Anda di halaman 1dari 8

ARTIKEL

HUKUM BENDA

KELOMPOK 1:

RAMADIAN SUCIATY (1930602232)


ANGGUN TRI PUTRI (1920602097)
YAYU MUZAYANA (1930602267)
WILLIEAM DWI PUTRA(1930602187)

Mata Kuliah : ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI

Dosen Pengampu : ABUBAKAR, S.H.I.,M.E.Sy

EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN RADEN FATAH PALEMBANG
Pengertian Hukum Benda

Benda merupakan hal yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia, benda
merupakan bagian yang identik dengan kekayaan yang dimiliki manusia benda merupakan
kekayaan yang dimiliki baik berwujud maupun tidak berwujud. Mungkin beda berwujud
mungkin sudah bisa digambarkan apa saja benda berwujud itu, namun ketika berbicara benda tak
berwujud mungkin sedikit orang yang mengetahuinya contoh benda tak berwujud adalah hak
milik, HAKI dan lain sebagainya. Klasifikasi benda bukan hanya benda berwujud tak berwujud
saja, selanjutnya akan ada di bagian pembahasan. Dengan mengenal teori kebendaan kita dapat
mengetahui aspek aspek kebendaaan, klasifikasi dan hak hak yang melekat didalamnya.

Konsep Benda dan Hukum Benda

Benda adalah terjemahan dari bahasa aslinya, bahasa Belanda, zaak. Pembentuk undang-undang
merumuskan benda (zaak) dalam Pasal 449 KUHPerdata, yaitu semua benda dan hak. Hak
disebut juga “bagian dari harta kekayaan” (vermogensbestand deel). Harta kekayaan meliputi
benda, hak, dan hubungan hukum tentang benda dan hak diatur diatur dalam Buku II dan Buku
III KUHPerdata, sedangkan zaak meliputi benda dan hak diatur dalam Buku II KUHPerdata.
Secara terminologi benda berarti objek sebagai lawan dari subjek dalam hukum yaitu orang dan
badan hukum.

Perkataan “benda” dipakai oleh undang-undang dalam berbagai arti, sedangkan apa yang di
dalam undang-undang ditentukan sebagai “benda” lebih lanjut dibagi dalam beberapa cara
(benda bergerak dan benda tak bergerak, benda yang habis karena dipakai dan sebagainya). Pada
umumnya, kata “benda” itu diartikan sebagai apa saja yang dapat menjadi sasaran hukum. Di
dalam arti objek hukum, kata benda dihadapkan kepada “orang” sebagai subjek hukum. Objek
hukum itu dapat berwujud (di dalam arti itulah dipakai benda dalam Pasal 556, 575, 625, 622
KUHPerdata, objek hukum itu dalam umumnya ialah bagian dari suatu harta. Benda sifatnya
berwujud, sedangkan hak sifatnya tidak berwujud, Subekti menerjemahkan zaak dengan
“benda”. Koesoemadi Poedjosewojo pun menerjemahkan zaak sebagai “benda”. Atas dasar itu
konsep benda mencakup barang berwujud dan barang tidak berwujud. Barang berwujud dalam
bahasa Belanda disebut Good, sedangkan barang tidak berwujud disebut recht. Benda adalah
objek milik, hak juga dapat menjadi objek milik, secara yuridis yang dimaksud dengan benda
adalah segala sesuatu yang menjadi objek milik. Semua benda dalam arti hukum dapat
diperdagangkan, dapat dialihan kepada pihak lain, dan dapat diwariskan.
Secara garis besar, kita dapat mengambil garis besar dari pengertian benda dari segi yuridis, para
ahli maupun dari segi etimologis, benda merupakan barang berwujud maupun tidak berwujud
yang merupakan objek hukum dan dapat diperdagangkan dapat dialihkan dan dapat dialihkan.
Hukum benda diatur dalam Buku II KUHPerdata. Hukum benda adalah keseluruhan aturan
hukum yang mengatur keseluruhan aturan yang mengatur tentang benda . C.S.T Kansil
berpendapat bahwa hukum benda adalah peraturan peraturan hukum yang mengatur hak hak
kebendaan yang bersifat mutlak artinya hak terhadap benda yang oleh setiap orang wajib diakui
dan dihormati. Seperti yang diketahui bahwa benda merupakan hal yang penting dan pasti
diperlukan dalam kehidupan manusia yang dalam keseharianya bukan hanya benda yang
berwujud saja melainkan benda tak berwujud pun diperlukan misalnya hak milik. Oleh karena
itu, timbulah peraturan-peraturan tentang hukum kebendaan (zakelijke rechten) yang bersifat
mutlak atau absolut. Artinya, dapat berlaku dan harus dihormati setiap orang. Pengertian lain
mengenai hukum benda juga dikemukakan oleh Abdoel Djamali, ia berpendapat bahwa hukum
benda ialah ketentuanketentuan yang mengatur mengenai hal yang diartikan dengan benda dan
hak-hak yang melekat diatasnya.

Pengaturan Hukum Benda

Hukum benda adalah keseluruhan aturan hukum yang mengatur tentang benda, pengaturan
tersebut pada umumnya meliputi konsep benda, pembedaan macam- macam benda dan hak-hak
kebendaan. Pengaturan ini mengggunakan sistem tertutup, artinya orang tidak boleh mengadakan
hak-hak kebendaan selain yang sudah diatur dalam undang-undang. Hukum benda bersifat
memaksa (dwingend), artinya harus dipatuhi, dituruti dan tidak boleh disimpangi dengan
mengadakan ketentuan baru mengenai hak-hak kebendaan .

Klasifikasi Jenis Benda

Benda dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis menurut arti pentingnya dalam hubungan
hukum dengan perbuatan hukum terhadap benda.

Pada umumnya ada tujuh klasifikasi benda


1. Benda berwujud dan tidak berwujud Arti penting klasifikasi ini terdapat pada cara
penyerahannya jika benda itu dipindahtangankan kepada orang lain melalui perbuatan hukum
tertentu misalnya jual beli, pewarisan, hibah. Penyerahan benda berwujud dilakukan dengan
penyerahan secara nyata dari tangan ke tangan. Penyerahan benda tidak berwujud dilakukan
dengan balik nama.

2. Benda bergerak dan tidak bergerak Meliputi mengenai penguasaan (bezit, take hold),
mengenai penyerahan (levering, delivery), mengenai daluarsa (verjaring, expired), mengenai
pembebanan (bezwaring, burdening). Benda bergerak menurut sifatnya adalah benda yang dapat
dipindahkan (Pasal 509 KUHPerdata) misalnya, kursi, meja, buku. Benda bergerak karena
ketentuan undang-undang adalah hak yang melekat pada benda bergerak (Pasal 511
KUHPerdata). Misalnya, hak pakai dan saham. Benda tidak bergerak menurut sifatnya adalah
benda-benda yang tidak dapat dipindah-pindahkan. Misalnya, tanah dan segala apa yang melekat
diatasnya seperti gedung dan pepohonan. Benda tidak bergerak karena tujuanya adalah benda
yang dilekatkan pada benda pokok untuk tujuan tertentu. Misalnya, mesin-mesin yang di pasang
pada pabrik, dengan tujuan untuk dipakai tetap dan tidak berpindah pindah (Pasal 507 KUH
Perdata). Benda tidak bergerak karena ketentuan undang-undang adalah hak-hak yang melekat
pada benda tidak bergerak (Pasal 508 KUHPerdata ). Misalnya, hipotek, hak tanggungan, hak
pakai atas benda tidak bergerak dan hak memungut atas hasil benda tidak bergerak.
3. Benda dipakai habis dan tidak dipakai habis Benda dipakai habis, perjanjan yang objeknya
benda dipakai habis apabila dibatalkan akan mengalami kesulitan dalam pemulihan pada
keadaan semula. Penyelesaiannya adalah harus digantikan dengan benda lain yang sejenis atau
senilai. Contohnya roti dan kayu bakar. Benda dipakai tidak habis, yang objeknya benda tidak
dipakai habis apabila dibatalkan tidak begitu mengalami kesulitan pada pemulihan dalam
keadaan semula karena bendanya masih ada dan dan dapat diserahkan kembali. Contoh: jual beli
televisi, kendaraan dan perhiasan.

4. Benda sudah ada dan benda akan ada Benda sudah ada dan benda akan ada, arti penting
klasifikasi ini terletak pada pembebanan sebagai jaminan utang atau pada pelaksanaan perjanjian.
Benda sudah ada dapat dijadikan jaminan utang dan perjanjian yang objeknya benda akan ada
dapat menjadi batal apabila pemenuhanya itu tidak mungkin dilaksanakan sama sekali (Pasal
1320 unsur ketiga KUHPerdata ).

5. Benda dalam perdagangan dan luar perdagangan Arti penting klasifikasi ini terletak pada
penyerahan atau pemindahtanganan karena jual beli atau karena pewarisan. Benda dalam
perdagangan, dapat diperjualbelikan dengan bebas dan dapat diwariskan kepada ahli waris.
Sedangkan, benda luar perdagangan tidak dapat diperjualbelikan dan tidak diwariskan kepada
ahli waris. Contohnya, mesjid, gereja, jalan raya, benda selundupan dan narkotika. Tidak dapat
diperjualbelikan atau tidak dapat diwariskan karena tujuan peruntukanya, misalnya, benda untuk
wakaf. Tujuan yang dilarang undang-undang misalnya, narkotika dan yang bertentangan dengan
ketertiban umum, misalnya perdagangan manusia dan hal yang berbau pornografi.

6. Benda dapat dibagi dan tidak dapat dibagi Benda dapat dibagi, pada perjanjian yang objeknya
benda dapat dibagi, prestasi dapat dilakukan secara sebagian demi sebagian, misalnya satu ton
beras dapat dibagi tanpa mengubah arti dan sifat beras. Benda tidak dapat dibagi, dalam
perjanjian yang objeknya benda tidak dapat dibagi, pemenuhan prestasi tidak mungkin dapat
dilakukan sebagian demi sebagian, tetapi harus secara utuh. Misalnya, seekor sapi untuk
membajak sawah tidak dapat dibagi menjadi separuh sekarang dan separuh kemudian.

7. Benda terdaftar dan tidak terdaftar Benda terdaftar dapat dibuktikan dengan tanda pendaftaran
atau sertifikat atas nama pemiliknya sehingga mudah dikontrol pemilikanya. Pengaruhnya
terhadap ketertiban umum, kewajiban pemiliknya untuk membayar pajak dan kewajiban
masyarakat untuk menghormati hak milik orang lain. Contoh, motor, tanah dan hak milik
intelektual.

Undang-undang Pokok Agraria dan Buku II KUHPerdata

Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Pokok Agraria mencabut berlakunya Buku II
KUHPerdata sepanjang mengenai bumi, air dan kekayaan alam yang terdapat didalamnya
kecuali hipotik, walaupun mengenai tanah ketentuan ketentuan mengenai hipotek tetap berlaku
seperti biasa.
Pasal pasal yang masih berlaku penuh dalam Buku II KUHPerdata diantaranya :
a. Pasal – pasal tentang benda bergerak : Pasal 505 dan 509 KUHPerdata
b. Pasal tentang penyerahan benda bergerak : Pasal 612 dan 613 KUHPerdata
c. Pasal tentang hak mendiami hanya mengenai rumah Pasal 826 dan 827 KUHPerdata
d. Pasal Pasal tentang hukum waris : Pasal 830-1130 KUHPerdata
e. Pasal pasal tentang piutang yang diistimewakan : Pasal 1131- 1149 KUHPerdata
f. Pasal pasal tentang gadai : Pasal 1150-1160 KUHPerdata
g. Pasal pasal tentang hipotek, kecuali mengenai pembebanan hipotek dan pendaftaran hipotek
tunduk pada Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Pokok Pokok Agraria dan peraturan
pelaksanaannya, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1961, Peraturan Menteri Agraria
Nomor 15 tahun 1961 dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997.

Pasal pasal yang masih berlaku, tetapi tidak penuh diantaranya :


a. Pasal- pasal tentang benda pada umumnya
b. Pasal - pasal pembendaan benda, yaitu Pasal 503-505 KUHPerdata
c. Pasal - pasal tentang benda sepanjang tidak mengenai tanah, yang terletak antara Pasal 529-
568 KUHPerdata
d. Pasal – pasal tentang hak milik sepanjang tidak mengenai tanah, yaitu terletak antara Pasal
570dan 624 KUHPerdata
e. Pasal – pasal tentang hak memungut hasil sepanjang tidak mengenai tanah, yaitu Pasal 756
KUHperdata dan seterusnya
f. Pasal – pasal tentang hak pakai sepanjang tidak mengenai tanah, yaitu Pasal 818 KUHPerdata
dan seterusnya.

Ruang Lingkup Hukum Benda

Ruang lingkup kajian hukum benda meliputi dua hal, yaitu:


1. Mengatur hubungan antara subjek hukum dengan benda. Benda ialah segala sesuatu yang
dapat menjadi objek hukum atau dapat dikatakan sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan hak
dan kewajiban.
2. Mengatur hubungan antara subjek hukum dengan hak kebendaan. Hak kebendaan ialah
kewenangan untuk menguasai benda. Hukum benda ini diatur dalam Buku II KUH Perdata dan
Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 (Undang-Undang Pokok Agraria/UUPA) khusus mengatur
tentang tanah.

Asas-asas Hukum Benda


mengenai hak-hak kebendaan secara mendalam, perlu kiranya kita tinjau terlebih dahulu asas-
asas dari hukum benda. Dalam memperkenalkan atau menafsirkan aturan-aturan dari hukum
benda itu hendaklah selalu diingat asas-asas umum itu.

1. Merupakan hukum pemaksa, artinya, berlakunya aturan-aturan itu tidak dapat disimpangi oleh
para pihak. Sebagaimana yang telah kita ketahui, atas sesuatu benda itu hanya dapat diadakan
hak kebendaan sebagaimana yang telah disebutkan dalam undang-undang. Hak-hak kebendaan
tidak akan memberikan wewenang yang lain daripada apa yang sudah ditentukan dalam
undangundang. Dengan perkataan lain, kehendak para pihak itu tidak dapat mempengaruhi isi
hak kebendaan. Hukum benda adalah merupakan dwingendrecht (hukum pemaksa).

2. Dapat dipindahkan. Kecuali isinya oleh undang-undang juga ditentukan sifat-sifatnya hak
kebendaan. Kecuali hak pakai dan mendiami semua hak kebendaan dapat dipindah-tangankan.
Terkecuali, yang berhak itu tidak dapat menentukan bahwa : tidak dapat dipindah-tangankan.
Berlainan dengan pada tagihan, di sini para pihak dapat menentukan bahwa: tidak dapat
dipindah-tangankan. Namun, yang berhak juga dapat menyanggupi tidak akan memperlainkan
(vervreemden) barangnya. Tetapi, berlakunya itu dibatasi oleh “etische causaliteitsregel” (1377) :
tidak berlaku jika tujuannya bertentangan dengan kesusilaan. Ini terdapat jika barang itu
dikeluarkan dari lalu lintas lebih lama daripada waktu yang diperbolehkan untuk kepentingan
masyarakat.

3. Asas individualiteit. Objek dari hak kebendaan adalah barang yang individueel bepaald, yaitu
suatu barang yang dapat di tentukan. Artinya, orang hanya dapat sebagai pemilik dari barang
yang berwujud yang merupakan kesatuan : rumah, meubel, hewan. Tidak dapat atas barang yang
ditentukan menurut jenis dan jumlahnya.

4. Asas totalitein. Hak kebendaan selalu meletak atas keseluruhan objeknya (500, 588, 606, dan
sebagainya). Siapa yang mempunyai zakelijkrecht atas suatu zaak ia mempunyai zakelijkrecht
atas keseluruhan zaak itu, juga atas bagian-bagiannya yang tidak sendiri. Atas bagian yang tidak
tersendiri baru dapat diadakan zakelijkrecht, sesudah bagian itu menjadi zaak yang berdiri
sendiri; misalnya: agar pembeli dapat memperoleh hak milik dari suatu panenan, maka penjual
harus sudah menunai padinya. Konsekuensi lain: jika suatu zaak sudah terlebur dalam zaak lain,
maka zakelijkrecht atas zaak yang pertama tadi lenyap. Pemilik batu yang sudah dijadikan
dinding rumah, hilang hak milik atas batu itu, sebab batu itu tidak lagi zaak tersendir.

Konsekuensi ini dalam beberapa hal diperlunak :


a. Pasal 607 KUHPerdata : adanya milik bersama atas barang yang baru.
b. Pasal 602 KUHPerdata : lenyapnya zaak itu oleh karena usaha pemilik zaak itu sendiri yaitu
terleburnya zaak tadi dalam zaak lain. Lihat Pasal 606, 608 KUHPerdata (secara kwade tronw).
c. Pasal 714db, Pasal 725db, 1567 KUHPerdata : pada waktu terleburnya zaak sudah ada
perhubungan hukum antara kedua eigenaar yang bersangkutan.

5. Asas tak dapat dipisahkan (onsplitsbaarheid). Kewenangan atau yang berhak tak dapat
memindah-tangankan sebagian daripada wewenang yang termasuk suatu hak kebendaan yang
ada padanya, misalnya pemilik. Pemisahan daripada zakelijkrechten itu tidak diperkenankan.
Tetapi, pemilik dapat membebani hak miliknya dengan iura in realiena. Ini kelihatannya seperti
melepaskan sebagian dari wewenangannya. Tetapi, itu hanya kelihatannya saja, hak miliknya
tetap utuh.
6. Asas prioriteit. Semua hak kebendaan memberi wewenang yang sejenis dengan
wewenangwewenang dari eigendom, sekalipun luasnya berbeda-beda dan perlu diatur urutannya.
Ius in realiena meletak sebagai beban atas eigendom. Sifat ini membawa serta iura in realiena
didahulukan (674, 711, 720, 756, 1150) KUH Perdata.
Bagaimana jika antara iura in realiena yang satu dengan yang lain, mana yang harus
didahulukan? Maka, di sini urutannya menurut lebih dahulunya diadakan. Misalnya, atas sebuah
rumah dibebani hipotek kemudian diberikan dengan hak memungut hasil, maka di sini orang
yang mempunyai hak memungut hasil atas rumah itu yang haknya itu baru timbul kemudian
setelah adanya hipotek atas rumah itu harus mengalah.
Hipotek houder dapat memperlakukan barangnya itu sebagai hak milik yang tak dibebani apa-
apa. Asas ini tidak dikatakan dengan tegas, tetapi akibat dari asas bahwa seseorang itu hanya
dapat memberikan hak yang tidak melebihi apa yang di punyai (asas nemoplus). Ada kalanya
asas ini diterobos, akibatnya, urutan hak kebendaan terganggu. Misalnya: suatu obligasi
diberikan dengan hak memungut hasil lalu dititipkan. Kemudian, digelapkan oleh yang
menyimpannya itu dan digadaikan, maka di sini hak dari pemegang gadai yang memperoleh
barang tadi secara jujur dari penyimpan itu haknya didahulukan daripada hak yang si pemungut
hasil. Jadi, gadai lebih utama. Mengenai bezit itu terkemudian dari hak kebendaan yang lain,
sebab sifatnya yang lebih lemah.

7. Asas percampuran (asas vermenging). Hak kebendaan yang terbatas, jadi selainnya hak milik
hanya mungkin atas benda orang lain. Tidak dapat orang itu untuk kepentingannya sendiri
memperoleh hak gadai (menerima gadai), hak memungut hasil atas barangnya sendiri. Jika hak
yang membebani dan yang dibebani itu terkumpul dalam satu tangan, maka hak yang
membebani itu menjadi lenyap (706, 718, 736, 724, 807 KUHPerdata). Jadi, jika orang yang
mempunyai hak memungut hasil atas tanah kemudian membeli tanah itu, maka hak memungut
hasil itu menjadi lenyap.

8. Perlakuan terhadap benda bergerak dan tak bergerak itu berlainan. Aturanaturan mengenai
pemindahan, pembebanan (bezwaring), bezit dan verjaring mengenai benda-benda roerend dan
onroerend berlainan. Juga mengenai iura in realiena yang dapat diadakan. Onroerend = erfpacht,
postal, vruchtgebruik, hipotek, servituut. Roerend = hanya vruchtgebruik dan pand.

9. Asas publiciteit : mengenai benda-benda yang tidak bergerak, mengenai penyerahan dan
pembebanannya berlaku asas publiciteit, yaitu dengan pendaftaran di dalam register umum.
Sedangkan, mengenai benda yang bergerak cukup dengan penyerahan nyata, tanpa pendaftaran
dalam register umum. “

10. Sifat perjanjiannya. Merupakan perjanjian yang zakelijk. Orang mengadakan hak kebendaan
itu misalnya mengadakan hak memungut hasil, gadai, hipotek, dan lain-lain, itu sebetulnya
mengadakan perjanjian. Sifat perjanjiannya di sini merupakan perjanjian yang zakelijk, yaitu
perjanjian untuk mengadakan hak kebendaaan. Jadi, lain halnya dengan perjanjian yang terdapat
dalam Buku III KUH Perdata. misalnya, itu merupakan perjanjian yang bersifat obligator, yaitu
perjanjian yang menimbulkan verbintenis. Menurut Syuling, perjanjian yang zakelijk itu bersifat
abstrak, sedang perjanjian yang obligator itu bersifat casual. Artinya, pada perjanjian yang
zakelijk, dengan selesainya perjanjian, tujuan pokok dari perjanjian itu sudah tercapai, yaitu
adanya hak kebendaan. Sedangkan, pada perjanjian yang obligator, dengan selesainya perjanjian
tujuan pokok dari perjanjian itu belum tercapai, hak belum beralih, masih ada penyerahan lebih
dulu.

Anda mungkin juga menyukai