INTRAPARTUM
Kelompok 2 :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul "Proses
Persalinan",
Dalam menyelesaikan makalah ini kami telah berusaha untuk mencapai hasil yang
maksimum, tetapi dengan keterbatasan wawasan pengetahuan, pengalaman dan
kemampuan yang kami miliki, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritikan dan saran demi perbaikan dan
sempurnahnya makalah ini sehingga dapat bermanfaat bagi para pembaca.
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL------------------------------------------------------------------------------1
KATAPENGANTAR ----------------------------------------------------------------------------2
DAFTAR ISI --------------------------------------------------------------------------------------3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ------------------------------------------------------------------5
B. Rumus Masalah -----------------------------------------------------------------5
C. Tujuan Penulisan ----------------------------------------------------------------5
BAB II PEMBAHASAN
1. Proses Persalinan
2. Persalinan Normal -----------------------------------------------------------------6
a. Kala I ----------------------------------------------------------------------------6
b. Kala II ---------------------------------------------------------------------------9
c. Kala II I -------------------------------------------------------------------------10
d. Kala IV --------------------------------------------------------------------------10
3. Pengkajian janin ------------------------------------------------------------------11
4. Denyut jantung janin -------------------------------------------------------------12
5. Jurnal -------------------------------------------------------------------------------12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan -----------------------------------------------------------------------------22
Daftar pustaka------------------------------------------------------------------------23
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Persalinan adalah tugas dari seorang ibu yang harus dihadapi dengan tabah,
walaupun tidak jarang mereka merasa cemas dalam menghadapi masalah
tersebut. Oleh karena itu, mereka memerlukan penolong yang dapat dipercaya,
yang data memberikan bimbingan dan selalu siap di depan dalam mengatasi
kesukaran.
Dalam makalah ini akan di jelaskan mengenai proses kelahiran.
2. Perumusan Masalah
Latar belakang di atas maka rumusan masalah adalah sebagai berikut :
" Bagaimana proses kelahiran bayi ? "
3. Tujuan
Tujuan Umum :
- Untuk mengetahui proses kelahiran.
Tujuan Khusus :
1. Untuk megidentifikasi kelahiran normal.
2. Untuk mengetahui tahap-tahap proses kelahiran normal.
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Persalinan Normal
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup
dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar.
Persalinan biasa atau normal (eutosia) adalah proses kelahiran janon
pada kehamilan cukup bulan (aterm 40 minggu), pada janin letak
memanjang dan persentasi belakang kepala, yang di susul dengan
pengeluaran plasenta dan seluruh proses kelahiran itu berakhir dalam waktu
kurang dari 24 jam, tanpa tindakan atau pertolongan buatan dan tanpa
komplikasi.
2. Proses Persalinan
Proses persalinan terbagi menjadi 4 kala :
a) Kala I : pembukaan serviks
b) Kala II : kala pengeluaran janin
c) Kala III : kala pengeluaran plasenta
d) Kala IV : Hinga 1 jam setelah plasenta lahir.
1) Kala I
Tanda-tanda dan gejala Inpartu :
- penipisan dan pembukaan serviks.
- kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan
serviks (frekuensi minimal 2 kali 10 menit ).
- Cairan lender bercampur darah (show) melalui vagina.
- Adanya HIS.
His sesungguhnya dan His palsu
5
Fase –fase dalam persalinan kala I :
1. Fase laten
- Dimulai sejak awal berkontraksi yang
menyebapkan penipisan dan pembukaan
serviks.
- Berlangsung hingga serviks membuka kurang
dari 4 cm.
- Pada umumnya fase laten berlangsung hampir
atu hingga 8 jam.
2. Fase aktif
- Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan
meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap
adekuat, memadai jika terjadi tiga kali atau
lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung
selama 40 detik atau lebih).
- Dari pembukaan 4cm hingga mencapai
pembukaan lengkap atu 10 cm, akan terjadi
dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam
(nulipara atau primigravida ) atau lebih dari 1
cm hingga 2cm (multipara).
- Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
Peoses persalinan pada kala 1 :
1. Dimulai pada waktu serviks membuka karena
his : kontraksi uterus yang teratur, makin
sering, makin nyeri; disertai pengeluaran darh-
lendir (tidak lebih banyak dari darah hijau).
