Anda di halaman 1dari 70

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyusun Buku Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Pontianak Tahun 2020-2040 sebagai salah satu tahap dalam penyusunan Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak guna memenuhi tugas Mata Kuliah Studio
Perencanaan Wilayah.

Buku ini berisi Pendahuluan, Tujuan, Kebijakan, Strategi Rencana Struktur


Ruang, Rencana Pola Ruang, Penetapan Kawasan Strategis, Rencana Penyediaan dan
Pemanfaaatan Ruang Terbuka, Rencana Sarana dan Prasarana Umum, Arahan
Pemanfaatan Ruang dan Pengendalian pemanfaatan Ruang, serta Peran Masyarakat dan
Tanggung Jawab Pemerintah Daerah dalam Penataan Ruang

Dalam penyusunan laporan ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi,
namun kelancaran dalam penyusunan laporan ini tidak lain berkat bantuan, dorongan,
dan bimbingan yang telah diberikan, sehingga kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Firsta Rekayasa H, ST, MT. , Ibu Nana Novita Pratiwi, S.T.,M.Eng., dan Ibu Vetti
Puryanti , ST, MT selaku dosen mata kuliah Studio Perencanaan Wilayah dan
Perdesaan.
2. Segenap instansi dan pihak-pihak terkait perencanaan yang telah banyak membantu
dan berpartisipasi dalam proses pengumpulan data, analisis dan perencanaan
wilayah dan perdesaan.
3. Rekan – rekan Studio Perencanaan Wilayah dan Perdesaan Program Studi
Perencanaan Wilayah dan Kota angkatan 2017 yang telah memberikan inspirasi dan
membagi ilmu dalam proses penyusunan.

Terlepas dari hal tersebut, penyusunan laporan ini masih jauh dari kata
sempurna oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
sehingga kami dapat memperbaiki dan tidak mengulangi kesalahan yang sama dalam
proses perencanaan di masa yang mendatang. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi penulis dan bagi orang lain yang membacanya.

Pontianak, April 2020

Tim Penyusun

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


DAFTAR ISI

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


DAFTAR GAMBAR

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


DAFTAR TABEL

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pembangunan Kota Pontianak sebagai bagian integral dari pembangunan
regional dan nasional pada hakikatnya merupakan suatu proses yang harus terintegrasi
baik dalam tataran perencanaan, pelaksanaan, maupun pengendalian yang dilakukan
secara berkeseimbangan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan
keberlanjutan lingkungan kota. Mengingat ruang lingkupnya yang sangat luas, kegiatan
pembangunan yang dilaksanakan tidak semata-mata menjadi tanggung jawab bagi
pemerintah, melainkan harus dilakukan serta didukung oleh seluruh komponen
masyarakat. Oleh karena itu, hubungan kemitraan pemerintah dengan masyarakat kota
merupakan kata kunci yang sangat strategis dan harus menjadi fokus perhatian
terutama untuk memecahkan berbagai permasalahan dalam pembangunan.

Perkembangan kota yang cukup pesat menuntut upaya perencanaan,


pemanfaatan dan pengendalian pembangunan dari segala sektor yang ada secara
sinergis, berkesinambungan dan berkelanjutan. Dalam kebijaksanaan nasional,
pembangunan kota ditekankan pada upaya mengoptimalkan target pembangunan
sektoral dalam satu pembangunan terpadu. Untuk menciptakan keterpaduan
pembangunan sektoral dan kota serta mendukung usaha peningkatan keserasian dan
keselarasan pembangunan kota dengan pembangunan nasional secara bertahap dan
berkesinambungan, maka diperlukan suatu arahan dan pedoman dalam pelaksanaan
pembangunan kota.

Arahan dan pedoman pembangunan tersebut mencakup arahan yang bersifat


spasial dan aspasial, agar pelaksanaan pembangunan berjalan secara serasi dan
seimbang dalam nilai perencanaannya Sejalan dengan ini, dapat dilihat seberapa
pentingnya rencana tata ruang yang mampu merangkum segala bentuk solusi yang
dibutuhkan oleh kota dalam rangka pemenuhan kebutuhan kota serta mewujudkan
kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, perlunya dibuat dokumen rencana tata ruang kota
yang sah dimata hukum sebagai dasar atau acuan dalam pembangunan kota agar
pelaksanaan dapat dilakukan dengan efektif hingga tujuan yang dicita-citakan dapat
tercapai.

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


Rencana tata ruang dibuat karena pada dasarnya ruang memiliki keterbatasan,
oleh karena itu dibutuhkan peraturan untuk mengatur dan merencanakan ruang agar
dapat dimanfaatkan secara efektif. Undang-undang nomor 26 tahun 2007 tentang
penataan ruang mengamanatkan bahwa sistem penataan ruang terdiri dari
perencanaan tata ruang, remanfaatan ruang dan pengendalian memanfaatan ruang.
Undang-undang ini mengatur rencana tata ruang dibuat berdasarkan wilayah
administratif, salah satunya ialah Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota.
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota merupakan alat pengaturan, pengendalian
dan pengarahan pemanfaatan ruang di wilayah kota. Selain berkedudukan sebagai
dasar bagi kebijakan pemanfaatan ruang, RTRW Kota juga memiliki kedudukan sebagai
penyelaras strategi serta arahan kebijakan penataan ruang wilayah provinsi dengan
kebijakan penataan ruang wilayah kota ke dalam struktur dan pola tata ruang wilayah
kota. Dan juga sebagai pedoman bagi pelaksanaan perencanaan, pemanfaatan ruang,
dan pengendalian pemanfaatan ruang. Dengan kata lain RTRW Kota memiliki berbagai
fungsi, seperti perumusan kebijakan pokok pembangunan dan pemanfaatan ruang,
pengarahan dan penetapan lokasi investasi yang dilaksanakan pemerintah dan
masyarakat. Penertiban perizinan pembangunan, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang untuk wilayah yang belum diatur dalam rencana yang lebih rinci,
serta sebagai pelaksana pembangunan dalam memanfaatkan ruang dalam kegiatan
pembangunan. Penyusunan RTRW Kota ini dilakukan dengan berasaskan pada kaidah-
kaidah perencanaan yang mencakup asas keselarasan, keserasian, keterpaduan,
kelestarian, keberlanjutan, serta keterkaitan antarwilayah baik didalam kota yang
bersangkutan maupun dengan kabupaten/kota sekitarnya.

Untuk menghadapi berbagai perubahan dan paradigma yang berkembang,


penataan ruang Kota Pontianak perlu mendapat perhatian yang serius. RTRW Kota
Pontianak yang akan memandu perkembangan dan mengikat pemerintah kota dan
masyarakat secara hukum pada 20 tahun mendatang perlu disempurnakan agar
menjadi pedoman yang rasional dan sah. Sejalan dengan Undang-Undang Nomor 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang menyatakan bahwa jangka waktu RTRW
Kota adalah 20 (dua puluh) tahun. Dan ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima)
tahun dengan tujuan utama untuk mengecek kesesuaian dan keefektifan RTRW dan
bukan ditujukan untuk pemulihan penyimpangan pemanfaatan ruang. RTRW Kota
Pontianak juga harus diselaraskan dengan RTRW Nasional, dan RTRW Provinsi,

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidang penaaan ruang, serta rencana
pembangunan jangka panjang. Selain itu, RTRW Kota Pontianak tahun 2013-2033
berpedoman pada PERMEN PU Nomor 17 Tahun 2009 Tentang Pedoman Rencana Tata
Ruang Wilayah. Namun, setelah adanya peraturan baru yaitu PERMEN ATR/BPN Nomor
1 Tahun 2018 Tentang Pedoman Rencana Tata Ruang Wilayah menyebabkan akan
adanya beberapa perubahan dalam rancangan Rencana Tata Ruang Wilayah yang
sebelumnya.

Menyadari hal tersebut, maka peninjauan kembali terhadap RTRW Kota


Pontianak sudah harus dilakukan. Agar pembangunan dan perkembangan Kota
Pontianak dapat disesuaikan dengan perubahan-perubahan internal dan eksternal atau
kondisi terkini, persoalan yang dihadapi, dan sesuai dengan pedoman yang baru, serta
dapat memanfaatkan potensi dan ruang yang optimal. Sehingga nantinya RTRW Kota
Pontianak yang sudah di revisi diharapkan akan semakin mendorong peningkatan
kualitas ruang dan kualitas kehidupan masyarakat Kota Pontinak secara berkelanjutan.
RTRW Kota Pontianak akan menjadi alat penyusunan program dan pengendalian
pemanfaatan ruang serta menjadi perangkat untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan berwawasan tata ruang. RTRW Kota Pontianak ini
dapat menjadi pedoman untuk penyusunan rencana pembangunan jangka panjang dan
menengah, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang, mewujudkan
keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan antarsektor, penetapan lokasi dan fungsi
ruang untuk investasi, serta penataan ruang kawasan strategis.

1.2. Dasar Hukum Penyusunan RTRW Kota Pontianak


Penyusunan Dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak didasarkan
pada beberapa ketentuan hukum. Adapun yang menjadi landasan dalam perencanaan
adalah sebagai berikut:
1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
2) Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 10 Tahun 2008 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kota Pontianak Tahun 2005 - 2025.
3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 15 tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang
4) Permen PU No. 17 Tahun 2009 Tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kota

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


5) Undang-undang Republik Indonesia No 34 Tahun 2009 tentang Pedoman
Pengelolaan Kawasan Perkotaan;
6) UU Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
7) Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang Kawasan Lindung;
8) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 44 tahun 2004 tentang
Perencanaan Kehutanan
9) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 63 tahun 2002 tentang Hutan
Kota.
10) Permendagri Nomor 1 Tahun 2007 ttg Penataan Ruang Terbuka Hijau
Kawasan Perkotaan;
11) Undang-undang Republik Indonesia No. 41 Tahun 2009 tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
12) UU Republik Indonesia No 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan
13) Undang-undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah
14) Undang-undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2009 tentang Bangunan
Gedung
15) UU Republik Indonesia No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan
16) Undang-undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2009 tentang Peternakan
dan Kesehatan Hewan
17) UU Republik Indonesia No 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
Undang-undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan
18) Undang-undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang;
19) UU Republik Indonesia No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan
20) UU Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
21) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional.

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


22) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 63/PRT/1993 tentang Garis
Sempadan dan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan
Sungaidan Bekas Sungai;
23) UU Republik Indonesia No 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi
24) UU Republik Indonesia No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan
Permukiman
25) Undang-undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar
Budaya
26) Undang-undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-pokok Agraria
27) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.24 tahun 2009 tentang
Kawasan Industri
28) Peraturan Pemerintah No.26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata
RuangWilayah Nasional
29) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006
TentangJalan
30) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 1999 Tentang
Kawasan Siap Bangun Dan Lingkungan Siap Bangun Yang Berdiri Sendiri
31) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2006 Tentangn
Kepelabuhan
32) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 Tentang
Ketelitian Peta
33) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 pasal 47
Tantang Penetapan bangunan Tower
34) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004 tentang
Penatagunaan Tanah.
35) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 69 tahun 1996 tentang
Pelaksanaan Hak dan Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta
Masyarakat dalam Penataan Ruang
36) Peraturan Presiden Republik Indonesia No.36 Tahun 2005 tentang
Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan bagi Kepentingan Umum.

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


37) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 Tentang
Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko
Modern;
38) Keputusan Presiden No 33 Tahun 1990 tentang Penggunaan Tanah bagi
Kawasan Industri
39) Permendagri Nomor 1 Tahun 2007 ttg Penataan Ruang Terbuka Hijau
Kawasan Perkotaan;
40) Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika Republik Indonesia No.02
Tahun 2008 Tentang Pedoman Pembangunan Dan Penggunaan Menara
Bersama Telekomunikasi.
41) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Penetapan
Batas Wilayah Kota Seluruh Indonesia;
42) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 34 Tahun 1996 Tentang
Pelaksanaan Permendagri No. 7 Tahun 1986;
43) Permen PU No. 5 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan Dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan
44) Peraturan Bersama Menteri Agama Dan Menteri Dalam Negeri nomor : 9/8
tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil
Kepala Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama,
Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, Dan Pendirian Rumah
Ibadat.
45) Standar Nasional Indonesia 03-1733-2004 mengenai Tata Cara Perencanaan
Lingkungan Perumahan di Perkotaan
46) Standar Nasional Indonesia 19-2454-2002 mengenai Tata cara Teknik
operasional pengelolaan sampah perkotaan

1.3. Profil Wilayah Kota Pontianak


1.3.1. Wilayah Administrasi
Kota Pontianak merupakan Ibukota Provinsi Kalimantan Barat. Secara
administratif Kota Pontianak dibagi menjadi enam kecamatan dan 29 (dua puluh
sembilan) kelurahan. Kota Pontianak dilintasi oleh garis Khatulistiwa, yaitu pada 00°
02’ 24” Lintang Utara sampai dengan 00° 05’ 37” Lintang Selatan dan 109° 16’ 25” Bujur

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


Timur sampai dengan 109° 23’ 01” Bujur Timur. Sehingga menjadikan Kota Pontianak
dijuluki dengan sebutan Kota Khatulistiwa atau Kota Equator.
Secara geografis, Kota Pontianak berdekatan dengan beberapa pusat
pertumbuhan Regional yaitu Batam, Pekanbaru, Natuna, Jakarta, Balikpapan, Pangkalan
Bun. Kota Pontianak letaknya juga tidak jauh dari Negara Asean yang cukup
berkembang seperti Malysia, Brunei Darussalam dan Singapura. Bahkan Kota Pontianak
berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak Malaysia, sehingga menjadi
beranda terdepan Negara Indonesia dalam berinteraksi langasung dengan tetangga
Malaysia. Oleh karena itu, Kota Pontianak merupakan kota yang sangat strategis untuk
dikembangkan.
Dengan batas barat kota berjarak sekitar 14,5 Km dari muara Sungai Kapuas
Besar terletak muara Sungai Landak yang mengalir dari arah Timur. Wilayah Kota
Pontianak berbatasan dengan wilayah Kabupaten Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya
diuraikan sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Desa Wajok Hulu, Kecamatan Siantan Kabupaten
Mempawah serta Desa Mega Timur dan Desa Jawa Tengah,
Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya
b. Sebelah Timur : Desa Kapur, Kecamatan Sungai Raya dan Desa Kuala
Ambawang, Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu
Raya
c. Sebelah Barat : Desa Pal IX dan Desa Sungai Rengas, Kecamatan Sungai
Kakap, Kabupaten Kubu Raya
d Sebelah Selatan : Desa Sungai Raya, Kecamatan Sungai Raya dan Desa
. Punggur Kecil, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu
Raya
e. Sebelah Tenggara : Desa Punggur Kecil, Kecamatan Sungai Kakap dan
Kecamatan Sungai Raya, kabupaten Kubu Raya, serta
Kecamatan Pontianak Timur dan Selatan
Sedangkan jika dilihat dari batas wilayah masing-masing Kecamatan dengan
wilayah Kabupaten adalah sebagai berikut :
a. Kec. Pontianak Utara : Kecamatan Siantan (Desa Wajok Hulu) Kecamatan
Sungai Ambawang (Desa Kuala Ambawan, Desa Mega
Timur,Desa Jawa Tengah)
b. Kec. Pontianak Selatan : Kecamatan Sungai Kakap (Desa Punggur Kecil) dan
Kecamatan Timur Kabupaten Kubu Raya

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


c. Kec. Pontianak Timur : Kecamatan Sungai Ambawang (Mega Timur dan
Ambawang Kuala) dan Sungai Raya (Kapur dan
Sungai Raya) Kab. Kubu Raya
d. Kec. Pontianak Barat : Kecamatan Sungai Kakap (Sungai Rengas) Kab. Kubu
Raya dan Siantan (Wajok Hulu) Kab. Pontianak
e. Kec. Pontianak Kota : Kecamatan Sungai Kakap (Desa Pal IX) dan (Desa
Punggur).

f. Kec. Pontianak Tenggara : Kecamatan Sungai Kakap dan Sungai Raya (Desa
Punggur Kecil) kab. Kubu Raya, Kec. Pontianak
Timur dan Selatan

Kota Pontianak dilintasi dan terbelah menjadi tiga daratan oleh dua buah sungai
besar, yaitu Sungai Kapuas dan Sungai Landak. Selain kedua sungai besar ini, Kota
Pontianak masih memiliki anak-anak sungai, misalnya Sungai Jawi, Sungai Raya, dan
Sungai Nipah Kuning. Dengan posisi geografis seperti ini, Kota Pontianak mendapatkan
pula julukan lainnya, yakni Kota Tepian Sungai. Ketiga, Kota Pontianak mempunyai
parit-parit dalam jumlah yang cukup banyak dan menyebar secara merata hampir di
seluruh pelosok kota, karenanya, julukan Kota Seribu Parit juga melekat pada ibukota
Provinsi Kalimantan Barat ini.

