 -3 batang
5). Kedalaman penanaman bibit. Bibit yang ditanam terlalu dalam / dangkal
menyebabkan pertumbuhan tanaman kurang baik, kedalam tanaman yang baik 3
-4 cm.
6). Cara menanam Penanaman bibit padi diawali dengan menggaris tanah /
menggunakan tali pengukur untuk menentukan jarak tanam. Setelah pengukuran
jarak tanam selesai dilakukan penanaman padi secara serentak.
o Pemeliharaan Meliputi : Penyulaman dan penyiangan, yang harus
diperhatikan dalam penyulaman yaitu bibit yang digunakan harus jenis
yang sama, bibit yang digunakan merupakan sisa bibit yang terdahulu,
penyulaman tidak boleh melampoi 10 hari setelah tanam.
o Pengairan Pengairan disawah dapat dibedakan : Pengairan secara terns
menerus dan pengairan secara piriodik.
o Pemupukan, tujuannya adalah untuk mencukupi kebutuhan makanan
yang berperan sangat penting bagi tanaman baik dalam proses
pertumbuhan / produksi, pupuk yang sering digunakan oleh petani berupa
: Pupuk alam ( organik ), pupuk buatan ( an organik ), dan dosis pupuk
yang digunakan yaitu pupuk Urea 250 -300 kg/ha, pupuk SP 36 75-100
kg/ha, dan upuk KCI 50 -100 kg / ha atau disesuaikan dengan analisa
tanah.
Panen dan Pascapanen
Panen
Padi siap panen: 95 % butir sudah menguning (33-36 hari setelah berbunga),
bagian bawah malai masih terdapat sedikit gabah hijau, kadar air gabah 21-26 %,
butir hijau rendah.
Cara Panen
Keringkan sawah 7-10 hari sebelum panen, gunakan sabit tajam untuk memotong
pangkal batang, simpan hasil panen di suatu wadah atau tempat yang dialasi.
Panen dengan menggunakan mesin akan menghemat waktu, dengan alat Reaper
binder, panen dapat dilakukan selama 15 jam untuk setiap hektar sedangkan
dengan Reaper harvester panen hanya dilakukan selama 6 jam untuk 1 hektar.
Pascapanen
 Perontokan. Lakukan secepatnya setelah panen, gunakan cara diinjak-
injak (±60 jam orang untuk 1 hektar), dihempas/dibanting (± 16 jam orang
untuk 1 hektar) dilakukan dua kali di dua tempat terpisah. Dengan
menggunakan mesin perontok, waktu dapat dihemat. Perontokan dengan

11 | P a g e
perontok pedal mekanis hanya memerlukan 7,8 jam orang untuk 1 hektar
hasil panen.
 Pembersihan. Bersihkan gabah dengan cara diayak/ditapi atau dengan
blower manual. Kadar kotoran tidak boleh lebih dari 3 %.
 Jemur gabah selama 3-4 hari selama 3 jam per hari sampai kadar airnya
14 %. Secara tradisional padi dijemur di halaman. Jika menggunakan
mesin pengering, kebersihan gabah lebih terjamin daripada dijemur di
halaman.
 Penyimpanan.
b. Aspek Ekonomi Komoditas Padi
Dalam era perekonomian yang semakin mengglobal dewasa ini,
keterbukaan perekonomian memiliki legitimasi yang semakin kuat seiring dengan
implementasi globalisasi dan liberalisasi dalam bentuk pembentukan blok
perdagangan/kawasan perdagangan di berbagai kawasan perekonomian dunia.
Setiap kawasan perekonomian memiliki ikatan formal dalam bentuk blok-blok
perdagangan dalam berbagai institusi yang dikembangkannya. Pembentukan
berbagai kelembagaan ekonomi dimaksudkan untuk tercapainya manfaat integrasi
ekonomi dalam meningkatkan perekonomian negara (Mukhlis, 2009).
Salah satu output perekonomian yang memiliki tingkat mobilitas yang tinggi
di berbagai dunia adalah komoditi pangan yaitu padi. Komoditi ini memiliki
karakteristik yang unik dibandingkan dengan komoditi yang lainnya.
Keunikannya terletak pada kekuatannya dalam mempengaruhi stabilitas
perekonomian suatu negara bahkan dunia. Komoditi pangan padi merupakan jenis
komoditi yang dibutuhkan oleh banyak orang
Ada 111 negara penanam padi di dunia yaitu semua negara di Asia,
kebanyakan negara Afrika Barat dan Utara, beberapa negara Afrika Tengah dan
Timur, kebanyakan negara Amerika Selatan dan Tengah, Australia, dan paling
sedikit empat negara bagian Amerika Serikat. Meskipun produksi padi yang
utama terdapat di daerah beriklim tropik basah, namun tanaman padi juga tersebar
di daerah basah iklim subtropik dan iklim sedang seperti Jepang, Korea, Cina,
Spanyol, Portugal, Italia, Perancis, Romania, Cekoslowakia, Rusia, dan Amerika
Serikat.
Di antara 111 negara penghasil beras, 3 negara menghasilkan rata-rata 6
ton/ha atau lebih, 17 negara menghasilkan 4 ton/ha atau lebih, dan 78 negara
menghasilkan 3 ton/ha atau kurang (di mana dari jumlah tersebut 57 negara
menghasilkan 2 ton/ha atau kurang), dan 13 negara menghasilkan kurang dari 1
ton/ha. Hasil padi rata-rata per hektar tertinggi yang pernah dicapai oleh Jepang
dan Spanyol adalah 6 ton/ha, tetapi pada tahun 1977 Republik Korea memimpin
dengan hasil rata-rata 6,8 ton/ha.
Dalam hal ini menurut Totonchi (2011) Membandingkan antara hasil

12 | P a g e
nasional tertinggi dan hasil tercatat, yang biasanya dicapai dalam kondisi
percobaan adalah penting dilakukan untuk menentukan tingkat produktivitas
potensial Untuk meningkatkan inflasi perekonomian negara. Hasil rata-rata dunia
untuk tiap tanaman, termasuk padi, biasanya sepertiga atau kurang dari produksi
yang dicapai oleh negara dengan hasil rata-rata nasional tertinggi.
Pada tahun 1976-1978 padi menempati luasan sekitar 143,5 juta hektar,
lebih dari 90% terdapat di Asia. India memiliki lahan padi terluas di dunia sekitar
39,5 juta hektar, diikuti oleh Cina sekitar 36 juta hektar. Berdasarkan luas
panennya, tanaman padi menempati peringkat kedua setelah gandum, tetapi
ditinjau dari pentingnya sebagai suatu tanaman pangan, padi menyediakan lebih
banyak kalori per hektar daripada tanaman serealia lain. Misalnya, hasil rata-rata
dunia, satu hektar padi dapat mencukupi kebutuhan 5,7 orang per tahun
dibandingkan dengan 5,3 orang untuk jagung dan 4,1 orang untuk gandum.
Diperkirakan 40% penduduk dunia menggunakan padi sebagai sumber
kalori utama. Perlu dicatat bahwa 90% penduduk Banglades, Burma, Sri Lanka,
Vietnam, dan Kamboja menggantungkan pangan utamanya pada padi.
Negara-negara Asia Timur seperti Jepang, Korea, dan Taiwan mempunyai
konsumsi kalori per kapita yang lebih tinggi daripada Negara-negara di Asia
Selatan dan Asia Tenggara. Dengan perkecualian India, Pakistan dan Sri Lanka, di
kebanyakan negara Asia, konsumsi beras per kapita per tahun melebihi 100 kg
beras. Di luar Asia, hanya Liberia, Malagasi, Mauritius, Guyana, dan Suriname
yang mempunyai tingkat konsumsi beras yang sebanding dengan Asia.
Di Indonesia, kisaran luas panen, produksi dan produktivitas padi selama 5
tahun terakhir, tahun 2000–2004, masing-masing adalah 11,488–11,908 juta ha;
50,460–54,061 juta ton; dan 4,39–4,54 ton/ha gabah kering giling dengan luas
panen, produksi dan produktivitas rata-rata masing-masing adalah 11,642 juta ha;
52,009 juta ton; dan 4,47 ton/ha gabah kering giling.
Kenaikan produksi beras pada Pelita I, II, dan III rata-rata sebesar 4,72%;
3,88% dan 6,58% per tahun. Kenaikan produksi ini terutama disebabkan oleh
kenaikan rata-rata hasil panen secara berurutan yaitu 3,64%; 2,49% dan 4,17% per
tahun. Kenaikan luas panen per tahun rata-rata sebesar 1,01%; 1,26% dan 0,56%.
Pada tahun 1984, produksi beras sebanyak 38.136.000 ton dengan luas panen
9.764.000 ha, yang menghasilkan beras rata-rata sebesar 3,91 ton/ha.
Dibandingkan dengan tahun 1983, yang hasil rata-ratanya hanya 3,85 ton/ha maka
kenaikan produksi beras pada tahun 1984 terutama disebabkan oleh kenaikan luas
panen sebesar 602 hektar (6,17%).
2.1.2. Aspek Budidaya dan Ekonomi Komoditas Jagung

13 | P a g e
Gambar 2. Komoditi jagung
a. Aspek Budidaya Komoditas Jagung
1) Syarat Tumbuhnya Tanaman Jagung
Menurut Sudirman (2017), adapun beberapa syarat tumbuhnya jagung yaitu
sebagai berikut :
 Keadaan Iklim
o Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah
daerah-daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim
sub0tropis/topis yang basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang
terletak antara 0-50 derajat LU hingga 0-40 derajat LS.
o Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman ini
memerlukan curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus
merata Pada fase pembungaan dan pengisian biji tanaman jagung
perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya jagung ditanam diawal
musim hujan, dan menjelang musim kemarau.
o Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari.
Sinar matahari yang baik mencapai l00 % (tempat terbuka).
Tanaman jagung yang ternaungi, perturnbuhannya akan terhambat/
merana, dan memberikan hasil biji yang kurang baik bahkan tidak
dapat membentuk buah.
 Tanah
o Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus. Agar
supaya dapat tumbuh optimal tanah harus gembur, subur dan kaya
humus.
o Keasaman tanah erat hubungannya dengan ketersediaan unsur-
unsur hara tanaman. Keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan
tanaman jagung adalah pH antara 5,6 -7,5.
o Tanaman jagung membutuhkan tanah dengan aerasi dan
ketersediann air dalam kondisi baik.
2) Teknis Budidaya
 Persyaratan Benih
Benih yang akan digunakan sebaiknya beunutu tinggi, baik mutu
genetik, fisik maupun fisiologinya. Berasal dari varietas unggul (daya
tumbuh besar, tidak tercampur benih/varietas lain, tidak mengandung
kotoran tidak tercemar hama dan penyakit). Benih yang demikian dapat

14 | P a g e
diperoleh bila menggunakan benih bersertifikat. Pada umunnya benih yang
dibutuhkan sangat bergantung pada kesehatan benih, kemurnian benih dan
daya tumbuh benih. Penggunaan benih jagung hibrida biasanya akan
menghasilkan produksi yang lebih tinggi. Tetapi jagung hibrida
mempunyai beberapa kelemahan dibandingkan varietas bersari bebas yaitu
harga benihnya yang lebih mahal dan hanya dapat digunakan maksimal 2
kali turunan dan tersedia dalnm jumlah terbatas. Beberapa varietas unggul
jagung untuk dipilih sebagai benih adalah: Hibrida C l, Hibrida C 2,
Hibrida Pioneer I, Pioneer 2, IPB 4, CPI-1, Kaliangga, Wiyasa, Arjuna
Baster.
 Penyiapan Benih
Benih dapat diperoleh dari penanaman sendiri yang dipilih dari
beberapa tanaman jagung yang sehat pertmbuhannya. Dari tanaman
terpilih, diambil yang tongkolnya besar, barisan biji lurus dan penuh
tertutup rapat oleh klobot, dan tidak terserang oleh hama penyakit.
Tongkol dipetik pada saat lewat fase matang fisiologi dengan ciri: biji
sudah mengeras dan sebagian besar daun menguning. Tongkol dikupas dan
dikeringkan hingga kering betul. Apabila benih akan disimpan dalam
jangka lama setelah dikeringkan tongkol dibungkus dan disimpan dan
disimpan di tempat kering. Dari tongkol yang sudah kering, diambil biji
bagian tengah sebagai benih, Biji yang terdapat di bagian ujung dan
pangkal tidak digunakan sebagai benih. Daya tumbuh benih harus lebih
dari 90%, jika kurang dari itu sebaiknya benih diganti. Benih yang
dibutuhkan edalah sebanyak 20-30 kg untuk setiap hektar,
 Pengolahan Media Tanam
Pengolahan tanah bertujuan untuk: memperbaiki kondisi tanah, dan
memberikan kondisi menguntungkan bagi pertumbuban akar. Melalui
pengolahan tanah drainase dan aerasi yang kurang baik akan diperbaiki.
Tanah diolah pada kondisi lembab tetapi tidak terlalu basah. Tanah yang
zudah gembur hanya diolah secara umum,
o Persiapan
Dilakukan dengan cara membalik tanah dan memecah bongkah
tanah agar diperoleh tanah yang gembur untuk memperbaiki aerasi. Tanah
yang akan ditanami (calon tempat barisan tanaman) dicangkul sedalam 15-
20 cm, kemudian diratakan. Tanah yang keras memerlukan pengolahan
yang lebih banyak. Pertama-tama tanah dicangkul/dibajak lalu dihaluskan
dan diratakan.
o Pembukaan Lahan
Pengolahan Iahan diawali dengan membersihkan lahan dari sisa-
sisa tanaman sebelumnya. Bila perlu sisa tanaman yang cukup banyak

