Anda di halaman 1dari 16

BAB II

Homeostasis dan Sistem Umpan


Balik Positif Negatif
HOMEOSTATIS DAN SISTEM UMPAN BALIK POSITIF-NEGATIF

Gambar 5.1 : Homeostatis & Negative Feedback


(Sumber gambar : http://Google.com)

A. Pengertian Homeostatis
Homeostatis adalah pemeliharaan (melalui mekanisme fisiologis tubuh) kondisi
yang relatif stabil dalam tubuh misalnya kondisi seperti suhu tubuh, tekanan darah,
pH, konsentrasi bahan kimia seperti hormon tertentu dalam darah. Meskipun
perubahan yang terjadi baik di dalam dan di luar tubuh misalnya karena makanan,
olahraga, kehamilan, dan variasi kondisi eksternal.

Gambar 5.2 : Homeostatis (sumber gambar : http://Google.com)


B. Mekanisme homeostatis mengurangi perubahan lingkungan internal
Lebih dari seabad yang lalu, ahli fisiologi Perancis Claude Bernard
mengetengahkan perbedaan antara lingkungan eksternal yang mengelilingi seekor
hewan dan lingkungan internal di mana sel-sel hewan tersebut sesungguhnya hidup.
Lingkungan internal vetebrata disebut cairan interstisial (interstitial fluid).
Cairan yang mengisi ruangan antara sel-sel kita tersebut mempertukarkan nutrien
dan buangan dengan darah yang terdapat dalam pembuluh mikroskopis yang
disebut kapiler. Bernard juga mengamati bahwa banyak hewan cenderung
mempertahankan kondisi yang relatif konstan dalam lingkungan internalnya,
meskipun lingkungan eksternalnya berubah.

Gambar 5.3 : Lingkungan internal dan eksternal


(sumber gambar : http://Google.com)

Hidra yang mendiami kolam tidak berdaya untuk mempengaruhi suhu cairan yang
menggenangi sel-selnya, tetapi tubuh manusia dapat mempertahankan “kolam
internalnya” pada suhu yang kurang lebih konstan sekitar 37°C. Tubuh kita juga
dapat mengontrol pH darah kita dan pH cairan interstisial sehingga tetap berada
dalam kisaran perubahan sepersepuluhsatuan dari pH 7,4 dan mengatur jumlah gula
dalam darah kita sehingga tidak berfluktuasi dari konsentrasi 0,1% dalam jangka
waktu yang lama.
Gambar 5.4 : Homeostatis dan temperatur kontrol
(sumber gambar : http://Google.com)

Tentunya ada waktu-waktu tertentu dalam perkembangan seekor hewan, dimana perubahan besar
dalam lingkungan internal diprogram untuk terjadi. Misalnya, keseimbangan hormon dalam darah
manusia diubah secara radikal selama masa pubertas. Akan tetapi, stabilitas lingkungan internal
masih dapat dikatakan sebagai hal yang sungguh luar biasa.
Saat ini, konsep “keseimbangan internal yang konstan” yang diajukan oleh Bernard
digabungkan ke dalam konsep homeostatis, yang berarti “keadaan yang tunak (steady state).” Salah
satu tujuan utama fisiologi modern, dan sebuah tema dari unit ini, adalah mempelajari bagaimana
seekor hewan mempertahankan homeostatis. Sesungguhnya, lingkungan internal seekor hewan selalu
berfluktuasi sedikit. Homeostatis adalah suatu keadaan dinamis, suatu keterkaitan diantara gaya luar
yang cenderung mengubah lingkungan internal dan mekanisme kontrol internal yang melawan
perubahan tersebut (Campbell Reece Mitchell, 2004)