1.3.2. Kedudukan Kota Pontianak dalam Wilayah yang Lebih Luas


Penataan Kota Pontianak merupakan nilai atau kualitas terukur yang akan
dicapai sesuai dengan arah pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam RTRW nasional
maupun provinsi dan merupakan alasan akan disusunnya RTRW kota. Wilayah
perencanaan Kota Pontianak Memiliki 6 (enam) kecamatan, dimana disetiap
kecamatannya memiliki perannya masing-masing dalam perkembangan Kota
Pontianak. Keenam kecamatan tersebut membentuk satu kelompok wilayah yang saling
mempunyai keterkaitan dan mempunyai karakteristik wilayah yang dominan sama dan
mempunyai potensi sumber daya yang melimpah untuk dikembangkan. Kota Pontianak
merupakan wilayah yang strategis untuk dikembangkan, hal ini disebabkan karena
wilayah tersebut merupakan pusat kegiatan wilayah (PKW) bagi Provinsi Kalimantan
Barat, dimana PKW ini ditunjukkan dengan berbagai fungsi sebagai pusat kegiatan
pemerintahan, perdagangan dan jasa, pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan, serta
simpul transportasi darat yang banyak terletak di Kota Pontianak.

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


Perkembangan Kota Pontianak tidak terlepas dari sistem wilayah Provisi
Kalimantan Barat yang terbentuk saat ini, yakni perkembangannya sangat dipengaruhi
oleh sistem pusat kegiatan di Provinsi Kalimantan Barat. Kota Pontianak yang
merupakan ibukota Provinsi Kalimantan Barat juga mempunyai keterkaitan dengan
wilayah-wilayah sekitarnya. Wilayah sekitar tersebut memberikan pengaruh terhadap
Kota Pontianak dalam segi ekonomi, penggunaan sumber daya alam, fungsi dan daya
dukung lingkungan serta segi sosial.

Dalam Rencata Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) 2008-2028 yang telah
diubah dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2017, Kota
Pontianak memiliki peran sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN). Pusat Kegiatan
Nasional (PKN) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan
skala internasional, nasional atau beberapa provinsi. Kriteria penentuan PKN adalah
kawasan perkotaan yang mempunyai potensi untuk mendorong pertumbuhan daerah
sekitarnya, pusat jasa-jasa keuangan dengan cakupan pelayanan nasional atau beberapa
provinsi, pusat pengolahan atau pengumpul barang dalam skala nasional atau beberapa
provinsi, simpul transportasi skala nasional atau beberapa provinsi dan jasa publik
lainnya dengan skala nasional ata beberapa provinsi. Berkaitan dengan hal ini, rencana
Tata Ruang Pulau Kalimantan menyatakan bahwa sebagai PKN, Kota Pontianak
memiliki fungsi pelayanan di bidang pertanian, industri, perikanan dan pariwisata
dengan strategi operasionalisasi sebagai berikut:

a. Mengembangkan dan meningkatkan fungsi atau potensi PKN Pontianak


sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gebang menuju
kawasan internasional;
b. Mengembangkan dan meningkatkan fungsi atau potensi PKN pontianak
sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa
provinsi;
c. Mengembangkan dan meningkatkan fungsi pusat kegiatan ekonomi pada
PKN Pontianak yang berdekatan/menghadap badan air;
d. Mengembangkan dan meningkatkan fungsi PKN Pontianak sebagai pusat
industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian tanaman pangan yang
ramah lingkungan;

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


e. Mengembangkan dan meningkatkan fungsi PKN Pontianak sebagai pusat
industri pengolahan dan dan industri jasa hasil perikanan yang ramah
lingkungan;
f. Mengembangkan dan meningkatkan fungsi PKN Pontianak sebagai pusat
ekowisata dan wisata budaya;
g. Mengendalikan pengembangan fisik PKN Pontianak untuk kelestarian lahan
pertanian pangan berkelanjutan dan kawasan berfungsi lindung;
h. Menerapkan ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang yang menyebabkan
gangguan terhadap berfungsinya PKN Pontianak;
i. Mengembangkan dan meningkatkan fungsi PKN Pontianak sebagai pusat
permukiman dengan tingkat intensitas pemanfaatan ruang menengah dan
tinggi;
j. Mengembangkan dan meningkatkan fungsi jaringan drainase yang
terintegrasi dengan Sungai Kapuas pada PKN Pontianak yang
berdekatan/menghadap badan air;
k. Menerapkan ketentuan mengenai penataan kota yang adiptif terhadap
ancaman bencana banjir;
l. Memantapkan jaringan jalan arteri primer yang menghubungkan PKN
Pontianak dengan Bandar Udara Supadio dan Pelabuhan Pontianak;
m. Mengembangkan jaringan jalur kereta api yang menghubungkan PKN
Pontianak, sentra produksi komoditas unggulan, Pelabuhan Pontianak dan
Bandar Udara Supadio;
n. Mengembangkan jaringan transportasi penyebrangan untuk meningkatkan
keterkaitan antar provinsi;
o. Mengembangkan pembangkit tenaga listrik yang melayani PKN Pontianak;
p. Merehabilitasi jaringan transmisi tenaga listrik SUTET di PKN Pontianak yang
dihubungkan dengan Jaringan Transmisi Pantai Barat Kalimantan;
q. Mengembangkan jaringan terestrian di PKN Pontianak yang dihubungkan
dengan Jaringan Pelayanan Pusat Pertumbuhan di Pantai Selatan Kalimantan;
r. Mendayagunakan sumber air pada WS Kapuas untuk melayani PKN
Pontianak;

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


s. Mengembangkan dan meningkatkan fungsi prasarana dan sarana perkotaan
berskala regional di PKN Pontianak yang meliputi Sistem Pengolahan Air
Minum (SPAM), pengelolaan sampah, dan pengelolaan air limbah; dan
t. Mengembangkan ruang terbuka hijau di PKN Pontianak.

Dalam Dokumen RTRW Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014-2034 yang


termuat dalam , Kota Pontianak merupakan Pusat Kegiatan Nasional yang termasuk
dalam Kawasan Metropolitan Pontianak yang mencakup Kota Pontianak beserta bagian
wilayah Kabupaten Kubu Raya dan bagian wilayah Kabupaten Mempawah yang
berbatasan dengan Kota Pontianak.

1.3.3. Guna Lahan


Kota Pontianak merupakan Ibu Kota dari Provinsi Kalimantan Barat dengan luas
wilayahnya mencapai 10.782 hektar. Kota Pontianak memiliki luas wilayah terkecil jika
dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di Provinsi Kalimantan Barat, yakni
hanya menguasai sekitar 0,07 persen dari total luas wilayah Provinsi Kalimantan Barat.
Kota Pontianak memiliki lahan non-pertanian yang lebih besar yakni sekitar 66% dari
luas keseluruhan wilayah Kota Pontianak. Sedangkan lahan bukan pertanian memiliki
besaran 34% dari luas keseluruhan Kota Pontianak yang setiap tahunnya makin
menurun dikarenakan banyaknya alih fungsi lahan pertanian ke lahan non-pertanian.

Secara keseluruhan, selama tahun 2017 luas baku lahan pertanian bukansawah
di Kota Pontianak berkurang sebanyak 120 hektar. Berkurangnya luaslahan pertanian
bukan sawah ini terjadi hampir di seluruh kecamatan, terutamadi Kecamatan Pontianak
Barat yakni sebanyak 62 hektar, dan di KecamatanPontianak Kota sebanyak 28
hektar.Khusus di Kecamatan Pontianak Barat, sebagian besar konversi lahan
yangterjadi adalah lahan tegal/kebun menjadi lahan sawah dan lahan pertanian
yangditanami Pohon/hutan rakyat. Peralihan fungsi lahan tegal/kebun menjadisawah
ini secara otomatis menambah jumlah luas baku sawah sebanyak 40hektar di
Kecamatan Pontianak Barat, dimana peralihan fungsi ini sebagianbesar terdapat di
Kelurahan Pal Lima. Sedangkan peralihan fungsi lahantegal/kebun menjadi lahan
pertanian yang ditanami Pohon/hutan rakyatbanyak terjadi di Kelurahan Sungai
Beliung.

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


Adanya alih fungsi Lahan Pertanian menjadi Lahan Non Pertanian seluas134
hektar ini mencerminkan bahwa ada aktivitas yang dinamis dari masyarakat Kota
Pontianak, dimana peralihan fungsi lahan ini sebagian besar dimanfaatkan masyarakat
untuk dijadikan kawasan pemukiman/perumahan, kawasanperdagangan, dan lainnya.
Hal ini sejalan dengan struktur perekonomian KotaPontianak pada tahun 2016 yang
menunjukkan bahwa sebagian besar kegiatanpenduduknya sudah tidak lagi bergerak di
sektor pertanian, melainkan sudahbergeser pada kegiatan di Sektor Perdagangan besar
dan eceran, dan Industri Pengolahan.

Berkaitan dengan penguasaan lahan di Kota Pontianak, lahan lebih banyak


dimiliki orang perorangan sebesar 76% dengan peruntukkan lahan terbesar alah untuk
permukiman. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1. 1 Klasifikasi Penguasaan Tanah dan Guna Lahannya

No
Penguasaan Tanah Luas Bidang Tanah (Ha) Presentase
.
Penguasaan oleh negara (public):
Fasilitas Pemerintahan dan
1 125.45 1.164%
Pelayanan Umum
2 Fasilitas Kesehatan 34.71 0.322%
3 Fasilitas Pendidikan 357.5 3.316%
4 RTH 1279.33 11.865%
5 Tempat peribadatan 40.85 0.379%
Pariwisata, Rekreasi, dan Seni
6 67.88 0.630%
Budaya
7 Prasarana Transportasi:    
- Pelabuhan Dwikora 20.24 0.188%
- Pelabuhan Senghie 0.18 0.002%
8 Pembangkit Listrik 6.05 0.056%
9 TPA 26.6 0.247%
Penguasaan oleh perorangan (privat)
1 Permukiman 4569.38 42.380%
2 Pertanian 3661 33.955%
3 Industri 257.74 2.390%
Tidak ada penguasaan
1 Tidak ada penguasaan 
  Total 10.782 100%

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


1.3.4. Kependudukan dan Sumber Daya Manusia
Kota Pontianak mengalami perkembangan yang dirasa cukup cepat menuju ke
arah yang lebih maju, hal ini memberikan dampak yang mempengaruhi kemajuan kota.
Salah satu dampaknya ialah terhadap kependudukan yaitu jumlah penduduk,
kepadatan, laju pertumbuhan serta berdampak kepada ketenagakerjaan.

a. Jumlah Penduduk
Kota Pontianak berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) menjadikan
kota Pontianak sebagai pusat kegiatan ekonomi dan simpul utama kegiatan ekspor-
impor serta simpul utama transportasi. Hal ini membuat Kota Pontianak mengalami
tingginya arus urbanisasi. Terjadinya urbanisasi ini membuat penduduk kota
Pontianak mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berdasarkan data dari Badan
Pusat Statistik pada tahun 2014 jumlah penduduk Kota Pontianak sebanyak 587.169
jiwa dan pada tahun 2019 jumlah penduduk Kota Pontianak meningkat menjadi
637.723 jiwa. Dibawah ini merupakan grafik jumlah penduduk Kota Pontianak dari
tahun 2014 hingga tahun 2019.

Jumlah Penduduk Kota Pontianak Tahun 2014-2019

640,000

630,000

620,000

610,000

600,000

590,000

580,000

570,000

560,000
2014 2015 2016 2017 2018 2019

Gambar 1. 1 Grafik jumlah Penduduk Kota Pontianak Tahun 2014-2019

Sumber: BPS Kota Pontianak Dalam Angka

Dapat dilihat pada grafik diatas jumlah penduduk di Kota Pontianak terus
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Jumlah penduduk ini tersebar pada enam

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


kecamatan yaitu Kecamatan Pontianak Selatan, Pontianak Tenggara, Pontianak
Timur, Pontianak Barat, Pontianak Kota dan Pontianak Tenggara. Penyumbang
penduduk terbanyak berasal dari kecamatan Pontianak Barat. Distribusi dan
perkembangan penduduk di Kota Pontianak dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. 2 Jumlah Penduduk Tiap Kecamatan Kota Pontianak Tahun 2014-2019

Tahun
Kecamatan
2014 2015 2016 2017 2018 2019
Pontianak Selatan 86.601 87.995 89.594 92.952 94.250 95.867
Pontianak
47.474 48.646 49.130 50.038 50.737 51.597
Tenggara
Pontianak Timr 87.199 88.761 90.223 91.830 93.112 94.676
130.20
Pontianak Barat 133.239 134.694 136.805 138.715 141.095
2
116.54
Pontianak Kota 118.274 120.552 122.118 123.823 125.942
3
119.15
Pontianak Utara 121.222 123.272 124.645 126.385 128.546
0
587.16
Total Penduduk 598.137 607.438 618.388 627.022 637.723
9
Sumber: BPS Kota Pontianak Dalam Angka

Dapat dilihat pada tabel diatas kecamatan Pontianak Barat merupakan


kecamatan yang jumlah penduduknya paling banyak jika dibandingkan dengan
kecamatan lain. Pada tahun 2019 jumlah penduduk Kecamatan Pontianak Barat
ialah 141.09jiwa atau 22,12% dari total jumlah penduduk, sedangkan kecamatan
yang memiliki jumlah penduduk paling sedikit ialah kecamatan Pontianak Tenggara
yaitu sebanyak 51.597jiwa atau 8,09% dari total jumlah penduduk pada tahunn
2019. Berdasarkan proyeksi penduduk yang sudah dilakukan jumlah penduduk Kota
Pontianak pada tahun 2040 diperkirakan sebanyak 846.216 jiwa. Peningkatan
penduduk dari tahun 2019 hingga 2040 diperkirakan sebanyak 208.493 jiwa atau
mengalami peningkatan sebanyak 24,63%. Berdasarkan hal ini maka strategi
penyebaran penduduk dengan pendistribusian sarana dan prasarana Kota
Pontianak sangat penting untuk dilakukan agar dapat mengurangi berbagai
persoalan di Kota Pontianak.
b. Kepadatan Penduduk