15 | P a g e
dibakar. Abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dilanjutkan
dengan pencangkulan dan pengolahan tanah dengan bajak.
3) Teknik Penanaman
 Penentuan Pola Tanaman
Pola tanam memiliki arti penting dalam sistem produksi tanaman.
Dengan pola tanam ini berarti memanfaatkan dan memadukan berbagai
komponen yang tersedia (agroklimat tanah tanaman, hama dan penyakit,
keteknikan dan sosial ekonomi). Pola tanam di daerah tropis seperti di
Indonesia, biasanya disusun selama 1 tahun dengan memperhatikan curah
hujan (terutama pada daerah/lahan yang sepenuhnya tergantung dari hujan.
Maka pemilihan jenis/varietas yang ditanampun perlu disesuaikan dengan
keadaan air yang tersedia ataupun curah hujan. Pola tanam yang biasa
diterapkan adalah Tumpang sari (lntercropping), melakukan psnanaman
lebih dari I tanamnn (umur sama atau berbeda). Contoh: tumpang sari
sama umur seperti jagung dan kedelai; tumpang sari beda umur seperti
jagung ketela pohon padi gogo.
 Cara Penanaman
Pada jarak tanam 75 x 25 cm setiap lubang ditanam satu tanaman.
Dapat juga digunakan jarak tanam 75 x 5O cm, setiap lubang ditanam dua
tanaman. Tanaman ini tidak dapat tumbuh dengan baik pada saat air
kurang atau saat air berlebihan. Pada waktu musim penghujan atau waktu
musim hujan hampir berakhir, benih jagung ini dapat ditanam. Tetapi air
hendaknya cukup tersedia selama pertumbuhan tanaman jagung. Pada saat
penanaman sebaiknya tanah dalam keadaan lembab dan tidak tergenang.
Apabila tanah kering perlu diairi dahulu kecuali bila diduga l-2 hari lagi
hujan akan turun. Pembuatan lubang tanaman dan penanaman biasanya
memerlukan 4 orang (2 orang membuat lubang, 1 orang memasukkan
benih, 1 orang lagi memasukan pupuk dasar dan menutup lubang). Jumlah
benih yang dimasukkan per lubang tergantung yang dikehendaki, bila
dikehendaki 2 tanaman per lubang maka benih yang dimasukkan 3 biji per
lubang, bila dikehendaki 1 tanaman per lubang, maka benih yang
dimasukkan 2 butir benih per lubang.
 Lain-lain
Di lahan sawah irigasi, jagung biasanya ditanam pada musim
kemarau. Di sawah tadah hujan, ditanam pada akhir musim hujan. Di lahan
kering ditanam pada awal musim hujan dan akhir musim hujan. Untuk
lebih memaksimalkan lahan yang ada bisa juga memanfaatan dengan cara
tanam secara tumpang sari dengan tanaman kangkung sutera, menurut
penelitian ( Surtinah, neng susi dan sri utami lestari, 2016 ) Kangkung
sutera dapat di tanam bersamaan sampai waktu 3 minggu setelah

16 | P a g e
penanaman jagung manis dan tidak mempengaruhi produksi jagung
manisadapun indeks persaingan antara keduanya 1,73 dan nilai kesetaraan
lahan pada sistem tumpangsari ini ialah 1,83.
 Pemeliharaan
o Penjarangan dan Penyulaman
Dengan penjarangan maka dapat ditentukan jumlah tanaman per
lubang sesuai dengan yang dikehendaki. Apabila dalam 1 lubang
tumbuh 3 tanaman sedangkan yang dikehendaki hanya 2 atau l, maka
tanaman tersebut harus dikurangi. Tanaman yang tumbuhnya paling
tidak baik dipotong dengan pisau atau gunting yang tajam tepat di atas
permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh
dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan
dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang
tidak tumbuh/mati. Kegiatan ini dilakukan 7-10 hari sesudah tanam.
Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama
dengan sewaktu penanaman. Penyulaman hendaknya menggunakan
benih dari jenis yang sama Waktu penyulaman paling lambat dua
minggu setelah tanam.
o Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk membersihkan lahan dari tanaman
pengganggu (gulma). Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali.
Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda biasanya dengan
tangan atau cangkul kecil, garpu dan sebagainya yang penting dalam
penyiangan ini tidak mengganggu perakaran tanaman yang pada umur
tersebut masih belum cukup kuat mencengkram tanah. Hal ini
biasanya dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.
o Pemupukan
Dosis pemupukan jagung untuk setiap hektarnya adalah pupuk
Urea sebanyak 200-300 kg, pupuk TSP/SP 36 sebanyak 75-100 kg,
dan pupuk KCI sebanyak 50- l00 kg. Pemupukan dapat dilakukan
dalam tiga tahap. Pada tahap pertama (pupuk dasar), pupuk diberikan
bersamaan dengan waktu tanam. Pada tahap kedua (pupuk susulan 1),
pupuk diberikan setelah tanaman jagung berumur 3-4 minggu setelah
tanam. Pada tahap ketiga (pupuk susulan II), pupuk diberikan setelah
tanaman jagung berumur 8 minggu atau setelah malai keluar. Menurut
penelitian ( Surtinah,2017 ) dengan memberikan pupuk Bio Xtrim dan
ZPT Hormax dapat meningkatkan kualitas jagung terbaik dengan
bertambahnya kadar gula biji jagung manis mencapai 30 %pada
konsentrasi 2 ml L-1 air.
4) Ciri dan Umur Panen

17 | P a g e
Umur panen 86-96 hari setelah tanam. Jagung untuk sayur (jagung muda,
baby corn) dipanen sebelum bijinya terisi penuh (diameter tongkol 1-2 cm),
jagung dipanen ketika malang susu dan jagung untuk beras jagung, pakan
ternak, benih, tepung dll dipanen jika sudah malang fisiologis. Jagung siap
dipanen jika klobot sudah mengering dan berwarna coklar muda, biji
mengkilap, dan bila ditekan dengan kuku tidak membekas ( warisno, 1998 ).
b. Aspek Ekonomi Komoditas Jagung
Menurut Suniarti (2003), kebijakan perdagangan komoditas pertanian
memiliki tujuan yang berbeda-beda sesuai dengan jenis komoditasnya. Kebijakan
tarif atau hambatan-hambatan non-tarif misalnya, bertujuan untuk melindungi
komoditas substitusi impor. Kebijakan pajak ekspor atau pembatasan ekspor
bertujuan agar kebutuhan dalam negeri dapat tercukupi atau mencegah kenaikan
harga komoditas tersebut di dalam negeri. Demikian pula halnya kebijakan
perdagangan dalam negeri umumnya diarahkan untuk memperlancar atau
menghambat pemasaran komoditas antar daerah. Bentuk kebijakan perdagangan
ini tidak terlepas dari kebijakan produksi dan pemasaran dalam negeri.
Sejak Pelita I instrumen kebijakan perdagangan pertanian yang diterapkan
pemerintah telah mengalami perkembangan dan berdampak terhadap keragaan
ekonomi berbagai komoditas pertanian (Suniarti, 2003). Untuk komoditas jagung,
instrumen kebijakan pemerintah yang menonjol adalah kebijakan harga dasar,
stabilisasi harga dalam negeri dan perdagangan. Kebijakan harga jagung
dimaksudkan untuk melindungi petani dari jatuhnya harga jagung terutama pada
musim panen (Suniarti, 2003).
Kebijakan harga dasar jagung diawali tahun 1977/78, jauh setelah
pemerintah menetapkan kebijakan harga dasar gabah/beras yang sudah dimulai
sejak 1969 (Suniarti, 2003). Penetapan harga dasar jagung dipandang penting
karena produksi jagung saat itu cenderung meningkat dan ekspor jagung yang
prospekti (Suniarti, 2003)f. Disamping itu, jagung merupakan bahan makanan
pokok kedua setelah padi, khususnya di daerah-daerah tertentu dan juga
merupakan bahan baku utama untuk pakan.
Upaya menstabilkan harga jagung di dalam negeri, mulai tahun 1977/78
pemerintah memberi mandat kepada Bulog melakukan pengadaan jagung yang
bersumber dari petani dan impor (Suniarti, 2003). Pengadaan jagung tersebut
kemudian disalurkan ke pasar dalam negeri dan ekspor. Sebelum tahun 1988,
perdagangan antar propinsi dan antar pulau sepenuhnya dikendalikan oleh Bulog
dengan tujuan untuk menciptakan keseimbangan permintaaan dan pasokan
(Suniarti, 2003).
Menurut Suniarti (2003), bahwa harga dasar jagung pada tahun 1977/78
ditetapkan Rp 40 per kg, dan kemudian menjadi Rp 105 per kg selama kurun
waktu 1981/82 – 1983/84, dan Rp 110 per kg untuk tiga tahun berikutnya

18 | P a g e
(1984/85 – 1987). Selanjutnya, untuk tahun 1988, 1989 dan 1990 harga dasar
jagung terus mengalami perkembangan masing-masing tercatat Rp 125/kg, Rp
140/kg, dan Rp 155/kg. Nisbah antara harga dasar jagung terhadap harga dasar
gabah kering giling (GKG) semula meningkat dari 0,56 menjadi 0,91 dalam
periode 1977/78 – 1980/81, namun kemudian menurun menjadi 0,57 pada tahun
1990. Dari perkembangan nisbah harga dasar tersebut tampak bahwa pemerintah
awalnya ingin memacu produksi jagung lebih cepat dari produksi padi, tetapi
kenyataan menunjukkan kondisi sebaliknya (Tabel 1).
Tabel 1. Perkembangan Harga Dasar Jagung, 1977/78 – 1990.

Tahun Harga dasar Tanggal Berlaku Nisbah HDJ


Jagung (Rp/kg) terhadap HDG
(GKG)
1977/78 40 1/2/78 0,56
1978/79 43 1/10/78 0,57
1979/80 67 1/11/79 0,79
1980/81 95 1/11/80 0,91
1981/82 105 1/11/81 0,88
1982/83 105 1/11/82 0,78
1983/84 105 1/11/83 0,72
1984/85 110 1/12/84 0,67
1986 110 1/1/86 0,63
1987 110 1/1/87 0,58
1988 125 1/1/88 0,60
1989 140 1/1/89 0,56
1990 155 1/1/90 0,57
Sejalan dengan perkembangannya, kebijakan harga dasar jagung dinilai
tidak efektif dan kemudian dihentikan pada tahun 1990, karena harga pasar di
tingkat petani senantiasa berada diatas harga dasar. Tataniaga jagung dibebaskan
kepada pedagang swasta sehingga harga jagung ditentukan oleh mekanisme pasar.
Sejak saat itu Bulog tidak lagi melakukanintervensi dalam pemasaran jagung
dengan pertimbangan : (1) intervensi Bulog semacam itu memerlukan biaya besar,
(2) kompetisi antar sesama pedagang akan menciptakan keuntungan bagi petani,
(3) permintaan yang tinggi sepanjang tahun.
Kebijakan perdagangan lain untuk komoditas jagung adalah pengenaan
tarif impor jagung dengan tujuan melindungi petani jagung dalam negeri. Selama
tahun 1974 -1979 besarnya tarif yang dikenakan adalah 5 persen, kemudian
meningkat menjadi 10 persen selama tahun 1980 – 1993 (Suniarti, 2003). Tarif
impor kembali diturunkan menjadi 5 persen pada tahun 1994, dan pada tahun
1995 – hingga sekarang tarif impor jagung ditiadakan (Suniarti, 2003).