2. Berakhir pada pembukaan serviks telah
lengkap (pada perikas-dalam bibir porsio tidak
dapat diraba lagi). Selaput ketubuh biasanya
pecah pada akhir kala I.
3. Lamanya tergantung paritas ibu : primigravida
kurang lebih 12 jam, multigravida kurang lebih
7 jam.
4. Mekanisme pembukaan serviks adalah sebagai
berikut : kontraksi segmen atau uterus dan
retraksi ( regangan ) segmen bawah uterus
yang mengakibatkan pembukaan serviks, dan
segmen atau uterus (korpus) makin menebal.
6
Betul – betul bersalin Belum bersalin
- Mules –mules teratur (1 jam - Tidak teratur
5kali) - Tidak ada perubaha
- Makin lama makin sering - Tidak ada perubahan
- Makin lama makin nyeri dan
makin lama - Nyeri terutama di
- Nyeri di mulai dari belakang dan depan
menjalar ke depan
- Berjalan menambah nyeri - Tidak ada perubahan
- Berhubungan dengan pengerasan - Tidak ada perubahan
uterus
- Keluar darah lendir - Tidak keluar apa-apa
- Serviks mendatar dan membuka - Tidak ada perubahan
- Bagian terbawah sud turun - Belum turun
- Kepala tidak bisa di gerakan pada - Kepala tetap bebas
waktu mules
- Sedativa tidak menghentikan - Sedativa dapat
mules-mules menghentikan mules-
mules.
7
sekali.kalau his terlampau kuat, terlampau
lama, atau terlampau sering dapat
menimbulkan gawat janin.
6. Darah lendir
Darah lendir bercampur lendir yang keluar dari
uterus akibat pergeseran selaput ketuban
dengan dinding uterus pada waktu pembukaan
serviks.
2) KALA II
1. Dimulainya, hanya dapat diketahui dengan perikasa
dalam, dengan menemukan serviks yang membuka
lengkap ( pembukaan lengkap, pembukaan 10 cm ).
Tanda-tanda klinik lainnya ialah :
- Nyeri his yang sangat hebat;
- Pasien merasa “ingin mengejan”
- “darah-lendir”bertambah banyak;
- Selaput ketuban pecah;
- Perassaan seperti “mau buang air besar”
- Hemoroid fisiologi mulai tapak
2. Berakhir dengan lahirnya janin
3. Lamanya
Pada primigravida kira-kira 1 jam, meliputi seperdua
jam.
4. Mengejan
Disebapkan oleh turunnya kepala yang menekan
rectum.
Berakibat meningkatnya tekannan intraabdominal
yang memperkuat kontraksi uterus.
Jangan di biarkan kalo serviks belum membuka
lengkap atau di lakukan di luar his, karena regangan
yang berlebihan pada ligamentum serviks lateralis
dapat menimbulkan prolapsus uteri (turun peranakan)
di kemudian hari.
5. Perineum yang mengembung
Terjadi pada waktu kepala janin mencapai introitus
vaginae.
Bertambah gelembung pada setiap kontraks uterus,
yang dapat mengakibatkan robekan perineum, kecuali
dilakukan episotomi.
6. Kepala mulai tampak diantara labia minora
(crowning ).
7. Mekanisme persalinan.
3) KALA III
8
1. Dimulainya setelah bayi lahir lengkap.
2. Berahir dengan lahirnya plasenta
3. Lamanya biasanya 5 menit, tidak boleh lebih dari 15
menit.
4. Perlepasan plasenta merupaka akibat dari :
Retraksi otot-otot uterus setelah lahirnya janin yang
akan menekan pembuluh-pembuluh dara ibu. Kontra-
sinya berlangsung terus-menerus (tidak memanjang
lagi ototnya).
5. Tanda lepasnya plasenta
Talipusat menjulur keluar, atau kalu ditarik ada tahan-
nan. Segumpal darah keluar dari vagina.
Dengan menekankan korpus uteri ke atas (ke arah
kepala ibu), tidak lagi menarik talipusat ke atas.
6. Suntikan oksitosika.
4) KALA IV
Diagnosis
Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang
kritis bagi ibu dan bayi. Keduanya baru saja mengalami
perubahan fisik yang luar biasa- si ibu melahirkan bayi dari
perutnya dan bayi sedang menyesuaikan diri dari dalam perut
ibu ke dunia luar.
Petugas/bidan harus tinggi bersama ibu dan bayi untuk
memastikan bahwa keduanya dalam kondisi yang stabil dan
mengambil tindakan yang tepat untuk melakukan stabilisasi.
Penanganan
Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan
setiap 20-30 menit selama jam kedua. Jika kontraksi tidak
kuat, masaseuterus sampai menjadi keras. Apabilah uterus
berkontraksi, otot uterus akan menjepit pembuluh darah
untuk menghentikan perdarahan. Hal ini dapat
mengurangi kehilangan darah dan mencegah perdarahan
pasca persalinan.
Periksa tekanan darah, nadi kantung kemih, dan
perdarahan setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap
30 menit selama jam kedua.
Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi.
Tawarkan ibu makan dan minum yang disukainya.
Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang
bersih dan kering.
9
Biarkan ibu beristirahat- ia telah bekerja keras melahirkan
bainya. Bantu ibu pada posisi yang nyaman.
Biarkan bayi pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu
dan bayi, sebagai permulaan dengan menyusui bayinya.
Bayi sangat siap segera setelah kelahiran. Hal ini sangat
tepat untuk memulai memberikan ASI. Menyusui juga
membantu uterus berkontraksi.
Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun, pastikan
dibantu karena masi dalam keadaan lemah atau pusing
setelah persalinan. Pastikan ibu suda buang air kecil
dalam 3 jam pascapersalinan.
Ajari ibu atau anggota keluarga tentang :
- Bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan
kontraksi
- Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi.
3. Pengkajian janin
10
1. Gerakan janin
1) Pengertian
Pola gerakan janin adalah tanda reliabel tentang kesejahteraan
janin, dimana gerakan janin yang mengikuti pola teratur dari
waktu ketika gerakan ini dirasakan. Data sedikitnya 10 gerakan
per hari dianggap lazim.
Perhitungan gerakan janin harus dimulai pada usia kehamilan 34-
36 minggu bagi wanita yang beresiko rendah mengalami
insufisiensi uteroplasenta. Sedangkan bagi wanita yang faktor
resikonya telah diidentifikasi, perhitungan gerakan janin
dilakukan pada usia kehamilan 28 minggu. Gerakan janin pada
primigravida dapat dirasakan oleh ibunya pada kehamilan 18
minggu sedangkan pada multigravida pada kehamilan 18 minggu.
Gerakan janin kadang-kadang pada kehamilan 20 minggu dapat
diraba secara objektif oleh pemeriksanya, ballottement dalam
uterus dapat diraba pada kehamilan yang lebih tua. Gerakan janin
normal yaitu sekelompok atau beberapa kelompok aktivitas
tungkai dan tubuh janin yang menunjukkan normalitas.
11
2) Jadwalkan sesi pada waktu yang sama setiap hari.
3) Setidaknya harus terdapat 10 kali gerakan
teridentifikasi dalam 1 jam
4) Apabila gerakan kurang dari 10 kali dalam 1 jam, jika
dibutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai 10 kali
gerakan, atau jika tidak terasa gerakan dalam 1 jam, maka
hubungi bidan.
1. Pengertian
Denyut jantung janin normal adalah frekuensi denyut rata-rata saat
wanita tidak sedang bersalin, atau diukur di antara dua kontraksi. Bunyi
denyut jantung janin seperti bunyi detik jam dibawah bantal. Dengan
alat fetal electro cardiograph denyut jantung janin dapat dicatat pada
kehamilan 12 minggu. Dapat di dengarkan oleh alat yang
bernama Leanec dan Doppler.
2. Cara Mendengarkan Denyut Jantung Janin
a. Dengan menggunakan stetoskop pinard
a) Tempat mendengarkan harus tenang, agar tidak
mendapat gangguan dari suara lain.
12
b) Ibu hamil diminta berbaring terlentang, kakinya lurus,
bagian yang tidak perlu diperiksa ditutup untuk menjaga
privasi klien,
c) Alat disediakan. Pemeriksaan ini sebagai lanjutan dari
pemeriksaan palpasi.
d) Mencari daerah/tempat dimana kita akan mendengarkan
denyut jantung janin. Setelah daerah ditentukan,
stetoskop pinard dipakai, bagian yang berlubang luas
ditempatkan ke atas tempat/daerah dimana kita akan
mendengarkan. Sedangkan bagian yang lubangnya
sempit ditempatkan pada telinga kita, letaknya tegak
lurus.
e) Kepala pemeriksa dimiringkan, perhatian dipusatkan
pada denyut jantung janin. Bila telah terdengar suatu
detak, maka untuk memastikan apakah yang terdengar itu
bunyi jantung janin, detak ini harus disesuaikan dengan
detak nadi ibu. Bila detakan itu sama dengan nadi ibu,
yang terdengar bukan jantung janin, tetapi detak aorta
abdominalis dari ibu.
f) Setelah nyata bahwa yang terdengar itu betul-betul
denyut jantung janin, maka dihitung untuk mengetahui
teraturnya dan frekuensi denyut jantung janin itu.
13
3. Cara Menghitung Denyut Jantung Janin
1. Menghitung denyut jantung janin yaitu selama satu menit penuh. Hal
ini dikarenakan pada setiap detik itu terdapat perbedaan denyut serta
membandingkan dengan rentang normal selama satu menit.
2. Menghitung denyut jantung janin (djj) dengan mendengarkan 3x5
detik dikalikan dengan 4. Contohnya :
- anak hidup
- presentasi janin
- sikap janin
- keadaan janin
14
jantung janin. Suara ini tidak konstan, kadang-kadang terdengar jelas
ketika diperiksa pada suatu waktu namun pada pemeriksaan di lain
tidak terdengar.
b. Desir uterus
d. Gerakan usus
15
Penyebabnya :
- hipoksia janin dini
- demam pada ibu
- obat-obatan parasimpatik (atropin, hidroksizin)
- obat-obatan beta-simpatomimetik (ritodrin, isoksuprin)
- hipertiroid pada ibu
- anemia pada janin
- gagal jantung pada janin
- aritmia jantung pada janin
c. Variabilitas
Variabilitas denyut jantung janin digambarkan sebagai
ketidakteraturan irama jantung normal. Variabilitas denyut demi
denyut normal dianggap antara 6 dan 25 denyut/menit. Variabilitas
jangka pendek yaitu ketidak samaan satu denyut dengan denyut
berikutnya. Variabilitas jangka panjang yaitu tampak sebagai siklus
ritmik/ gelombang dasar dan biasanya terdapat tiga sampai lima
siklus permenit.
Penyebab variabilitas meningkat :
- hipoksia ringan dini
- stimulasi janin oleh palpasi rahim, kontraksi rahim,
aktivitas janin, dan aktivitas ibu
Penyebab variabilitas menurun :
- hipoksia/asidosis
- depresi sistem saraf pusat oleh obat-obatan tertentu
- prematuritas
- siklus tidur janin
- aritmia jantung janin
16
- kontraksi rahim
- palpasi perut
b. Deselerasi
Adalah penurunan sementara denyut jantung janin di bawah nilai
normal. Disebabkan oleh respon parasimpatik, dapat dalam bentuk yang
tidak menyenangkan.
Ada empat tipe deselerasi :
a) deselerasi dini yaitu penurunan sementara denyut jantung janin di
bawah nilai normal sejalan kontraksi rahim. Penyebab : kompresi
kepala sebagai akibat kontraksi rahim, pemeriksaan dalam, tekanan
fundus, pemasangan alat pemantau internal.
b) deselerasi lambat yaitu penurunan sementara denyut jantung janin
di bawah nilai normal pada fase kontraksi. Penyebab : insufisiensi
uteruplasenta disebabkan oleh hiperaktivitas atau hipertonisitas
rahim, hipontensi supin pada ibu, anastesi spinal atau epidural,
plasenta previa, solusio plasenta, gangguan hipertensi, iugr, diabetes
mellitus dan amnionitis.
c) deselerasi variasi yaitu penurunan sementara denyut jantung janin
mendadak yang bervariasi dalam durasi, intensitas, dan waktu awitan
kontraksi. Penyebab : kompresi tali pusat disebabkan oleh lilitan tali
pusat, tali pusat pendek, tali pusat membelit, tali pusat prolaps.
d) deselerasi memanjang didefinisikan sebagai deselerasi tersendiri
yang berlangsung 2 menit atau lebih, tetapi kurang dari 10 menit dari
awitan untuk kembali ke normal.Penyebab : pemeriksaan panggul,
pemasangan elektroda spiral, penurunan janin yang cepat,
penggunaan manuver valsava, prolaps tali pusat, kejang ibu
termasuk eklampsi dan epilepsi, hipotensi ibu pada posisi terlentang.