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


Kota Pontianak memiliki luas wilayah sebesar 107,82 km. Pada tahun 2014
dengan jumlah penduduk sebanyak 587.169jiwa maka kepadatan penduduknya
sekitar 5.446 jiwa/Km2. Pada tahun 2019 dengan jumlah penduduk sebanyak
637.723jiwa maka kepadatan penduduknya sekitar 5.915 jiwa/Km2. Dalam rentang
waktu dari tahun 2014 hingga tahun 2019 kepadatan penduduk di Kota Pontianak
secara keseluruhan mengalami peningkatan sebesar 7,9%. Berikut ini merupakan
grafik kepadatan penduduk di Kota Pontianak dari tahun 2014 hingga tahun 2019.
Sumber:
Kepadatan Penduduk Kota Pontianak (Jiwa/Km2) Analisis,
6,000 5,915 2020
5,900 5,815
5,800 5,735
5,700 5,634
5,548
Kepadatan
5,600
5,446
Penduduk Tahun 2019 (Jiwa/Km2)
5,500
12,000
5,400 10,783
5,300
10,000
5,200
2014 2015 20168,329 8,120
2017 2018 2019
8,000
6,593
Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)
6,000
Gambar3,479
1. 2 Grafik Kepadatan Penduduk Kota Pontianak Tahun 2014-2019
3,454
4,000

2,000

0
Kepadatan penduduk
Pontianak Pontianak Pontianak Pontianak Pontianak Pontianak
Selatan Tenggara Timur Barat Kota Utara di Kota Pontianak terus

Kepadatan Penduduk Tahun 2019 (Jiwa/Km2)


mengalami peningkatan
setiap tahunnya karena
jumlah penduduk yang terus bertambah dari tahun ke tahun sedangkan lahan yang
ada tidak bertambah atau tetap. Pada tahun 2019 kecamatan yang memiliki
kepadatan penduduk tertinggi ialah kecamatan Pontianak Timur yaitu 10.783
jiwa/Km2 dengan luas wilayah kecamatan Pontianak Timur sebesar 8,78 km.
Kecamatan dengan tingkat kepadatan terendah pada tahun 2019 ialah kecamatan
Pontianak Tenggara yaitu 3.479 jiwa/Km2 dengan luas wilayah kecamatan
Pontianak Tenggara sebesar 14,83 km. Kepadatan penduduk pada tahun 2019 di
setiap kecamatan dapat dilihat dibawah ini:

Gambar 1. 3 Kepadatan Penduduk Kota Pontianak Tahun 2019

Sumber: Analisis, 2020

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


Jumlah penduduk yang akan terus meningkat dengan jumlah lahan yang statis tentu
akan membuat laju kepadatan penduduk semakin bertambah tinggi, hal ini dapat
memunculkan permasalahan di Kota Pontianak apabila tidak diikuti dengan
perencanaan yang tepat. Kepadatan penduduk dapat menjadi suatu alat untuk
mengukur kualitas dan daya tampung lingkungan.

c. Pertumbuhan Penduduk

Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Pontianak tahun 2014-2019


1.90%
2.00% 1.90%
1.70%
1.52% 1.40%
1.50%
1.00%
0.50%
0.00%
2014-2015 2015-2016 2016-2017 2017-2018 2018-2019

Laju pertumbuhan penduduk

Rata-rata pertumbuhan penduduk Kota Pontianak pada tahun 2014-2015 ialah


sebesar 1,90%. Pada tahun 2018-2019 pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar
1,70%. Pertumbuhan penduduk dari tahun 2014 hingga tahun 2019 mengalami
kenaikan dan penurunan, pertumbuhan penduduk Kota Pontianak dari tahun 2014-
2019 dapat dilihat pada grafik berikut:
Gambar 1. 4 Grafik Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Pontianak Tahun 2014-2019

Sumber: Analisis, 2020

Pertumbuhan penduduk mengalami penurunan pada tahun 2015-2016 dari


1,90% menjadi 1,52%. Kemudian meningkat dan mengalami penurunan kembali
pada tahun 2017-2018. Pada tahun 2018-2019 pertumbuhan penduduk mengalami
peningkatan menjadi 1,70%
d. Ketenagakerjaan
Kota Pontianak sesuai dengan peruntukannya sebagai pusat jasa-jasa keuangan
dan sebagai pusat kegiatan ekonomi menjadika kota pontianak sebagai lahan utama
dalam memperoleh pekerjaan di Provinsi Kalimantan Barat. Berdasarkan data yang
didapat dari Badan Pusat Statistik Kota Pontianak Dalam Angka pada tahun 2014

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


dengan jumlah yang bekerja sebanyak 247.924 jiwa atau 93% dari keseluruhan
angkatan kerja atau juga dapat dikatakan 42,22% penduduk Kota Pontianak pada
tahun 2014 sudah bekerja. Jumlah penduduk yang belum mendapatkan pekerjaan
atau pengangguran pada tahun 2014 di Kota Pontianak ialah sebesar 16.166 jiwa
atau 6% dari keseluruhan angkatan kerja atau juga dapat dikatakan 2,75%
penduduk Kota Pontianak tidak memiliki pekerjaan.
Pada tahun 2018 jumlah penduduk yang sudah bekerja mengalami peningkatan
menjadi 269.945 jiwa atau 90% dari keseluruhan angkatan kerja atau juga dapat
dikatakan 40,34% penduduk Kota Pontianak pada tahun 2018 sudah bekerja.
Jumlah penduduk yang belum mendapatkan pekerjaan atau pengangguran pada
tahun 2018 di Kota Pontianak ialah sebesar 27.889 jiwa atau 9,3% dari keseluruhan
angkatan kerja atau juga dapat dikatakan 4,1% penduduk Kota Pontianak tidak
memiliki pekerjaan. Jumlah penduduk yang sudah bekerja dari tahun 2014 hingga
tahun 2018 mengalami peningkatan sebanyak 22.021 jiwa atau meningkat sebanyak
8,15%. Jumlah pengangguran di Kota Pontianak juga mengalami peningkatan dari
tahun 2014 hingga tahun 2018 mengalami peningkatan sebanyak 11.723 jiwa atau
meningkat sebanyak 42.03%

1.3.5. Potensi Sumber Daya Alam


A. Sungai dan Parit
Kota Pontianak memiliki potensi alam diantaranya terdapatnya 2 buah sungai
besar dan beberapa sungai kecil yang melintasi Kota Pontianak. Terlebih Kota
Pontianak berada pada posisi strategis yaitu dilalui oleh garis equator dengan
segala peristiwa yang mempunyai daya tarik alami. Potensi ini membawa
karakteristik tersendiri, sehingga menjadikan Kota Pontianak sebagai Kota Air dan
kota Khatulistiwa. Kota Pontianak mempunyai sungai-sungai dan parit yang
berjumlah 42 sungai/parit. Parit-parit yang cukup banyak tersebut menyebar
secara merata hampir di seluruh pelosok kota sehingga dikenal pula dengan julukan
Kota Seribu Parit. Pemerintah Belanda membangun parit-parit, untuk mengatasi
kondisi alam Pontianak yang berawa. Sungai dan parit tersebut dimanfaatkan oleh
sebagian masyarakat Kota Pontianak untuk keperluan sehari-hari dan sebagai
penunjang sarana transportasi.

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


Salah satu perannya penting Sungai Kapuas adalah menajadi pemersatu
berbagai berbagai suku bangsa yang ada di Kalimantan Barat. Tercatat ada suku
Dayak, Melayu, Tionghoa yang menjadi penghuni tepian sungai Kapuas.
Keberagaman suku yang tinggal berdampingan, serta terjalinnya ikatan ekonomi
dan sosial, menyebabkan berasimilasinya budaya dari ketiga suku ini, bersama-
sama membentuk budaya Kalimantan Barat yang unik dan eksotis. Sungai ini juga
menjadi urat nadi masyarakat setempat yang mana airnya biasanya diminum, untuk
mandi, mencuci, bahkan keperluan pembuangan masyarakat.

Sungai Kapuas berperan penting sebagai mata rantai yang vital untuk arus
distribusi barang dan jasa. Badan sungai yang lebar, dengan kedalaman hingga 27
meter, menjadikan Sungai Kapuas sangat ideal dilalui lalulintas barang dan
penumpang. Tidak heran hampir setiap saat, kapal bermotor, sampan, kapal
tongkang pengangkut kayu dan bahan bakar, jet speed express, kapal nelayan
bahkan kapal muatan antar provinsi melintasi sungai ini. Di salah satu sudut Pasar
Tengah di Kota Pontianak, terdapat Pelabuhan Senghie yang merupakan salah satu
pelabuhan tertua di Kalimantan Barat. Segala transportasi distribusi barang-barang
dari kebutuhan pokok, barang-barang pendukung lain, hingga turun naik
penumpang masih dijalankan dari pelabuhan Senghie yang masih cenderung
tradisional ini. Untuk kapal-kapal dari luar pulau Kalimantan yang memuat
penumpang dan kargo, pelabuhan modern dengan fasilitas lengkap yang juga
terletak di badan Sungai Kapuas, Pelabuhan Dwikora II, siap melayani. Meskipun
infrastruktur transportasi darat di Kalimantan Barat meningkat pesat beberapa
tahun belakangan, masih terdapat daerah-daerah yang bergantung kepada Sungai
Kapuas sebagai mata rantai untuk mendistribusikan barang-barang dari dan ke
daerah tersebut. Anak-anak Sungai Kapuas juga berfungsi sebagai jalur penghubung
daerah penghasil komoditas pertanian dan barang-barang perdagangan lainnya.

Selain itu, Kota Pontianak juga terkenal dengan sebagai kota 1000 parit
karena banyaknya parit yang dahulunya dibangun sebagai jalur transportasi air
kota. Setidaknya terdapat 48 parit di Kota Pontianak yang dijabarkan pada tabel
berikut :

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


Tabel 1. 3 Data Parit dan Sungai di Kota Pontianak
No Kecamatan Sungai / Parit
1 Pontianak Selatan Parit Bansir
Parit Besar
Parit Tokaya
Sungai Kapuas Kecil
2 Pontianak Tenggara Parit Bangka
Parit Haji Husin
Sungai Raya
3 Pontianak Timur Parit Bating
Parit Daeng Lasibek
Parit Haji Yusuf Karim
Parit Jepon
Parit Kongsi
Parit Langgar
Parit Mayor
Parit Pangeran Pati
Parit Semerangkai
Parit Tambelan
Parit Wan Bakar Kapur
Parit H.Yusuf
Parit Jalil
Parit Norman
Sungai Kapuas Kecil
Sungai Landak
Sungai Kapitan
Sungai Jenggot
Sungai Kapuas Besar
4 Pontianak Kota Parit Besar
Parit Sungai Jawi
Parit Sungai Bangkong
Parit Sungai Kakap
Sungai Kapuas Besar
5 Pontianak Barat Sungai Nipah Kuning
Parit Sungai Jawi
Parit Sungai Kapuas
Sungai Kapuas Besar
Parit Labala
Sungai Sero
Parit Tengah
Sungai Beliung
Sungai Selamat
6 Pontianak Utara Parit Jawa
Parit Makmur
Parit Malaya
Parit Nanas
Parit Pangeran
Parit Sungai Kunyit
Parit Sungai Putat
Parit Sungai Sahang
Parit Sungai Selamat
Parit Wan Salim
Sungai Kapuas Besar
Sungai Landak
Sungai Kuning

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


No Kecamatan Sungai / Parit
Parit Pak Kacong
Sungai Durhaka
Parit Pekong
Pari Lie
Parit Belanda
Parit Cekwa
Sungai Pandan
Parit Pangeran II

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57
B. Lidah Buaya
Potensi komoditi unggulan Pontianak adalah tanaman lidah buaya. Lidah
buaya setidaknya sudah mulai menjadi tanaman komoditi yang dikembangkan
sejak tahun 1980 di Siantan Hulu. Sepuluh tahun kemudian, ketika tanaman ini
dibudidayakan secara lebih serius, hasil yang didapatkan oleh masyarakat relatif
menguntungkan. Pada tahun 1992, sosialisasi tentang potensi dan manfaat ekonomi
dari tanaman ini mulai makin masif.

Hal itu tak terlepas dari kondisi lahan pertanian di kawasan Siantan Hulu yang
bergambut, sehingga kandungan unsur mineralnya sangat cocok bagi pertumbuhan
lidah buaya secara maksimal. Dalam waktu kurang dari 10 tahun, tanaman ini
sudah menjadi ikon baru kota Pontianak. Melimpahnya produksi tanaman lidah
buaya mendorong pemerintah setempat melakukan pembinaan untuk mengolah
berbagai produk olahan yang menggunakan bahan baku lidah buaya seperti
minuman, dodol, jelly, kerupuk, dan sebagainya.

Pemerintah Kota Pontianak sendiri juga membangun pusat pengembangan


dan budidaya lidah buaya yang disebut Aloe Vera Center (AVC), di bawah naungan
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Pontianak.

C. Tanaman Pangan
Selama tahun 2018, luas lahan sawah yang tercatat di Kota Pontianak adalah
seluas 207 ha, jumlah ini tidak berubah dari tahun sebelumnya. Lahan pertanian
sawah di Kota Pontianak sebagian besar berada di Kecamatan Pontianak Barat dan
Kecamatan Pontianak Utara, yaitu secara berturutturut seluas 130 ha dan 41 ha.
Luas lahan pertanian bukan sawah selama tahun 2018 adalah seluas 3.442 ha. Jika
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, luas lahan pertanian bukan sawah ini
menurun sebanyak 26 ha. Luas lahan pertanian bukan sawah terbesar terletak di
Kecamatan Pontianak Utara yaitu seluas 2.073 ha atau sekitar 60 persen dari total
luas lahan.

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


Tabel 1. 4 Luas Lahan Pertanian Menurut Kecamatan di Kota Pontianak Tahun
2018

Lahan Pertanian
Lahan
Sawah
Pertanian
Kecamatan Total
Tadah Pasang Bukan
Hujan Surut Sawah

Pontianak Selatan 0 0 469 469


Pontianak Tenggara 9 0 341 350
Pontianak Timur 18 0 387 405
Pontianak Barat 130 0 57 187
Pontianak Kota 9 0 115 124
Pontianak Utara 41 0 2.073 2.11
4
207 0 3.442 3.64
2018
9
207 0 3.456 3.66
Jumlah 2017
3
221 0 3.576 3.79
2016
7
Sumber/Source: BPS Kota Pontianak dan Dinas Pangan, Pertanian, dan Perikanan Kota Pontianak

D. Tanaman Hortikultura
Data tentang Tanaman Holtikultura yang disajikan pada sub bab ini meliputi
sayur-sayuran, buahbuahan dan tanaman biofarmaka. Khusus untuk tanaman
sayursayuran, tampak bahwa tanaman tomat, dan petsai/sawi merupakan komoditi
yang dominan di Kota Pontianak, dimana pada tahun 2018 produksi masing-
masing tanaman tersebut adalah sebesar 3.134 kuintal dan 8.348 kuintal.
Berdasarkan tabel di bawah, dapat dilihat bahwa Kecamatan Pontianak Utara
merupakan kecamatan penghasil sayuran terbesar di Kota Pontianak.