19 | P a g e
Sungguhpun tarifikasi dan bentuk-bentuk proteksi lainnya akan mempengaruhi
kesejahteraan petani produsen, namun semua bentuk proteksi dipandang sebagai
upaya sementara sebelum sistem produksi nasional mampu bersaing secara efisien

2.1.3. Aspek Budidaya dan Ekonomi Komoditas Kacang Tanah

Gambar 3. Komoditi kacang tanah


a. Aspek Budidaya Komoditas Kacang Tanah
Menurut Malik (2016), kacang tanah merupakan salah satu tanaman
ekonomi yang banyak mengandung lemak dan protein, serta dapat atau ampu
untuk hidup di lahan dengan kondisi tanah yang kering. Meskipun demikian
pertumbuhan dengan produksinya kacang tanah sangat tergantung dengan
ketersediaanya air. Pada daerah dengan lahan yang kering, ketersediaan air sangat
tergantung dengan curah hujan.
Pada tanaman kacang tanah ini, untuk mendapatkan hasil produksi yang
maksimal, memerlukan kondisi iklim dengan curah hujan sekitar 800–1.300
mm/tahun dengan suhu udara ± 28–32°C serta dengan kelembaban udara
dengan kisaran 65–75 %. Untuk menumbuhkan kesuburan daun dengan
perkembangan dalam membesarnya kacang dibutuhkan penyinaran matahari yang
penuh.
Untuk media tanamnya jenis tanah yang dibutuhan atau sangat cocok
pada daerah tanah dengan jenis tanah gembur / dengan bertekstur ringan dan
subur (hardjowigeno, 2007). Untuk tingkat keasaman tanah, dibutuhkan tanah
denngan pH antara ± 6,0–6,5. Apabila tanah pada daerah tanam kacang
mengalami kekurangan air, maka akan menyebabkan tanaman kacang menjadi
kurus, kerdil, layu, sehingga pada akhirnya menjadi mati akan tetapi, lahan yang
terlalu becek juga tidak baik untuk pertumbuhan tanaman kacang tanah. Untuk

20 | P a g e
ketinggiannya, penanaman kacang tanah yang optimum berada pada ketinggian
50–500 m dpl. Akan tetapi tanaman kacang juga bisa tumbuh pada daerah dengan
ketinggian dibawah 500 m dpl.
1) Tahap Pemmbibitan
 Syarat-Syarat Benih Layak.
Syarat-syarat benih atau bibit dari kacang tanah yang baik
apabila benih tersebut berasal dari tanaman atau varietas yang baru,
unggul, memiliki daya tumbuh yang tinggi (lebih dari 90%) serta
sehat. Secara wujudnya, benih yang baik memiliki ciri-ciri seperti
kulit benih yanh mengkilap, tidak keriput dan cacat, murni atau
tidak tercampur varietas yang lain dengan kadar air pada kisaran 9-12 %
(Adisarwantoo, 2007).
 Cara Penyimpanan Benih.
Ada baiknya untuk penyimpanan benih disimpan pada daerah
yang kering dan tertutup rapat. Untuk menjamin kualitas benih, ada baiknya
apabila membeli dari balai benih atau penangkaran benih yang telah
mendapatkan sertifikat sebagai tempat balai benih (Fachrudin, 2000).
2) Pengolahan Media Tanam
 Persiapan dan pembukaan lahan
Sebelum melkukan penanaman hal-hal yang harus dilakukan pertama kali
adalah membuka lahan yang dapat dilakukan dengan cara seperti
pembajakan, dan pencangkulan dengan tujuan agar lahan bersih dari segala
macam gulma (tumbuhan pengganggu tanaman) dan akar-akar dari tanamann
yang hidup pada daerah ini sebelumnya (Adisarwanto, 2000). Hal ini juga
berfungsi pada tanaman yang sedang berkembang untuk mempermudah
proses perakarannya serta dapat menghilangkan tumbuhan berkembang
dan menghilangkan tumbuhan inang tempat hama ataupun juga
penyebab penyakit pada tanaman.
 Membentuk Bendengan.
Untuk budidaya tanaman ada baiknya membuat dengan ukuran
lebar ± 80cm dengan panjang menyesuaikan dengan keinginan kita
masing-masing, dan ketebalan bendengan dengan kisaran ± 20-30 cm. Untuk
bendegan dengan 2 baris atau lbi, dibuat pemisah berupa parit sebagai tempat
untuk kita melakukan kegiatan atau aktifitas budidaya.
 Pengapuran
Pengapuran adalah segala upaya yang dilakukan untuk meningkatakan pH
tanah dengan menambahkan kapur ke dalam tanah (Soepardi, 1983). Hal ini
bertujuan untuk meningkatkan pH dari yang ber-pH masam menjadi pH
netral. Pengapuran yang dilakukan biasanya mengguanakn dosis ± 1–2,5
ton/ha yang dilakukan selambat lambatnya satu bulan sebelum dilakukannya

21 | P a g e
kegiatan penanaman.
3) Penanaman
 Menetukan Pola Tanam
Pola pada saat akan melakukan tanaman perlu diperhatikan antara musim
dan curah hujan. Pada daerah yang memiliki tanah yang subur, benih dari
tanaman kacang tanah ditanam di dalam larikan dengan jarak tanam 40 × 15
cm, 30 × 20 cm, atau 20 × 20 cm.
 Membuat lubang tanam
Lubang tanam yang diperlukan untuk menanam kacang tanah dibuat
dengan kedalaman 3 cm yang menggunakan tugal dengan jarak yang telah
ditentukan pada pola di atas.
 Cara Penanaman.
Pada saat menanam masukan benih 1 atau 2 butir ke dalam lubang tanam
yang ditutup dengan menggunakan tanah tipis.
4) Pemeliharaan Tanaman
 Penyulaman
Penyulaman tanaman adalah kegiatan penanaman yang dilakukan untuk
menanam kembali pada bibit yang gagal tumbuh, mati/diperkirakan akan mati
atau rusak sehingga terpenuhinya tanaman dalam satu kesatuan luas dan
sesuai dengan jarak tanam-nya. Kegiatan penyulaman ada baiknya dilakukan
lebih cepat lebih baik ± 3–7 hari setelah ada benih yang sudah kelihatan
tumbuh dari hari tanamnya.
 Penyiangan dan pembumbunan
Pada tanaman kacang tanah perlu dilakukan penyiangan yang dillakukan 2
kali yaitu pada saat tanaman kacang tanah sudah mencapai usia 1 minggu dan
saat sudah mencapai usia 6 minggu. Penyiangan harus dilakukan dengan hati-
hati agar tidak merusak bagian tanaman kacang tanah terutama bagian nunga
dan polong. Selanjutnya pembumbunan dilakukan secara bersamaan dengan
penyiangan dengan tujuan untuk menutup bagian perakaran tersebut.
b. Aspek Ekonomi Komoditas Kacang Tanah
Keberadaan kacang tanah sebagai komoditas tanaman pangan, tidak dapat
diabaikan peranannya, baik dalam kehidupan rumah tangga maupun industri
pangan (Malik, 2016). Sebagai bahan panganan di rumah tangga, kacang tanah
berkontribusi menyediakan protein nabati. Untuk memahami secara mendalam
keberadaan kacang tanah di Indonesia, pada uraian berikut akan diawali dengan
membahas status kacang tanah dalam kehidupan rumah tangga dan industri
panganan..
Meskipun keberadaan kacang tanah ini diakui publik sebagai sumber protein
dan minyak nabati yang bernilai ekonomi tinggi, akan tetapi popularitasnya kalah
oleh komoditas pangan lain seperti padi, jagung dan kedelai (Purba 2012).

22 | P a g e
Keberadaan kacang tanah secara nasional belum diposisikan sebagai komoditas
unggulan (Kasno, 2012), sehingga dapat dimaklumi jika sampai saat ini
pemerintah belum memperlakukan kacang tanah seperti yang dilakukan pada
kedelai atau jagung.
Akibat berikutnya yang kurang menguntungkan adalah introduksi teknologi
yang lambat. Petani kacang tanah masih menerapkan teknologi secara tradisional
dan sederhana, sehingga berpengaruh pada perolehan produktivitas yang relatif
rendah.
Menurut Malik (2016), pemanfaatan kacang tanah di Indonesia mayoritas
baru ditujukan hanya untuk panganan di rumah tangga. Kudapan asal kacang
tanah yang biasa disajikan antara lain berupa kacang rebus, kacang garing, kacang
goreng, bumbu masakan, dan makanan ringan lainnya.
Padahal, kacang tanah merupakan bahan baku potensial untuk dimanfaatkan
dalam industri makanan menjadi berbagai produk makanan olahan yang memiliki
nilai ekonomi relatif tinggi. Produk makanan berbasis kacang tanah yang beredar
di pasaran antara lain dalam bentuk: aneka kue, susu nabati, tepung protein tinggi,
es krim, dan minyak nabati (Santosa, 2009).
Mengingat teknik produksi kacang tanah yang dilakukan di area usahatani
masih mayoritas konvensional, maka akibatnya kebutuhan produksi dalam negeri
belum mampu memenuhinya. Untuk mengatasi kekurangan kebutuhan bahan
baku kacang tanah tersebut, pemerintah memenuhinya dari impor. Besarnya impor
kacang tanah mencapai sekitar 30% dari kebutuhan dalam negeri.
Jika ditinjau dalam tataran dunia, seperti yang yang diungkap FAO (2014)
ada nuansa peningkatan produksi, utamanya yang terjadi pada dekade terakhir.
Produksi kacang tanah dunia meningkat dari 33,13 juta ton pada tahun 2002
menjadi 37,13 juta ton pada tahun 2007. Sampai pada tahun 2012, peningkatannya
mencapai 41,19 juta ton atau tumbuh rata-rata 2,30%/tahun selama periode 2002–
2007 dan selama periode 2007–2012 tumbuh 2,10%/tahun. Selama lima tahun
terakhir areal panen tumbuh 1,75%/tahun, namun produktivitas meningkat rata-
rata hanya sekitar 0,34%/tahun. Kondisi tersebut berdampak pada rendahnya
peningkatan produksi, yang hanya meningkat 2,10%/tahun.
1) Produsen Kacang Tanah Dunia
Fakta bahwa kacang tanah memiliki andil dalam kehidupan, dan dalam
perekonomian ditunjukkan oleh banyaknya negara yang memproduksi kacang
tanah. Menurut data statistik yang diterbitkan FAO, terdapat sekitar 10 negara di
dunia ini yang menjadi produsen kacang tanah, termasuk di dalamnya Indonesia
(Gambar 4).

