Anda di halaman 1dari 7

3BIO: Journal of Biological Science, Teknologi dan Manajemen

Volume 1., Issue 1 (2019): 35 - 41

pernyataan kebijakan pemerintah terkait masalah padi di Indonesia:


Ulasan

Nico Harro Silalahi, Rizdha Okkianty Yudha, Evita Izza Dwiyanti, Desiana Zulvianita, Salsabilla Nur Feranti, dan
Yooce Yustiana *

Sekolah Ilmu dan Teknologi, Institut Teknologi Bandung, Bandung 40132, Indonesia

*penulis korespondensi Yooce Yustiana ; Alamat E-mail: yooce@sith.itb.ac.id

Abstrak

kebijakan beras merupakan elemen penting dalam ketahanan pangan. Dalam kontrol, pemerintah mengatur manajemen pangan melalui Logistik
Urusan Badan Indonesia (Bulog). Penelitian ini bertujuan untuk menguji kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan masalah beras di Indonesia
menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif melalui studi pustaka. Kebijakan pemenuhan kebutuhan beras di Indonesia telah dilakukan sejak
awal kemerdekaan sampai sekarang. Tingginya permintaan masyarakat Indonesia pada komoditas beras disebabkan fluktuasi ketersediaan beras
yang berdampak pada harga yang tidak stabil, ditambah tidak tersedianya lahan yang cukup untuk meningkatkan produktivitas beras dalam negeri.
kegiatan impor beras sedang dilakukan dari beberapa negara tetangga untuk mengatasi masalah, dengan jumlah terbesar dari impor terjadi pada
tahun 2011 selama 15 tahun terakhir, dan paling impor terjadi pada tahun 2005. Pemerintah melalui Bulog mengendalikan stabilitas stok beras dan
harga bagi produsen melalui instrumen harga dasar, pemasaran, distribusi beras (pasca produksi), dan pasokan kebutuhan pokok di tingkat
konsumen. Selain itu, pemerintah melalui Community Food Pengembangan Bisnis (PUPM) meluncurkan program Indonesia Farmer Shop (TTI) yang
menjual bahan makanan, termasuk beras, dengan harga murah. Program ini dibuat sebagai bentuk solusi untuk tingginya harga kebutuhan pangan di
Indonesia sebagai akibat dari panjang rantai pasokan sehingga sistem suplai makanan menjadi tidak efisien. Pemerintah juga telah menetapkan
harga tertinggi eceran kebijakan (HET) dan harga pokok penjualan (HPP) sebagai upaya untuk menstabilkan harga komoditas pangan utama di
Indonesia, termasuk beras. Dalam penerapan nilai-nilai HET dan HPP telah mengalami beberapa perubahan tapi masih tidak bisa mencapai
stabilisasi harga dan meningkatkan perekonomian petani, terutama para petani kecil. Sangat disarankan agar kebijakan pemerintah terkait dengan
HET dan HPP melalui Peraturan Menteri Perdagangan harus memperhatikan fluktuasi harga sebenarnya dan harus dibedakan berdasarkan kualitas
beras, sehingga stabilisasi harga dan keinginan untuk mempromosikan petani di Indonesia dapat diwujudkan.

Kata kunci: beras, kebijakan pemerintah, HET, HPP

1. Perkenalan

Beras merupakan makanan utama bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. konsumsi beras di Indonesia meningkat setiap tahun sebagai penduduk Indonesia meningkat.
Selain itu, Indonesia memiliki ketergantungan yang tinggi pada beras, jika ketersediaan beras tidak dapat dipenuhi itu akan membuat masalah. Oleh karena itu, ketahanan

pangan nasional akan ikut campur.

Kebijakan pangan, khususnya beras, merupakan elemen penting di sektor anggaran pemerintah. Misalnya, dalam menetapkan kebijakan khusus
untuk kontrol makanan. kebijakan terkait termasuk subsidi harga pupuk, harga gabah dan berbagai mekanisme kelembagaan. Dalam mengatur dan
mengendalikan makanan, pemerintah dibantu oleh Badan Urusan Logistik (Bulog). Lembaga ini melakukan operasi pasar jika ada peningkatan yang
signifikan dalam harga beras. Oleh karena itu, penelitian ini dikembangkan untuk menguji kebijakan pemerintah terkait dengan isu beras di Indonesia.

Data yang diperoleh di ulasan ini berasal dari studi literatur yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah, menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif
untuk memberikan gambaran dari objek yang diteliti dan menganalisanya.

2. Kondisi Beras Pemenuhan di Indonesia

2.1 Sejarah pemenuhan beras dari Indonesia

Sejarah pemenuhan beras di Indonesia, dapat digambarkan sebagai berikut:

• Kebijakan beras harga rendah telah diterapkan sejak 300 tahun (sejak masa kolonial), karena ini disesuaikan dengan upah pekerja.
Kebijakan ini juga diterapkan oleh pemerintah Soekarno dan Soeharto.
3BIO
Volume, 1 Edisi 1 (2019): 35 - 41
“ pernyataan kebijakan pemerintah terkait masalah padi di Indonesia “

• Pada tahun 1967 Bulog (Logistik Badan) dibentuk untuk menjaga ketahanan pangan Indonesia melalui stabilitas harga beras dan
pengadaan bulanan untuk PNS dan militer.

• Pada tahun 1980 Bulog ditugaskan untuk menangani beberapa komoditas lain seperti gula, gandum, jagung, kedelai, dan lain-lain.

• 1984 makanan mencapai swasembada tapi tidak berkelanjutan

• Di era reformasi dicapai swasembada beras (Lampiran A).

• Berdasarkan data dari BPS, Indonesia selalu mengimpor beras dari 2000-2015 dengan 15.390.000 ton dengan volume tertinggi pada tahun 2011 (2,75 juta
ton) dan terkecil pada tahun 2005 (189.616 ton). Beberapa negara yang pernah menjadi importir beras ke Indonesia adalah: China, India, Pakistan, Amerika
Serikat, Taiwan, Singapura, Myanmar, dll Dengan sebagian besar sumber yang berasal dari Vietnam [1].

• Dalam 2016-2017 impor beras ditangguhkan [1].

• Pada tahun 2018 pemerintah melalui Menteri Perdagangan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan No.1 dari 2018
impor 500.000 ton beras dari Vietnam dan Thailand [1]. impor ini diberi mandat untuk Bulog sesuai dengan Peraturan Presiden No.48 dari
2016. Tindakan ini diberikan sorotan dari DPR karena proklamasi panen, karena itu program untuk stabilitas harga yang diperlukan untuk
menghindari merugikan petani [2 ]. Namun demikian, kebijakan impor ini sedang dilakukan untuk mengatasi kekurangan stok beras di
masyarakat dalam waktu [2]. Hal lain yang memperkuat kebutuhan untuk impor beras karena Ombudsman menemukan indikasi rekaman
akurat dari stok beras (Saham yang hampir merata dan) oleh Menteri Pertanian [3].

2.2 kebutuhan beras sekarang

Kebutuhan untuk komoditas padi berkaitan erat dengan peningkatan populasi. Berdasarkan data, jumlah penduduk Indonesia pada 2017 sebesar
262 juta orang dengan kebutuhan rata-rata untuk beras konsumsi per kapita adalah 114,6130 kg / kapita / tahun [4].

Jumlah tinggi adalah tantangan bagi pemerintah, mengingat daerah produksi terbatas. Dilihat dari ketersediaan lahan, berdasarkan 2014 data,
luas lahan yang mendukung makanan perlu dari 14.260.000 ha, yang masih dianggap kurang untuk memenuhi kebutuhan konsumsi penduduk
beras Indonesia dari 130 kg per kapita / tahun, sehingga tanah minimum yang diperlukan 14.590.000 Ha. Namun, perluasan tanah tidak mudah
dilakukan karena kondisi geografis yang kurang mendukung, kondisi iklim yang tidak menentu yang mempengaruhi produktivitas lahan, konversi
lahan, dan lain-lain. Namun demikian, beberapa langkah-langkah yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk mendukung produktivitas lahan yang
ada adalah: meningkatkan infrastruktur (membuat irigasi dan jaringan waduk), pupuk dan benih subsidi, kredit modal usaha dalam bentuk KUR,

2.3 Peran pemerintah terhadap perdagangan beras

2.3.1 Commerce dalam Garis Besar

sistem perdagangan adalah kegiatan ekonomi yang berfungsi untuk mengirimkan barang dari produsen ke konsumen (distribusi / pemasaran). Dalam
proses perdagangan, dibutuhkan lembaga intermediasi yang memfasilitasi kegiatan karena bertanggung jawab membawa produk ke satu tingkat
saluran sesudahnya. Saluran perdagangan melalui pemerintah menurut Mubyarto [6] dapat dilihat pada Gambar 1.

Pemerintah melalui Perum (Bulog) memantau dan menjaga stabilitas harga beras dan pasokan di pasar. Mekanis, Bulog memiliki kontrak
pembelian minimal lima ton dengan pedagang beras kecil atau penggilingan padi di kabupaten atau ibukota provinsi. Beras disetorkan ke Bulog
disimpan sebagai stok pemerintah yang menjadi buffer stock nasional. Kemudian beras disalurkan melalui grosir ke pengecer sebagai dealer
terakhir untuk konsumen dengan harga yang ditentukan oleh Bulog [7].

Sistem ini mengakibatkan biaya perdagangan tambahan yang menyebabkan kenaikan harga barang. sistem perdagangan yang tidak efisien (dilihat dari margin trading)
dapat menyebabkan pemasaran yang lebih besar. Hal ini akan menyebabkan harga jual yang tinggi dari produk pertanian yang dibebankan kepada konsumen dan

menekan harga pembelian dibebankan ke produsen [8].

2.3.2 Peran pemerintah dalam menjaga stok beras nasional

Peran Bulog dalam membantu pemerintah, tidak hanya untuk penyediaan barang tetapi juga aspek pra-produksi, proses produksi, dan pasca
produksi. Dengan demikian, stabilitas harga di tingkat produsen dicapai melalui harga dasar

36
3BIO
Volume, 1 Edisi 1 (2019): 35 - 41
“ pernyataan kebijakan pemerintah terkait masalah padi di Indonesia “

instrumen, pemasaran, distribusi beras (pasca produksi), dan pasokan kebutuhan pokok di tingkat konsumen [10]. Peran Bulog sebagai Public Service
Obligation dalam mendistribusikan beras untuk keluarga miskin dan menjaga stabilitas harga beras dari petani, berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan
Indonesia Nomor 22 / M-DAG / PER / 10/2005 tentang penggunaan beras pemerintah cadangan (GRR / CBP) fluktuasi harga kontrol. Gambar 2 di bawah
adalah sistem cadangan beras.

Badan Logistik
Urusan

Gambar 1. Struktur Beras Commerce di Indonesia melalui Saluran Pemerintah (Sumber: Mubyarto [7])

2.3.3 Peran pemerintah dalam menjaga stabilitas harga beras

Peran pemerintah dalam hal ini berkaitan dengan tugas Bulog dalam mendukung harga dasar dan perlindungan harga maksimum yang menjamin harga
yang wajar bagi konsumen. Menurut Saifullah [9], pencapaian tujuan tersebut dilakukan dengan pelaksanaan pricing kebijakan dengan menggunakan
instrumen yang terdiri dari:

1. harga dasar

2. pembelian make gabah / beras yang dihasilkan saat panen


3. Memberikan gaji tambahan dalam bentuk beras untuk PNS dan TNI / Polri
4. Melakukan operasi pasar dengan meningkatkan pasokan beras ke daerah defisit dan pasar umum selama
musim kelaparan

5. pasar beras dalam negeri isolat dari pengaruh pasar beras dunia melalui impor beras monopoli
6. Mendistribusikan beras untuk berbagai daerah dan harga jual beras yang berbeda antar daerah untuk merangsang swasta

perdagangan.

Selain itu, Pembelian Kebijakan Harga Pemerintah (HPP) juga diterapkan. HPP menjamin harga gabah ke tingkat tertentu, di lokasi yang telah
ditentukan dan berlaku di Gudang Bulog. Pemerintah melakukan pembelian (di saat panen) dengan jumlah yang ditentukan di tingkat harga pasar.
Dengan kebijakan ini, permintaan akan meningkat dan petani akan memperoleh keuntungan yang memadai [10].

2.3.4 Peran pemerintah dalam rantai rantai distribusi

Menurut Menteri Pertanian, rantai panjang adalah salah satu penyebab kenaikan harga makanan pokok. Penataan sektor pangan dengan memotong
rantai perdagangan akan memiliki dampak yang lebih besar pada penurunan harga pangan. Salah satu upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah
adalah untuk membeli beras dari petani dan langsung dipasarkan kepada konsumen, meskipun terhalang oleh beberapa kendala. Misalnya, di
Triyagan, Karanganyar Kabupaten (Jawa Tengah), gandum tidak diserap secara optimal di Gudang Bulog dan mesin penggilingan dan pemanas tidak
beroperasi dengan baik. Selain itu, revitalisasi pembiayaan melalui Kredit Usaha Rakyat untuk membantu petani dalam memenuhi kebutuhan mereka
karena kenaikan harga benih dan pupuk [11]. Upaya lain dari pemerintah dalam memotong panjang

37
3BIO
Volume, 1 Edisi 1 (2019): 35 - 41
“ pernyataan kebijakan pemerintah terkait masalah padi di Indonesia “

rantai pasokan adalah pelaksanaan penyebaran Program Petani Toko Indonesia di berbagai provinsi di Indonesia.

Gambar 2. Sistem cadangan beras

2.4 Toko Petani Indonesia

2.4.1 Definisi, dampak dan efektivitas

Melalui Komunitas Food Business Development (PUPM), Kementerian Badan Ketahanan Pangan Pertanian menciptakan sebuah program bernama Toko
Petani Indonesia (TTI). TTI adalah solusi untuk tingginya harga kebutuhan pangan di Indonesia sebagai akibat dari panjang rantai pasokan yang
membuat sistem pasokan makanan kita menjadi tidak efisien. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan tidak seimbang margin dari masing-masing peserta
pasar. Kondisi melumpuhkan ini telah berlangsung lama dan memberikan kontribusi yang sangat nyata untuk tingkat kesejahteraan petani. Di sisi lain,
panjang aktor perdagangan pangan membuat sulit bagi konsumen untuk mendapatkan harga yang adil dan harus menerima akumulasi harga margin
keuntungan yang diperoleh dari pelaku rantai pasokan. Tujuan dari TTI adalah untuk melindungi produsen dari harga jatuh dan di sisi lain, untuk
konsumen melindungi dari harga pangan yang tinggi, dan untuk mencegah terjadinya Patron-Klien (makanan yang disediakan oleh pelaku usaha
tertentu) dan mencegah marketpower penyalahgunaan oleh aktor-aktor tertentu bisnis [12, 13]. Rangka kegiatan PUPM-TTI dapat dilihat pada Gambar
3.

2.4.2 Keberlanjutan

Sampai saat ini, thereare 1652 unit TTI telah membangun seluruh wilayah Indonesia dan itu sedang dikembangkan sampai 5000 unit hingga
tahun 2019 [14]. Menurut hasil pemantauan dan evaluasi dari Kementerian Pertanian, operasional TTI aktif dan stabil, hanya 5% dari TTI yang
telah runtuh. Ada beberapa faktor yang menyebabkan TTI berhenti operasi, seperti TTI terletak di sebuah jalan kecil dan sempit sehingga yang
terjangkau untuk produk dan consumens. Penyebab lainnya adalah penghambatan pasokan dari petani.

38
3BIO
Volume, 1 Edisi 1 (2019): 35 - 41
“ pernyataan kebijakan pemerintah terkait masalah padi di Indonesia “

Gambar 1. Rangka kegiatan PUPM-TTI. (Sumber: [13])

2.4.3 jual beras di TTI

Menurut Agung Hendriadi, sebagai kantor pusat Ketahanan Pangan di Kementerian Pertanian, TTI dapat menjual beras kualitas medium dengan
harga murah, Rp 8000 / kg. Sebagai contoh, dari kelompok tani, beras Rp 7700 / kg dari harga, sedangkan harga gabah kering dari petani Rp

6200 / kg, sehingga margin Rp 300 / kg. Salah satu pemasok beras di TTI Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi) adalah
dari Mekar Kelompok Tani (Gapoktan) di desa Wargamekar. Ada 650 petani yang tergabung dalam kelompok 13 petani. Gapoktans di daerah

bekerja di 360 sawah ha. Di Indonesia, ada 900 Gapoktan memasok beras untuk TTI [15].

2,5 HET dan HPP sebagai instrumen kebijakan isu beras dari pemerintah.

2.5.1 Pembukaan

HPP (Harga Pembelian Pemerintah) dan HET (Harga Eceran Tertinggi) adalah salah satu instrumen kebijakan harga pemerintah. harga ini dilakukan
oleh pemerintah untuk stabilisasi harga. Secara teoritis, permintaan dan penawaran akan menghasilkan harga keseimbangan, yang bermanfaat untuk
konsumen dan produsen. Namun seringkali pasar tidak dapat beroperasi dengan sempurna. Misalnya, selalu ada kendala dalam proses produksi atau
dalam proses distribusi barang. Akibatnya, barang dalam satu periode dapat menjadi berlimpah, tetapi dalam periode lain ada kelangkaan barang di
pasar. Hambatan dalam pasar menyebabkan harga jatuh jauh di bawah harga yang seharusnya terjadi, atau sebaliknya menyebabkan harga melompat
terlalu tinggi.

pemerintah memiliki instrumen kebijakan untuk mengendalikan harga, baik secara langsung maupun tidak langsung. operasi pasar, seperti penjualan beras, gula
atau minyak goreng saat mendekati liburan, juga salah satu contoh dari kebijakan pengendalian harga, yang secara langsung dapat mempengaruhi harga pasar.
kebijakan pengendalian harga tidak langsung termasuk pajak, subsidi, impor / bea dan kuota impor / ekspor.

2.5.2 Tujuan Harga Kebijakan Pricing

Intervensi pemerintah melalui kebijakan penetapan harga dilakukan terutama bila ada lonjakan produksi, seperti ketika panen terjadi. Pada saat
panen, komoditi yang tersedia di pasar berlimpah. Akhirnya, jika mekanisme pasar yang tersisa untuk bekerja sendiri, maka harga akan jatuh
dan kemudian para petani bisa kehilangan uang mereka. Tujuan dari harga maksimum adalah untuk menghindari lonjakan harga yang tinggi.
Untuk komoditi, ini bisa terjadi misalnya selama liburan Idul Fitri. Pada saat itu, permintaan untuk berbagai komoditas pangan, seperti beras,
gula, minyak goreng dan daging yang tinggi. Hal ini dapat memicu harga melambung. Jika ini dibiarkan kepada mekanisme pasar, maka harga
bisa terkendali. Harga jatuh, ketika pasokan lebih tinggi dari permintaan, dan sebaliknya, tinggi, ketika permintaan lebih tinggi dari pasokan.
Untuk mencegah hal-hal ini,

