Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM PENGENDALIAN PENCEMARAN


PENGUKURAN EMISI UDARA

DISUSUN OLEH :

Kelompok I
Kelas : 4 EGC

Adhi Prayogatama 061440411693


Adi Agustiansyah 061440411694
Agung Aditya 061440411695
Akhmad Hafiz Adytia 061440411696
Cherly Meigita 061440411698
Deli Kusuma Wardani 061440411699
Endah Dhita Pratiwi 061440411700

Instruktur : Ir. Aida Syarif, M.T.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI DIV TEKNIK ENERGI
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2016
Pengukuran Emisi Udara

    

I.    Tujuan Percobaan


 Mengetahui kandungan partikulat debu dengan HVAS
 Mengetahui tingkat kebisingan di lingkungan dengan alat SLM

    II.    Alat dan Bahan


 Alat
1.    High Volume Air Sample (HVAS)
2.    Sound Level Meter ( SLM)
3.    Neraca Analitik

 Bahan
Kertas saring

  III.      Dasar Teori

Udara
Udara adalah suatu sampuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi.
Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Komponen yang konsentrasinya
paling bevariasi adalah air dalam bentuk uap dan karbon dioksida (CO₂). Jumlah uap air yag
terdapat di udara bervariasi tergantug dari cuaca dan suhu.
Secara alamiah, udara mengandung unsur kimia seperti : O₂, N₂,NO₂, CO₂,H₂ dll.
Penambahan gas ke udara melampaui kandungan alami akibat kegiatan manusia akan
menurunkan kualitas udara. Udara di alam tidak penah ditemukan bersih tanpa polusi sama
sekali. Beerapa gas seperti sulfur dioksida (SO₂), hidrogen sulfida (H₂S) dan karbon
monoksida selalu dibeaskan ke udara sebagi produk sampingan dari prose-proses alami.

Polusi Udara
Macam bahan pencemar udara dapat dilasifikasikan dalam beberapa kelompok antara
lain :
a.   Klasifikasi Menurut Bentuk Asal
     Bahan pencemar uadara primer, yaitu : polutan yang apabila menyebar dengan keadaan
tetap pada keadaan semula. Misalnya : partikel halus,senyawa sulfur, nitrogen, karbon,
senyawa organik.
      Bahan pencemar udara sekunder, yaitu : bahan pencemar udara primer yang mengalami
reaksi dengan senyawa lain setelah keluar dari sumbernya.

b. Klasifikasi Menurut Keadaan Fisika


    Partikel. Misalnya: aerosol, mist, smoke dan fog.
     Gas. Misalnya: true gas dan vapor.

c.   Klasifikasi Menurut Susunan Kimia Bahan Pencemar


    Inorganik. Misaknya : CO, SO₂.
    Organik. Misalnya : metan, benzen dan etilen

Polutan
SOx
Gas belerang dioksida (SOx) terdiri atas gas SO₂ dan gas SO₃ yang keduanya
mempunyai sifat berbeda. Gas SO₂ berbau tajam dan tidak mudah terbakar , sedangkan gas
SO₃ bersifat sangat reaktif.  Sox memiliki ciri bau yang tajam, besifat korosif, beracun karea
selalu mengikat oksigen  untuk mencapai kestabilan phasa gasnya. Sox menimbulkan
gangguan sistem pernapasan , jika kadar 400-500 ppm akan sangat berbahaya , 8-12 ppm
menimbulkan iritasi mata, 1-5 ppm menimbulkan bau.
Gas SO₂ akan bertemu dengan oksigen yang da diudara dan kemudian membentuk gas
SO₃ melalui reaksi berikut :
          2SO₂   +  O₂(udara)  →  2SO₃

NOx
Nitrogen oksida (NOx) memiliki bentuk yang sifatnya berbeda , yaitu gas NO₂ dan
NOx . sifat gas NO₂ adalah berwarna dan berbau . sedankan gas NO tidak berwarna dan tidak
berbau. Warna gas NO₂ adalah merah kecoklatan dan berbau tajam menyengat hidung.
Pencemaran gas NOx diudara terutama berasal dari gas buangan hasil pembakaran yang
keluar dari generator pembangkit listrik stasioner atau mesin-mesin yang menggunakan bahan
bakar gas alami.
Diantara berbagai jenis oksida nitrogen yang ada diudara, NO₂ merupakan gas yang
paling beracaun. Karena larutan NO₂ dalam air yang lebih rendah dibandingkan dengan SO₂ ,
maka NO₂ akan menembus ke dalam saluran pernapasan lebih dalam. Berdasarkan studi
menggunakan binatang percobaan, pengaruh yang membahayakan seperti misalnya :
meningkatnya kepekaan terhadap radang saluran pernapasan, dapa terjadi setelah mendapat
pajanan sebesar 100 μg/mᵌ. Percobaan pada manusia menyatakan bahwa kadar NO₂ sebesar
250 μg/mᵌ dan 500 μg/mᵌ dapat mengganggu fungsi saluran pernapasan pada penderita asma
dan orang sehat (Yoko Edy Saputra.2009).

IV. Langkah Kerja


     Percobaan dengan alat HVAS (High Volume Air Sample)
1.     Menimbang kertas saring dalam keadaan kosong
2.     Menentukan posisi arah dan lokasi pengukuran
3.     Menyalakan HVAS dengan waktu  ±3 menit
4.     Menimbang kembali kertas saring dari HVAS
5. Menganalisa kertas saring dan menentukan unsur logam beratnya dengan AAS
6. Menentukan kebisingan dengan sound level meter pada lokasi yang sama

V. Data Pengamatan

Berat Kertas Berat Kertas


Tahun Kebisingan Waktu
Sampel Saring Saring +
Motor (dB) (menit)
Kosong Debu
Motor 1 2014 0,5002 gr 0,5004 gr 104,6 3

Motor 2 2004 0,5071 gr 0,5071 gr 109,7 3


VI. Analisa Percobaan

Setelah melakukan praktikum tentang pengukuran emisi udara dapat dianalisa bahwa
percobaan kali ini terdapat dua macam percobaan atau penentuan yaitu yang pertama
adalah penentuan tingkat kebisingan kendaraan dan yang kedua yaitu penentuan
kandungan partikulat debu dengan HVAS(High Volume Air Sample). Pada praktikum
kali ini digunakan dua sampel motor yang akan diuji kebisingan dan kandungan
partikulat debu. Dimana kedua motor yang dijadikan sampel berbeda tahun, motor
pertama tahun 2014 dan motor kedua tahun 2004.

Penentuan yang pertama yaitu penentuan kebisingan pada kedua sampel/motor.


Motor 1 diperoleh tingkat kebisingan sebesar 104,6 dB dan motor kedua diperoleh
tingkat kebisingan 109,7 dB. Dari kedua motor terlihat tingkat kebisingan yang rendah
terdapat pada motor pertama. Hal tersebut dapat dipengaruhi karena perbedaan tahun dari
kedua motor tersebut. Namun kedua motor tersebut tingkat kebisingannya sudah di atas
batas aman zona kebisingan bagi pendengaran manusia yaitu ± 60 – 70 dB. Sedangkan
kedua sampel tersebut sudah di atas 70 dB.

Selanjutnya yaitu penentuankandungan partikulat debu pada kedua motor/sampel


dengan menggunakan HVAS(High Volume Air Sample). Pertama berat kertas saring
kosong untuk masing-masing motor ditimbang. Untuk motor pertama didapat berat kertas
saring kosong sebesar 0,5002 gr dan untuk motor kedua didapat berat kertas saring
kosong sebesar 0,5064 gr. Kemudian dilakukan penentuan kandungan partikulat debu
pada kedua motor tersebut selama 3 menit dan didapatkan berat kertas saring + debu
pada motor pertama sebesar 0,5004 gr dan pada motor kedua sebesar 0,5071 gr dari
kedua motor emisi udara yang rendah terdapat pada motor 1. Hal ini terlihat dari
perubahan warna kertas saring yang tetap putih setelah pengujian dengan berat akhir
0,5004 gr. Sedangkan pada motor 2 perubahan warna kertas saring dari putih menjadi
sedikit coklat. Hal tersebut terjadi karena kandungan partikulat debu yang lumayan
banyak dan penambahan beratnya pun cukup tinggi yaitu dari 0,5064 gr menjadi 0,5071
gr. Hal ini tentu membahayakan kesehatan karena kandungan emisi CO, CO 2, NO x
maupun SO x yang dihasilkan dari emisi buang tersebut. Jadi, hendaknya untuk kendaraan
bermotor harus diperhatikan keadaan mesin serta oli yang digunakan harus diganti secara
teratur.
VII. Kesimpulan

Dari percobaan dapat dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

 Kebisingan dapat terjadi dimana saja dan dapat merusak kesehatan seseorang
terutama pada sistem pendengaran.
 Kebisingan pada kendaraan bermotor termasuk jenis kebisingan Intermitten
Noise(Kebisingan Terputus-putus). Sedangkan suara orang mengobrol termasuk
kebisingan Steady State Noise(Kebisingan Kontinyu) dan tempat yang sunyi tidak
menimbulkan kebisingan.
 Nilai ambang batas dari kebisingan adalah sebesar 60 dB.
 Suara kendaraan bermotor dan suara orang mengobrol telah melewati nilai ambang
batas, sehingga dapat merusak kesehatan.
 Tingkat kebisingan masing-masing sampel
- Motor 1 = 104,6 dB
- Motor 2 = 109,7 dB
Daftar Pustaka

Jobsheet “Penuntun Praktikum Pengendalaian Pencemaran”. 2016. Politeknik Negeri


Sriwijaya : Palembang

www. google.com

www. scribd.com
Gambar Alat

Sound Level Meter High Volume Air Sample(HVAS)

Neraca Analitik

Anda mungkin juga menyukai