23 | P a g e
Gambar 4. Pangsa Produsen Kacang Tanah Dunia, 2014
Sumber: FAOSTAT 2014. Diolah.
Pangsa kacang tanah dari Indonesia terhadap produksi kacang tanah dunia
posisinya relatif sama dengan pangsa produksi kacang tanah negara Argentina.
Posisi Indonesia dan Argentina itu hanya lebih tinggi dari pangsa kacang tanah
yang dihasilkan negara-negara Sudan, Tanzania dan Sinegal. Tetapi lebih rendah
daripangsa produksi kacang tanah yang dihasilkan produsen kacang tanah di
China, India, Nigeria, USA, dan Myanmar.
Produksi kacang tanah dunia dikuasai secara dominan oleh China. Lebih
dari setengah produksi kacang tanah dunia diproduksi oleh China. Negara kedua
yang menguasai kacang tanah adalah India. Kontribusi negara produsen kacang
tanah lainnya yang di atas Indonesia kisarannya berada pada angka 4 persen
hingga paling tinggi 7 persen.
Berdasarkan fakta yang ditunjukkan oleh FAO (2014), kedudukan Indonesia
tidak terlalu rendah tetapi masih jauh dari rataan. Kondisi seperti itu menjadi
petunjuk masih terbukanya peluang Indonesia untuk terus berupaya meningkatkan
produksi kacang tanah.
Menurut Malik (2016) Peluang pengembangan kacang tanah di luar
kebijakan dapat dipahami dari ketersediaan lahan kering yang tersebar luas di
Jawa dan Luar Jawa. Disamping tersedia dalam areal kawasan, lahan kering
potensial untuk pengembangan kacang tanah juga dijumlai pada lahan kosong di
antara tegakan tanaman tahunan atau tanaman perkebunan.
Dalam kurun waktu 2002 – 2012, kacang tanah dunia mengalami
perkembangan yang fluktuatif, baik dari sisi areal panen maupun capaian
produksinya (Malik, 2016). Perkembangan areal panen dan produksi kacang tanah
dunia tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Perkembangan areal dan produksi kacang tanah dunia, 2002 –2012.
Tahun Areal Panen (ha) Produktiitas Produksi (t)
(t/ha)

24 | P a g e
2002 23.017 1,44 33.133
2003 23.066 1,57 36.315
2004 23.702 1,54 36.452
2005 24.040 1,60 38.522
2006 21.530 1,55 33.347
2007 22.659 1,64 37.129
2008 24.217 1,57 37.921
2009 23.971 1,53 36.564
2010 25.478 1,65 42.142
2011 24.622 1,63 40.131
2012 24.709 1,67 41.186
Pertumb 02-07 -0,31 2,62 2,30
Pertumb 07-12 1,75 0,34 2,10
Sumber: FAOSTAT 2014. Diolah.
Jika ditelaah secara mendalam, perkembangan areal panen selama periode
tersebut menggambarkan terjadinya dua segmen, yaitu dari tahun 2002–2007 dan
periode 2007–2012. Pada periode 2002–2007, perkembangan areal tanam
menunjukkan kecenderungan menurun hingga di bawah nol, sedangkan mulai
2007 hingga 2012 menunjukkan kecenderungan meningkat. Hal yang menarik,
meskipun trend areal panen pada periode 2002–2007 itu menunjukkan nilai di
bawah nol, hingga minus 0,31, akan tetapi capaian produksi yang terjadi pada
periode tersebut menunjukkan perkembangan atau trend positif.
Pada kondisi terjadinya perkembangan areal panen meningkat seperti terjadi
pada periode 2007 – 2012, ternyata trend peningkatan produksinya relatif lebih
kecil. Hal senada terjadi juga pada capaian produktivitas. Kondisi seperti itu
mengundang banyak interpretasi. Namun yang dapat menjelaskan kondisi tersebut
tidak terlepas dari peran teknologi. Meningkatnya produksi pada kondisi aral
panen yang menurun, menunjukkan kontribusi penggunaan teknologi yang positif
yang ditijau dari capaian produktivitas per hektar. Persoalan yang perlu dijelaskan
jawabannya adalah ketika terjadi peningkatan areal panen di satu sisi, tetapi
perkembangan produksinya menurun, seperti peristiwa tahun 2007–2012. Berikut
ini ditampikan visualisasi untuk lebih menjelaskan fenomena perkembangan areal
panen dan produksi dalam periode 2002–2012, diolah dari FAOSTAT 2014.
Untuk mengetahui tingkat keuntungan finansial, pendekatannya digunakan
harga privat, berbeda dengan pendekatan yang dilakukan untuk analisis
keuntungan ekonomiyang menggunakan pendekatan harga sosial. Cara
pendekatan tersebut dibedakan karena terdapat perbedaan harga satuan pada harga
privat dan harga sosial. Harga privat lebih tinggi dari harga sosial, disebabkan
harga sosial menggunakan harga bayangan. Perbedaan terdapat pada biaya pupuk
an organik, insektisida, benih dan tenaga kerja, sementara pajak lahan dan
penyusutan alat tidak terdapat perbedaan harga.

25 | P a g e
Perhitungan keuntungan privat menunjukkan persaingan sistem hasil yang
dikaji pada tingkat tertentu, nilai hasil tertentu dan dimana berlaku seperangkat
kebijakan tertentu. Semakin tinggi nilai keuntungan privat berarti sistem hasil
semakin mampu bersaing. Keuntungan privat adalah tingkat harga output dan
input diperhitungkan dengan harga pasar yang berlaku, pajak dan subsidi masing-
masing dipandang sebagai biaya dan keuntungan. Analisis ini untuk melihat
tingkat keuntungan usahatani melalui imbangan penerimaan dengan pengeluaran.
Keuntungan privat merupakan selisih antara total penerimaan dengan total biaya
produksi.
Penerimaan usahatani kacang tanah sebesar Rp 3.771.054.- Biaya produksi
yang dikeluarkan sebesar 58 persen dari penerimaan, sehingga keuntungan yang
diperoleh 42 persen atau Rp 1.583.829. Komponen biaya terbesar adalah upah
tenaga kerja lakilaki sebesar 46,76 persen kemudian benih 13,68 persen
sedangkan pengeluaran terkecil pada insektisida sebesar 0,35 persen.
Dari analisis keuntungan privat didapatkan nilai R/C 1,72, artinya usahatani
kacang tanah memberikan nilai tambah sebesar 0,72 dengan kata lain setiap petani
melakukan investasi Rp 100 maka akan memperoleh nilai tambah sebesar Rp 72.
60.
Analisis keuntungan sosial merupakan suatu analisis yang menilai suatu
aktivitas ekonomi atau manfaat bagi masyarakat secara keseluruhan. Pada analisis
ini, tingkat harga output maupun input menggunakan harga bayangan (shadow
price).
Penerimaan usahatani kacang tanah sebesar Rp 3.577.132 dan biaya
produksi yang dikeluarkan sekitar 59,4 persen dari penerimaan, sehingga
memberikan keuntungan 40,6 persen atau Rp 1.452.226. Komponen biaya
terbesar adalah upah tenaga kerja laki-laki sebesar 46,33 persen terbesar kedua
benih 13,35 persen dan pengeluaran terkecil pada insektisida sebesar 0,35 persen.
Dari analisis keuntungan sosial ini didapatkan nilai R/C 1,68 artinya usahatani
kacang tanah memberikan nilai tambah sebesar 0,68 dengan kata lain setiap petani
melakukan investasi Rp 100 maka akan memperoleh nilai tambah sebesar Rp 68.
Terlihat keuntungan privat lebih besar dari keuntungan sosial. Keuntungan
privat sebesar Rp 1.583.829 dengan nilai R/C 1,72 dan keuntungan sosial sebesar
Rp 1.452.226 dengan nilai R/C 1,68. Hal ini disebabkan pada analisis sosial harga
yang digunakan adalah harga bayangan sedangkan pada analisis privat
menggunakan harga yang benar-benar diterima dan dikeluarkan petani dalam
berusahatani kacang tanah.
2.1.4. Analisis Biaya dan Pendapatan
a. Analisi Biaya
Menurut Ramadhan (2017) Biaya dapat dibedakan menjadi 3 yaitu: Biaya
tetap (fixed cost) yaitu biaya yang secara relatif tidak dipengaruhi oleh besarnya

26 | P a g e
jumlah produksi (output). Biaya tidak tetap (variable cost) yaitu biaya yang
volumenya dipengaruhi oleh banyaknya output. Menurut Horngren et al. (2011)
biaya tetap ialah “Fixed cost is a cost that remains unchanged in total for a given
time period despite wide changes in the related total activity or volume”. Dan
biaya total (total cost): jumlah dari biaya biaya tetap dan tidak tetap. Biaya
variabel didefinisikan sebagai biaya yang totalnya meningkat secara proporsional
terhadap peningkatan dalam aktivitas dan menurun secara proporsional terhadap
penurunan dalam aktivitas (Carter dan Usry, 2009).
Untuk menghitungkan biaya dan pendapatan dalam usahatani dapat
digunakan tiga macam pendekatan yairu pendekatan nominal (nominal approach),
pendekatan nilai yang akan datang (future value approach), dan pendekatan nilai
sekarang (present value approach) (Suratiya, 2015).
1) Pendekatan nominal
Pendekatan nominal Tanpa memperhitungkan nilai uang menurut waktu
tetapi yang dipakai adalah harga yang berlaku, sehingga dapat langsung dihitung
jumlah pengeluaran dan jumlah penerimaan dalam suatu periode proses produksi.
Formula menghitung pendapatan nominal adalah sebagai berikut :
Penerimaan-Biaya Total = Pendapatan
Penerimaan = Py.Y
Py = Haraga produksi (Rp/kg)
Y = Jumlah produksi (kg)
Biaya total = Biaya tetap + Biaya variable
(TC) = (FC) + (VC).
Tabel 3 biaya, penerimaan, dan pendapatan satu periode usahatani kacang tanah
0,1 hektar.
Bulan
Uraian 1 2 3 4 Total
Pengeluaran 29.725 75.000 152.000 592.725
Penerimaan 1.300.830
Pendapatan 708.105
sumber: Suratiyah, dkk., 2003 (diolah)
Pendekatan nominal sangat sederhana dan mudah tetapi mengandung
kelemahan, jika pada kenyataanya petani memanfaatkan modal luar berupa
pinjaman atau kredit maka atas pinjaman atau kredit maka atas pinjaman tersebut
dapat digunakan pendekataan yang memperhatikan nilai uang yaitu future value
approach dan present value approach. jika dipakai nilai uang atau time value of
money maka besarnya tingkat bunga akan berpengaruh pada nilai uang terkait
dengan waktu.
2) Pendekatan furure value
Pendekatan ini memperhitungkan semua pengeluaran dalam proses produksi
dibawa ken anti pada saat panen atau saat proses produksi.

27 | P a g e
3) Pendekatan present value
Pendekatan ini memperhitungkan semua pengeluaran dan penerimaan dalam
proses produksi dibawah kesaat awal atau sekarang saat dimulainya proses
produksi.
b. Pengertian Pendekatan
Menurut Kieso, Warfield dan Weygantd (2011) Pendapatan adalah arus
masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal entitas
selama suatu periode, jika arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas
yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Sedangkan menurut Skousen
dan Stice (2011) Pendapatan adalah arus masuk atau penyelesaian (atau
kombinasi keduanya) dari pengiriman atau produksi barang, memberikan jasa atau
melakukan aktivitas utama atau aktivitas centra yang sedang berlangsung. Adapun
pengertian pendapatan menurut para ahli yaitu sebagai berikut: Pendapatan adalah
arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul akibat aktivitas normal
perusahaan selama satu periode; arus masuk itu mengakibatkan kenaikan modal
(ekuitas) dan tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. (Kuswandi, 2015).
2.1.5. Analisis Partial Budgetting
Partial budgeting (juga dikenal sebagai marginal analysis) adalah suatu
peralatan yang dapat digunakan oleh seorang petani/manajer usahatani untuk
membandingkan antara penerimaan dan biaya yang diakibatkan oleh suatu usulan
perubahan dalam suatu usahatani. Partial budgeting sangat berguna dalam
mengevaluasi anggaran (budgets) yang melibatkan perubahan kecil, bersifat
khusus dan terbatas dalam suatu kegiatan usahatani.
Prinsip kerja dari peralatan analisis ini yaitu menganalisis biaya dan
penerimaan yang akan terjadi terhadap skenario perubahan yang diusulkan dengan
cara to compare with and without changes (membandingkan antara sebelum dan
setelah adanya perubuhan). Dengan membandingkan sebelum dan sesudah adanya
rencana perubahan, maka dapat Anda mengetahui profitabilitas (positive or
negative rupiah impact) dari usulan perubahan manajemen usahatani yang
direncanakan. Partial Budgeting sejatinya merupakan suatu bentuk [aplikasi] dari
marginal analysis (Kay, Edwards, Duffy, 2004:164; Brown, 1979:25) yang
didesain untuk menunjukkan, bukan keuntungan atau kerugian usahatani secara
keseluruhan, melainkan “net increase or decrease” 3 dalam pendapatan bersih
usahatani (net farm income) yang dihasilkan dari usulan perubahan yang
dimaksud (Brown, 1979:25).
Dalam manajemen usahatani, secara umum ada lima prinsip dasar
ekonomi yang mendasari “partial budgeting” untuk setiap perubahan yang akan
dilakukan oleh petani/manajer usahatani, yaitu (Smith, 1993:1112):
1. Lakukan investasi, jika diperkirakan akan memperoleh pengembalian yang
banyak/maksimum (maximum profit principle). Dengan sumberdaya yang