5. Jurnal
KELOMPOK IBU HAMIL Kondisi kehamilan menyebabkan
penurunan kekebalan parsial karena perubahan fisiologi pada saat kehamilan,
sehingga mengakibatkan ibu hamil lebih rentan terhadap infeksi virus. Oleh
karena itu, pandemi COVID-19 sangat mungkin menyebabkan konsekuensi
yang serius bagi ibu hamil(28–30). Sampai saat ini informasi tentang COVID-19
pada kehamilan masih terbatas. Pengumpulan data ibu hamil dengan COVID-19
di Indonesia sendiri juga belum dapat disimpulkan. Perubahan fisiologis dan
imunologis yang terjadi sebagai komponen normal kehamilan dapat memiliki
17
efek sistemik yang meningkatkan risiko komplikasi obstetrik dari infeksi
pernapasan pada ibu hamil (31). Melalui evaluasi yang dilakukan dalam wabah
koronavirus sebelumnya (SARS dan MERS), ibu hamil telah terbukti memiliki
risiko kematian yang tinggi, keguguran spontan, kelahiran prematur, dan IUGR
(intrauterine growth restriction). Tingkat fatalitas SARS dan MERS di antara
pasien hamil adalah 25% dan 40%, masingmasing terdapat beberapa risiko
seperti ketuban pecah dini, kelahiran prematur, takikardia janin, dan gawat janin
(32). Namun, Apakah COVID-19 meningkatkan risiko keguguran dan kelahiran
mati belum diketahui(33,34). Dalam pandemi, langkah-langkah social distancing
telah terbukti efektif dalam mengurangi penularan penyakit (30). Termasuk hal
ini juga berlaku pada ibu hamil, agar membatasi diri untuk tidak banyak terpapar
dengan lingkungan luar, apalagi melakukan perjalanan ke daerah pandemi.
Risiko ibu hamil bisa tertular COVID-19 salah satunya saat melakukan
kunjungan pemeriksaan kehamilan di klinik kebidanan atau rumah sakit.
Sehingga ibu hamil harus lebih meningkatkan kewaspadaan dengan terus
disiplin dalam penggunaan APD. Ibu hamil bisa membatasi kunjungan ke klinik
kebidanan atau rumah sakit dengan melakukan konsultasi via daring, aktif
melakukan pengecekan sendiri tanda dan bahaya saat kehamilan, dan hanya
melakukan kunjungan saat ditemukan hal-hal yang mengkhawatirkan. Dalam
analisis laporan yang ditulis oleh (31) dari 38 ibu hamil dengan COVID-19,
dengan usia kehamilan bervariasi antara 30-40 minggu, 37 orang di antaranya
dikonfirmasi melalui tes PCR, tidak ditemukan adanya pneumonia berat atau
kematian maternal. Di antara 30 neonatus yang dilahirkan, tidak ditemukan
adanya kasus yang terkonfirmasi dengan COVID-19. Kurangnya penularan
wanita-janin dari COVID-19 ini konsisten dengan pengalaman ibu hamil dengan
infeksi coronavirus lainnya - SARS dan MERS – pada masa lampau. Belum ada
data pasti yang menginformasikan apakah kehamilan meningkatkan kerentanan
terhadap COVID-19 (34). COVID-19 tidak terdeteksi pada Air Susu Ibu (ASI)
yang berstatus pasien Covid-19. Namun, fokus utama kekhawatiran adalah
apakah wanita yang terinfeksi dapat menularkan virus melalui tetesan
pernapasan selama menyusui(35). Menyusui selama infeksi COVID-19 tidak
18
bayi dan memakai masker wajah (36). Data terbatas yang diperoleh dari kasus
ibu hamil dengan COVID-19 menunjukkan
bahwa penularan vertikal intrauterine tidak terjadi; virus dalam cairan ketuban,
plasenta,
ASI dari wanitawanita yang terinfeksi atau dalam sekresi hidung neonatus tidak
ditemukan. Namun, infeksi dapat terjadi pada neonatus melalui kontak jarak
dekat saat postnatal (20,30,35). Pada penelitian yang dilakukan oleh Liang &
Acharya(29) , hasil analisis cairan ketuban, darah tali pusat, usap tenggorokan
Pengaruh Kebijakan Social Distancing : Anung Ahadi Pradana, Casman,
Nur’aini
neonatal, dan sampel ASI yang diambil pada enam dari sembilan pasien
ditemukan hasil COVID-19 negatif. Selama periode ini, menyusui langsung
tidak dianjurkan. Pilihan yang memungkinkan bagi wanita untuk memompa
ASInya, yang diberikan kepada bayi oleh perawat atau pengasuh yang sehat.