C. Homeostatis : Keseimbangan yang Halus dan Dinamis


Organisme unisel tidak dapat bertahan hidup dalam lingkungan yang berubah- ubah karena
memiliki sedikit atau hampir tidak memiliki mekanisme perlindungan terhadap
lingkungannya. Namun organisme multisel yang kompleks, seperti manusia, dapat
hidup di lingkungan yang berubah-ubah karena mempunyai kemampuan mempertahankan
keadaan lingkungan dalamnya (milieu interieur).
Hal ini akan melindungi sel-sel yang letaknya di dalam tubuh dari perubahan lingkungan
luar (milieu exterieur) sehingga menjamin kelangsungan hidup sel-sel tubuh.
Pentingnya lingkungan dalam yang stabil telah dikemukakan oleh (Claude Bernard),
seorang ahli ilmu faal Perancis pada tahun 1859. Dengan mempertahankan lingkungan dalam
yang relatif stabil, organisme multisel yang kompleks dapat hidup bebas di lingkungan luar
yang sangat bervariasi. Ahli ilmu faal Amerika Serikat Walter
Cannon menyebutkan upaya mempertahankan keadaan lingkungan dalam yang stabil ini
sebagai homeostatis, yang berasal dari kata yunani homeo (sama) dan statis (mempertahankan
keadaan).

Gambar 5.5 : hubungan sel, sistem-sitem tubuh dan homeostatis


(sumber gambar : http://Google.com)

Canon mengajukan 4 postulat yang mendasari homeostatis, yaitu :


1. peran sistem saraf dalam mempertahankan kesesuaian lingkungan dalam dengan
kehidupan.
2. adanya kegiatan pengendalian yang bersifat tonik.
3. adanya pengendalian yang bersifat antagonistik.
4. suatu sinyal kimia dapat mempunyai pengaruh yang berbeda di jaringan tubuh
yang berbeda.
Selain itu cannon mengajukan beberapa parameter yang di atur secara homeostatik, yaitu
faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi sel dan yang dibutuhkan sel, serta adanya sekresi
internal. Hal-hal yang diajukan oleh cannon ini sekarang telah terbukti ada dalam tubuh.
Dalam menyelenggarakan homeostatis ini tubuh harus senantiasa memantau adanya
perubahan-perubahan nilai berbagai parameter, lalu mengkoordinasikan respons yang sesuai
sehingga perubahan yang terjadi dapat diredam. Untuk itu sel- sel tubuh harus mampu
berkomunikasi satu dengan lainnya. Komunikasi antar sel ini merupakan media yang menopang
pengendalian fungsi sel atau organ tubuh. Pengendalian yang paling sederhana terjadi secara
lokal (intrinsik), yaitu yang dilakukan dengan komunikasi anatar sel yang berdekatan.
Pengendalian jarak jauh (ekstrinsik) lebih kompleks dan dimungkinkan melalui refleks yang
dapat melibat sistem saraf (lengkung refleks) maupun sistem endokrin (pengaturan umpan
balik).
Gambar 5.6: Pengendalian jarak jauh melalui sistem endokrin dan sistem
saraf
(Sumber gambar : http://google.com)
Homeostatis ini pada dasarnya adalah untuk menstabilkan cairan di sekitar sel-sel
organisme multisel yaitu Cairan Ekstrasel (CES), yang merupakan interface anatar sel
dan lingkungan luar. Sel-sel tubuh selain harus basah, harus pula mengandung zat-
zat terlarut tertentu (solut) dalam kadar yang tertentu pula demi kelangsungan
proses-proses dalam sel. Oleh karena itu parameter CES yang harus dipertahankan
melalui homeostatis adalah :

1. kadar nutrien
2. kadar O2 dan CO2
3. kadar sisa metabolisme
4. pH
5. kadar air, garam, dan elektrolit lainnya
6. suhu
7. volume dan tekanan