28 | P a g e
terbatas, gunakan setiap sumberdaya, di mana ia akan memberi
pengembalian terbanyak (the greatest return).
2. Lakukan tambahan investasi, jika pengembalian meningkat. Seorang
petani/manajer usahatani dianjurkan terus menambah investasinya
sepanjang tambahan pengembalian lebih besar dibandingkan dengan
tambahan biaya.
3. Lakukan pengeluaran investasi sekecil mungkin. Selama output yang
dihasilkan konstan, lakukan pergantian input, jika biaya input baru lebih
murah dibandingkan dengan input yang digantikannya.
4. Lakukan investasi untuk produk baru, jika pengembalian/outputnya lebih
besar. Dengan biaya yang konstan, lakukan pergantian produk/output
sepanjang nilai produk/output baru lebih besar dari produk/output yang
digantikannya.
5. Discount for time and risk. Jika permasalahan atau keputusan yang berbeda
melibatkan perbedaan periode waktu yang berbeda atau tingkat resiko,
penyesuaian harus dilakukan agar dapat membuat perbandingan.
Proses penganggaran dapat melibatkan salah satu, dua atau semua prinsip
ekonomi di atas dalam membuat keputusan. Jenis penganggaran tidak terkait
kepada salah satu dari kelima prinsip tersebut atau sebaliknya. Prinsip ekonomi ini
diperlukan dalam proses pengambilan keputusan, sedangkan jenis anggaran yang
dipilih akan menentukan apa yang akan direncanakan (Smith, 1993:1112).
Anggaran parsial sangat sederhana, mudah dimengerti, mudah
penyusunannya, biasa digunakan untuk melihat keuntungan dengan sedikit
perubhahan yang dilakukan, serta tidak memerlukan informasi yang tidak
dipengaruhi oleh perubahan yang sedang diamati (Suratiya, 1997). ada beberapa
macam anggaran parsial anata lain 1) anggaran keuntungan parsial, 2) anggaran
marjin kotor, 3) anggaran arus uang tunai parsial, dan 4) anggaran parametrik
Secara umum anggaran parsial mempertimbangkan empat komponen
sebagai berikut (Suratiya, 1997 ):
1) Tambahan pengeluaran atau pengeluaran baru
2) penerimaan yang hilang
3) pengeluaran yang dihemat atau tidak jadi dikeluarkan
4) penerimaan tambahan atau penerimaan baru.
Anggaran parsial juga untuk mempertimbangkan apakah perlu penggunaan
input baru, menambah cabang usahatani baru, cara baru, dan sebagainya.
2.1.6. Cost, Volume and Profit Analysis
Menurut Mulyadi (2010:78) analisis cost volume profit merupakan teknik
untuk menghitung dampak perubahan harga jual, volume penjualan dan biaya
terhadap laba untuk membantu manajemen dalam perencanaan laba jangka
pendek. Menurut (Hansen and Mowen 2004:177) Volume penjualan dapat

29 | P a g e
diartikan sebagai komposisi penjualan yang merupakan kombinasi relatif berbagai
jenis produk, terhadap total pendapatan penjualan dalam suatu perusahaan.
Manajemen harus berusaha agar mencapai kombinasi atau komposisi penjualan
yang dapat menghasilkan jumlah laba yang maksimal. Jika mendengar istilah
volume, maka yang terbayang adalah kata jumlah. Menurut (Mulyadi 2005:239)
mendefinisikan bahwa “volume penjualan merupakan ukuran yang menunjukkan
banyaknya atau besarnya jumlah barang dan jasa yang terjual”.
Berdasarkan kedua pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa
volume penjualan merupakan hasil penjualan produk (barang atau jasa) selama
satu periode tertentu. Volume adalah tingkat aktivitas perusahaan baik produksi
maupun penjualan. Volume penjualan merupakan penjualan yang dinyatakan
dalam jumlah penjualan banyaknya satuan fisik atau jumlah uang yang harus
dicapai. Dalam suatu perusahaan tujuan pemasaran adalah untuk meningkatkan
volume penjualan yang menguntungkan dalam arti dapat menghasilkan
pendapatan secara optimal.
Pengertian laba menurut (Soemarso 2004:227) laba adalah merupakan
selisih antara pendapatan dan pengeluaran atau suatu kelebihan pendapatan yang
diterima oleh perusahaan sesudah dikurangi pengorbanan yang dikeluarkan, yang
merupakan kenaikan bersih atas modal yang berasal dari kegiatan usaha.
Cost Volume Profit (CVP) Analysis, yang kadang disebut dengan istilah
breakeven analysis (Hirschey & Pappas, 1998:345), adalah salah satu teknik
analisis penting yang digunakan untuk mengkaji hubungan antara biaya (costs),
penerimaan (revenues) dan keuntungan (profits). Dalam literatur berbahasa
Indonesia, khususnya dalam literatur ekonomi pertanian dan manajemen
usahatani, pemakaian istilah CVP Analysis masih asing. Istilah pengganti yang
banyak digunakan adalah breakeven analysis. Terjemahan istilah terakhir ini yang
sering dijumpai adalah “analisis pulang-pokok”. Namun terjemahan tersebut
belum disepakati sebagai satu-satunya terjemahan baku dalam Bahasa Indonesia.
Masing-masing penulis menerjemahkannya sesuai selera dan rasa bahasa yang
disukainya. Terjemahan lain istilah breakeven analysis yang juga dijumpai dalam
kepustakaan berbahasa Indonesia misalnya analisis silang-imbang, analisis
kembali pokok, dan lainlain (lihat Sigit, 1993:1). Dalam tulisan ini, dengan
maksud tidak mengurangi maknanya, maka istilah Cost-Volume-Profit Analysis
tetap dipakai, yang kemudian disingkat menjadi CVP Analysis.
CVP Analysis adalah salah satu pendekatan/ peralatan analisis finansial
yang digunakan oleh para managerial-economists untuk mengetahui berapa
jumlah produksi harus dihasilkan dalam suatu kegiatan usaha, sehingga kegiatan
usaha tersebut tidak menderita kerugian. CVP Analysis juga berfungsi untuk
mengetahui berapa jumlah produksi yang harus dihasilkan untuk memperoleh
keuntungan yang diinginkan (desired profit). Secara teknis, CVP Analysis dalam

30 | P a g e
aplikasinya tidak lain adalah mengetahui keterkaitan antara, jumlah
produksi/penjualan komoditas yang diproduksi, harga jual, biaya produksi, profit2
dan kerugian (lihat Elderburg & Wolcott, 2004:89, Hirschey & Pappas, 1998:345,
Keat & Young, 2000:421).

BAGIAN TIGA
3.1. METODE PENULISAN
3.1. Metode Penulisan Laporan
3.1.1. Waktu Penulisan Laporan
Penulisan laporan pada mata kuliah Manajemen Usahatani analisis biaya
dan pendapatann, benefits cost ratio dan cost, volume and profit analysis
komoditas tanaman semusim (padi, jagung, dan kacang tanah) dilakukan pada
tanggal 25 November s/d 3 Desember 2020.
3.1.2. Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam pembuatan laporan ini yaitu data
kuantitatif yang berupa data seperti simbol-simbol angka dan data kualitatif yang
berupa kalimat verbal. Dan sumber data yaitu menggunakan data sekunder yaitu
didapatkan dari buku dan jurnal, serta referensi dari artikel.
3.1.3. Analisis Data (Analisis Biaya dan Pendapatan, Analisis Partial
Budgetting dan Cost, Volume and Profit Analysis). Penekanannya
di sini adalah rumus-rumus yang digunakan.
1) Analisis biaya dan pendapatan
a) Analisis biaya
Menurut Ramadhan (2017) Biaya dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:
Biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya yang secara relatif tidak dipengaruhi
oleh besarnya jumlah produksi (output). Biaya tidak tetap (variable cost)
yaitu biaya yang volumenya dipengaruhi oleh banyaknya output. Menurut
Horngren et al. (2011) biaya tetap ialah “Fixed cost is a cost that remains
unchanged in total for a given time period despite wide changes in the
related total activity or volume”. Dan biaya total (total cost): jumlah dari
biaya biaya tetap dan tidak tetap. Biaya variabel didefinisikan sebagai

31 | P a g e
biaya yang totalnya meningkat secara proporsional terhadap peningkatan
dalam aktivitas dan menurun secara proporsional terhadap penurunan
dalam aktivitas (Carter dan Usry, 2009).
Menurut Suratiyah (2015), untuk menghitung besarnya biaya total
(Total Cost) diperoleh dengan cara menjumlahkan biaya tetap (Fixed Cost)
dengan biaya variabel (Variable Cost) dengan
Rumus : TC=FC+VC

Keterangan :
TC : Total Cost (Biaya Total)
FC : Fixed Cost (Biaya Tetap Total)
VC : Variable Cost (Biaya Variabel)
b) Analisis Penerimaan

Penerimaan adalah seluruh pendapatan yang diperoleh dari usahatani


selama satu periode diperhitungkan dari hasil penjualan atau penaksiran
kembali. Menurut Agustina (2012), penerimaan usahatani adalah perkalian
antara produksi yang dihasilkan dengan harga jual. Secara matematis
dirumuskan sebagai berikut:

Rumus : TRi = Yi . Pyi

Keterangan :
TRi : Total Revenue (Peneriamaan Total)
Pyi : Harga Produk
Yi : Jumlah Produksi
c) Analisis Pendapatan
Menurut Soekartawi (2006), pendapatan adalah selisih antara
penerimaan dan semua biaya atau biaya total. Data pendapatan dapat
digunakan sebagai ukuran untuk melihat apakah suatu usaha
menguntungkan atau merugikan. Dalam melakukan kegiatan usahatani,
petani berharap dapat meningkatkan pendapatannya sehingga kebutuhan
hidup sehari-hari dapat terpenuhi. Adapun rumus dari pendapatan yaitu ;

Rumus : I = TR - TC
Keterangan :
I : Income (Pendapatan)
TR : Total Revenue (Peneriamaan Total)
TC : Total Cost (Biaya Total)
2) Analisis Partial Budgetting
Analisis Partial Budgetiting (penganggaran parsial) merupakan sebuah

32 | P a g e
alat/ model analisis untuk mengukur berbagai perubahan dalam usaha
( Firmansya, 2013). Menurut Salam (2020) Prinsip kerja dari peralatan analisis ini
yaitu menganalisis biaya dan penerimaan yang akan terjadi terhadap skenario
perubahan yang diusulkan dengan cara to compare with and without changes
(membandingkan antara sebelum dan setelah adanya perubuhan). Partial
budgeting sangat berguna dalam mengevaluasi anggaran (budgets) yang
melibatkan perubahan kecil, bersifat khusus dan terbatas dalam suatu kegiatan
usahatani (Salam, 2020).
Menurut Salam (2020), manfaat partial budgetting dua komponen yaitu
Costs Saved/Reduced Costs dan New Revenue/Additional Revenue. Bagian
analisis pada partial budgeting memuat hasil pengurangan antara penjumlahan
komponen manfaat (benefits) dan penjumlahan komponen biaya (costs), yang
biasa disebut dengan istilah “net change in profit or extra profit/loss” (Salam,
2020).
3) Cost, Volume and Profir Analysis
a) Analisis CVP dan Profit
Analisis Cost Volume Profit (CVP) adalah sebuah alat untuk membantu
para manajer mengerti akan hubungan antara biaya, volume dan laba dengan
fokus pada interaksi antara harga produk, volume aktivitas, biaya variabel per
unit, total biaya tetap, dan produk campuran yang terjual. Analisis CVP ini
merupakan sebuah alat yang vital yang digunakan dalam membuat keputusan-
keputusan bisnis seperti menentukan produk apa yang harus diproduksi atau
dijual, kebijakan harga seperti apa yang harus digunakan, strategi pemasaran
seperti apa yang harus dilaksanakan, dan fasilitas yang produktif seperti apa yang
diperlukan.
Menurut Zaroni (2017), analisis CVP diformulasikan dari konsep
sederhana perhitungan profit. Profit dihitung dari pengurangan antara pendapatan
total (total revenue) dengan biaya total (total cost).
Profit = Total Revenue –Total Variable Cost – Total Cost
Profit = (Price x Quantity) – Variable cost – Fixed cost
Profit = (P x Q) – (VC x Q) – FC
Profit = (P - VC) x Q –FC
Keterangan :
P : Harga jual per unit
VC : Biaya variabel per unit
(P-VC) : Profit contribution per unit
Q : Kuantitas produksi yang terjual
FC : Biaya tetap total

