Anda di halaman 1dari 2

Kode etik profesi akuntan adalah : Pelanggaran kode etik kasus Enron :

1. Adanya praktik discrimination of information / unfair


1. Tanggung jawab profesi discrimination, terlihat dari tindakan dan perilaku yang tidak sehat,
pelanggaran terhadap norma etika corporate governance dan corporate
Setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan responsibility oleh manajemen perusahaan.
profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya. Anggota juga harus 2. Adanya penyesatan informasi. Dalam kasus Enron misalnya,
selalu bertanggungjawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk Enron maupun Arthur Andersen mengetahui tentang praktek akuntansi
mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat dan bisnis yang tidak sehat. Tetapi demi mempertahankan kepercayaan
dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri. dari investor dan publik kedua belah pihak merekayasa laporan
keuangan.
2. Kepentingan publik 3. Arthur Andersen, merupakan kantor akuntan publik tidak hanya
melakukan manipulasi laporan keuangan,dan menghancurkan
Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan kasus Enron.
akuntan paham bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi Ada beberapa poin yang membuktikan bahwa budaya
tertinggi sesuai dengan persyaratan etika yang diperlukan untuk mencapai perusahaan berkontribusi terhadap kejatuhan perusahaan,
tingkat prestasi tersebut. Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan diantaranya:
publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya a. Pertumbuhan perusahaan dijadikan prioritas utama dan
dengan integritas setinggi mungkin. menekankan pada perekrutran dan mempertahankan klien-klien besar,
namun mutu dan independensi audit dikorbankan.
3. Integritas b. Standar-standar profesi akuntansi dan integritas yang menjadi
contoh perusahaan-perusahaan lainnya luntur seiring motivasi meraup
Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur keuntungan yang lebih besar.
dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. c. Perusahaan terlalu fokus terhadap pertumbuhan, sehingga tanpa
Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan sadar menghasilkan perubahan mendasar dalam budaya perusahaan.
pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan d. Andersen menjadi membatasi pengawasan terhadap tim audit
perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima kecurangan atau akibat kurangnya check and balances yang bisa terlihat ketika tim
peniadaan prinsip. audit telah menyimpang dari kebijakan semula.
e. Sikap Arthur Andersen yang memusnahkan dokumen pada
4. Objektivitas periode sejak kasus Enron mulai mencuat ke permukaan, sampai
dengan munculnya panggilan pengadilan karena melanggar hukum
Obyektivitasnya adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa dan menyebabkan kredibilitas Arthur Andersen hancur. Akibatnya,
yang diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota banyak klien Andersen yang memutuskan hubungan dan Arthur
bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka Andersen pun ditutup.
atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau dibawah pengaruh Dari kasus ini banyak terjadi perilaku tidak etis yaitu adanya
pihak lain. manipulasi laporan keuangan. Dalam kasus Andersen diketahui
terjadinya perilaku moral hazard diantaranya manipulasi laporan
keuangan dengan mencatat keuntungan padahal perusahaan
5. Kompetensi dan kehati-hatian profesional
Kode etik akuntansi manajemen
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-
hati, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk 1. Kompetensi
mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan profesional pada tingkat
Mempertahankan tingkat yang sesuai kompetensi profesional oleh
yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja
memperoleh manfaat dari jasa profesional dan teknik yang paling mutakhir. pembangunan berkelanjutan pengetahuan dan keterampilan mereka.
Siapkan laporan dan rekomendasi yang komprehensif dan jelas
6. Kerahasiaan setelah analisis yang tepat informasi yang relevan dan dapat
diandalkan.
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh 2. Privasi
selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau Tidak mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh dalam
mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak perjalanan pekerjaan mereka kecuali bila diizinkan,kecuali hukum
atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya. diharuskan untuk melakukannya. Bawahan menginformasikan tepat
mengenai kerahasiaan informasi yang diperoleh selama pekerjaan
7. Perilaku profesional
mereka dan memantau kegiatan mereka untuk menjamin
pemeliharaan kerahasiaan.
Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan
3. Integritas
profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung
Menghindari konflik kepentingan yang nyata atau jelas dan
jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf,
menyarankan semua pihak dari setiap potensi konflik. Menolak
pemberi kerja dan masyarakat umum.
hadiah , bantuan , atau perhotelan yang dapat mempengaruhi atau
8. Standar Teknis tampaknya mempengaruhi tindakan mereka.
4. obyektivitas
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan Mengkomunikasikan informasi yang akurat dan obyektif.
standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan Sepenuhnya mengungkapkan semua informasi yang relevan yang
keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk cukup dapat diharapkan mempengaruhi pemahaman yang
melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut dimaksudkan laporan pengguna , pengamatan dan rekomendasi.
sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.
Kode Etik Birokrasi, yaitu larangan seperti : Setiap pegawai pajak wajib:

a. Menyalahgunakan wewenang.
b. Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau 1. Menghormati agama, kepercayaan, budaya, dan adapt istiadat
orang lain dengan menggunakan kewenangan orang lain. orang lain.
c. Tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain 2. Bekerja secara profesional, transparan, dan akuntabel. Bekerja
dan/atau lembaga atau organisasi internasional. secara profesional meliputi:
d. Bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya  Integritas, yaitu ukuran kualitas moral Pegawai yang diwujudkan
masyarakat asing dalam sikap jujur, bersih dari tindakan tercela, dan senantiasa
e. Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau mengutamakan kepentingannegara;
meminjamkan barang-barang baik bergerak atau tidak bergerak,  Disiplin, yaitu pencerminan ketaatan Pegawai terhadap setiap
dokumen atau surat berharga milik negara secara tidak sah. ketentuan yangberlaku;
f. Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan,  Kompetensi, yaitu ukuran tingkat pengetahuan, kemampuan dan
atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan penguasaan atas bidang tugas Pegawai sehingga mampu
tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang melaksanakan tugas secaraefektif dan efisien.
secara langsung atau tidak langsung merugikan negara.  Bekerja secara transparan, yaitu setiap Pegawai bersikap terbuka
g. Memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun dalammelaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan
baik secara langsung atau tidak langsung dan dengan dalih apapun ketentuan yang berlaku.
untuk diangkat dalam jabatan. 3. Mengamankan data dan atau informasi yang dimiliki Direktorat
h.      Melaksanakan tugas dan kewenangan etika birokrasi dalam Jenderal Pajak.
pelayanan publik 4. Memberikan pelayanan kepada wajib pajak, sesama pegawai,
1. efisiensi, artinya tidak boros, sikap, perilaku dan perbuatan birokrasi atau pihak laindalam pelaksanaan tugas dengan sebaik-baiknya.
publik dikatakan baik jika mereka efisien. 5. Mentaati perintah kedinasan.Perintah kedinasan adalah perintah
2. membedakan milik pribadi dengan milik kantor, artinya milik kantor yang diberikan oleh atasan yangberwenang mengenai atau yang ada
tidak digunakan untuk kepentingan pribadi. hubungannya dengan kedinasan
3. Impersonal, maksudnya dalam melaksanakan hubungan kerjasama 6. Bertanggung jawab dalam penggunaan barang inventaris
antara orang yang satu dengan lainnya secara kolektif diwadahi oleh milikDirektorat Jenderal Pajak.
organisasi, dilakukan secara formal, maksudnya hubungan impersonal 7. Mentaati ketentuan jam kerja dan tata tertib kantor.
perlu ditegakkan untuk menghindari urusan perasaan dari pada unsur 8. Menjadi panutan yang baik bagi masyarakat dalam memenuhi
rasio dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab berdasarkan kewajiban perpajakan.
peraturan yang ada dalam organisasi. 9. Bersikap, berpenampilan, dan bertutur kata secara sopan.
4. merytal system, nilai ini berkaitan dengan rekrutmen dan promosi
pegawai, artinya dalam penerimaan pegawai atau promosi pegawai
tidak di dasarkan atas kekerabatan, namun berdasarkan Kode etik akuntansi bisnis
pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), sikap (attitude), 1. Pengendalian Diri : pelaku-pelaku bisnis mampu mengendalikan
kemampuan (capable), dan pengalaman (experience). diri mereka masing-masing untuk tidak memperoleh apapun dari
5. accountable, nilai ini merupakan tanggung jawab yang bersifat siapapun dan dalam bentuk apapun.
obyektif, sebab birokrasi dikatakan akuntabel bilamana mereka dinilai 2. Pengembangan Tanggung Jawab Sosial : Pelaku bisnis disini
obyektif oleh masyarakat karena dapat mempertanggungjawabkan dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam
segala macam perbuatan dan sikap. bentuk “uang” dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih
6. responsiveness, artinya birokrasi publik memiliki daya tanggap kompleks lagi.
terhadap keluhan, masalah dan aspirasi masyarakat dengan cepat 3. Mempertahankan Jati Diri : Mempertahankan jati diri dan tidak
dipahami dan berusaha memenuhi, tidak suka menunda-nunda waktu mudah untuk terombang-ambing oleh  pesatnya perkembangan
atau memperpanjang alur pelayanan. informasi dan teknologi adalah salah satu usaha menciptakan etika
bisnis.
4. Menciptakan Persaingan yang Sehat : Persaingan dalam dunia
bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas, tetapi
persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah, dan sebaliknya harus
terdapat jalinan yang erat antara pelaku bisnis besar dan golongan
menengah kebawah, sehingga dengan perkembangannya perusahaan
besar mampu memberikan  spread effect terhadap perkembangan
sekitarnya.
5. Menerapkan Konsep “Pembangunan Berkelanjutan” : Dunia
bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat
sekarang, tetapi perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa
datang.
6. Menghindari Sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong,
Koneksi,Kolusi dan komisi) : Jika pelaku bisnis sudah mampu
menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak akan terjadi lagi apa
yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala bentuk
permainan curang dalam dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang
mencemarkan nama bangsa dan negara.
7. Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar : Artinya, kalau
pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit (sebagai
contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi.
8. Menumbuhkan Sikap Saling Percaya antar Golongan
Pengusaha : Untuk menciptakan kondisi bisnis yang “kondusif” harus
ada sikap saling percaya (trust) antara golongan pengusaha kuat dengan
golongan pengusaha lemah, sehingga pengusaha lemah mampu

Anda mungkin juga menyukai