Tabel 1. 5 Produksi Tanaman Sayuran Menurut Kecamatan dan Jenis Tanaman


(Kuintal) di Kota Pontianak Tahun 2018

Bawang
Kecamatan Cabai Sawi Tomat
Merah
Pontianak Selatan 60 20 1 0
Pontianak Tenggara 0 0 1.440 380
Pontianak Timur 120 0 0 0
Pontianak Barat 0 140 0 110
Pontianak Kota 0 195 0 210
Pontianak Utara 70 307 6.907 2.434
Jumlah 250 662 8.348 3.134
Sumber: BPS, Statistik Pertanian Hortikultura SPH-SBS

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


Tabel di bawah menyajikan tanaman biofarmaka yang ada di Kota Pontianak.
Data pada tabel tersebut menunjukkan bahwa tanaman jahe dan kunyit menjadi
komoditi tanaman biofarmaka yang dominan pada tahun 2018 dengan produksi
masing-masing sebesar 56.318 kg dan 102.607 kg.

Tabel 1. 6 Produksi Tanaman Biofarmaka Menurut Kecamatan dan Jenis Tanaman di


Kota Pontianak Tahun 2018

Kecamatan Jahe Lengkuas Kencur Kunyit


Pontianak Selatan 4.900 5.120 795 10.500
Pontianak Tenggara 7.000 5.300 300 8.000
Pontianak Timur 2.558 2.457 89 2.306
Pontianak Barat 1.465 1.344 0 369
Pontianak Kota 850 1.273 0 0
Pontianak Utara 39.545 18.368 20.848 81.432
Jumlah 56.318 33.862 22.032 102.607
Sumber: BPS, Statistik Pertanian Hortikultura SPH-SBS
E. Peternakan
Data yang disajikan pada subbab ini meliputi ternak besar (sapi potong, sapi
perah), ternak kecil (kambing dan babi) serta Unggas (ayam kampung, ayam
petelur, ayam pedaging, dan itik). Pada tahun 2018, Dinas pertanian, Perikanan dan
Kehutanan Kota Pontianak mencatat bahwa populasi sapi potong mencapai 3.076
ekor, kambing 1.611 ekor, dan babi 196 ekor. Untuk ternak unggas, ayam pedaging
merupakan populasi yang terbesar dibandingkan dengan unggas lainnya, yaitu
mencapai 5.458.192 ekor, sedangkan ayam kampung dan itik masing-masing
sebanyak 17.882 ekor dan 6.656 ekor.

Tabel 1. 7 Populasi Ternak Menurut Kecamatan dan Jenis Ternak di Kota Pontianak,
2018

Sapi Sapi
Kecamatan Kambing Babi
Potong Perah
Pontianak Selatan 230 0 273 0
Pontianak Tenggara 166 0 252 0
Pontianak Timur 356 0 228 0
Pontianak Barat 358 0 195 0
Pontianak Kota 592 0 278 0
Pontianak Utara 1.374 0 385 196
Jumlah 3.076 0 1.611 196
Sumber: Dinas Pangan, Pertanian, dan Perikanan Kota Pontianak
F. Perikanan

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


Produksi ikan hasil tangkapan di Kota Pontianak pada tahun 2018 sebanyak
378,18 ton . Ini adalah produksi dari hasil tangkap ikan laut dan air tawar.

1.3.6. Potensi Bencana Alam


Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghi dupan masyarakat yang disebabkan baik oleh
faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis (Undang-Undang No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana). Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi,
tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

Secara Geografis Wilayah Kota Pontianak yang berada di Pulau Kalimantan tidak
dilalui dengan jalur gunung berapi aktif seperti kota-kota di hampir sebagian besar
pulau selain Kalimantan. Tetapi karena kondisi permukaan lahan yang rendah serta
dilalui oleh beberapa sungai besar, Kota Pontianak sangat dipengaruhi dengan arus
pasang surut air sungai. Maka tidak jarang Kota Pontianak sering tergenang saat
intensitas hujan meningkat apalagi jika bersamaan dengan pasang air sungai. Peristiwa
alam lainnya yang pernah terjadi di Kota Pontianak adalah Badai Angin Puting Beliung
dan Kabut Asap akibat kebakaran hutan.

a Banjir
Menurut SK SNI M-18-1989-F (1989) dalam Suparta (2004) Banjir adalah aliran
yang relatif tinggi, dan tidak tertampung oleh alur sungai atau saluran. Dan air itu
mengalir keluar dari sungai atau saluran karena sungai atau salurannya sudah
melebihi kapasitasnya. Secara geografis Kota Pontianak dilalui oleh Sungai Kapuas
serta topografinya yang sebagian besar wilayahnya merupakan lahan yang datar
dengan kemiringan lahan 0 - 2 %. Terdapat beberapa lokasi dengan potensi
genangan yang cukup luas.

Terkait bencana banjir, Kota Pontianak menempati rangking nasional ke


251/369 dalam kelas rendah. Banjir di Kota Pontianak sendiri menjadi bencana yang
terjadi disetiap tahunnya. Banjir dalam hal ini lebih tepat diterjemahkan sebagai
genangan yang terjadi karena intensitas hujan yang tinggi, kondisi topografi yang

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


rendah dan tidak cukupnya drainase kota untuk menampung air yang ada. Selain itu,
genangan yang terjadi juga disebabkan oleh kebiasaan masyarakat membuang
sampah ke parit-parit Kota Pontianak yang selanjutnya dapat menyebabkan
pendangkalan. Selain banjir, bencana yang terjadi saat musim hujan adalah angin
puting beliung yang disertai dengan hujan deras.
Wilayah genangan yang terdapat di Kota Pontianak sebagaian besar merupakan
genangan sesaat yang disebabkan oleh intensitas hujan yang tinggi. Selain itu luasnya
wilayah genangan di Kota Pontianak disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:
- Banyaknya terjadi penyempitan saluran primer
- Keberadaan jembatan di beberapa saluran primer
- Bangunan di sepanjang bantaran sungai
- Terbatasnya ketersediaan daerah resapan
- Prilaku masayarakat yang masih membuang sampah ke Sungai
- Perlu jaringan jalan inspeksi
- Penyempitan jembatan di jalan Ahmad Yani, Tanjungpura dan Imam Bonjol
- Banyaknya bangunan di atas parit
- Kondisi permukaan wilayah kota berada pada permukaan yang rendah

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57
Beberapa solusi yang dapat dilakukan adalah membongkar bangunan di atas
parit, normalisasi parit, pengerukan parit, peninggian jalan, pengendalian
perkembangan kawasan terbangun, terutama pada kawasan yang berfungsi sebagai
resapan dan pengendalikan kepadatan bangunan dan ketersediaan lahan resapan
pada masing-masing kavling dengan aturan Koefesien Dasar Bangunan.

b Kebakaran dan Kabut Asap


Pontianak yang terletak di sekitar Equator merupakan daerah yang potensial
untuk terbentuknya kabut asap pada pagi hari yang didahului dengan adanya proses
pemanasan dan pendinginan. Adanya variasi tersebut menandakan bahwa jenis
kabut yang terjadi adalah kabut radiasi, dengan waktu kejadiannya pada pagi hari.
Kota Pontianak yang terletak di wilayah Equator sering mengalami peristiwa cuaca
yang berhubungan dengan kebakaran hutan. Kebakaran hutan yang berlangsung
pada tahun 2006 merupakan salah satu dampak kekeringan yang melanda wilayah
tersebut. Kebakaaran hutan menghasilkan asap tebal yang bertahan lama di
atmosfer. Visibility akan berkurang bahkan hingga kurang dari 100 m. Selain itu,
polusi asap juga dapat menggangu kesehatan masyarakat, kerusakan lingkungan,
dan gangguan terhadap sector perhubungan. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian
mengenai tingkat kekeringan yang terjadi dengan kemungkinan terjadinya
kebakaran hutan sehingga kerugian yang terjadi dapat diminimalisir.
Indeks Rawan Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan Kota Pontianak menempati
urutan ke 17 dengan kelas kerawanan tinggi. Hal ini disebabkan karena banyaknya
pelaku pembakaran lahan yang membakar lahan ketika musim kemarau tiba.
Kejadian ini dapat terjadi selama beberapa hari hingga menyebabkan kabut asap.
Adapun pembakaran hutan yang terjadi tidak hanya di Kota Pontianak tetapi juga
disekitar kota yang menyebabkan kabut asap yang ada terkadang kabut asap kiriman
dari daerah sekitar. Kabut asap merupakan lanjutan dari bencana ini yang dapat
terjadi dalam jangka waktu 1-2 bulan.
Bencana lain yang terjadi ketika musim kemarau adalah kekeringan. Kekeringan
dapat terjadi ketika musim kemarau disertai dengan curah hujan yang berkurang.
Bencana ini diikuti dengan intrusi air laut yang kemudian menyebabkan air yang
didistribusikan kepada masyarakat menjadi asin.Kebakaran permukiman juga
menjadi salah satu kemungkinan bencana karena padatnya kawasan permukiman

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


yang ketika bencana ini terjadi, api dapat menjalar dengan cepat karena rumah yang
berdekatan.
c Angin Puting Beliung
Memasuki musim Panca Roba (Musim transisi dari musim kemarau ke musim
hujan) Pontianak rentan terhadap Angin Puting Beliung. Itu disebabkan Pontianak
merupakan dataran rendah dan daerah terbuka. Badai Angin kekuatannya dapat
menghancurkan beberapa bangunan semi permanen di beberapa bagian wilayah
kota. Kota Pontianak beberapa kali dilanda badai sesaat yang mampu memporak-
porandakan sejumlah kawasan di Kota ini. Transportasi di beberapa kawasan
sempat lumpuh, beberapa rumah warga atapnya melayang, kios-kios berantakan,
warga dibuat ketakutan mendengar petir yang bersahut-sahutan. Hujan lebat
disertai angin kencang yang melanda Kota Pontianak.
d Pandemik
Pada pembuatan dokumen, Kota Pontianak sedang dihadapkan dengan bencana
wabah penyakit pandemi, yakni sebuah wabah penyakit menyebar ke seluruh dunia
tanpa adanya batasan. Pandemi yang sedang terjadi ialah COVID-19 yang kini
ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) di Indonesia. Hingga saat ini Kota
Pontianak menjadi salah satu kota transmisi lokal di Kalimantan Barat. Disebabkan
karena cepatnya penyebaran penyakit ini menjadikan beberapa kegiatan di kota
dibatasi atau tidak dapat dilaksanakan

1.3.7. Potensi Ekonomi Wilayah Kota

1.3.8. Sistem Transportasi


Transportasi di Kota Pontianak umumnya ditunjang oleh pemilikan kendaraan
pribadi, baik berupa kendaraan roda dua maupun roda empat. Sejalan dengan
pertambahan penduduk, data menunjukkan bahwa kepemilikan kendaraan pribadi juga
menunjukkan peningkatan yang signifikan. Pada tahun 2018, jumlah kendaraan yang
berada di Kota Pontianak mencapai 104.181 unit, di mana kendaraan bekas dan
kendaraan baru memiliki presentase yang hamper sama yaitu berkisar 50 %.
Berdasarkan jenisnya, jumlah kendaraan yang paling banyak adalah kendaraan roda 2
yang mencapai 90 % dari total seluruh kendaraan yang ada di Kota Pontianak.

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


Tabel 1. 8 Banyaknya Kendaraan Bermotor di Kota Pontianak Menurut Jenisnya Tahun 2018

Kendaraan Kendaraan
No Rincian Jenis Kendaraan
Baru Bekas Total

1 Kendaraan Bermotor Roda 2 43.993 45.546 89.539

2 Kendaraan Bermotor Roda 3 205 207 412

Mobil Penumpang (Sedan,


3 16 15 31
SUV,MPV)

4 Bus danSejenisnya 8 10 18

5 Microbus danSejenisnya 17 14 31

6 Minibus danSejenisnya 4.936 4.798 9.734

7 Mobil Pick up danSejenisnya 1.049 795 1.844

8 Truk danSejenisnya 1.009 1.037 2.046

9 TrukTronton 0 0 0

10 Ambulans danSejenisnya 13 13 26

Kendaraan
11 3 2 5
PemadamKebakaran

12 Jeep danSejenisnya 247 248 495

Total 51.496 52.685 104.181


Sumber: UPT PPD Pontianak Wilayah I

Sejalan dengan perkembangan kota Pontianak yang sedemikian cepat, kebutuhan


akan akses transportasi daerah yang lancar dan aman merupakan isu strategis yang
harus diperhatikan. Kondisi saat ini memperlihatkan bahwa dengan pertumbuhan

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


jumlah kendaraan yang sedemikian tinggi disatu sisi, tidak diikuti dengan pertumbuhan
jalan yang ideal disisi lain, sehingga kemacetan mulai sering terjadi. Oleh karena itu,
perlu mulai dirintis pengembangan sistem transportasi terpadu untuk memperlancar
kegiatan produksi, distribusi barang dan jasa serta peningkatan aksesibilitas bagi
manusia ataupun barang dan jasa. Untuk mengakomodir kondisi pertambahan jumlah
kendaraan yang semakin meningkat Pemerintah Kota Pontianak juga telah membangun
berbagai sarana lalu lintas yang telah untuk menunjang pertumbuhan kendaraan
bermotor seperti traffict light, rambu-rambu lalu lintas, halte, jembatan penyeberangan
dan zebra cross di jalan-jalan yang pengelolaannya menjadi kewenangan Pemerintah
Kota Pontianak.
Disisi lain, untuk menciptakan kelancaran lalu lintas, dalam lima tahun terakhir
Pemerintah Kota sangat gencar melakukan pelebaran jalan-jalan kota, disamping juga
dilakukan perbaikan dan pemeliharaan jalan. Hal ini dalam rangka menunjang
keamanan dan kenyamanan lalu lintas serta meminimalisir terjadinya kemacetan dan
kecelakaan di jalan raya.

Tabel 1. 9 Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan di Kota Pontianak (Km), 2014-2018

Tahun
Jenis Kendaraan
2014 2015 2016 2017 2018
Aspal 239,62 161,63 161,28 164,86 162,66
Kerikil/Telford 0,00 4,32 4,49 4,49 5,94
Tanah 15,76 29,93 29,93 32,43 34,39
Beton 7,71 78,41 78,64 78,40 83,09
Total 263,09 274,29 274,32 280,17 286,08
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Pontianak

Berbagai masalah transportasi di Kota Pontianak antara lain adalah minimnya


angkutan umum perkotaan. Angkutan umum di Kota Pontianak berupa Angkutan Kota
atau biasa disebut “oplet” oleh masyarakat sekitar dan juga bus kota. Oplet di Kota
Pontianak memiliki kondisi yang sangat memprihatinkan. Bentuknya yang telah usang,
dan jumlah nya yang semakin berkurang seiring berjalannya waktu serta jangkauan
pelayanan yang terbatas (tidak melayani seluruh kota). Demikian pula dengan bus kota,
selain jumlah nya yang semakin minim dan trayek pelayanan yang hanya terpusat
dipusat kota, serta kondisinya yang juga telah usang tentu tidak memiliki daya tarik
untuk digunakan oleh masyarakat. Selain keterbatasan angkutan umum, tingginya

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


penggunaan kendaraan pribadi menyebabkan kepadatan diberbagai ruas jalan di Kota
Pontianak.

Tabel 1. 10 Karakteristik Terminal Angkutan Darat di Kota Pontianak

Nama Terminal Daya Tampung Jumlah Kendaraan


Kendaraan (Unit) yang Melayani (Unit)
Batu Layang R4 = 120 40
R6 = 300 20
Siantan R4 = 75 54
Nipah Kuning R4 = 50 67

Pal V R4 = 60 0
Cempaka R4=110 132
Pasar Dahlia R4=60 1
Sumber: Dinas Perhubungan Kota Pontianak, 2018

Tabel 1. 11 Karakteristik Terminal Angkutan Umum di Kota Pontianak

Luas Jumlah
Nama Kapasitas
Lokasi Terminal Kendaraan
Terminal (Unit)
(m2) (Unit)
Terminal Jl. Khatulistiwa 9,134 R4 = 75 68
BatuLayang R6 = 150 75
Siantan Jl. Khatulistiwa 1,777 R4 = 67 28

NipahKuning Jl. Kom Yos 214 R4 = 11 83


Sudarso
PalV Jl. Husein 745 R4 = 28 1
Hamzah
PasarDahlia Jl.H.R.A.Rahma 691 R4 = 26 2
n
PasarCempak Jl. Kapten 720 R4 = 126 177
a Marsan
Sumber: Dinas Perhubungan Kota Pontianak, 2018

1.4. Isu-Isu Strategis


Isu strategis dalam perencanaan wilayah tata ruang Kota Pontianak terdiri dari
daya dukung lingkungan dan sumber daya alam, dinamika demografi dan sosial budaya,
tata kelola pemerintah dan pelayanan publik, tata ruang dan infrastruktur wilayah,

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


serta perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Penjelasan yang lebih rinci
mengenai isu strategis sebagai berikut:

A. Daya Dukung Lingkungan dan Sumber Daya Alam


a) Pencemaran
Sejalan dengan perkembangan kota yang sedemikian pesatnya, saat ini
Kota Pontianak dihadapkan dengan berbagai permasalahan pencemaran baik
udara, air maupun tanah. Pencemaran udara sering terjadi pada musim kemarau
disebabkan oleh asap akibat pembakaran lahan-lahan perkebunan ataupun
ladang yang berada disekitar Kota Pontianak. Berdasarkan hasil pemantauan
yang dilakukan Badan lingkungan Hidup Kota Pontianak, sampai dengan bulan
Maret tahun 2013 saja sudah tercatat 7,63% bulan yang memiliki rata-rata
kualitas udara yang buruk yang mana jauh lebih tinggi dibandingkan tahun 2012.
Hal ini menimbulkan dampak yang luar biasa bagi Kota Pontianak, selain
memicu munculnya ISPA (infeksi saluran pernafasan akut) bagi penduduk, juga
menyebabkan turunnya produktifitas akibat terganggunya penerbangan,
terkendalanya proses produksi, dan lain sebagainya.
Disisi lain, pencemaran air saat ini sudah menunjukkan kondisi yang
memprihatinkan. Kondisi ini dapat dilihat secara langsung dari kualitas air di
saluran drainase kota. Berdasarkan hasil pengamatan BLH Kota Pontianak
Tahun 2013, pada Sungai Kapuas dan Sungai-sungai yang terhubung langsung
menunjukkan bahwa pada musim kemarau parameter Total Suspended Solid
(TSS), Chemical Oxygen Demand (COD), Nitrit (NO2) dan besi (Fe) semuanya
melebihi baku mutu yang ditetapkan melalui PP No. 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Hal ini
menunjukkan bahwa telah terjadinya percemaran air. Hal ini disebabkan oleh air
limbah domestik (rumah tangga), komersial dan industri (UMKM) berupa sisa-
sisa pencucian dan air mandi dibuang langsung pada saluran drainase.
Indikasi pencemaran tanah juga sudah mulai terjadi di Kota Pontianak.
Keadaan ini terjadi akibat pada kawasan komersial terjadi ketidaktertiban
pelaku usaha seperti bengkel, restoran, café dalam mengelola limbah hasil
aktivitasnya sehingga menyebabkan tanah menjadi tercemar. Sedangkan di
kawasan permukiman terjadi akibat tidak tersedia sistem pengumpulan air
limbah menggunakan tanki septik baik berupa komunal maupun tunggal.

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


Masyarakat saat ini menggunakan tempat penampungan limbah BAB
menggunakan sumur penampungan yang tidak kedap sehingga menyebabkan air
limbah menyebar di dalam tanah. Kondisi ini harus menjadi perhatian untuk
keberlangsungan lingkungan.
b) Genangan dan Banjir
Kondisi fisik wilayah Kota Pontianak yang datar dengan keberadaan
cekungan dan tanah yang landai di beberapa bagian serta berada pada daerah
muara sungai Kapuas menyebabkan kota ini sangat rentan terhadap potensi
genangan air dan banjir khususnya pada wilayah-wilayah bantaran sungai. Disisi
lain perubahan iklim yang terjadi juga telah mempengaruhi pola curah hujan
setiap tahunnya, peningkatan suhu permukaan dan pola angin yang berubah-
ubah. Selain itu, perubahan iklim juga akan meningkatkan ancaman bencana
hidrometeorologis di Pontianak antara lain banjir, dan kekeringan.
Genangan dan banjir juga mulai terjadi pada kawasan-kawasan
permukiman. Hal ini disebabkan oleh peningkatan volume air yang masuk
langsung ke sungai disebabkan semakin berkurangnya daerah resapan air akibat
pelanggaran ketentuan KDB dan kecenderungan masyarakat menutup tanah
dengan semen/beton. Kondisi ini diperparah dengan berkurangnya kapasitas
dan daya tampung sungai dan saluran drainase akibat berbagai hal seperti
penutupan/penyempitan parit, pembangunan di bantaran sungai/saluran,
pendangkalan akibat sedimentasi yang tinggi serta perilaku masyarakat yang
tidak memperhatikan lingkungan seperti membuang sampah di saluran dan
sungai dapat menghambat aliran air. Permasalahan yang muncul ini sebagai
akibat dampak perubahan iklim sehingga perlu diantisipasi oleh seluruh
pemangku kepentingan.
c) Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Sebagai sebuah kota yang sedang berkembang dengan pesat,
permaslahan lingkungan tak pelak merupakan problem yang sekarang ini mulai
muncul. Pembangunan kota Pontianak harus menempatkan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup sebagai kriteria utama dalam setiap tahapan
pembangunan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.
Pembangunan yang berwawasan lingkungan meliputi aspek pengendalian
pencemaran lingkungan (air, udara, tanah), serta perlindungan kawasan lindung

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


dan konservasi. Hal ini untuk memastikan bahwa di masa depan lingkungan
tetap dapat dinikmati generasi penerus dengahn kualitas yang baik.
Dalam mewujudkan perindungan dan pengelolaan lingkungan hidup ini,
diperlukan penguatan kelembagaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia,
dan pengembangan tata laksana dengan mengedepankan aspek monitoring dan
evaluasi serta penegakan hukum dengan memanfaatkan teknologi informasi
yang handal. Untuk itu, diperlukan sinergitas antara pemerintah, dunia usaha,
dan masyarakat serta komunitas pemerhati lingkungan hidup.

B. Dinamika Demografi dan Sosial Budaya


a) Pertambahan dan Penyebaran Penduduk
Kota Pontianak terus mengalami pertambahan penduduk dalam dekade
terakhir. Pertambahan penduduk ini selain dari akibat alami yaitu kelahiran
penduduk juga tidak terlepas dari fungsi strategis Kota Pontianak sebagai pusat
pemerintahan dan ekonomi yang memiliki daya tarik bagi penduduk untuk
tinggal dan mencari penghidupan di kota ini (urbanisasi dan commuter). Secara
gerografis,persebaran penduduk relatif kurang merata. Sebagai besar penduduk
terkonsentrasi di wilayah selatan Sungai Kapuas yang mana secara fisik memang
lebih cepat pekembangannya. Sedangkan secara administrative, wilayah
kecamatan Pontianak Barat merupakan wilayah paling banyak penduduknya,
namun apabila dibandingkan dengan luasan wilayahnya, Kecamatan Pontianak
Timur merupakan wilayah yang paling padat penduduknya yang mencapai
10.783 jiwa/km2.
Permasalahan yang adalah bagaimana laju pertumbuhan penduduk
tersebut dapat dikelola dengan baik. Pengendalian ini perlu dilakukan untuk
menciptakan keseimbangan pertumbuhan penduduk dengan perkembangan
fisik kota dengan didukung jumlah penduduk usia produktif lebih besar daripada
jumlah penduduk usia non-produktif. Kondisi tersebut perlu dimanfaatkan
secara optimal sebagai modal dasar pembangunan perekonomian yang
memerlukan SDM yang berkualitas dan berdaya saing.

b) Kualitas Sumber Daya Manusia

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


Sumber daya manusia merupakan modal utama terlaksananya
pembangunan. Semakin berkualitas sumber daya manusia, semakin baik pula
mutu pembangunan yang dilaksanakan. Kualitas sumber daya manusia dapat
dilihat dari tingkat pendidikannya. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan
yang ditamatkan penduduk maka semakin baik kualitas SDM. Jika dilihat dari
jumlah penduduk yang menamatkan jenjang pendidikan di Kota Pontianak
berumur 5 tahun keatas, proporsi terbesar adalah tamatan SLTA atau sederajat
yaitu sebanyak 28,41% disusul dengan tidak tamat SD sebanyak 24,97%.
Sedangkan hanya 6,75% saja yang memiliki gelar sarjana/D4. Hal ini
menunjukkan bahwa perlu perhatian lebih terhadap peningkatan kualitas
sumber daya manusia. Apalagi kedepan kita dihadapkan dengan pasar terbuka
ASEAN dan AFTA yang memungkinkan serbuan tenaga asing dengan kualitas
lebih baik yang menyebabkan kompetisi dalam mengisi lapangan kerja semakin
tinggi.

C. Tata Kelola Pemerintah dan Pelayanan Publik


a) Pengelolaan Keuangan Daerah
Pembangunan kota perlu didukung ketersediaan anggaran yang
memadai. Mobilisasi sumbersumber pendanaan pembangunan tidak saja
bergantung pada sumber pembiayaan konvensional, akan tetapi perlu melihat
sumber-sumber pembiayaan nonkonvensional. Isu penting dalam pembiayaan
pembangunan adalah peningkatan pendapatan asli daerah dengan optimalisasi
pajak daerah. Selain itu perlu dilakuka memobilisasi sumber-sumber
pembiayaan pembangunan daerah dari dua sumber tesebut yang dirasa saat ini
masih sangat jauh dari potensi yang ada sebenarnya.
Isu lain yang perlu mendapatkan perhatian dalam aspek pengelolaan
keuangan daerah adalah tata kelola aset-aset daerah yang dirasa saat ini masih
jauh dari kata optimal. Tata kelola aset ini menyangkut aspek manajemen data
dan informasi aset-aset yang ada serta optimalisasi pemanfaatannya untuk
mendapatkan imbal balik bagi pendapatan daerah.

b) Pengembangan E-Government

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


Pengembangan e-government merupakan bagian dari reformasi
birokrasi. Isu ini penting untuk digarisbwahi dalam rencana strategis Kota
Pontianak karena kedepan faktor efisiensi dan efektifitas dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Kendala kurangnya jumlah aparatur
pemerintah dapat ditanggulangi dengan mengaplikasikan e-government dalam
sistem pemerintahan.
c) Pengembangan Kerja Sama Antar Daerah dan Internasional
Pada era globalisasi dan kompetisi yang sedemikian ketat, untuk dapat
eksis diperlukan kerjasama dan hubungan yang mutualisma antar daerah baik
lingkup nasional, regional, dan global. Kerja sama ini dapat dilakukan dalam
berbagai aspek dan skala kepentingan sesuai dengan kemampuan dan keahlian
masing-masing. Manfaat yang akan didapat dalam kerja sama ini dapat berupa
transfer teknologi dan pengetahuan dalam suatu bidang tertentu, berbagi
pengalaman dalam keberhasilan penyelenggaraan sektor-sektor pembangunan
serta technical assistance dalam bidang-bidang teknis tertentu.

D. Tata Ruang dan Infrastruktur Wilayah


a) Pengendalian pemanfaatan Ruang Kota
Telah ditetapkannya Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 2 Tahun
2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Tahun 2013-2033
memberikan dasar yang kuat bagi penataan ruang kota, maka salah satu langkah
strategis lain yang perlu dilakukan adalah mengoptimalisasikan pemanfaatan
ruang dalam rangka mewujudkan ruang kota yang sesuai dengan kebutuhan.
Sebagai operasionalisasi rencana kota tersebut diperlukan peraturan
walikota tentang rencana detail tata ruang dan zonasi yang dapat menjadi acuan
dalam membangun ruang kota. Selain itu untuk menjaga konsistensi
pelaksanaan rencana tata ruang yang telah disusun diperlukan pengendalian
pemanfaatan ruang yang dilaksanakan dengan komitmen tinggi. Untuk itu,
diperlukan sinergitas antara pemerintah, masyarakat dengan komunitas
pemerhati penataan ruang yang didukung oleh transparansi informasi terkait
penataan ruang.

b) Pengembangan Sistem Transportasi

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


Sejalan dengan perkembangan kota Pontianak yang sedemikian cepat,
kebutuhan akan akses transportasi daerah yang lancar dan aman merupakan isu
strategis yang harus diperhatikan. Kondisi saat ini memperlihatkan bahwa
dengan pertumbuhan jumlah kendaraan yang sedemikian tinggi disatu sisi, tidak
diikuti dengan pertumbuhan jalan yang ideal disisi lain, sehingga kemacetan
mulai sering terjadi. Oleh karena itu, perlu mulai dirintis pengembangan sistem
transportasi terpadu untuk memperlancar kegiatan produksi, distribusi barang
dan jasa serta peningkatan aksesibilitas bagi manusia ataupun barang dan jasa.
Pengembangan sistem transportasi yang mengutamakan pada sistem
angkutan umum massal yang bersinergi antara angkutan darat, sungai dan udara
diharapkan mampu meningkatkan mobilitas penduduk serta barang dan jasa di
Kota Pontianak. Setelah focus pada pelebaran jalanjalan utama, sudah saatnya
pengembangan transportasi mulai beranjak menuju penyediaan layanan
transportasi missal. Kebijakan pengurangan kendaraan bermotor sudah harus
dipertimbangkan mengingat semakin mahal dan langkanya BBM untuk
kendaraan pribadi. Selain pengembangan transportasi missal, juga perlu
dibangun inner ringroad yang menghubungkan sub-sub pusat pelayanan kota.
Hal ini perlu dilaksanakan selain untuk memacu pertumbuhan kawasan
juga untuk memberikan alternative pilihan rute bagi kendaraan pribadi sehingga
mengurangi beban jalan-jalan utama yang mulai sering terjadi macet. Aspek lain
yang juga sangat penting dalam pengembangan sistem transportasi adalah
jaringan transportasi dalam kota harus memperhatikan dan terkoneksi dengan
sistem transportasi wilayah yang lebih luas sehingga dapat terintegrasi dalam
konsep pengembangan wilayah yang lebih luas (kota Metropolitan Pontianak).
c) Peningkatan Kualitas Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kota
Isu terkait dengan perumahan dan permukiman adalah mengenai
permasalahan kualitas lingkungan. Hal ini terkait dengan penurunan daya
dukung lingkungan serta perilkau masyarakat yang memberikan dampak
terhadap lingkungan tempat tinggalnya. Di beberapa bagian Kota Pontianak
khususnya permukiman pada tepian sungai Kapuas telah muncul kawasan-
kawasan kumuh dengan sanitasi yang jauh dari ideal. Disisi lain beberapa
kawasan di bagian tengah kota juga mulai menampakkan penurunan fungsi
akibat berbagai sebab, seperti dukungan utilitas yang buruk, degradasi

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


lingkungan, citra kawasan sebagi dampak persoalan sosial yang muncul, dan lain
sebagainya.
Juga terjadi di beberapa bagian wilayah kota dimana perumahan yang
dikembangan dalam skala kecil tanpa mempertimbangkan keterhubungannya
dengan kawasan permukiman sekitarnya sehingga menimbulkan berbagai
persoalan seperti ekslusivitas, hambatan aksesibilitas kawasan serta gesekan
sosial antar kawasan perumahan dengan permukiman yang berada di
sekitarnya. Untuk itu diperlukan konsep perencanaan kawasan lingkungan yang
sistematis dengan konsep kawasan yang jelas dengan memperhatikan kawasan
secara keseluruhan sehingga terbentuk struktur kota yang ideal. Juga diperlukan
program perbaikan kawasan lingkungan permukiman dengan menerapkan
prinsip-prinsip revitalisasi dalam bentuk perbaikan lingkungan maupun
pembangunan kembali.
d) Pengelolaan Air Bersih
Isu strategis lain terkait dengan pengelolaan air bersih adalah tingkat
pelayanan yang belum mencakup keseluruhan wilayah dan rumah tangga yang
ada. Saat ini tingkat pelayanan air bersih mencapai 75% penduduk terlayani,
artinya masih ada 25% lainnya yang masih belum dapatmengakses air bersih
melalui jaringan yang dibangun. Target terdekat yang mutlak harusdipenuhi
adalah Millenium Development Goals (MDGs) dimana di tahun 2015 harus
mencapaitingkat pelayanan 80% penduduk. Untuk itu perlu upaya lebih
meningkatkan kapasiitaspelayanan sejalan dengan kebutuhan yang juga terus
tumbuh, khususnya bagi masyarakat miskin dan kurang mampu yang memliki
keterbatas akses layanan air bersih.
e) Percepatan Pembangunan Sanitasi Perkotaan
Kodisi sanitasi yang ada saat ini di Kota Pontianak cukup memprihatinkan
terutama dalam hal pengelolaan air limbah domestik. Hal ini terjadi sebagai
akibat belum adanya saluran pengumpul dan pengolah air limbah tersebut
sehingga air limbah yang dihasilkan rumah tangga langsung dibuang ke saluran.
Akibatnya hampir sebagian besar parit/saluran drainase yang ada terpolusi oleh
limbah-limbah rumah tangga seperti bahan kimia sisa sabun cuci, sabun mandi,
bahkan tercemar oleh air limbah kotoran.

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


Untuk itu isu strategis mengenai aspek sanitasi ini adalah bagaimana
memobilisiasi sumberdaya dan sumberdana yang ada untuk secara bersama-
sama melakukan perubahan perilaku, membuat regulasi yang mengatur secara
jelas arah pembangunan sanitasi Kota Pontianak serta merealisasikan instalasi
pengolahan air limbah baik skala pribadi maupun komunal. Meskipun banyak
sekali kendala yang dihadapi untuk melakukannya akan tetapi perlu diambil
langkahlangkah untuk mempercepat penuntasan permasalahan sanitasi ini,
mengingat semakin menurunnya kualitas lingkungan akibat tidak terkelolanya
sektor sanitasi ini dengan baik.

E. Perekonomian dan Kesejahteraan Masyarakat


a) Kemiskinan
Sebagai bagian dari upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat secara
menyeluruh, kemiskinan perkotaan masih menjadi permasalahan yang dihadapi
dalam pembangunan Kota Pontianak. Secara kuantitas jumlah penduduk yang
hidup di bawah garis kemiskinan terus mengalami penurunan, namun belum
sepenuhnya terselesaikan. Hal ini terlihat dari data prosentase jumlah penduduk
miskin yang dirilis BPS di tahun 2010 tercatat 6,62% (36.600 jiwa dengan garis
kemiskinan Rp. 242.772/kap/bulan), 2011 sebesar 6,15% (34.390 jiwa dengan
garis kemiskinan Rp. 253.357/kap/bulan) dan di tahun 2012 tercatat sebanyak
5,77% (32.530 jiwa dengan garis kemiskinan Rp. 310.707/kap/bulan) penduduk
Kota Pontianak masuk dalam kategori miskin. Secara administratif, Persentase
rumah tangga miskin terbanyak berada di Kecamatan Pontianak Utara yaitu
sebesar 32,33 % atau 5.466 rumah tangga, diikuti oleh Kecamatan Pontianak
Timur` sebesar 25,35 % atau 4.271, dan Kecamatan Pontianak Barat sebesar
22,18 % atau 3.737 rumah tangga.
b) Peningkatan Daya Saing Global
Pontianak sebagai kota yang merupakan simpul (hub) dalam kegiatan
perekonomian regional Kalimantan Barat dan internasional harus memiliki daya
saing yang handal. Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan strategi yang
tepat melalui promosi, penyediaan infrastruktur yang memadai, sumber daya
yang berkualitas, manajemen pengelolaan kota yang efektif, optimalisasi pasar
yang akan memperkuat daya beli masyarakat dan peningkatan daya tarik kota.

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


Dalam pelaksanaannya diperlukan sinergi antara pemerintah, dunia
usaha, dan masyarakat yang dilandasi dengan visi yang jauh ke depan, terukur,
dan memperhatikan konstelasi persaingan kota lingkup global sehingga kota
Pontianak dapat berperan dalam kerangka regionalisasi ekonomi yang meliputi
ASEAN Free Trade Area (AFTA), AFTA+3 (Jepang, China, Korea Selatan), ASEAN-
China Free Trade Agreement (ACFTA) dan Asian Pacific Economic Cooperation
(APEC).
c) Pengembangan Pariwisata
Kota Pontianak adalah kota yang berkembang karena lokasi strategis dan
fungsi yang diembannya sebagai ibukota propinsi Kalimantan Barat. Kota ini
sangat sedikit dikaruniai kekayaan alam yang dapat dipergunakan untuk
memacu perkembangannya. Efek positif dari hal tersebut adalah berkembangnya
sektor perdagangan dan jasa serta konstruksi sebagai dynamo pertumbuhan
ekonomi kota.
Disisi lain dengan beragam keunikan dan potensi lain yang dimilikinya,
sangat memungkinkan untuk pengembangan pariwisata sebagai katalisator
perkembangan sektor perdagangan dan jasa. Untuk itu dalam perkembangannya,
kedepan sektor pariwisata perlu mendapatkan perhatian dalam konsep
pembangunan strategis kota Pontianak.
d) Pengembangan Perdagangan dan Jasa
Sektor perdagangan, hotel, restoran dan jasa-jasa merupakan dua sektor
teratas yang mendominasi struktur perekonomian kota Pontianak. Akumulasi
kedua sektor tersebut menyumbang 44,04% terhadap PDBR Pontianak di tahun
2012. Kondisi ini perlu menjadi isu strategis karena kedepan untuk terus
memacu dua sektor ini sebagai lokomotif perekonomian kota diperlukan
berbagai terobosan baru agar dapat bersaing dalam kompetisi nasional, regional
dan internasional.
Disisi lain yang juga perlu diantisipasi adalah kemungkinan kedua sektor
ini menjadi jenuh karena kurangnya inovasi untuk terus dapat memacu
pertumbuhannya. Oleh karenanya perlu dilakukan terobosan kebijakan-
kebijakan dalam bentuk insentif dan disinsentif yang mampu merangsang
perkembangannya. Sementara itu, pembangunan infrastruktur yang dapat

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


menunjang pertumbuhan sector pedagangan dan jasa perlu terus diusahakan
penyediannyaan

1.5. Ruang Lingkup Materi Perencanaan


Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak merupakan rencana yang mengacu
pada Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Rencana Tata Ruang Pulau atau Kepulauan,
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional serta Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis
Nasional. Masa berlaku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak ialah selama 20
(dua puluh) tahun semenjak peraturan daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Pontianak diundangkan. Jangka perencanaan selama 20 (dua puluh) tahun ini
dibagi kembali dalam program pembangunan jangka menengah 5 tahun dan dilakukan
peninjauan setiap 5 tahun sekali. Peta yang termuat di dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Pontianak memiliki ketelitian skala 1:25.000. Secara sistematis hal-hal
yang termuat di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak ialah sebagai
berikut:

- Tujuan, kebijakan, strategi yang telah ditetapkan oleh pemerintah Kota


Pontianak sebagai perwujudan Visi dan Misi pembangunan. Terdapat tujuan dan
sasaran yang ingin dicapai oleh pemerintah dalam penyusunan Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Pontianak Tahun 2020-2040, dan diikuti dengan
perencanaan kebijakan serta strategi yang akan dilakukan untuk mencapai
tujuan serta sasaran yang sudah ditetapkan.
- Rencana struktur ruang wilayah meliputi rencana pembentukan dan
pengembangan sistem perkotaan atau pusat-pusat pelayanan di Kota Pontianak
serta terdapat rencana sistem jaringan prasarana wilayah seperti rencana sistem
jaringan jalan, rencana sistem jaringan listrik, rencana sistem jaringan
telekomunikasi, rencana sistem air minum, rencana sistem persampahan,
rencana sistem pengelolaan limbah, rencana sistem jaringan drainase, rencana
sistem pemadam kebakaran, rencana penyediaan prasarana pejalan kaki serta
rencana sistem jalur evakuasi bencana.
- Rencana pola ruang wilayah Kota Pontianak, rencana pola ruang berisi rencana
peruntukan ruang sebagai kawasan lindung dan kawasan budidaya yang dibagi
kembali kedalam beberapa kawasan pengembangan.

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


- Penetapan kawasan strategis, berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan
didapatlah kawasan yang diprioritaskan penanganannya. Kawasan strategis
ditetapkan baik untuk kepentingan ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain.
- Arahan pemanfaatan ruang, berisi arahan pemanfaatan ruang termasuk indikasi
program utama yang dibuat dalam jangka menengah lima tahunan hingga akhir
tahun perencanaan.
- Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang yang terdiri dari ketentuan umum
terkait peraturan zonasi, perizinan, insentif dan disinsentif, ketentuan arahan
sanksi dan ketentuan keberlakuan peraturan terdahulu yang berkaitan dengan
penyelenggaraan penataan ruang wilayah pada saat mulai diberlakukan perda
terkait Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak.
- Peran masyarakat dan tanggung jawab pemerintah yang memuat hak, kewajiban
dan peran masyarakat dalam perencanaan penataan ruang dan tanggung jawab
pemerintah sebagai pemangku kebijakan

1.6. Tujuan dan Sasaran Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak
Perencanaan wilayah dan pedesaan merupakan suatu proses, upaya, dan
tindakan secara terencana untuk meningkatkan kualitas masyarakat dan wilayah yang
merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Penyusunan Rencana Tata
Ruang Wilayah dimaksudkan untuk memberikan evaluasi Rencana Tata Ruang Kota
Pontianak 2013-2033 berdasarkan isu-isu yang berkembang saat ini dan merumuskan
konsep perencanaan untuk masa mendatang.

Kegiatan Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Pontianak


dimaksudkan untuk mewujudkan rencana tata ruang wilayah yang mendukung
terciptanya kawasan strategis maupun kawasan fungsional secara aman, produktif dan
berkelanjutan. Sedangkan tujuan pekerjaan ini adalah untuk mewujudkan
keseimbangan, keharmonisan, keselarasan dan keterpaduan antar unsur pemanfaatan
ruang sehingga pembangunan Kota Pontianak menjadi lebih terarah, jelas, serta
memberikan kepastian terhadap berbagai jenis investasi yang akan masuk di Kota
Pontianak. Diharapkan pada akhirnya akan terjadi “multiplier effect” yang akan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Tujuan penyusunan RTRW adalah menyediakan perangkat pengendali dan


operasional baik bagi pemerintah kota, serta profesional dan praktisi penataan ruang

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


dalam melaksanakan pemanfaatan dan pengendalian ruang kota agar sesuai dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota yang sudah ditetapkan dan sesuai dengan amanat
undang-undang dan peraturan pemerintah terkait.

Tujuan tersebut dapat dirincikan sebagai berikut:

e) Tujuan Zoning Regulation sesuai Undang-undang No 26 Tahun 2007 tentang


Penataan Ruang adalah sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan ruang dan
disusun
berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk setiap zona pemanfaatan ruang
f) Menjamin bahwa pembangunan yang akan dilaksanakan dapat mencapai standar
kualitas lokal minimum (health, safety and welfare)
g) Melindungi atau menjamin agar pembangunan baru tidak mengganggu penghuni
atau pemanfaat ruang yang telah ada
h) Memelihara nilai property
i) Memelihara/memantapkan lingkungan dan melestarikan kualitasnya
j) Menyediakan aturan yang seragam di setiap zona
k) Meminimalkan penggunaan lahan yang tidak sesuai
l) Meningkatkan pelayanan terhadap fasilitas yang bersifat publik
m) Menjaga keseimbangan kehidupan masyarakat
n) Mendorong pengembangan ekonomi.

Adapun sasaran yang hendak dicapai melalui penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kota Pontianak adalah:

- Tersajinya data dan informasi wilayah Kota Pontianak yang akurat dan aktual.
- Terindentifikasinya potensi dan permasalahan wilayah Kota Pontianak, sebagai
masukan dalam proses penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Pontianak, termasuk kawasan perkotaan yang layak dibuat RTRW nya.
- Tersusunnya Rencana Tata Ruang di Kota Pontianak.
- Memberikan pedoman untuk penyusunan peraturan zonasi, pemberian advice
planning, pengaturan bangunan setempat dan dalam pemberian perijinan yang
- berkaitan dengan pemanfaatan ruang

1.7. Fungsi dan Manfaat Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak
Fungsi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota ialah :

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


a) Acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
b) Acuan dalam pemanfaatan ruang/pengembangan wilayah kota;
c) Acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam wilayah kota;
d) Acuan untuk mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan antar
sektor;
e) Acuan lokasi investasi dalam wilayah kota yang dilakukan pemerintah,
masyarakat, dan swasta;
f) Pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang di wilayah kota;
g) Dasar pengendalian pemanfaatan ruang dalam penataan/pengembangan
wilayah kota yang meliputi penetapan peraturan zonasi, perijinan, pemberian
insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi; dan
h) Acuan dalam administrasi pertanahan.

Manfaat Rencana Tata Ruang Wilayah Kota ialah :


a) Mewujudkan keterpaduan dalam wilayah kota;
b) Mewujudkan keserasian pembangunan wilayah ota dengan wilayah
sekitarnya; dan
c) Menjamin terwujudnya tata rata ruang wilayah kota yang berkualitas.

1.8. Kedudukan RTRW Kota dalam Sistem Penataan Ruang dan Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional
Kedudukan RTRW kota dalam sistem penataan ruang dan sistem perencanaan
pembangunan nasional dapat dilihat pada Gambar berikut

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


Gambar 1. 5 Kedudukan RTRW Dalam Sistem Penataan Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 17/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota

Rencana umum tata ruang merupakan perangkat penataan ruang wilayah


yang disusun berdasarkan pendekatan wilayah administratif yang secara
hierarki terdiri atas RTRW nasional, RTRW provinsi, dan RTRW kabupaten/kota.
Rencana umum tata ruang nasional adalah arahan kebijakan dan strategi
pemanfaatan ruang wilayah nasional yang disusun guna menjaga integritas
nasional, keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah dan antar
sector, serta keharmonisan antar lingkungan alam dengan lingkungan buatan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Rencana umum tata ruang provinsi adalah rencana kebijakan operasional
dari RTRW Nasional yang berisi strategi pengembangan wilayah provinsi,
melalui optimasi pemanfaatan sumber daya, sinkronisasi pengembangan sektor,
koordinasi lintas wilayah kabupaten/kota dan sektor, serta pembagian peran
dan fungsi kabupaten/kota di dalam pengembangan wilayah secara keseluruhan.
Rencana umum tata ruang kabupaten/kota adalah penjabaran RTRW
provinsi ke dalam kebijakan dan strategi pengembangan wilayah

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


kabupaten/kota yang sesuai dengan fungsi dan peranannya di dalam rencana
pengembangan wilayah provinsi secara keseluruhan, strategi pengembangan
wilayah ini selanjutnya dituangkan ke dalam rencana struktur dan rencana pola
ruang operasional.
Dalam operasionalisasinya rencana umum tata ruang dijabarkan dalam
rencana rinci tata ruang yang disusun dengan pendekatan nilai strategis
kawasan dan/atau kegiatan kawasan dengan muatan subtansi yang dapat
mencakup hingga penetapan blok dan subblok yang dilengkapi peraturan zonasi
sebagai salah satu dasar dalam pengendalian pemanfaatan ruang sehingga
pemanfaatan ruang dapat dilakukan sesuai dengan rencana umum tata ruang
dan rencana rinci tata ruang. Rencana rinci tata ruang dapat berupa rencana tata
ruang kawasan strategis dan rencana detail tata ruang.

Kawasan strategis adalah Kawasan yang penataan ruangnya


diprioritaskan karena memiliki pengaruh penting terhadap kedaulatan negara,
pertahanan dan keamanan negara, pertumbuhan ekonomi, sosial, budaya,
dan/atau lingkungan termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan
dunia. Rencana tata ruang kawasan strategis adalah upaya penjabaran rencana
umum tata ruang ke dalam arahan pemanfaatan ruang yang lebih spesifik sesuai
dengan aspek utama yang menjadi latar belakang pembentukan kawasan
strategis tersebut. Tingkat kedalaman rencana tata ruang kawasan strategis
sepenuhnya mengikuti luasan fisik serta kedudukannya di dalam sistem
administrasi.

Rencana tata ruang kawasan strategis tidak mengulang hal-hal yang


sudah diatur atau menjadi kewenangan dari rencana tata ruang yang berada
pada jenjang diatasnya maupun dibawahnya. Rencana detail tata ruang
merupakan penjabaran dari RTRW pada suatu kawasan terbatas, ke dalam
rencana pengaturan pemanfaatan yang memiliki dimensi fisik mengikat dan
bersifat operasional. Rencana detail tata ruang berfungsi sebagai instrumen
perwujudan ruang khususnya sebagai acuan dalam permberian advise planning
dalam pengaturan bangunan setempat dan rencana tata bangunan dan
lingkungan.

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


1.9. Sistematika Penyusunan Laporan
Laporan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Pontianak Tahun 2020-2040 ini
secara sistematis disusun dalam beberapa bab sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, dasar hukum penyusunan RTRW, profil
wilayah, guna lahan, kependudukan dan sumber daya manusia, potensi sumber daya
alam, bencana alam, dan ekonomi wilayah kota. Pada bab ini juga menjelaskan terkait
sistem transportasi, isu-isu strategis, tujuan, sasaran, fungsi, manfaat, kedudukan RTRW
serta sistematika penyusunan laporan.

BAB II Tujuan, Kebijakan dan Strategi Pengembangan


Bab ini menjelaskan tentang tujuan, kebijakan, strategi yang telah ditetapkan oleh
pemerintah Kota Pontianak sebagai perwujudan Visi dan Misi pembangunan diikuti
dengan perencanaan kebijakan dan strategi yang akan dilakukan untuk mencapai
tujuan serta sasaran tersebut

BAB III Rencana Struktur Ruang


Bab ini menguraikan rencana pengembangan sistem perkotaan dan rencana sistem
jaringan prasarana wilayah.

BAB IV Rencana Pola Ruang


Bab ini berisi rencana peruntukan ruang sebagai kawasan lindung dan kawasan
budidaya yang dibagi kembali kedalam beberapa kawasan pengembangan.

BAB V Penetapan Kawasan Strategis


Bab ini memuat penentuan kawasan strategis baik untuk kepentingan ekonomi, sosial
budaya, pendayagunaan sumberdaya alam/teknologi tinggi maupun untuk kepentingan
fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

BAB VI Rencana Penyediaan Ruang Terbuka Serta Sarana dan Prasarana


Berisi rencana penyediaan ruang terbuka, sarana serta rencana sistem jaringan
prasarana wilayah seperti rencana sistem jaringan jalan, rencana sistem jaringan listrik,
rencana sistem jaringan telekomunikasi, rencana sistem air minum, rencana sistem

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


persampahan, rencana sistem pengelolaan limbah, rencana sistem jaringan drainase,
rencana sistem pemadam kebakaran, rencana penyediaan prasarana pejalan kaki serta
rencana sistem jalur evakuasi bencana.

BAB VII Arahan Pemanfaatan Ruang


Bab ini berisi arahan pemanfaatan ruang termasuk indikasi program utama yang dibuat
dalam jangka menengah lima tahunan hingga akhir tahun perencanaan.

BAB VIII Pengendalian Pemanfaatan Ruang


Pada bab ini berisi ketentuan-ketentuan umum peraturan zonasi, perizinan, insentif dan
disinsentif, ketentuan arahan sanksi, serta ketentuan keberlakuan peraturan-peraturan
terdahulu berkenaan dengan penyelenggaraan penataan ruang wilayah pada saat mulai
berlakunya Perda tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Pontianak

BAB IX Peran Masyarakat dan Tanggung Jawab Pemerintah


Pada bab ini berisi peran masyarakat dalam mendukung perencanaan tata ruang
wilayah Kota Pontianak dan bentuk tanggung jawab pemerintah dalam pemanfaatan
serta pengendalian pemanfaatan ruang.

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


BAB 2
TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KOTA PONTIANAK

2.1. Fungsi dan Peranan Kota Pontianak


2.1.1 Fungsi
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak bertujuan untuk mewujudkan kota
perdagangan dan jasa terdepan di Kalimantan yang aman, nyaman, produktif dan
berkelanjutan. Sehingga untuk mendukung tujuan tersebut harus ada kebijakan yang
mendasari seperti kebijakan penataan ruang Kota Pontianak yaitu :
a. pemantapan fungsi dan peran Kota sebagai Ibukota Provinsi Kalimantan Barat dan
Pusat Kegiatan Nasional;
b. pengembangan pusat-pusat kegiatan kota secara hirarkhis dan merata;
c. peningkatan aksesibilitas dan transportasi yang dapat mendorong pemerataan
pembangunan, meningkatkan keterkaitan antar pusat kegiatan dan keterkaitan
dengan Kabupaten di sekitarnya;
d. peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan prasarana perkotaan;
e. penetapan dan pengelolaan kawasan lindung yang mampu memperhatikan
kelestarian dukungan fungsi lingkungan hidup
f. pengembangan kawasan perdagangan dan jasa secara merata di pusat-pusat
kegiatan kota;
g. Penetapan kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi, sosial budaya,
pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi serta fungsi dan daya
dukung lingkungan hidup.
h. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.
2.1.2 Peranan Kota Pontianak
Pemantapan fungsi dan peran wilayah Kota sebagai Ibukota Provinsi Kalimantan
Barat, Pusat Kegiatan Nasional (PKN), mendorong kemudahan aksesibilitas pelayanan
kegiatan skala regional. Peranan strategi untuk memenuhi peran kota pontianak yaitu:

a. Strategi pemantapan fungsi dan peran wilayah Kota sebagai Ibukota Provinsi
Kalimantan Barat, Pusat Kegiatan Nasional, dan salah satu kawasan strategis
provinsi.
b. Strategi pengembangan pusat-pusat pelayanan kota secara hirarkis.

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


c. Strategi peningkatan aksesibilitas dan transportasi yang dapat mendorong
pemerataan pembangunan, meningkatkan keterkaitan antar pusat kegiatan dan
keterkaitan dengan Kabupaten di sekitarnya.
d. Strategi peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan prasarana perkotaan.
e. Strategi penetapan dan pengelolaan kawasan lindung yang mampu memperhatikan
kelestarian dukungan fungsi lingkungan hidup.
f. Strategi pengembangan kawasan perdagangan dan jasa secara merata di pusat-
pusat kegiatan kota.
g. Strategi penetapan kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi, sosial
budaya, pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi serta fungsi
dan daya dukung lingkungan hidup.
h. Strategi Peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan negara.

2.2. Visi, Misi, Tujuan Pembangunan


Visi adalah sebagai suatu pernyataan yang merupakan ungkapan atau artikulasi
dari citra, nilai arah dan tujuan organisasi yang realistis, memberikan kekuatan,
semangat dan komitmen serta memiliki daya tarik yang dapat dipercaya sebagai
pemandu dalam pelaksanaan aktivitas dan pencapaian tujuan organisasi. Visi yang
ditetapkan dapat memberikan motivasi kepada seluruh pegawai (pejabat dan staf) serta
masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kinerjanya dalam rangka mewujudkan
visi tersebut.

Penetapan Visi diperlukan untuk memadukan gerak langkah setiap unsur


organisasi dan masyarakat untuk mengarahkan dan menggerakkan segala sumber daya
yang ada, untuk menciptakan Kota Pontianak sebagaimana yang dicita-citakan. Adapun
visi Kota Pontianak adalah sebagai berikut: "Pontianak Kota Khatulistiwa,
Berwawasan Lingkungan Yang Cerdas Dan Bermartabat"

Misi mengenai upaya – upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi
yang telah ditetapkan, maka misi yang merupakan agenda pokok pembangunan Kota
Pontianak selama lima tahun ke depan sebagai berikut :
1. Mewujudkan Kualitas Sumber Daya Manusia yang Sehat, Cerdas dan
Berbudaya;
2. Menciptakan Infrastruktur Perkotaan yang Berkualitas dan Representatif;

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


3. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kepada Masyarakat yang Didukung
dengan Teknologi Informasi, Serta Aparatur yang Berintegritas, Bersih dan
Cerdas;
4. Mewujudkan Masyarakat Sejahtera, yang Mandiri, Kreatif dan Berdaya Saing;
dan
5. Mewujudkan Kota yang Bersih, Hijau, Aman, Tertib, dan Berkelanjutan.
Dengan mempertimbangkan visi, misi, dan isu pembangunan Kota Pontianak yang
telah dijelaskan sebelumnya, maka tujuan penataan ruang wilayah Kota Pontianak
adalah :
“Mewujudkan Pontianak Kota Khatulistiwa sebagai kota perdagangan dan
jasa terdepan di Kalimantan yang aman, nyaman, cerdas, berwawasan lingkungan
dan berkelanjutan“. Pengertian dari tujuan tersebut sebagai berikut:
1) Kota Khatulistiwa, mempunyai pengertian bahwa ciri khas Kota Pontianak
yang dilintasi garis khatulistiwa dan tidak dimiliki oleh kota lain di Indonesia.
2) Kota Perdagangan dan Jasa, didasari oleh perkembangan Kota Pontianak
yang kini telah menjadikan sektor perdagangan dan jasa sebagai tumpuan
utama pada perekonomian kota, hal ini juga didukung dengan berbagai analisis
ekonomi yang menunjukkan hasil positif pada lapangan usaha perdagangan
dan juga jasa.
3) Terdepan di Kalimantan; mempunyai pengertian bahwa berbagai kebijakan
dan program yang dilaksanakan memiliki keunggulan dari kota lain di
Kalimantan, khususnya di bidang perdagangan dan jasa.
4) Aman, memiliki makna bahwa perencanaan yang akan dilakukan dapat
meningkatkan rasa aman bagi masyarakat karena rencana yang ada
mempertimbangan berbagai aspek. Aman juga berarti adanya upaya mitigasi
dan adaptasi dalam menghadapi ancaman bahaya dan bencana yang masih
sering terjadi di kota.
5) Nyaman, mengandung arti bahwa rencana-rencana yang tertuang diharapkan
dapat meminimalkan gangguan-gangguan yang terjadi dimasa lalu hingga baik
masyarakat maupun pendatang yang ada di kota merasa lebih nyaman untuk
melakukan kegiatannya.
6) Cerdas, mengandung pengertian bahwa dalam kegiatan pembangunan yang
terjadi, aspek teknologi juga turut dipertimbangkan dalam memberikan

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


inovasi dalam pengembangan dan penyelesaian permasalahan yang ada di
kota.
7) Berwawasan lingkungan, mengandung arti bahwa pembangunan yang ada
harus didasari atas pertimbangan kondisi daya dukung lingkungan dan dalam
upaya meningkatkan kualitas lingkungan hidup. Lingkungan mempunyai ruang
lingkup lingkungan fisik yang akan memberi nilai kehidupan yang lebih baik
bagi masyarakat baik saat ini dan masa yang akan datang dengan lebih
memperhatikan kesinambungan. Pengertian berwawasan lingkungan adalah
berbagai hasil pembangunan yang bersifat prasarana fisik diharapkan
menghasilkan suatu kondisi lingkungan dengan kualitas yang tidak melebihi
batas ambang baku mutu lingkungan.
8) Berkelanjutan, memberikan pengertian bahwa setiap rencana yang termuat
pada dokumen ini telah memperhatikan keterkaitan dan hubungan timbal
balik antar aspek ekonomi-sosial-lingkungan. Dimana pembangunan yang
terjadi menerapkan konsep optimalisasi dan sinkronisasi sumber daya alam
dan sumber daya manusia yang ada dengan pertimbangan penyediaan
kebutuhan yang juga akan terus terjadi di masa depan.
Penjabaran dari tujuan tersebut dituangkan ke dalam sasaran penataan ruang
yang harus dicapai sebagai berikut :
a. terwujudnya fungsi dan peran Kota Pontianak yang dapat memberikan
pelayanan terbaik kepada masyarakat Kota Pontianak, Provinsi hingga
Nasional;
b. terwujudnya kota perdagangan jasa dengan mengembangkan seluruh
potensi yang terdapat di Kota Pontianak hingga mampu menjadi yang
terdepan di Kalimantan
c. terwujudnya keserasian kawasan lindung dan budidaya yang seimbang dan
berkelanjutan;
d. terintegrasinya teknologi dan wawasan lingkungan dalam pengembangan
Kota Pontianak;
e. tersedianya sistem transportasi serta pelayanan prasarana dan sarana Kota
Pontianak yang merata dan berkualitas;
f. Tersedianya ruang publik dan ruang terbuka hijau yang aman dan nyaman
bagi seluruh masyarakat;

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


g. Terwujudnya pemanfaatan ruang yang tertib dan terkendali; dan
h. Terwujudnya rencana mitigasi dan adaptasi terhadap bencana yang terjadi
di Kota Pontianak.
Meskipun fungsi Kota Pontianak yang sekarang menenekankan pada perdagangan
dan jasa, berbagai potensi sebagai Kota Khatulistiwa dengan segala keunikan di
dalamnya dapat dikembangkan dengan lebih maksimal. Fungsi kota yang potensial
dikemangkan di Kota Pontianak selain berbagai jenis perdagangan (mall, pertokoan,
pergudangan) dan jasa (pendidikan, kesehatan, keuangan) adalah wisata kota dengan
potensi alam serta adat budayanya dan industri kreatif. Dengan fungsi kota yang kuat
dan terarah, diharapkan peran Kota Pontianak sebagai kota besar di Kalimantan Barat
akan semakin kuat di dalam konteks wilayah yang lebih luas. Namun demikian,
pengembangan fungsi dan peran kota ini tetap harus mempertimbangkan daya dukung
lingkungan, ketersediaan prasarana kota agar konsep keberlanjutan dengan wawasan
lingkungan dapat sepenuhnya tercapai.