33 | P a g e
b) CVP Analysis dan Volume Produksi
Biaya tetap konstan didapatkan dari jumlah volume produksi yang
dibutuhkan oleh profit, dengan simbol matemtis yaitu
Profit = (P – V) x Q – FC
Dengan demikian didapatkan persamaan sebagai berikut :

F+ Profit
Q=
(P−V )

BAGIAN EMPAT
4.1. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.1. Pendahuluan
Analisis usaha tani pada komoditas padi, jagung dan kacang tanah terdiri
dari analisis biaya, penerimaan dan pendapatan, analisis partial budgeting dan
volume profit analysis. Pada analisis biaya terdapat tiga jenis biaya yaitu biaya
tetap (Fixed cost), biaya variabel (Variable cost) dan biaya total (Total cost) yang
diperoleh dari penjumlahan biaya tetap (Fixed cost) dan biaya variabel (Variable
cost).
4.1.2. Komoditi Padi
Beras adalah salah satu produk makanan pokok paling penting di dunia.
Pernyataan ini terutama berlaku di Benua Asia, tempat beras menjadi makanan
pokok untuk mayoritas penduduk (terutama di kalangan menengah ke bawah
masyarakat). Benua Asia juga merupakan tempat tinggal dari para petani yang
memproduksi sekitar 90% dari total produksi beras dunia.
Padi yang menghasilkan beras merupakan tumpuan utama bagi ketahanan
pangan nasional. Berdasarkan data hasil Susenas-BPS (survei sosial ekonomi
nasional-Badan Pusat Statistik), rata-rata konsumsi beras selama periode 2002-
2013 sebesar 1,98 kg/kapita/minggu atau setara dengan 103,18 kg/kapita/tahun
(Susenas-BPS, 2014). Padi sebagai tanaman pangan dikonsumsi kurang lebih 90%
dari keseluruhan penduduk Indonesia untuk makanan pokok sehari-hari
(Saragih,2001).
a. Jenis-Jenis Biaya Komoditas Padi

Petani mempunyai keterbatasan dalam memanfaatkan kesempatan


ekonomi untuk meningkatkan pendapatannya. Oleh karena itu, perlu ada

34 | P a g e
pembinaan terkait dengan pengelolaan usahataninya. Menurut Calr C Melne,
pengelolaan usahatani digambarkan sebagai kemampuan petani dalam
menentukan, mengorganisir dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor
produksi yang beragam seefektif mungkin sehingga produksi pertanian
memberikan hasil yang terbaik. Petani sebagai manajer akan berhadapan dengan
berbagai alternatif yang harus diputuskan mana harus dipilih untuk diusahakan.
Komoditi pertanian khususnya padi dapat dikategorikan sebagai komoditi
komersial karena sebagian besar ditunjukan untuk memenuhi kebutuhan pasar
dengan harga yang berlaku di pasar.
Melihat produksi padi yang cukup tinggi tidak menjamin memberikan
pendapatan yang tinggi bagi petani, mengingat masih kurangnya informasi
tentang besarnya biaya-biaya penggunaan input terhadap besarnya pendapatan
yang diterima petani.
Adapun jenis-jenis biaya yang digunakan dalam usahatani padi yaitu
sebagai berikut :
1) Biaya tetap

Biaya tetap merupakan biaya yang tidak dipengaruhi oleh besarnya output
yang dihasilkan oleh petani. Berikut ini menunjukkan beberapa item biaya yang
termasuk dalam kelompok biaya tetap pada usahatani padi untuk memperoleh
penerimaan yang optimal. Adapun hasil perhitungan matematis biaya tetap dapat
dilihat sebagai berikut :
a) Sewa Alat
Biaya sewa alat-alat pertanian dipergunakan untuk meningkatkan sarana
produksi dilahan pertanian. Biaya yang di keluarkan sebesar Rp 5.000.000
b) Sewa Lahan
Pajak lahan dihitung dalam satuan rupiah per hektar (Rp/ha) atau sewa
lahan yang dikeluarkan sebesar Rp 500.000/tahun.
2) Biaya variabel
Berbada halnya dengan biaya tetap, karakteristik biaya variabel yaitu selalu
berubah-ubah sesuai dengan besarnya output yang dihasilkan oleh petani. Item
biaya variabel juga lebih banyak daripada item biaya tetap. Biaya yang
dikeluarkan sangat mempengaruhi jumlah produksi yang diperoleh yang sering
dinamakan biaya variabel. Biaya atau sumber daya tidak berubah selama
digunakan dalam bertanam padi. Biaya tetap tidak mengalami perubahan
walaupun produksi yang dihasilkan jumlahnya berubah.
Biaya variabel usahatani padi bila dihitung dari biaya pembelian benih
sampai pada biaya sewa tenaga kerja panen. Berikut menyajikan biaya variabel
usahatani padi.
a) Benih

35 | P a g e
Benih yang digunakan adalah varietas superwin biaya yang dikeluarkan
untuk Pembelihan benih adalah sebesar Rp 650.000/ha.
b) Pupuk
Biaya yang di keluarkan untuk pembelihan pupuk Rp
15.400.000/ha. Rincian :
Pupuk NPK 10 karung X 500.000 = Rp 5.000.000
Pupuk Urea 10 karung X 520.000 = Rp 5.200.000
Pupuk Phonska 10 karung X 520.000 = Rp 5.200.000
c) Pestisida
Pestisida yang digunakan petani padi sawah antara lain, decis, perangsang
Buah (ganasil) . Biaya yang dikeluarkan petani yaitu sebanyak Rp 1.800,000/ha.
d) Tenaga kerja
Biaya tenaga kerja dihitung berdasarkan lamanya bekerja. Biaya yang di
keluarkan Petani sawah adalah sebesar Rp 19.250.000. Rincian :
Pembibitan (1 x 300.000) = Rp 300.000
Irigasi (3 x 300.000) = Rp 900.000
Pengolahan tanah (6 x 600.000) = Rp 3.600.000
Penanaman (6 x 600.000) = Rp 3. 600.000
Pemupukan (4 x 400.000) = Rp 1.600.000
Pengendalian hama (5 x 250.000) = Rp 1.250.000
Pemanenan (8 x 1.000.000 ) = Rp 8.000.000
2. Biaya Total
Biaya total yang terdapat pada usahatani padi yang sudah dihitung terdiri
atas biaya tetap dengan biaya variabel yang totalnya secara keseluruhan
adalah Rp 40.100.000.
b. Struktur Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Padi
Tabel 4. Struktur Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Padi
Uraian Jumlah Biaya (RP)
Biaya Tetap (Fixed Cost)
a) . Penyusutan Alat 5.000.000
b) Pajak 500.000
Jumlah 5.500.000
Biaya Variabel (Variabel Cost)
c) Benih 650.000
d) Pupuk
1. Pupuk NPK 5.000.000

36 | P a g e
2. Pupuk Urea 5.200.000
3. Pupuk Phonska 5.200.000
e) Pestisida 1.800.000
f) Tenaga Kerja
Pembibitan 300.000
Irigasi 900.000
Pengolahan Tanah 3.600.000
Penanaman 3.600.000
Pemupukan 1.600.000
Pengendalian Hama 1.250.000
Pemanenan 8.000.000
Pascapanen 3.000.000
Jumlah
37.100.000
Total Biaya (TC = FC + VB) 40.100.000
Struktur Penerimaan Usahatani
Padi
g) Produksi 5.000
h) Harga Satuan 9.000
i) Penerimaan 45.000.000
Struktur Pendapatan Usahatani
Padi
j) Penerimaan (Rp) 45.000.000
k) Biaya Total (Rp) 40.100.000
l) Pendapatan = Penerimaan (Rp) 4.900.000
– Biaya Total (Rp)
Sumber : Data sekunder setelah diolah, 2020.
4.1.3. Komoditas Jagung
Jagung sebagai komoditas pangan yang pengembangannya dilakukan
dengan pendekatan agribisnis, sangat memungkinkan untuk meningkatkan
pendapatan petani. Permintaan jagung yang terus menerus meningkat, seiring
dengan pertumbuhan penduduk dan sektor industri memerlukan bahan baku
jagung, diantaranya untuk industri makanan, pakan ternak dan pembuatan minyak
jagung. Peningkatan permintaan jagung mendorong meningkatnya produktivitas

37 | P a g e
jagung disuatu wilayah.
Usahatani jagung sebagai satu kegiatan produksi pertanian yang pada
akhirnya akan dinilai dari biaya yang dikeluarkan dan penerimaan serta
pendapatan yang diperoleh. Besar kecilnya pendapatan usahatani dapat digunakan
untuk melihat keberhasilan kegiatan usahatani yang dilakukan.
a. Jenis-Jenis Biaya Usahatani Jagung
Jenis-jenis biaya pada usahatani jagung dilakukan oleh petani adalah untuk
mengalokasikan faktor-faktor produksi dengan efisien agar dapat menghasilkan
output yang maksimal. Seberapa besar faktor produksi yang digunakan oleh
petani tentunya sangat menentukan besar biaya produksi yang dibutuhkan selama
melaksanakan proses usahataninya. Besarnya biaya produksi juga dapat
berpengaruh pada besarnya pendapatan petani. Adapun jenis-jenis biaya yang
digunakan dalam usahatani jagung adalah sebagai berikut :
1) Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus
dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Contoh
dari biaya tetap adalah pajak, sewa tanah, alat pertanian dan iuran irigasi.
a) Sewa alat
Biaya sewa alat-alat pertanian yang digunakan untuk meningkatkan
alat-alat produksi pertanian yang digunakan. Biaya yang di
digunakan sebesar Rp 20.000.
b) Sewa Lahan
Pajak lahan dihitung dalam satuan rupiah per hektar (Rp/ha) atau
sewa lahan yang dikeluarkan sebesar Rp 50.000/tahun.
2) Biaya Variabel
Biaya yang dikeluarkan sangat mempengaruhi jumlah produksi yang
diperoleh yang sering dinamakan biaya variabel. Biaya variabel yang
dikeluarkan dalam jagung yaitu :
a) Bibit
Bibit yang digunakan adalah varietas unggul biaya yang
dikeluarkan untuk Pembelihan bibiit adalah sebesar Rp
3.500.000/ha.
b) Pupuk
Pupuk yang digunakan petani kedelai adalah pupuk organik, pupuk
anorganik. Biaya yang dikeluarkan untuk pembelian pupuk yaitu :
Pupuk Organik = Rp 1.000.000
Pupuk Anorganik = Rp 1.200.000
c) Pestisida
Biaya yang dikeluarkan petani adalah Rp. 800.000/Ha

38 | P a g e
d) Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja dihitung berdasarkan lamanya bekerja. Biaya
yang dikeluarkan petani adalah sebesar Rp. 2.000.000.
3) Biaya Total
Hasil penjumlahan dari kedua biaya ini disebut biaya total yaitu sebesar
Rp 8.500.000.
b. Struktur Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Jagung
Tabel 5. Struktur Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Jagung
Uraian Jumlah Biaya (Rp)
Biaya Tetap (Fixed Cost)
a) Penyusutan 20.0000
b) Sewa lahan 50.000
Jumlah 70.000
Biaya Variabel (Varabel Cost)
c) Bibit 3.500.000
d) Pupuk
1. Pupuk Organik 1.000.000
2. Pupuk Anorganik 1.200.000
e) Pestisida 800.000
f) Tenaga Kerja 2.000.000
Jumlah 8.500.000
Total Biaya (TC=FC + VB) 8.570.000
Struktur Penerimaan Usahatani Jagung
g) Produksi (Kg) 9.000
h) Harga Satuan 2.000
i) Penerimaan 18.000.000
Struktur Pendapatan Usahatani Jagung
j) Penerimaan (Rp) 18.000.000
k) Biaya Total (Rp) 8.570.000
l) Pendapatan = Penerimaan (Rp) 9.430.000
– Biaya Total (Rp)
Sumber : Data sekunder setelah diolah, 2020.
4.1.4. Komoditi Kacang Tanah
Kacang tanah merupakan bahan baku potensial untuk dimanfaatkan dalam
industri makanan menjadi berbagai produk makanan olahan yang memiliki nilai
ekonomi relatif tinggi. Jika ditinjau dalam tataran dunia, seperti yang yang
diungkap FAO (2014) ada nuansa peningkatan produksi, utamanya yang terjadi
pada dekade terakhir.
a. Jenis-Jenis Biaya Usahatani Kacang
Kegiatan analisis yang digunakan pada usahatani kacang tanah ini meliputi
biaya tetap dan biaya variabel. Biaya pada usahatani kacang tanah per hektar yaitu
sebagai berikut :