Hampir semua penyakit merupakan kegagalan tubuh mempertahankan


homeostatis. keberadaan seseorang di lingkungan yang sangat dingin tanpa pakaian
dan perlindungan dapat berakibat fatal jika tubuhnya gagal mempertahankan suhu
sehingga suhu inti tubuh turun. Hal ini di sebabkan oleh terganggunya proses-proses
(ensimatik) sel yang sangat bergantung kepada suhu tertentu.
Contoh lain adalah, kehilangan darah dalam jumlah yang kecil mungkin tidak fatal
karena tubuh masih mampu mengkompensasi kehilangan tersebut dengan cara
meningkatkan tekanan darah, mereabsorpsi cairan di ginjal dan sebagainya. Tetapi
bila kehilangan darah terjadi dalam jumlah yang besar, upaya kompensasi tubuh
mungkin tidak memadai sehingga berakibat fatal.
Gambar 5.7 : Stimulus Blood (sumber gambar : http://Google.com)

Tanggung jawab dokter dan paramedis adalah untuk membantu


mempertahankan homeostatis. Tanggung jawab ini jelas terlihat di unit perawatan
intensif untuk pasien-pasien yang gawat. Berbagai indikator homeostatis akan
dipantau di unit intensif ini, seperti frekuensi denyut jantung, tekanan darah,
frekuansi pernapasan, suhu tubuh, kimia darah, dan masuk-keluarnya cairan tubuh.
Tujuan unit ini adalah untuk mengambil alih fungsi homeostatis yang tidak dapat
dilaksanakan oleh pasien yang sedang sakit parah sehingga tidak mampu melukukan
proses homeostatis sendiri.

D. Homeostatis Sel : Sebuah keadaan yang Tetap


Kelangsungan hidup sel terutama tergantung pada kemampuannya untuk
mencapai homeostatis. Kemampuan sebuah sel untuk mengatur lingkungan internal
yang stabil dilakukan melalui pengendalian perpindahan materi melalui membran
sel. Jika keseimbangan yang mudah terpengaruh ini hilang, sel dapat terluka bahkan
mati.

Gambar 5.8: Sel hewan dan sel tumbuhan (sumber gambar : http://Google.com)

Homeostatis sel adalah kemampuan sel untuk memperoleh lingkungan internal


yang stabil melalui pengaturan lintasan zat cair melalui membran sel. Menghilangkan
cangkang telur membuat membran sel semiparmeabel (telur merupakan sel tunggal)
menjadi terbuka. Membran semiparmeabel adalah membran yang hanya dapat
dilewati beberapa zat tertentu tetapi zat lain tidak dapat. Molekul air cukup kecil
untuk bergerak melewati membran, tetapi molekul-molekul di dalam sel terlalu
besar untuk keluar dari sel. Gerakan air yang melalui membran disebut osmosis
(Janice VanCleave, 2004).

E. Homeostatis : Mempertahankan Kondisi Seimbang Tubuh


Sebagai manusia, keadaan tubuh kita akan selalu berubah-ubah sesuai dengan
kondisi lingkungan. Lingkungan ini dibedakan menjadi dua, yaitu lingkungan di luar
dan lingkungan di dalam tubuh kita. Keadaan di luar tubuh misalnya cuaca yang
panas, sedangkan keadaan di dalam tubuh misalnya penurunan kadar glukosa dalam
darah jika kita melewatkan sarapan. Lingkungan di dalam dan di luar tubuh tersebut
dapat mempengaruhi perilaku kita demi mendapatkan kondisi tubuh yang nyaman.
Homeostatis adalah sistem yang mengatur keseimbangan dalam tubuh. Proses
homeostatis ini dipengaruhi oleh kondisi fisik dan kondisi psikologis serta sosial.
Kebanyakan gangguan homeostatis bersifat ringan dan hanya sementara karena sel-
sel dalam tubuh akan segera membaca perubahan yang terjadi dan segera
menyesuaikan diri dengan kondisi tersebut. Namun bisa juga homeostatis terganggu
dalam waktu yang cukup lama, misalnya ketika tubuh terkena infeksi yang
menyebabkan tubuh menjadi lemah dan sakit.
Tubuh kita memiliki sistem pengaturan yang selalu membawa kondisi di dalam
tubuh ini menuju ke arah seimbang. Sistem pengaturan ini terutama dikerjakan oleh
sistem saraf dan sistem hormon. Sistem saraf menyampaikan pesan yang terjadi
dalam tubuh serta meresponnya dengan cara menghantarkan sinyal-sinyal listrik
antar serabut saraf, sedangkan sistem hormon dengan cara mengeluarkan molekul
pembawa pesan dari kelenjar-kelenjar hormon yang ikut aliran darah ke seluruh
tubuh. Sistem saraf bekerja lebih cepat, sedangkan sistem hormon bekerja lebih
lambat. Keduanya dapat bekerja sendiri-sendiri atau bersamaan dan ini telah diatur
oleh sistem didalam tubuh manusia untuk mencapai tujuan akhir yang sama, yaitu
kondisi homeostatis.

Gambar 5.9 : mempertahankan kondisi seimbang tubuh


(sumber gambar : http://majalah1000guru.net/2011/10/homeostasis/)
Tubuh kita melakukan sistem pengaturan dengan sistem umpan balik. Sistem
umpan balik adalah suatu siklus yang memantau tubuh kita, mengevaluasi,
mangubah, memantau kembali, mengevaluasi kembali, demikian seterusnya sampai
tercapai kondisi homeostatis.

F. Mekanisme Homeostatis
Perubahan kondisi lingkungan internal dapat timbul karena 2 hal, yaitu adanya
perubahan aktifitas sel tubuh dan perubahan lingkungan eksternal yang berlangsung
terus- menerus. Untuk menyelenggarakan seluruh aktifitas sel dalam tubuhnya,
hewan selalu memerlukan pasokan berbagai bahan dari lingkungan luar secara
konstan, misalnya oksigen, nutrient dan garam. Sementara itu, aktivitas sel juga
menghasilkan bermacam – macam hasil sekresi sel yang bermanfaat dan berbagai
zat sisa, yang di alirkan ke lingkungan internal yaitu cairan ekstraseluler (CES).
Apabila aktifitas sel berubah pengambilan zat dari lingkungan internal dan
pengeluarran berbagai zat dari dalam sel ke lingkungan internal juga berubah.
Perubahan aktifitas sel semacam itu akan mengubah keadaan lingkungan internal.
Perubahan lingkungan internal yang ditimbulkan oleh sebab manapun ( penyebab
pertama atau kedua) harus selalu dikendalikan agar kondisi homeostasis selalu
terjaga.
Mekanisme pengendalian kondisi homeostasis pada hewan berlangsung melalui
system umpan balik. Akan tetapi, kita tidak boleh lupa bahwa ada 2 macam system
umpan balik, yaitu umpan balik positif dan negative. Sistem umpan balik yang
berfungsi dalam pengendalian kondisi homeostasis pada tubuh hewan adalah system
umpan balik negative.
Pengaturan umpan balik negatif (negative feedback) merupakan pengaturan
penting dalam homeostatis. Dalam pengaturan umpan balik negatif ini sistem
pengendali senantiasa membandingkan parameter yang dikendalikan (misalnya suhu
tubuh, atau tekanan darah) dengan nilai setpoint (misalnya kisaran nilai normalnya).
Perubahan-perubahan parameter yang dikendalikan akan mencetuskan respons
yang melawan perubahan sehingga mengembalikan parameter tersebut pada nilai
setpoint. Selain itu, ada juga pengaturan umpan balik yang positif (positive
feedback). pengaturan ini tidak bersifat homeostatis karena akan memperbesar
respons, sampai ada faktor luar yang menghentikan lingkaran setan ini.
Gambar 5.10 : umpan balik positif dan negatif
(sumber gambar : http://Google.com)

G. Homeostatis bergantung pada perputaran umpan balik

Gambar 5.11 : Homeostatic Control Mechanisms


(sumber gambar : http://Google.com)

Setiap sistem kontrol homeostatis memiliki tiga komponen fungsional, yaitu :


a. Reseptor
Mendeteksi perubahan beberapa variabel lingkungan internal hewan, seperti
perubahan suhu tubuh. Biasanya ini dilakukan melalui sinyal listrik atau kimia
dalam tubuh. Contoh : cuaca yang dingin terpapar pada kulit kita. Saraf pada
kulit kita akan mengirimkan sinyal ke otak sebagai pusat kontrol (Tortora dan B.
Derrickson, 2006).
b. Pusat Kontrol
Memproses informasi yang diterima dari reseptor dan mengarahkan suatu
respon yang tepat melalui efektor. Contoh : sinyal dari sistem saraf dibaca oleh
otak bahwa terjadi penurunan suhu diluar tubuh yang jika didiamkan saja akan
mengakibatkan suhu normal tubuh turun dan menimbulkan kondisi yang
berbahaya bagi tubuh sehingga otak memberikan komando dengan mengirimkan
perintah keluaran ke efektor (Tortora dan B. Derrickson, 2006).

Gambar 5.12 : Negative feedback control


(sumber gambar : http://Google.com)

c. Efektor
Menerima keluaran dari pusat kontrol yang kemudian mewujudkannya dalam
bentuk suatu respons tubuh. Contoh : komando dari otak di terima oleh efektor,
misalnya sistem gerak. Otak memberikan komando kepada sistem gerak untuk
bergerak untuk menghangatkan tubuh, yaitu dengan cara menggigil sehingga
menghasilkan panas tubuh (Tortora dan B. Derrickson, 2006).
Tabel 5.1 : reseptor, pusat kontrol, dan efektor
(sumber tabel : http://Google.com).

Sebagai suatu contoh bagaimana komponen-komponen ini berinteraksi,


bayangkan bagaimana suhu ruangan dikontrol. Dalam kasus ini, pusat kontrol, yang
disebut termostat, juga mengandung reseptor (sebuah termometer). Ketika suhu
ruangan turun dibawah suhu yang telah ditentukan (titk pasang, set point),
katakanlah 20°C, termostat akan menghidupkan pemanas (efektor). Ketika
termometer mendeteksi suhu berada diatas titik pasang, termostat akan mematikan
pemanas.
Jenis perputaran kontrol ini disebut umpan-balik negatif (Negative feedback),
karena perubahan pada variabel yang sedang dipantau memicu mekanisme kontrol
untuk menghalangi perubahan lebih lanjut dalam arah yang sama. Karena adanya
kesenjangan waktu antara resepsi (penerima) dan respons (tanggapan), variabel
tersebut sedikit bergeser ke atas atau ke bawah titik pasang, tetapi fluktuasi yang
terjadi biasanya tidak terlalu besar. Mekanisme umpan-balik negatif mencegah
perubahan kecil menjadi terlalu besar. Sebagian besar mekanisme homeostatis pada
hewan bekerja atas dasar prinsip umpan-balik negatif ini.
Gambar 5.13 : Negative Feedback (sumber gambar : http://Google.com)

Suhu tubuh kita sendiri dipertahankan didekat titik pasang 37°C, melalui
kerjasama beberapa perputaran umpan-balik negatif yang mengatur pertukaran
energi dengan lingkungan. Salah satu umpan-balik tersebut adalah pengeluaran
keringat, sebagai suatu cara untuk membuang panas hasil metabolisme dan
mendinginkan tubuh. Termostat dalam otak memonitor suhu darah.
Jika termostat tersebut mendeteksi peningkatan suhu tubuh di atas titik pasang,
termostat itu akan mengirimkan impuls saraf yang mengarahkan kelenjar
keringatuntuk meningkatkan produksi keringatnya, sehingga menurunkan suhu
tubuh dengan cara pendinginan melalui penguapan. Ketika suhu tubuh turun di
bawah titik pasang, termostat di otak akan berhenti mengirimkan impuls ke kelenjar
keringat tersebut, dan tubuh akan menahan lebih banyak panas yang dihasilkan oleh
metabolisme.
Sebagai kebalikan dari umpan-balik negatif, umapan-balik positif (positive
feedback) melibatkan perubahan pada beberapa variabel yang memicu mekanisme
yang akan memperbesar dan bukannya membalik perubahan tersebut. Selama
proses kelahiran bayi, misalnya, tekanan yang diberikan oleh kepala bayi pada sensor
di dekat pembukaan uterus merangsang kontraksi uterus, yang memperbesar
tekanan terhadap pembukaan uterus, mempertinggi kontraksi, dan selanjutnya akan
menghasilkan tekanan yang lebih besar. Umpan-balik positif membuat proses
kelahiran bayi bisa berlangsung, sesuatu yang berbeda dari proses untuk
mempertahankan keadaan tunak.
Penting bagi kita untuk tidak melebih-lebihkan konsep tentang suatu lingkungan
internal yang konstan. Pada kenyataanya, perubahan teratur sangat penting bagi
fungsi tubuh yang normal. Pada beberapa kasus perubahan tersebut bersifat siklis,
seperti perubahan konsentrasi hormon yang bertanggung jawab atas siklus
menstruasi pada wanita. Pada kasus lain, perubahan teratur merupakan reaksi
terhadap tantangan yang di terima oleh tubuh. Misalnya, tubuh manusia bereaksi
terhadap infeksi tertentu dengan cara menaikkan titik pasang suhu tubuh ke tingkat
yang sedikit lebih tinggi, dan demam yang ditimbulkannya akan membantu
memerangi infeksi tersebut.
Dalam jangka pendek, mekanisme homeostatis menjaga suhu tubuh berada di
dekat titik pasang, apapun yang terjadi pada waktu itu. Akan tetapi, selama periode
yang panjang homeostatis memungkinkan terjadinya perubahan teratur dalam
lingkungan internal tubuh. Hal tersebut menggambarkan respons adatif, yang
merupakan salah satu tema sentral biologi (Campbell Reece Mitchell, 2004).
DAFTAR PUSTAKA

G. Tortora and B. Derrickson, Principles of Anatomy and Physiology, 11th edition, John
Wiley and Sons, Inc. (2006).
Mitchell, Campbell reece.(2004).Biologi.Jakarta : Erlangga
VanCleave’s, Janice.A+ Projects in BiologyWinning Experiments for Science Fairs and Extra
Credit.John Wiley & Sons,Inc.(2004).
GLOSARIUM

Hormon , zat kimia yang diproduksi oleh kelenjar endokrin yang mempunyai efek
tertentu pada aktifitas organ-organ lain dalam tubuh.
Vetebrata , Golongan hewan yang memiliki tulang belakang.
cairan interstisia , merupakan cairan yang terdapat diantara sel.
mikroskopis , sebutan untuk makhluk hidup yang tidak bisa di lihat secara langsung dan
perlu bantuan alat untuk dapat kita lihat.
Kapiler , Salah satu pembuluh darah halus yang bersama kapiler lain membentuk jalur-
jalur pada bermacam-macam bagian tubuh untuk menyalurkan darah ke dalam bagian
tubuh tersebut.
Organisme unisel , organisma kecil dan ringkas yang terdiri daripada satu sel saja.
organisme multisel , organisme yang mempunyai banyak sel.
Cairan Ekstrasel , cairan yang terdapat di luar sel.
Mereabsorpsi , penyerapan kembali cairan.
Termostat , jantung dari mesin tetas sehingga mutlak harus ada dalam mesin tetas.

Anda mungkin juga menyukai