PENDAHULUAN
1
permasalahan tentang perbedaan kekerasan dan laju keausan serta struktur mikro
baja tersebut sebelum dan sesudah mengalami pengerjaan perlakuan panas (heat
treatment) menggunakan air dimana tingkat kekerasan pada baja S45C saat
memakai variasi air yang memiliki suhu berbeda untuk mengetahui tingkat
kekerasan, ketahanan aus dan struktur mikro pada baja tersebut dengan titik suhu
pendinginan air berkisar 0 oC, 10 oC, 20 oC dan 30 oC dalam proses hardening
dengan suhu 900 oC berpengaruh meningkatkan ketangguhan baja S45C dengan
pencelupan suhu tinggi, tidak semua austenit berubah dan austenit sisa ini
mempunyai kekerasan setengah dari martensit dan bersifat non magnetik. Dengan
suhu 900 oC untuk mencapai titik austenit pada baja muncul agar menjadi
martensit yang optimal. Sedangkan penahanan 30 menit panas yang terdapat pada
baja menjadi sempurna dengan presentase 90% untuk membuka pori–pori baja
tersebut dengan panas yang merata. Pada penahanan 25 menit dengan panas 88%
belum optimal sepenuhnya merata pada baja karbon sedang.(Iywani, 2018).
2
sebaliknya jika nilai kekerasan rendah maka memiliki ketahanan aus kurang baik.
Pengujian keausan pada stainless steel dan white cast iron, hasilnya ketahanan aus
pada white cast iron lebih baik dibandingkan stainless steel yang masing-masing
memiliki nilai 2,4754 x 10-7 mm2/kg dan 1,9946 x 10-7 mm2/kg pada saat
pengujian ketahanan aus dengan struktur yang berbeda. (Andrianto, 2014).
Menurut penelitian Sanggara (2016), pendinginan dengan oli SAE 30, Air,
campuran air dan oli menggunakan temperatur 920 oC, 950 oC dan 980 oC dapat
membentuk austenit yang merupakan larutan solid dalam baja. Untuk mencari
nilai kekerasan pada baja S45C yang paling tertinggi menggunakan media
pendingin Air dan paling terendah menggunakan pendinginan oli SAE 30. Hal ini
bisa disimpulkan dari hasil penelitian yang sudah ada dengan menggunakan
pendinginan media air terdapat nilai rata – rata dari suhu 920 oC paling tertinggi.
Kekerasan pada baja S45C sebesar 57,1 HRC dibandingkan raw material, nilai
kekerasan meningkat 26 HRC atau dalam presentase 84%. Sebaliknya dengan
suhu 980 oC nilai rata-rata kekerasan terendah dengan nilai kekerasan 40,5 HRC.
Pada pendinginan air campur oli nilai rata–rata kekerasan sebesar 40,5 HRC
dibandingkan dengan raw material nilai kekerasan meningkat 9,4 HRC pada
temperatur 920 oC. Sedangkan dengan menggunakan suhu 980 oC nilai terendah
kekerasan pada baja S45C sebesar 37,5 HRC. Untuk pendinginan dengan oli SAE
30 nilai kekerasan dengan rata – rata sebesar 38,9 HRC. Dengan ini dapat
3
disimpulkan bahwa kekerasan dengan pendingin air lebih tinggi dari pada
pendinginan dengan oli SAE 30.
Bagaimana memperoleh media pendingin yang optimal pada logam baja S45C
terhadap uji kekerasan, ketahanan aus dan struktur mikro?
Untuk memberikan arah penelitian yang baik maka perlu batasan masalah.
Batasan kajian masalah dan arah penelitian adalah sebagai berikut :
1. Spesimen uji adalah baja S45C, yang berbentuk plat yang panjang 200 mm,
tebal 12 mm dan lebar 50 mm.
4
1.5. Manfaat Penelitian
2. Manfaat praktis yaitu dapat memberikan salah satu alternatif bagi teknologi
pengolahan dan pemanfaatan logam.