39
3BIO
Volume, 1 Edisi 1 (2019): 35 - 41
“ pernyataan kebijakan pemerintah terkait masalah padi di Indonesia “

2.5.3 Garis sejarah aturan relatable

- Instruksi Presiden Republik Indonesia. Nomor 5 Tahun 2015. Tentang Kebijakan Pengadaan Beras / Rice dan Beras Distribusi oleh
Pemerintah
- Peraturan Kementerian Perdagangan No 63 / M-DAG / PER / 9/2016 tentang Referensi Harga Pembelian di Petani dan Referensi Harga di
Consumer dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.
- Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 27 / M-DAG / PER / 5/2017 tentang Penetapan Harga Acuan Pembelian Referensi di Farmers dan
Konsumen Penjualan Referensi Harga
- Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 47/2017 tentang Penetapan Harga Patokan Pembelian di Tingkat Petani dan Referensi Harga Penjualan di
Konsumen
- Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 27 / M-DAG / PER / 5/2017 tentang Penetapan Harga Acuan Pembelian Referensi di Farmers dan
Konsumen Penjualan Referensi Harga
- referensi saat sehubungan HPP dan HET adalah Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 57 / M-DAG / PER / 5/2017 tentang Penetapan
Tertinggi Beras Harga eceran tersebut.

2.5.4 Dampak, efektivitas dan keberlanjutan

Peraturan Kementerian Perdagangan adalah proposal yang dibuat oleh Menteri Perdagangan untuk menggantikan Peraturan Menteri Perdagangan
Nomor 27/2017. aturan sebelumnya ini membuat banyak masalah, terutama di kalangan petani, distributor, penggiling dan pedagang.

HET dan HPP dianggap sangat tidak masuk akal dan sangat merugikan petani dan penggiling kecil. Kebijakan HET ini menyebabkan mereka kehilangan dan kolektor besar dan pemilik usaha
menjadi lebih besar karena nilai HET ditetapkan sangat rendah untuk mereka. Pada saat peraturan sebelumnya digunakan, yang memiliki nilai HET yang lebih tinggi, sudah ada banyak orang

yang melakukan pelanggaran, seperti penggiling bahwa penggunaan beras kualitas apapun dan menjualnya untuk harga premium. Selanjutnya, kondisi ini memperburuk volatilitas harga beras

yang terjadi. Sebuah contoh kasus besar adalah kasus PT Indo Beras Unggul (IBU) yang membeli beras dari IR64 bersubsidi sebesar Rp 4.900 / kg dari petani kemudian poles dan menjualnya

dengan harga hingga hampir tiga kali. Hal ini terjadi karena dalam peraturan sebelumnya ini, HET ditetapkan oleh pemerintah tidak menentukan spesifikasi beras dan tidak ada sanksi yang

jelas dari pemerintah mengenai pedagang yang menjual di atas HET tersebut. Bayu Krisnamurthi percaya bahwa peraturan ini tidak menjelaskan aturan bagi perusahaan untuk membeli atau

mengelola beras dari petani menggunakan benih bersubsidi atau pupuk. Beras yang dihasilkan dari benih dan pupuk bersubsidi tidak beras bersubsidi tidak berarti. Beras bersubsidi hanya

didistribusikan oleh Bulog. Aturan ini sangat ambigu dan tidak jelas. Bisa dibayangkan jika Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 47/2017 diundangkan maka akan menjadi kacau besar dalam

perdagangan beras di negeri ini. Setelah penolakan, akhirnya regulasi berusia 10 hari ini dibatalkan dan dikembalikan ke - Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 27/2017. Bayu Krisnamurthi

percaya bahwa peraturan ini tidak menjelaskan aturan bagi perusahaan untuk membeli atau mengelola beras dari petani menggunakan benih bersubsidi atau pupuk. Beras yang dihasilkan dari

benih dan pupuk bersubsidi tidak beras bersubsidi tidak berarti. Beras bersubsidi hanya didistribusikan oleh Bulog. Aturan ini sangat ambigu dan tidak jelas. Bisa dibayangkan jika Peraturan