2.3. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kota


Untuk mencapai tujuan penataan ruang Kota Pontianak dan mengarahkan
perkembangan kota sesuai dengan fungsi dan peranan yang diembannya, maka
diperlukan suatu kebijakan dan strategi pengembangan kota yang mencakup beberapa
aspek. Kebijakan dan strategi pengembangan kota dikelompokkan dalam 3 hal yakni
perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang.

2.3.1. Kebijakan dan Strategi Perencanaan Ruang

2.3.1.1. Kebijakan dan Strategi Struktur Ruang


Struktur ruang Kota Pontianak yang masih nampak hingga saat ini condong
bersifat monosentrik. Dimana perkembangan kawasan masih terkonsentrasi pada
pusat kota dimana banyak terdapat bangunan-bangunan penting untuk mendukung
perdagangan dan jasa di Kota Pontianak. Kegiatan komersial terus berkembang di
sepanjang jalan di kota. Perkembangan pola ribbon development di sepanjang jalan
kota ini pada masa mendatang akan semakin memberikan dampak buruk bagi lalu
lintas dan menyebabkan tidak efisiennya pelayanan infrastruktur kota.

Untuk itu, pada rencana pengembangan struktur ruang Kota Pontianak


diarahkan bersifat polisentrik, dimana pusat kegiatan menyebar pada bagian-bagian
tiap kecamatan. Kota Pontianak akan dilayani oleh dua buah pusat pelayanan kota

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


yang terletak di Kecamatan Pontianak Selatan dan Pontianak Utara serta delapan
subpusat pelayanan kota yang tersebar di tiap kecamatan (subwilayah kota). Selain
itu, setiap kegiatan primer akan dilayani oleh sistem jaringan primer, setiap pusat
pelayanan kota minimum akan dilayani oleh sistem jaringan jalan arteri sekunder.
Pengembangan sistem polisentrik ini diharapkan akan menumbuhkan
perkembangan Kota Pontianak menjadi kota yang kompak (compact city) dan teratur
pertumbuhannya sehingga dapat mencapai keberlanjutan kota. Pertumbuhan
dimulai dari pusat-pusat subpusat pelayanan kota kemudia mneyebar ke wilayah
sekitarnya. Jaringan jalan berfungsi sebagai jaringan penghubung pusat-pusat
kegiatan dan bukan sebagai tumpuan pertumbuhan wilayah.

Memperhatikan konsep tesebut, maka kebijakan pengembangan struktur ruang


Kota Pontianak adalah perwujudan ruang yang efektif dan efisien dalam menunjang
perkembangan fungsi kota dan memberikan pelayanan secara maksimal bagi
masyarakat di Kota Pontianak. Kebijakan umum tersebut diturunkan menjadi 3 (tiga)
kebijakan khusus yaitu :

1. Pengembangan pusat-pusat pelayanan secara hirarkis dan merata yang


efektif dan efisie dalam menunjang perkembangan fungsi kota sebagai kota
perdagangan dan jasa;
2. Pengembangan dan peningkatan sarana dan prasarana transportasi yang
terpadu dan terkendali; dan
3. Meningkatkan kualitas, kuantitas, keefektifan dan efisiensi pelayanan
prasarana kota yang terpadu sesuai dengan kebutuhan masyarakat secara
merata.

Kebijakan pengembangan pusat-pusat pelayanan secara hirarkis dan merata


yang efektif dan efisien dalam menunjang perkembangan fungsi kota sebagai kota
perdagangan dan jasa dilakukan dengan strategi:

1. Mengembangkan dua PPK untuk wilayah Pontianak Selatan dan wilayah


Pontianak Utara;
2. Menyebarkan subpusat pelayanan kota pada tiap kecamatan di Kota
Pontianak;
3. Mengembangkan pusat-pusat pelayanan lingkungan secara merata;

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


4. Menyediakan fasilitas yang memadai pada tiap pusat pelayanan sesuai
dengan skala pelayanannya;
5. Mengembangkan pembangunan kota dengan memperhatikan perbedaan
fungsional kawasan serta intensitas keterkaitan antar fungsi kawasan; dan
6. Menyerasikan sebaran fungsi kegiatan pada pusat-pusat pelayanan dengan
fungsi dan kapasitas jalan.

Kebijakan pengembangan dan peningkatan sarana dan prasarana transportasi


yang terpadu dan terkendali dilakukan melalui strategi :

1. Menjaga fungsi dan hirarki jalan;


2. Meningkatkan kapasitas jaringan jalan melalui pembangunan dan
pelabaran jalan, pengelolaan lalu lintas serta menghilangkan gangguan sisi
jalan;
3. Menghubungan kita bagian kota yang terpisah oleh Sungai Kapuas dan
Landak melalui pembangunan jalan lingkar dan jembatan penyebrangan;
4. Mengoptimalkan sistem angkutan umum yang telah ada dan
mengembangkan sistem angkutan umum masal yang terpadu;
5. Menyediakan fasilitas parkir yang memadai dan terpadu dengan pusat-
pusat kegiatan;
6. Meningkatan terminal penumpang tipe B dan C;
7. Mengembangkan sarana angkutan antar wilayah yang dapat digunakan
untuk memperlancar arus orang dan barang;
8. Mengembangkan sistem transportasi sungai dan penyebrangan untuk
mendukung transportasi kota;
9. Pengembangan pelabuhan/terminal khusus industri;
10. Memanfaatkan jaringan jalan yang berhimpit pada sempadan sungai dan
parit-parit besar untuk inspeksi dan pemeliharaan parit dan sungai
dan/atau sebagai jalur pejalan kaki;
11. Mengoptimalkan pengendalian dan penyelenggaraan sistem transportasi
kota.

Kebijakan meningkatkan kualitas, kuantitas, keefektifan dan efisiensi pelayanan


prasarana kota yang terpadu sesuai dengan kebutuhan masyarakat secara merata
dilakukan dengan strategi:

A. Energi
- Pengembangan PLTU dengan energi berbasis baru dan terbarukan; dan
- Pengembangan PLTBm untuk memenuhi kebutuhan energi kota dan
mengurangi penggunaan batu bara sebagai sumber bakar bakal listrik.

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


B. Telekomunikasi
- Pengembangan jaringan kabel telekomunikasi yang terintegrasi dengan
jaringan utilitas kota lainnya secara merata;
- Penyediaan dan pemanfaatan menara BTS.
C. Sumber Air Bersih
- Mengurangi tingkat kebocoran air bersih;
- Melaksanakan konsep kota ramah air untuk meningkatkan kualitas dan
keterpaduan sistem jaringan sumber daya air sebagai upaya pengendalian
banjir dan penyediaan air baku; dan
D. Persampahan
- Mengurangi volume sampah yang akan dibuang ke TPS dengan cara
pengolahan setempat per-wilayah degan teknik-teknik yang ramah
lingkungan;
- Penyediaan tempat sampah 3 jenis pada ruang publik;
- Mengoptimalan sistem pengangkutan dan pengolahan sampah yang tidak
meresahkan masyarakat;
- Penambahan TPS dengan memperhatikan kondisi lingkungan dan
peruntukkan lahan sekitar.
E. Air Kotor/Limbah
- Memperluas jaringan prasarana air limbah;
- Mewajibkan penyediaan instalasi pengelolaan limbah khusus pada setiap
kegiatan yang menghasilkan limbah;
F. Drainase
- Pengembangan jaringan drainase sebagai satu kesatuan dengan jaringan
jalan dan terintegrasi dengan Sungai Kapuas dan Landak;
- Meminimalkan pembangunan pada tepi sungai ataupun parit;
- Pelaksanaan normalisasi dan penurapan di parit/sungai pada kota;
- Mewajibkan penyediaan sumur resapan dalam setiap kegiatan
pembangunan.
G. Prasarana Lainnya
- Mengembangkan dan meningkatkan kapasitas dan kualitas sarpras
pemadam kebakaran;
- Mengembangkan jalur evakuasi dan tempat evakuasi sementara pada tiap
kecamatan di Kota Pontianak;
- Pengembangan dan peningkatan sarana pejalan kaki dan pesepeda
- Pengintegrasian jalur pejalan kaki dengan sarana pendukung transportasi
lainnya yang berada pada pusat-pusat kegiatan kawasan.
-
1. Memelihara fasilitas sosial dan fasilitas umum yang ada;
2. Menyebarkan dan memeratakan fasilitas sosial dan fasilitas umum serta
membatasi fasilitas yang sudah jenuh;

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


2.3.1.2. Kebijakan dan Strategi Pola Ruang

2.3.1.3. Kebijakan dan Strategi Kawasan Strategis Kota

2.3.2 Kebijakan dan Strategi Pemanfaatan Ruang

2.3.3. Kebijakan dan Strategi Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


BAB 3
RENCANA STRUKTUR RUANG

Rencana struktur ruang merupakan rencana susunan pusat-pusat pelayanan(rencana


sistem perkotaan wilayah kota dalam wilayah pelayanannya) dan sistem jaringan
prasarana wilayah kota yang dikembangkan untuk melayani kegiatan skala kota dan
mengintegrasikan wilayah kota. Struktur ruang Kota Pontianak terdiri atas sistem pusat
pelayanan dan sistem prasarana yang meliputi jaringan transportasi, sistem jaringan
energi, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan sumberdaya air, dan
infrastruktur perkotaan. Adapun rencana yang kini dibuat memiliki beberapa
penyempurnaan komponen struktur ruang yang didasarkan pada perkembangan Kota
Pontianak hingga saat pembuatan rencana. Rencana struktur ruang disusun untuk
mewujudkan efisiensi pemanfaatan ruang, keserasian pengembangan ruang dan
keefektifan sistem pelayanan.

Struktur ruang direncanakan dengan memerhatikan kondisi dan hasil analisis fisik
wilayah, karakteristrik struktur kota, bentuk kota, pola jaringan transportasi, dan
ketersediaan jaringan prasarana lainnya yang ada serta kemungkinan
perkembangannya hingga 20 tahun mendatang untuk mengintegrasikan seluruh
wilayah kota dan meningkatkan kemampuan pelayanan prasarana kota yang sampai
saat ini dirasa masih belum mencukupi.

Perumusan konsep struktur ruang Kota Pontianak juga mempertimbangkan beberapa


kegiatan utama yang kini berlangsung, yakni sebagai berikut :

 Kawasan pusat pemerintahan dan pelayanan umum tingkat Kota dan Provinsi;
 Kawasan Perdagangan dan Jasa yang tersebar di kota;
 Kawasan Simpul-simpul transportasi kota seperti pelabuhan dwikora dan
pelabuhan nusantara nipah kuning, terminal antar kota antar Kabupaten di Batu
Layang dan sub-sub terminal dalam kota lainnya serta terminal internasional di
Sungai Ambawang dan Bandara Supadio di Kabupaten Kubu Raya yang cukup
mempengaruhi struktur ruang Kota Pontianak;
 Kawasan pusat pendidikan dan olahraga skala regional;
 Kawasan pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit Sudarso, Rumah Sakit
Antonius dan rumah sakit negeri maupun swasta lainnya di Kota Pontianak;
 Kawasan permukiman yang mencakup fasilitas hunian serta fasilitas umum;
 Kawasan industri dan pergudangan yang mana sebagian besar berlokasi di
tepian Sungai Kapuas; dan
 Kawasan Budaya, Rekreasi dan Pariwisata.

Prinsip utama perumusan konsep pengembangan struktur ruang Kota Pontianak ialah
mengembangkan potensi yang ada dengan optimal dan memberikan inovasi dalam

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


mengatasi permasalahan pada kota dengan tetap memperhatikan keberlanjutan
lingkungan demi mengurangi dampak buruk yang akan terjadi kemudian hari.

3.1. Rencana Sistem Pusat Pelayanan Kota


Rencana ini berisi hirarki pusat-pusat kegaiatan yang tersebar di wilayah kota
dengan fungsi-fungsi khusus yang dimiliki tiap pusat kegiatan. Pusat kegiatan ini terbagi
menjadi 3 bagian yakni :

1) Pusat pelayanan kota; melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional; Pusat
pelayanan kota merupakan pusat pelayanan ekonomi, sosial, dan/atau
administrasi yang melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional.
2) Subpusat pelayanan kota; melayani sub-wilayah kota; dan/atau Subpusat
pelayanan kota merupakan pusat pelayanan ekonomi, sosial, dan/atau
administrasi yang melayani sub wilayah kota; dan
3) Pusat lingkungan. Pusat lingkungan merupakan pusat pelayanan ekonomi, sosial
dan/atau administrasi lingkungan permukiman kota.

Pembagian sistem-sistem pusat Kota Pontianak didasarkan pada beberapa aspek


yang dinilai memegang peranan yang sangat penting dalam membentuk dan
menciptakan struktur tata ruang Kota Pontianak yang terpadu, yaitu :

 Mempertimbangkan kecenderungan perkembangan pelaksanaan pembangunan


dan pengembangan Kota Pontianak saat ini dengan memprediksikan dan
memperkirakan sistem-sistem pelayanan dan fungsi-fungsi kawasan yang ada di
Kota Pontianak;
 Mempertimbangkan kondisi karakteristik alam dan geografis yang dimiliki Kota
Pontianak;
 Memperhatikan potensi yang dapat dikembangkan pada kawasan;
 Memperhatikan wilayah administratif Kota Pontianak yang terdiri dari 6 (enam)
kecamatan dengan batas-batas serta cakupan luas wilayah dari masing-masing
kecamatan tersebut.;
 Memperhatikan struktur sosial dan budaya masyarakat; dan
 Memperhatikan ketersediaan sarana dan prasarana yang telah ada pada
kawasan.

3.2. Rencana Jaringan Prasarana Kota

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


BAB 4
RENCANA POLA RUANG
adskjl

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


BAB 5
PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS
uftwedsiakl

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


BAB 6
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
davSXJNKA

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


BAB 7
KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
Fdvjabsl:

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57


BAB 8
PERAN MASYARAKAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH
fdeavin

Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Halaman 57

Anda mungkin juga menyukai