39 | P a g e
1) Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus
dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Contoh
dari biaya tetap adalah pajak, sewa tanah, alat pertanian dan iuran irigasi.
a) Sewa Alat
Biaya sewa alat-alat pertanian dipergunakaan untuk meningkatkan
produksi pertanian. Biaya sewa alat yang dikeluarkan Rp 600.000
b) Pajak Lahan
Pajak dihitung dalam bentuk satuan rupiah (Rp/ha) dengan sewa lahan
yang dikeluarkan sebesar Rp. 60.000/tahun.
2) Biaya Variabel
Biaya yang dikeluarkan sangat mempengaruhi jumlah produksi yang
diperoleh yang sering dinamakan biaya variabel. Biaya variabel yang
dikeluarkan dalam jagung yaitu :
a) Benih
Benih yang digunakan adalah varietas tuban dengan biaya yang
dikeluarkan sebesar Rp 2.000.000.
b) Pupuk
Biaya yang digunakan untuk pembelian pupuk sebesar Rp
4.300.000/ha. Dengan rincian yaitu :
Pupuk Organik = Rp 800.000
Pupuk Anorganik = Rp 3.500.000
c) Pestisida
Untuk biaya pestisida yang dikeluarkan petani untuk
memenuhi kebutuhan produksi kacang tanah sebesar Rp
500.000
d) Sewa Traktor
Adapun sewa traktor yang dikeluarkan sebesar Rp 1.800.000.
e) Karung
Karang yang dibeli oleh petani dengan biaya harga yang
dikeluarkan Rp 100.000
f) Tenaga Kerja
Biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja sebesar Rp 8.400.000, dan
berikut ini rincian biaya tenaga kerja yang dikeluarkan petani yaitu sebagai
berikut :
Pengolahan tanah (2 x 500.000) = Rp 1.000.000
Penanaman (2 x 200.000) = Rp 400.000
Pemupukan (1 x 800.000) = Rp 800.00
Pengairan (2 x 1.000.000)= Rp 2.000.000
Pembubunan (4 x 200.000) = Rp 800.000

40 | P a g e
Pengendalian hama dan penyakit (2 x 200.000) = Rp 400.000
Pemanenan (6 x 300.000) = Rp 1.800.00
Pasca panen (3 x 400.000) = Rp 1.200.000
3) Biaya Total
Biaya total pada usahatani kacang tanah deri atas biaya tetap
dan biaya total yang jumlahnya sebesar Rp 17. 760.000.
b. Struktur Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Kacang
Tanah.
Tabel 6. Struktur Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Kacang Tanah.
Uraian Jumlah Biaya (Rp)
Biaya Tetap (Fixed Cost)
a) Sewa alat 600.000
b) Pajak 60.000
Jumlah 660.000
Biaya Variabel (Variabel Cost)
a) Benih 2.000.000
b) Pupuk
1) Pupuk Organik 800.000
2) Pupuk Anorganik 3.500.000
c) Pestisida 500.000
d) Sewa traktor 1.800.000
e) Karung 100.000
f) Tenaga kerja
1) Pengolahan lahan 1.000.000
2) Penanaman 400.000
3) Pemupukan 800.000
4) Pengairan 2.000.000
5) Pembubunan 800.000
6) Pengendaluan hama dan 400.000
penyakit
7) Tanam 1.800.000
8) Pasca panen 1.200.000
Jumlah 17.100.000
Total Biaya (TC=FC + VB) 17.760.000
Struktur Penerimaan Usahatani Kacang
Tanah
g) Produksi (Kg) 4.000
h) Harga satuan (Rp/Kg) 5.000
i) Penerimaan (Rp) 20.000.000
Struktur Pendapatan Usahatani
Kacang Tanah
j) Penerimaan (Rp) 20.000.000
k) Biaya Total (Rp) 17.760.000
l) Pendapatan = Penerimaan (Rp) – 2.240.000

41 | P a g e
Biaya Total (Rp)
Sumber : Data sekunder hipotetik setelah diolah, 2020
4.1.5. Analisis Partial Budgetting
Analisis anggaran parsial (partial budget analysis) bertujuan untuk
mengevaluasi akibat-akibat yang disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam
metode produksi atau organisasi usahatani. Dalam analisis anggaran parsial hanya
diperhatikan faktor-faktor yang ada kaitannya dengan perubahan tersebut.
Contoh, analisis anggaran parsial mengenai perubahan penggunaan pupuk dari
pupuk buatan menjadi pupuk organik pada tanaman kacang tanah.
Menurut Salam (2020) Prinsip kerja dari peralatan analisis ini yaitu
menganalisis biaya dan penerimaan yang akan terjadi terhadap skenario
perubahan yang diusulkan dengan cara to compare with and without changes
(membandingkan antara sebelum dan setelah adanya perubuhan).
Manfaat analisis anggaran parsial tidak memerlukan banyak data dan
sederhana, yaitu hanya yang terkait dengan perubahan yang diamati. Oleh karena
itu, analisis anggaran parsial dapat diterapkan pada usahatani yang lebih luas dan
mempunyai kegunaan potensial yang terluas.
Langkah-langkah dalam anggaran parsial adalah
1) Menjelaskan perubahan dalam organisasi usahatani atau metode produksi,
secara hati-hati dan tepat.
2) Mendaftar dan menghitung keuntungan serta kerugian yang diakibatkan
oleh perubahan itu. Keuntungan berupa biaya yang dihemat dan tambahan
penghasilan akibat perubahan tersebut, sedangkan kerugian berupa
tambahan biaya dan penurunan penghasilan akibat perubahan tersebut.
Jika keuntungan total lebih besar daripada kerugian total, maka anggaran
menunjukkan perubahan yang diusulkan menguntungkan. Untuk
memberikan rekomendasi yang tepat maka analisis anggaran parsial perlu
ditinjau dari non aspek keuangan selain aspek non keuangan.
3) Aspek non keuangan yang berpengaruh besar terhadap perubahan antara
lain:
a) Risiko yang akan ditimbulkan
b) Implikasi terhadap macam dan jumlah kerja yang harus dilakukan
oleh petani dan keluarganya, serta ketrampilan yang dibutuhkan untuk
mengelola usahatani.
4) Mencatat semua persyaratan yang diperlukan untuk mensukseskan
pelaksanaan perubahan yang diusulkan.
5) Membuat rekomendasi untuk petani atau kelompok tani.
6) Monitoring pelaksanaan program dan penyediaan sarana prasarana
pendukung (hulu dan hilir).
Tabel 7. Analisis Partial Budgetting pada usahatani Padi, Jagung, Kacang

42 | P a g e
Tanah.
Parrtial Budgetting
Usualan Perubahan/Waktu Usulan : Usahatani Padi Menjadi
Usahatani Kacang Tanah/ 25 November 2020.
BIAYA (COST) PENERIMAAN
(REVENUES)
Biaya Baru (New Costs) (a) Biaya Dihemat (Cost
Saved) (c)
Deskripsi Jumlah Har Tota Deskripsi Jumlah Harg Tot
Biaya Padi U Sa ga l Biaya Un Sa a al
ni tu Sat (Rp) Kacang it tu Satua
t an uan Tanag an n
(Rp (Rp)
)
1) B 3 K 2.0 650. 1) B 80 K 2.500 2.0
e 2 g 00 000 e 0.0 g 0 00.
n 5 n 00 000
i i
h h
2) P 2) Pupuk
u
p
u
k
 N 2 K 25. 5.00  O 20 K 4.0 800.0
P 0 g 000 0.00 r 0 g 00 00
K 0 0 0 g
a
n
i
k
 U 2 K 260 5.20  A 40 K 8.7 3.500
r 0 g .00 0.00 n 0 g 50 .000
e 0 0 o
a r
g
a
n
i
k
 P 2 K 26. 5.20 3) P 4 B 125 500.0

43 | P a g e
h 0 g 000 0.00 e ot .00 00
o 0 0 0 s ol 0
n t
s i
k s
a i
d
a
2) P 1 1 150 1.80 4) S 1 B 1.8 1.800
e 2 B .00 0.00 e ua 00. .000
s ot 0 0 w h 000
t ol a
i T
s r
i a
d k
a t
o
r
3) T 5. 20 B 5.0 100.0
e Karung ua 00 00
n h
a
g
a
K
e
r
j
a
 P 1 H 300 300. 6. Tenaga Kerja
e K .00 000
m O 0
b
i
b
i
t
a
n

44 | P a g e
 I 3 H 300 9.00  P 2 H 500 1.000
r K .00 0.00 e K .00 .000
i O 0 0 n O 0
g g
a o
s l
i a
h
a
n
L
a
h
a
n
 P 6 H 600 3.60  P 2 H 200 400.0
e K .00 0.00 e K .00 00
n O 0 0 m O 0
g a
o n
l e
a n
h a
a n
n
L
a
h
a
n
T
a
n
a
h
 P H 6 600 3.60  P 1 H 1.8 1.800
e K .00 0.00 e K 00. .000
n O 0 0 m O 000
a u
n p

45 | P a g e
a u
m k
a a
n n
 P H 4 400 1.60  P 2 H 1.0 2.000
e K .00 0.00 e K 00. .000
m O 0 0 n O 000
u g
p a
u i
k r
a a
n n
 P H 5 250 1.25  P 4 H 200 800.0
e K .00 0.00 e K .00 00
n O 0 0 m O 0
g b
e u
n b
d u
a n
l a
i n
a
n
H
a
m
a
d
a
n
P
e
n
y
a
k
i
 P H 8 1.0 8.00  P 2 H 200 400.0

46 | P a g e
e K 00. 0.00 e K .00 00
m O 000 0 n O 0
a g
n e
e n
n d
a a
n l
i
a
n
H
a
m
a
d
a
n
P
e
n
y
a
k
i
t
 P 6 H 300 1.800
e K .00 .000
m O 0
a
n
e
n
a
n
 P 3 H 400 1.200
a K .00 .000
s O 0
c
a

47 | P a g e
p
a
n
e
n
Jumlah Biaya Baru (w) 37.1 Ju 17.10
00.0 ml 0.000
00 ah
Bia
ya
Di
he
ma
t
(y)
Penerimaan Hilang (Revenue Penerimaan Baru (Revenue)
Foregone) (z)
Deskrip Jumlah Har Tota Deskrip Jumlah Har Total
si Biaya U Sa ga l si Biaya Un Sa ga (Rp)
(Kacang ni tu Sat (Rp) (Padi) it tu Sat
Tanah) t an uan an uan
(Rp (Rp
) )
1) K 4. K 5.0 20.0 1) P 5.0 K 9.0 45.00
a 0 g 00 00.0 a 00 g 00 0.000
c 0 00 d
a 0 i
n
g
T
a
n
a
h
Jumlah Penerimaan 20.0 Jumlah Penerimaan 45.00
Hilang (x) 00.0 Baru (z) 0.000
00
TOTAL BIAYA 57.1 TOTAL PENERIMAAN 62.10
(W) = (w) + (x) 00.0 (X) = (y) + (z) 0.000
00
ANALISIS