Menteri Perdagangan Nomor 47/2017 diundangkan maka akan menjadi kacau besar dalam perdagangan beras di negeri ini. Setelah penolakan, akhirnya regulasi berusia 10 hari ini dibatalkan

dan dikembalikan ke - Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 27/2017. Bayu Krisnamurthi percaya bahwa peraturan ini tidak menjelaskan aturan bagi perusahaan untuk membeli atau

mengelola beras dari petani menggunakan benih bersubsidi atau pupuk. Beras yang dihasilkan dari benih dan pupuk bersubsidi tidak beras bersubsidi tidak berarti. Beras bersubsidi hanya didistribusikan oleh Bulog. Atu

Pelaksanaan HET dan HPP dianggap hanya keinginan belaka untuk mempromosikan petani Indonesia, khususnya yang dalam skala kecil.
Hasan Zein Mahmud mengasumsikan bahwa pemerintah tidak memahami seluk-beluk produksi beras, distribusi dan konsumsi; kedua, regulasi
itu tidak jelas, ambigu, dan pemerintah tidak tahu bahwa gradasi premi-media di industri beras dipengaruhi oleh banyak faktor. HPP yang
tujuannya adalah untuk melindungi petani yang tidak memiliki posisi tawar untuk mendapatkan harga yang adil dianggap mengambil tindakan
yang tidak pantas saat menerima pembeli yang bersedia membayar uang tunai di atas HPP, meskipun hal ini berisiko dari kecurangan lanjutan.

The kacau perdagangan beras diperburuk oleh petani kurang beradab dan pedagang tentang peraturan menteri perdagangan yang sedang
digunakan, itu sebabnya penetapan harga di pasar sangat beragam.

2.5.5 solusi yang diusulkan

Membuat sanksi yang jelas dalam peraturan diterbitkan dan dapat mengambil referensi peraturan dari beberapa negara tetangga seperti: Malaysia
DENGAN Peraturan Kontrol Harga dan Anti Pencatutan Act No.723 Tahun 2011 Yang memiliki skema pengendalian harga Dan meriah pengendalian harga.

• Malaysia dengan Control Harga dan Anti Pencatutan UU No.723 tahun 2011 regulasi yang memiliki kontrol harga dan pengendalian harga meriah.
Peraturan ini berisi sanksi yang jelas untuk setiap tingkat dan kelas pelanggaran.
• Filipina di bawah persyaratan yang Harga Act. Peraturan ini memiliki sanksi yang jelas bagi pelaku baik pegawai pemerintah dan asing.

• Brunei Darussalam dengan Undang-undang Pengawasan Harga yang mengimplementasikan beberapa sanksi bagi pelaku yang melakukan
pelanggaran berulang. Mendidik peraturan untuk semua masyarakat sehingga tujuan kebijakan dapat dicapai Filipina di bawah aturan The Harga
Act. Peraturan ini memiliki sanksi yang jelas bagi pelaku, baik pegawai pemerintah dan pihak asing.

40
3BIO
Volume, 1 Edisi 1 (2019): 35 - 41
“ pernyataan kebijakan pemerintah terkait masalah padi di Indonesia “

Kesimpulan

Kebijakan pemerintah saat ini dalam menjaga ketahanan pangan, terutama HPP dan HET terkait dengan beras masih tidak tepat. Beberapa
peraturan pemerintah dianggap tidak mampu menciptakan keseimbangan antara kelompok tani kecil dan besar. Pemerintah juga dianggap tidak
memahami proses dan seluk-beluk produksi beras, sehingga beberapa peraturan masih dianggap kurang cocok. Dianjurkan bagi pemerintah
untuk melakukan survei langsung ke lapangan dan mencari referensi untuk solusi yang diusulkan dengan melihat kebijakan berbagai negara
tetangga yang berkaitan dengan regulasi beras untuk menentukan kebijakan yang tepat, seperti membuat efektif dan melindungi petani, dan
mendorong CBP perbaikan.

Referensi

[1] Fauzi, A. Begini Perjalanan impor Beras Indonesia Sejak Tahun 2000 Hingga 2018.
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/01/16/161052826/begini-perjalanan-impor-beras-indonesia-sejaktahun-2000-hingga-2018 .
2018; [Diakses 3 April 2018].
[2] Setiawan, SRD DPR Soroti Impor Beras. https://ekonomi.kompas.com/read/2018/01/16/083200126/dpr-
Soroti-impor-beras . 2018; [Diakses 3 April 2018].
[3] Widiartanto, YH & Fauzi, A. Ombudsman: Kementan Jangan Bilang Stok Beras Surplus.
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/01/15/141700226/ombudsman--kementan-jangan-bilang-berassurplus . 2018; [Diakses 3

April 2018].
[4] Departemen dari Pertanian dari Indonesia. Data Kementan Selaras data DENGAN BPS.

http://www.pertanian.go.id/ap_posts/detil/1181/2017/09/28/09/30/05/Data%20Kementan%20Selaras%20Denga n% 20Data% 20BPS . 2017;


[Diakses 2 April 2018].

[5] Yeniarta dan Hidayah, N. Pemenuhan Kebutuhan Pangan (Beras).


http://bbppketindan.bppsdmp.pertanian.go.id/blog/pemenuhan-kebutuhan-pangan-beras . 2015; [Diakses 3 April 2018].

[6] Mubyarto. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: Lembaga Penelitian, Pendidikan, Penerangan Dan
Ekonomi dan Sosial; 1989. 205 p.
[7] Viona, MA Konstruksi sosial Dan Ekonomi tata niaga beras: fenomenologi tata niaga beras Dari Kabupaten
Demak Ke Kota Semarang [tesis]. Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro; 2013.

[8] Ginting, P. Pemasaran Produk Pertanian. Medan: Universitas Sumatera Utara Tekan; 2006. 315 p.
[9] Saifullah, SEBUAH. Peran Bulog hearts Kebijakan Perberasan Nasional.
http://bulog.co.id/data/doc/20070321aPapBulBer.pdf. 2001; [Diakses 3 April 2018]. [10] Ariyanto, A. Upaya drive Ekspor Komoditas Beras
di Indonesia. https://osf.io/xpfw5/download/?format=pdf . 2017; [Diakses 3 April 2018].

[11] Saragih, JP Kajian Singkat Terhadap ISU Aktual Dan Strategis penataan Sektor Pangan. Majalah Info Singkat
Ekonomi dan Publik. 2017; pp. 13-16. [12]

Departemen dari Pertanian dari Indonesia. Sistem Informasi Toko Tani Indonesia.
http://tti.pertanian.go.id/id/blog/2016/08/toko-tani-indonesia. 2016; [Diakses 3 April 2018].
[13] Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2017. PUPM / TTI Toko Tani Indonesia.
http://diskapang.ntbprov.go.id/pages/pupm-tti-toko-tani-indonesia. 2017 ; [Diakses 3 April 2018].
[14] Burhani, R. Kementan Kembangkan 5.000 Toko Tani Indonesia 2019.

https://www.antaranews.com/berita/652690/kementan-kembangkan-5000-toko-tani-indonesia-2019 . 2019;
[Diakses 3 April 2018].

[15] Idris, M., 2017. Detik Finance-INI Rahasianya Toko Tani Indonesia Bisa Jual Beras Murah Rp 8.000 / Kg.
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3733349/ini-rahasianya-toko-tani-indonesia-bisa-jual-berasmurah-rp-8000kg. 2017;
[Diakses 3 April 2018].

Sejarah Artikel: Menerima 25 September 2018; Revisi 15 Juni 2018; Diterima Jan 16, 2019

41

Anda mungkin juga menyukai