Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peranan Baja di dunia industri sangat banyak terutama dalam pembuatan


komponen atau alat produksi dan komponen permesinan seperti roda gigi,
bearing, pisau pencacah tebu dan sebagainya. Sering kita jumpai pada mesin
seperti poros engkol dengan permasalahan ini maka diperlukan rekayasa sifat
mekanis dan penelitian pada baja S45C yang mempunyai sifat ulet dan mudah
dikerjakan dengan perkakas dan mempunyai unsur kimia yang kandungan sebagai
berikut ; 0,45% C, 0,25% Si, 0,67% Mn, 0,012% P, 0,023% S, 0,23% Cr, 0,14%
Ni, 0,03% Mo, 0,31% Cu. Kemudian sebagian material di atas dilakukan proses
perlakuan panas Hardening (pengerasan) dengan memakai variabel temperatur
pemanasan 800 oC, 860 oC, dan 920 oC waktu penahan 15 menit kemudian di
dinginkan secara cepat dengan media air untuk memperbaiki sifat mekanis
seperti ; Cr, Ni, Cu, Al, dan As. Untuk memperbaiki sifat mekanis dapat pula
perlakuan panas seperti ; quenching, tempering, normalizing, annealing proses
normalisasi nya temperatur antara 833-915 oC di ikuti dengan pendinginan udara.
Untuk menghasikan nilai kekerasan antara 156 – 217 BHN dan kuat tarik
mencapai 550–800 Mpa dengan temperatur 790–870 oC. Prosedur perlakuan
panas tersebut berbeda-beda tergantung tujuan dari pemberian proses perlakuan
tersebut, biasanya mengacu pada sifat-sifat mekanik dari pada material benda
kerja. Langkah pertama dalam proses heat treatment adalah pemanasan logam
atau paduan dalam temperatur berbeda-beda dan tanpa memberikan waktu
penahanan temperatur pengerasan tergantung pada kadar karbon dan temperatur
pengerasan turun jika kadar karbon naik (Sardjono, 2009).

Permesinan membutuhkan sebuah perlakuan panas dalam rekayasa sifat


fisik maupun mekanik dari material baja S45C. Penggunaan baja S45C timbul
masalah tentang efektifitas proses perlakuan panas. Keefektifan dalam hal ini
adalah kekerasan dan ketahanan aus serta unsur struktur mikro pengoprasian baja
tersebut sebagai bahan roda gigi dan poros engkol. Selain itu timbul juga

1
permasalahan tentang perbedaan kekerasan dan laju keausan serta struktur mikro
baja tersebut sebelum dan sesudah mengalami pengerjaan perlakuan panas (heat
treatment) menggunakan air dimana tingkat kekerasan pada baja S45C saat
memakai variasi air yang memiliki suhu berbeda untuk mengetahui tingkat
kekerasan, ketahanan aus dan struktur mikro pada baja tersebut dengan titik suhu
pendinginan air berkisar 0 oC, 10 oC, 20 oC dan 30 oC dalam proses hardening
dengan suhu 900 oC berpengaruh meningkatkan ketangguhan baja S45C dengan
pencelupan suhu tinggi, tidak semua austenit berubah dan austenit sisa ini
mempunyai kekerasan setengah dari martensit dan bersifat non magnetik. Dengan
suhu 900 oC untuk mencapai titik austenit pada baja muncul agar menjadi
martensit yang optimal. Sedangkan penahanan 30 menit panas yang terdapat pada
baja menjadi sempurna dengan presentase 90% untuk membuka pori–pori baja
tersebut dengan panas yang merata. Pada penahanan 25 menit dengan panas 88%
belum optimal sepenuhnya merata pada baja karbon sedang.(Iywani, 2018).

Sebagian besar peralatan di dunia industri khususnya pada mesin produksi


pabrik gula rata-rata menggunakan roda gigi dan poros engkol, maka hal ini
berpengaruh pada bahan yang memerlukan kekerasan, ketahanan aus dan struktur
mikro. Baja S45C diperlakukan panas untuk mendapatkan hasil sifat mekanis dan
kualitas baja. Sedangkan menurut penelitian yang sudah ada perlakuan panas
dengan pendinginan air sudah sering digunakan. Variasi suhu dalam pendinginan
agar mengetahui tingkat kekerasan baja S45C yang sudah mengalami proses
hardening menggunakan suhu 20 oC, 50 oC, 80 oC dengan kecepatan pendinginan
60 menit. Hasil penelitian baja S45C dilihat dari kekerasan nilai rata-rata sebesar
58 HRC pada suhu 20 oC. Sedangkan pada suhu 80 oC nilai kekerasan turun
drastis sebesar 583,05 VHN saat mengalami proses hardening. (Hidayat,dkk.,
2016).

Sedangkan untuk ketahanan aus, temperatur semakin tinggi dalam proses


perlakuan panas dan waktu penahan berpengaruh pada kekerasan dan ketahanan
aus. Dimana pembebanan 2,12 kg dan sejauh 100 m semakin lebar jejak keausan
yang di dapat maka nilai keausan spesifik semakin bertambah besar. Untuk nilai
kekerasan yang tinggi pada baja tersebut maka semakin baik ketahanan aus,

2
sebaliknya jika nilai kekerasan rendah maka memiliki ketahanan aus kurang baik.
Pengujian keausan pada stainless steel dan white cast iron, hasilnya ketahanan aus
pada white cast iron lebih baik dibandingkan stainless steel yang masing-masing
memiliki nilai 2,4754 x 10-7 mm2/kg dan 1,9946 x 10-7 mm2/kg pada saat
pengujian ketahanan aus dengan struktur yang berbeda. (Andrianto, 2014).

Pada pengujian keausan dengan temperatur yang berbeda untuk mencari


nilai pengerasan tertinggi pada baja, pengujian keausan mengacu pada metode
Reiken Ogoshi dengan lebar piringan pengaus 3 mm, jari-jari pengaus 14,4 mm,
beban tekan pada pengausan 2,21 kg, jarak tempuh selama proses pengausan 100
m dengan waktu pengausan 41 detik. Lebar keausan pada permukaan spesimen
diukur dengan bantuan mikroskop optik. Pada perlakuan panas tingkat pengerasan
pada media park carburizing dan kekerasan menggunakan bahan baja S45C
dengan waktu penahanan 30 menit. Keausan spesifikasi rata-rata dicapai pada
proses carburizing yaitu 1,625 x 10-7 mm2/kg dengan menggunakan media arang
sirep. Sedangkan keausan spesifikasi rata-rata pada media kokas diperoleh sebesar
1,867 x 10-7 mm2/kg. (Gunawan, 2015)

Menurut penelitian Sanggara (2016), pendinginan dengan oli SAE 30, Air,
campuran air dan oli menggunakan temperatur 920 oC, 950 oC dan 980 oC dapat
membentuk austenit yang merupakan larutan solid dalam baja. Untuk mencari
nilai kekerasan pada baja S45C yang paling tertinggi menggunakan media
pendingin Air dan paling terendah menggunakan pendinginan oli SAE 30. Hal ini
bisa disimpulkan dari hasil penelitian yang sudah ada dengan menggunakan
pendinginan media air terdapat nilai rata – rata dari suhu 920 oC paling tertinggi.
Kekerasan pada baja S45C sebesar 57,1 HRC dibandingkan raw material, nilai
kekerasan meningkat 26 HRC atau dalam presentase 84%. Sebaliknya dengan
suhu 980 oC nilai rata-rata kekerasan terendah dengan nilai kekerasan 40,5 HRC.
Pada pendinginan air campur oli nilai rata–rata kekerasan sebesar 40,5 HRC
dibandingkan dengan raw material nilai kekerasan meningkat 9,4 HRC pada
temperatur 920 oC. Sedangkan dengan menggunakan suhu 980 oC nilai terendah
kekerasan pada baja S45C sebesar 37,5 HRC. Untuk pendinginan dengan oli SAE
30 nilai kekerasan dengan rata – rata sebesar 38,9 HRC. Dengan ini dapat

3
disimpulkan bahwa kekerasan dengan pendingin air lebih tinggi dari pada
pendinginan dengan oli SAE 30.

Berdasarkan penelitian di atas maka di lakukan penelitian pengaruh variasi


suhu air PDAM Ngawi 0 oC, 10 oC, 20 oC, 30 oC dalam perlakuan panas terhadap
uji kekerasan dan ketahanan aus serta struktur mikro pada baja S45C.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas permasalahan dalam penelitian ini adalah :

Bagaimana memperoleh media pendingin yang optimal pada logam baja S45C
terhadap uji kekerasan, ketahanan aus dan struktur mikro?

1.3. Batasan Masalah

Untuk memberikan arah penelitian yang baik maka perlu batasan masalah.
Batasan kajian masalah dan arah penelitian adalah sebagai berikut :

1. Spesimen uji adalah baja S45C, yang berbentuk plat yang panjang 200 mm,
tebal 12 mm dan lebar 50 mm.

2. Bahan dipanaskan dengan suhu 900 oC dengan penahanan 25 menit.

3. Media pendinginan menggunakan variasi suhu 0 oC, 10 oC, 20 oC, 30 oC


dengan Air PDAM.

4. Mesin pengujian kekerasan menggunakan mesin ASTM E 18.

5. Mesin pengujian ketahanan aus menggunakan mesin ASTM G 99-95.

6. Pengujian struktur mikro menggunakan mikroskop logam dengan pembesaran


550 x standart ASTM E 112’10. (American Soceity Testing and Material
Menghitung butir/phenimetri).

1.4. Tujuan Penelitian

Untuk memperoleh ketangguhan baja S45C, media pendingin optimal


pada logam yang diinginkan menggunakan Air PDAM dan variasi suhu terhadap
uji kekerasan, ketahanan aus dan struktur mikro.

4
1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah ;

1. Sebagai sumbangsih ilmu pengetahuan tentang pengaruh pendinginan baja


S45C dengan air PDAM Ngawi.

2. Manfaat praktis yaitu dapat memberikan salah satu alternatif bagi teknologi
pengolahan dan pemanfaatan logam.

Anda mungkin juga menyukai