48 | P a g e
UNTUNG-RUGI/EXTRAK PROFIT/LOSS
(W - Z) = Rp 5.000.000
Sumber : Data sekunder hipotetik setelah diolah, 2020.
4.1.6. Cost, Volume and Profit Analysis
Cost Volume Profit (CVP) Analysis, yang kadang disebut dengan istilah
breakeven analysis (Hirschey & Pappas, 1998:345), adalah salah satu teknik
analisis penting yang digunakan untuk mengkaji hubungan antara biaya (costs),
penerimaan (revenues) dan keuntungan (profits).
CVP Analysis adalah salah satu pendekatan/ peralatan analisis finansial
yang digunakan oleh para managerial-economists untuk mengetahui berapa
jumlah produksi harus dihasilkan dalam suatu kegiatan usaha, sehingga kegiatan
usaha tersebut tidak menderita kerugian. CVP Analysis juga berfungsi untuk
mengetahui berapa jumlah produksi yang harus dihasilkan untuk memperoleh
keuntungan yang diinginkan (desired profit).
Tabel 8. Cost, Volume and Profit Analysis (Padi- Kacang Tanah).
Breakeven Analysis For Comparing Alternative Crops
WORKSHEET
For Comparative Breakeven Analysis
Perbandingan Tanaman Challenger dan Defender
Tanaman Defender : Padi

1) Hasil Produksi 5.000


2) Biaya Panen 9.000
3) Gross Revenue 45.000.000
Biaya Variabel
Biaya Sebelum Panen 12.000.000
Biaya Panen 8.000.000
Biaya Pascapanen 3.000.000
Jumlah Biaya Variabel 37.100.000
Return To Fixed Costs (RTFC = GR – 7.900.000
VC)
Tanaman Challenger : Kacang Tanah
Biaya Variabel
Biaya Sebelum Panen 12.000.000
Biaya Panen 1.800.000
Biaya Pascapanen 1.200.000
Jumlah Biaya Variabel 17.100.000
Untuk Mengalihkan Lahan Tersebut, RTFC (Return To Fixed Costs)
Tanaman Challenger Harus Lebih Besar dari RTFC Tanaman Defender
Menghitung Breakeven Tanaman Challenger
a) Breakeven Price = (VC Challenger + RTFC Defender)/Hasil Produksi
Challenger

49 | P a g e
Hasil Produksi Challenger 4.000 Kg
6.225 = (17.100.000 + 7.900.000)/4.000
b) Breakeven Yield = (VC Challenger + RTFC Defender)/Harga Jual
Challenger
Hasil Produksi Challenger Rp 5.000
5.000 = (17.100.000 + 7.900.000)/5.000
Sumber : Data sekunder hipotetik setelah diolah, 2020.
BAGIAN LIMA
5.1. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan tersebut, maka selanjutnya dapat ditarik
simpulan bahwa analisis yang digunakan petani dalam usahatani pada komoditas
padi, jagung dan kacang tanah terdiri dari analisis biaya, penerimaan dan
pendapatan, analisis partial budgeting dan volume profit analysis. Pada
pembahasan tersebut didaptkan bahwa jenis-jenis biaya yang digunakan pada
komoditi padi, jagung, dan kacang tanah menggunakan jenis biaya yang sama
yaitu biaya tetap, biaya variabel dan biaya total. Walaupun menggunakan metode
analisis biaya yang sama tetapi hasil yang didapatkan pada ketiga komoditi
tersebut berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan proses produksinya. Hasil
pembahasan pada analisis partial budgetting padi ke kacang tanah menunjukkan
perubahan berjalan dengan baik secara signifikan. Hasil cost, volume and profit
analysis padi ke kacang tanah menunjukkan profit pada komoditi tersebut
diperoleh sesuai dengan jumlah produksi yang dihasilkan dalam usahatani.
5.1.2. Saran
Diharapkan laporan ini dapat menambah wawasan pembaca mengenai
analisis biaya, penerimaan dan pendapatan , analisis partial budgetting dan cost,
volume and profit analysis dan nantinya dapat menjadi bahan pengaplikasian dan
pembelajaran bagi masyarakat khususnya petani di Indonesia. Laporan ini
memang diakui memiliki banyak kekurangan terkait dengan pembahasan yang
kurang mendalam dalam beberapa unit analisis. Meskipun penulis menginginkan
kesempurnaan dalam penyusunan laporan ini akan tetapi pada kenyataannya
masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih
minimnya pengetahuan penulis terkait hal tersebut. Oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan sebagai bahan
evaluasi untuk kedepannya.

50 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Aarsten, Van. 1953. Pengertian Pertanian. Diakses 30 November 2020 jam 20.00
di halaman website http://www.tokomesin.com/Pengert ian_Pertanian.html
Adisarwanto. (2000). Meningkatkan Produksi kacang Tanah di Lahan sawah dan
Lahan Kering. jakarta: Penebar Swadaya.
Agustian, A., & Ahmad, S. 2014. Analisis Daya Saing Usahatani Di Indonesia.
Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.
Adisarwantoo. (2007). Meningkatkan Produksi kacang Tanah di Lahan sawah.
Adiwilaga (2011) Dikutip dari:
http://www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-usahatani-menurut-
para-ahli/.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (1998).
Badan Pusat Statistik. 2014. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi,
Jagung, dan Kedelai 2004-2013. http://www.bps.go.id. Diakses 25
November 2020.
Budidaya Kedelai dan Jagung. Palangkaraya. Departemen Pertanian. Capricorn
Indo Consult.
Budiman, H. 2012. Sukses Bertanam Jagung Komoditas pertanian yang
Menjanjikan. Pustaka Baru Press. Yogyakarta.
Carana Corporation for USAID.2003. Agriculture Sector Review Indonesia.
Diakses 30 November 2020 jam 12.00 di halaman website
http://www.indonesiainvestments.com/culture/economy/ general-
economicoutline/agriculture/item378.
Carter, W. K., dan Usry. (2009). Cost Accounting, 14th edition. South-Western
Cengage Learning.
Elderburg, Leslie G. & Wolcott, Susan K. (2004). Cost Management: Measuring,
Monitoring & Motivating Performance, John Wiley & Sons, Inc.
FAO. 2014. World Agriculture. Offical webside ULR: www:fao.go.id.
Firmansyah, C. 2013. Partial Budget Analisys.
http://infosato.blogspot.com/2013/09/partial-budget-analisys.html Diakses
tanggal 01 Desember 2020.
Fachrudin, L. (2000). Budidaya Kacang — Kacangan. Yogyakarta: Kanisius.
Hardjowigeno, S. (2007). Ilmu Tanah. Jakarta: akademik Presindo.
Hirschey, Mark & Pappas, James L. (1998). Fundamental of Managerial

51 | P a g e
Economics, sixth edition, The Dryden Press, Chicago, New York, San
Fransisco, Philadelphia, Montreal, Toronto, London, Sydney, Tokyo.
Horngren, C. T., S. M. Datar, dan M. Rajah. (2011). Cost Accounting: A
Managerial Emphasis. 14th edition. Pearson-Prentice Hall.
Imadatainstiper. 2007. Budidaya Padi. http://www.google.com. Diakses tanggal
28 November 2020.
Kasno, A., Sudaryono., N. Saleh., A. Harsono, dan R. Krisdiani. 2012.
Pengembangan Kacang tanah di Indonesia dalam Kasno., et al (eds)
Tonggak Kemajuan Teknologi Produksi Tanaman Pangan. Simposium
Penelitian Tanaman Pangan IV. Bogor 22-24 Nofember 1999. Hal 208-224.
Kieso, Warfield dan Weygantd, 2011 Dikutip dari:
http://walangkopo99.blogspot.co.id/2015/05/pengertian-pendapatan-
menurut-para-ahli.html
Kadarsan. 2011. Dikutip dari:
http://www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-usahatani-menurut-
para-ahli/.
Kuswandi. 2015. Dikutip dari:
http://walangkopo99.blogspot.co.id/2015/05/pengertian-pendapatan-
menurut-para-ahli.html Diakses tanggal 30 November 2020.
Keat, Paul G. & Young, Philip K.Y. (2000). Managerial Economics: Economc
Tools for Today’s Decision Makers, third edition, Prentice Hall
International, Inc. New Jersey.
Malik, A. 2016. Ekonomi Kacang Tanah. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Jakarta.
Mosher, D. F. (1984). Physiology of fibronectin. Annual review of medicine,
35(1), 561- 575.
Mukhlis, I. 2009. Integrasi Ekonomi Dalam Perspektif Teori, Tulungagung:
Cahaya Abadi.
Pujiasmanto, 2013. Perkuat ketahanan pangan nasional kita. Guru Besar Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret (UNS). Surakarta.
http://www.uns.ac.id.n Diakses 30 November.
Purba, F.H.K. 2012. Potensi pengembangan kacang tanah dalam peluang usaha di
berbagai daerah Indonesia. http://heropurba.blogspot.com/2012/11/pote nsi-
pengem-bangan-kacang-tanah-dalam.html. Diakses 29 November 2020.
Ramadhan, Y. 2017. Teori Biaya.
https://ramadhandikablog.wordpress.com/2017/11/24/teori-biaya/ Diakses
01 Desember 2020.
Tohir, Kaslan. 1983. Seuntai Pengetahuan Tentang Usaha Tani Indonesia. Bina
Aksara. Jakarta.
Tohari. Aspek Ekonomi dan Botani Tanaman Serealia.

52 | P a g e
http://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/LUHT4344-
M1.pdf Diakses tanggal 28 November 2020.
Totonchi, Jalil, 2011. Macroeconomic Theories of Inflation, Academic Paper
International Conference on Economics and Finance Research, IPEDR
vol.4, IACSIT Press, Singapore.
Teknologi Benih Jagung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.
Bogor. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Sutoro, Yogo
Sulaeman, Iskandar. (1988).
Salam, M. 2020. Analisis Pendapatan terhadap Suatu Usulan Perubahan dalam
Manajemen Usahatani. Universitas Hasanuddin : Makassar.
Santosa. 2009. Penelitian Pemasaran Komoditi. Bahan Kuliah Pasca Sarjana. IPB,
Bogor
Saragih, B. 2001. Keynote Address Ministers of Agriculture Government of
Indonesia. 2nd National Workshop On Strengthening The Development And
Use Of Hibrid Rice In Indonesia. 1:10.
Surtinah, Surtinah. "POTENSI HASIL JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata,
Sturt) DENGAN PEMBERIAN PAKET TEKNOLOGI PUPUK DAN ZAT
PENGATUR TUMBUH." Jurnal BiBieT 2.1 (2017): 37-44.
Skousen, Stice dan Stice, 2010 Dikutip dari:
http://walangkopo99.blogspot.co.id/2015/05/pengertian-pendapatan-
menurut-para-ahli.html
Surtinah, Surtinah, Neng Susi, and Sri Utami Lestari. "Optimasi Lahan dengan
Sistem Tumpangsari Jagung Manis (Zea mays saccharata, Strurt) dan
Kangkung Sutera (Ipomea reptans) di Pekanbaru." Jurnal Ilmiah Pertanian
12.2 (2016).
Susenas-BPS. 2014. Buletin Konsumsi Pangan. Volume 5 No.1. Jakarta: Pusat
Data dan Sistem Informasi Pertanian.
Santoso. 2009. Keunggulan Komparatif Produksi Palawija di Indonesia. Majalah
pangan 1 (3) Jakarta Hal. 48-52.
Sinaga, H. A. 2018. Analisis Komoditi Jagung (Zea Mays L). Universitas Darma
Agung : Medan.
Sumantri.1980. Agronomi. Diakses 30 November 2020 jam 22.00 di halaman
website http://elisa.ugm.ac.id
Sigit, Soehardi, Drs. (1993). Analisa Break Even: Ancang.
Suratiya, K. (2015) Scanned with CamScanner, Narratives of Therapists’ Lives.
doi: 10.1055/s-2008-1040325.
Soepardi, G. (1983). Dasar — dasar Ilmu Tanah . Bogor: IPB.
Soekartaw. 1995. Analisis Usahatani, UI Press, Jakarta.
Sudirman, N. 2017. Budidaya Tanaman Hortikultura. IPB. Bogor.
Suniarti, A. 2003. Strategi Kebijakan Perdagangan. Universitas Brawijaya.

53 | P a g e
Malang.
Soekartawi. 2011. Dikutip dari:
http://www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-usahatani-menurut-
para-ahli/.
Soekartawi. 1986. Ilmu Usaha Tani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani
Kecil. UI-Press. Jakarta.
Warisno (1998). Budidaya Jagung Hibrida. Yogyakarta. Kanisius.
Zaroni. 2017. Analisis Cost Volume Profit (CVP).
https://supplychainindonesia.com/analisis-cost-volume-profit-cvp/ Diakses
tanggal 01 Desember 2020.

54 | P a g e
55 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai