TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Persepsi
1. Pengertian persepsi
Persepsi merupakan suatu proses yang dimulai dari penginderaan yang diawali
dengan suatu stimulus yang kemudian diorganisasikan dan di interprestasikan
Sobur (2010, dalam Oktarina, 2011). Persepsi disebut inti komunikasi, karena
jika persepsi tidak akurat, kita tidak mungkin berkomunikasi dengan efektif.
Persepsilah yang menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan
pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi antar individu,
semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi dan sebagai
konsekuensinya, semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau
kelompok identitas Sobur (2010, dalam Oktarina, 2011).
6
7
2. Faktor Objek
Karakteristik-karakteristik dari target yang diamati dapat mempengaruhi apa
yang dipersepsikan karena target tidak dipandang dalam keadaan terisolasi,
namun objek yang berdekatan akan cenderung dipersepsikan bersama-sama.
Faktor target mencakup hal-hal baru yakni gerakan, bunyi, ukuran, latar
belakang, dan kedekatan.
3. Faktor Situasi
Faktor situasi ini mencakup waktu, keadaan/tempat kerja, dan keadaan
social. Persepsi pasien terhadap mutu pelayanan selain dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang telah disebutkan diatas juga dipengaruhi oleh harapan
terhadap pelayanan yang diinginkan. Harapan ini dibentuk oleh apa yang
konsumen dengar dari konsumen lain dari mulut ke mulut, kebutuhan
pasien, pengalaman masa lalu dan pengaruh komunikasi eksternal.
Pelayanan yang diterima dan harapan yang ada mempengaruhi konsumen
terhadap mutu pelayanan (Asmita, 2008).
Jenis data antara lain data objektif, yaitu data yang diperoleh
melalui suatu pengukuran, pemeriksaan, dan pengamatan,
misalnya suhu tubuh, tekanan darah, serta warna kulit. Data
subjektif yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan
pasien, atau dari keluarga pasien/saksi lain misalnya, kepala
pusing, nyeri dan mual. Adapun fokus dalam pengumpulan data
meliputi:
a. Status kesehatan sebelumnya dan sekarang
b. Pola koping sebelumnya dan sekarang
c. Fungsi status sebelumnya dan sekarang
d. Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan
e. Resiko untuk masalah potensial
f. Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien
2) Analisa data
Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan
kemampuan berpikir rasional sesuai dengan latar belakang ilmu
pengetahuan.
10
3) Perumusan masalah
Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa
masalah kesehatan.Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat
diintervensi dengan asuhan keperawatan (masalah keperawatan)
tetapi ada juga yang tidak dan lebih memerlukan tindakan
medis.Selanjutnya disusun diagnosis keperawatan sesuai dengan
prioritas.Prioritas masalah ditentukan berdasarkan kriteriapenting
dan segera. Penting mencakup kegawatan dan apabila tidak
diatasi akan menimbulkan komplikasi, sedangkan segera
mencakup waktu misalnya pada pasien stroke yang tidak sadar
maka tindakan harus segera dilakukan untuk mencegah
komplikasi yang lebih parah atau kematian. Prioritas masalah
juga dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan menurut
Maslow, yaitu: Keadaan yang mengancam kehidupan, keadaan
yang mengancam kesehatan, persepsi tentang kesehatan dan
keperawatan.
b. Diagnosa keperawatan
Adalah analisa data yang telah dikumpulkan untuk mengidentifikasi,
memfokuskan dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon
terhadap masalah aktual dan resiko tinggi (Ahmad, 2010). Perumusan
diagnosa keperawatan:
1) Aktual : menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data
klinik yang ditemukan.
2) Resiko : menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika
tidak di lakukan intervensi.
3) Kemungkinan: menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan
untuk memastikan masalah keperawatan kemungkinan.
11
c. Intervensi
Proses dua bagian yaitu pertama adalah identifikasi tujuan dan hasil
yang diinginkan dari pasien untuk memperbaiki masalah kesehatan
atau kebutuhan yang telah dikaji, hasil yang diharapkan harus spesifik,
realistik, dapat diukur, menunjukkan kerangka waktu yang pasti,
mempertimbangkan keinginan dan sumber pasien. Kedua adalah
pemilihan intervensi keperawatan yang tepat untuk membantu pasien
dalam mencapai hasil yang diharapkan.Semua tindakan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien beralih dari status
kesehatan saat ini status kesehatan yang di uraikan dalam hasil yang di
harapkan Gordon (1994, dalam Ahmad, 2010). Merupakan pedoman
tertulis untuk perawatan klien.Rencana perawatan terorganisasi
sehingga setiap perawat dapat dengan cepat mengidentifikasi tindakan
perawatan yang diberikan. Rencana asuhan keperawatan yang di
rumuskan dengan tepat memfasilitasi kontinuitas asuhan perawatan
dari satu perawat ke perawat lainnya. Sebagai hasil, semua perawat
mempunyai kesempatan untuk memberikan asuhan yang berkualitas
tinggi dan konsisten. Rencana asuhan keperawatan tertulis mengatur
pertukaran informasi oleh perawat dalam laporan pertukaran dinas.
Rencana perawatan tertulis juga mencakup kebutuhan klien jangka
panjang Potter (1997, dalam Ahmad, 2010).
d. Implementasi
12
Tahap 2 : Intervensi
Fokus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan dan
pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan
fisik dan emosional. Pendekatan tindakan keperawatan meliputi
tindakan : independen, dependen dan interdependen.
Tahap 3 : Dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang
lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.
e. Evaluasi
Menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang
diharapkan dan respon pasien terhadap keefektifan intervensi
keperawatan. Kemudian mengganti rencana keperawatan jika
diperlukan. Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut:
1. Proses asuhan keperawatan,berdasarkan kriteria/rencana yang
telah disusun.
2. Hasil tindakan keperawatan, berdasarkan kriteria keberhasilan
yang telah di rumuskan dalam rencana evaluasi.
Hasil evaluasi
Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :
13
f. Dokumentasi keperawatan
Dokumentasi adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang
dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang
berwenang Potter (2005, dalam Ahmad, 2010). Potter (2005, dalam
Ahmad, 2010) juga menjelaskan tentang tujuan dalam
pendokumentasian yaitu :
a. Komunikasi
Sebagai cara bagi tim kesehatan untuk mengkomunikasikan
(menjelaskan) perawatan klien termasuk perawatan individual,
edukasi klien dan penggunaan rujukan untuk rencana
pemulangan.
b. Tagihan finansial
Dokumentasi dapat menjelaskan sejauhmana lembaga perawatan
mendapatkan ganti rugi (reimburse) atas pelayanan yang
diberikan bagi klien.
14
c. Edukasi
Dengan catatan ini peserta didik belajar tentang pola yang harus
ditemui dalam berbagai masalah kesehatan dan menjadi mampu
untuk mengantisipasi tipe perawatan yang dibutuhkan klien.
d. Pengkajian
Catatan memberikan data yang digunakan perawat untuk
mengidentifikasi dan mendukung diagnosa keperawatan dan
merencanakan intervensi yang sesuai.
e. Riset
Perawat dapat menggunakan catatan klien selama studi riset untuk
mengumpulkan informasi tentang faktor-faktor tertentu.
g. Dokumentasi legal
Pendokumentasian yang akurat adalah salah satu pertahanan diri
terbaik terhadap tuntutan yang berkaitan dengan asuhan
keperawatan
4. Aspek kerjasama Aspek ini meliputi sikap perawat yang harus mampu
melakukan kerjasama yang baik dengan pasien dan keluarga pasien.
5. Aspek tanggung jawab aspek ini meliputi sikap perawat yang jujur,
tekun dalam tugas, mampu mencurahkan waktu dan perhatian, sportif
dalam tugas, konsisten serta tepat dalam bertindak.
C. Kepuasan Pasien
1. Pengertian Kepuasan Pasien
Pelayanan kesehatan yang berkualitas adalah pelayanan kesehatan yangdapat
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengantingkat
kepuasan rata-rata penduduk serta penyelenggaraannya sesuaidengan kode etik
dan standar pelayanan profesi yang ada.Pemuasan pelanggan atau pasien
adalah prinsip dasarmanajemen mutu kualitas (Anjaryani, 2009).
Dengan pelayanan yang sama untuk kasus yang sama bisa terjadi
tingkat kepuasan yang dirasakan pasien akan berbeda-beda. Hal ini
tergantung dari latar belakang pasien itu sendiri, karakteristik individu
yang sudah ada sebelum timbulnya penyakit yang disebut dengan
predisposing factor. Faktor-faktor tersebut antara lain : pangkat,
tingkat ekonomi, kedudukan sosial, pendidikan, latar belakang sosial
budaya, sifat umum kesukuan, jenis kelamin, sikap mental dan
kepribadian seseorang Anderson (2009, dalam Nova, 2010).
Penelitian dibeberapa rumah sakit Indonesia terkait kepuasan pasien antara lain
yang oleh Mustofa (2008, dalam Ariyanti, 2013) tentang hubungan antara persepsi
pasien tentang dimensi mutu pelayanan keperawatan dengan kepuasan pasien rawat
inap, menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara persepsi pasien
terhadap dimensi mutu pelayanan keperawatan dengan kepuasan pasien. Salah satu
cara untuk mengevaluasi mutu pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh perawat
di rumah sakit adalah melakuan survei kepuasan pasien terhadap layanan
keperawatan.
E. Kerangka Konsep
Bagan 2.4 Hubungan Persepsi pasien tentang pelayanan keperawatan dengan
kepuasan pasien di ruang rawat inap Asoka II RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun
2014.