Kebutuhan unik wanita hamil harus dimasukkan dalam rencana kesiapsiagaan di
tengah wabah yang berkembang pesat dan memberikan efek yang cukup
signifikan pada kesehatan masyarakat serta infrastruktur medis ini. Pada wabah
sebelumnya, dokter enggan untuk merawat atau memvaksinasi wanita hamil
karena kekhawatiran akan keselamatan janin. Seperti halnya semua keputusan
mengenai perawatan selama kehamilan, penimbangan manfaat intervensi untuk
wanita dan janin dengan risiko potensial sangat diperlukan (29). Secara khusus,
lebih banyak perhatian harus diberikan kepada wanita hamil dengan COVID-19
pada trimester pertama dan kedua. Meskipun tidak ada bukti yang mendukung
kemungkinan penularan vertikal COVID-19 dari ibu ke bayi, penelitian yang
ada menunjukkan bahwa meskipun virus tidak mencapai janin, infeksi ibu dan
peradangan yang terjadi sebagai respons terhadap infeksi virus dapat
memengaruhi perkembangan janin(27). Perawatan yang aman dan optimal dari
ibu nifas dalam periode postpartum membutuhkan pendekatan tim
multidisiplin(30,37). Prinsipprinsip umum mengenai manajemen COVID-19
selama kehamilan meliputi isolasi awal, prosedur pengendalian infeksi,
pengujian untuk COVID-19, terapi oksigen sesuai kebutuhan, penghindaran
kelebihan cairan, antibiotik empiris (karena risiko infeksi bakteri sekunder),
pemantauan kontraksi janin dan uterus, ventilasi mekanik awal untuk kegagalan
pernapasan progresif, perencanaan persalinan individual, dan pendekatan
berbasis tim dengan konsultasi multispecialty (33). Manajemen berbasis tim
19
direkomendasikan untuk kehamilan yang dikelola di fasilitas perawatan
Kesehatan.
20
kontak sosial di luar rumah, seperti layanan homecare, komunitas lansia, dan
tempat ibadah. Mereka yang tidak memiliki keluarga atau teman dekat, dan
bergantung pada dukungan layanan sukarela atau perawatan sosial, dapat
mengalami rasa kesepian, terisolasi, atau terpencil(41). Banyak lansia memiliki
kondisi mental dan fisik yang menyedihkan dan seringkali tidak memiliki akses
ke pelayanan kesehatan, yang mana dapat mengarah pada masalah potensial.
Lansia yang mengalami pemisahan dari dunia luar sering kali tidak
diikutsertakan dan dilibatkan dalam pelayanan kesehatan yang dapat diakses
maupun dalam memilih layanan kesehatan sesuai keinginannya(42).
66 • Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI, Vol. 09, No. 02 Juni 2020
BAB IV
PENUTUP
21
A. Kesimpulan
Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm (bukan
premature atau postamatur ),mempunyai onset yang spontan (tidak di induksi),
selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat awitannya, mempunyai janin
tunggal dengan presentase puncak kepala, terlaksana tanpa bantuan artificial,
tidak mencakup komplikasi, plasenta lahir normal. Persalinan normal disebut
juga partus spontan, adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala
dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan
bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.bentuk-bentuk persalinan
spontan, persalinan bantuan,persalinan anjuran.
DAFTAR PUSTAKA
22
2. Asuhan Bayi Baru Lahir, Jakarta : Pusdiknakes - WHO - JHPIEGO.2001
3. Saifudin AB. Adrian SZG, Wikhjosastro GH, Waspodo D. Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal.
4. Tjokronegoro, Arjatomo, Persalinan normal. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Cetakan keenam. 2005
5. Bagian Obstetri dan ginekologi, Unpad Pimpinan Persalinan Biasa. Obstetre Fisiologi
1980
23