T
DENGAN ULKUS DIABETIK DI RUANG BAJI KAMASE
RS LABUANG BAJI MAKASSAR
TAHUN 2020
Disusun Oleh :
1. Hasrullah Damir
2. Sudarmadi Arif R
3. Adri Yusdi
4. Syamsul Bachri
5. Mardiana
6. Syaiful Fajrin
7. Fransiskus Marus
8. Maristela Masye Mangundap
9. Ritha Baharuddin
KELOMPOK 4 1
DI RUANG BAJI KAMASE RS LABUANG BAJI MAKASSAR
TAHUN 2020
BAB I
KELOMPOK 4 2
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ulkus diabetika merupakan luka terbuka pada permukaan kulit karena adanya
komplikasi makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insufisiensi dan neuropati, yang
lebih lanjut terdapat luka pada penderita yang sering tidak dirasakan, dan dapat
berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri aerob maupun anaerob (Healthy,
2012).
Ulkus diabetikum adalah keadaan ditemukannya infeksi, tukak dan atau destruksi
ke jaringan kulit yang paling dalam di kaki pada pasien Diabetes Mellitus (DM) akibat
abnormalitas saraf dan gangguan pembuluh darah arteri perifer. (Rizky Loviana Roza,
Rudy Afriant, Zulkarnain Edward .2015. Jurnal Kesehatan Andalas.)
Ulkus diabetikum adalah salah satu bentuk komplikasi kronik diabetes mellitus
berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai adanya kematian jaringan
setempat (Healthy, 2012).
Salah satu komplikasi diabetes melitus yang sering dijumpai adalah terjadinya
ulkus pada kaki atau sering disebut sebagai kaki diabetik. Manifestasi gangguan kaki
pada penderita DM antara lain ulkus yang terkadang tidak disadari oleh penderita
sehingga menimbulkan infeksi, gangren dan artropati Charcot. Kejadian ulkus kaki
mencapai sekitar 15% dari seluruh penderita diabetes mellitus. Catatan yang
menyebutkan bahwa dalam perjalanan penyakit sekitar 14-24% di antara penderita kaki
diabetika tersebut memerlukan tindakan amputasi.
Diabetes mellitus merupakan kumpulan gejala metabolic yang ditandai oleh adanya
peningkatan kadar glukosa darah sebagai akibat defesiensi insulin baik absolut maupun
relative (Smeltzer dab Bare, 2013).
World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa penderita diabetes mellitus
(DM) di dunia saat ini mencapai lebih dari 2030 juta jiwa. Jumlah itu diperkirakan akan
meningkat menjadi 3050 juta jiwa pada 3025 karena setiap tahunnya ada sekitar enam
penderita diabetes mellitus (DM) baru di dunia (Soegondo, 2011).
WHO mencatat bahwa Indonesia menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderita
diabetes terbesar di dunia setelah India, China dan Amerika Serikat. Selain itu,
KELOMPOK 4 3
peningkatan penderita DM tipe 2 paling banyak di alami Negara-negara berkembang
termasuk Indonesia (Tandra, 2008).
RIKESDAS tahun 2013 makassar menduduki urutan ke 26 dari seluruh provinsi
seluruh Indonesia di mana masyarakat perkotaan lebih tinggi di bandingkan masyarakat
perkotaan.
Sekitar 60,3% pasien diabetes mellitus (DM) mengalami neuropati yang sangat beresiko
mengakibatkan munculnya ulkus (borok) kaki, yang disebut neuropathic foot ulcus dan
juga infeksi, yang lama kelamaan bias menjalar ke tulang dan terjadi osteomyelitis
(infeksi dan kerusakan tulang) yang memerlukan tindakan amputasi (Tanra, 2008).
Perawatan luka merupkam upaya penanganan gangguan dan meningkatkan
sirkulasi darah pada kaki diabetes. Salah satu tindakan yang harus dilakukan dalam
perawatan kaki untuk mengetahui adanya kelainan kaki secara dini adalah dengan
melakukan senam kaki diabetes, disamping memotong kuku kaki yang benar,
pemakaian alas kaki yang baik, dan menjaga kebersihan kaki (Soegono, 2011).
Menurut penelitian debridement sebagai tatalaksana ulkus kaki diabetic. Jenis
debridement yang dilakukan adalah surgical debridement, tindakan ini untuk
membuang jaringan nekrotik dan hyperkeratosis hingga mencapai jaringan yang sehat.
Selanjutnya luka di tutup dengan kasa steril dan di balut dengan elastic perban
(Wesnawa, D 2013).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
KELOMPOK 4 4
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan mahasiswa mampu untuk
mengetahui dan memahami tentang Asuhan Keperawatan pada pasien yang mengalami
Ulkus Diabetik dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar medis pada pasien dengan penyakit Ulkus Diabetikum
mulai dari defenisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi, pemeriksaan diagnostic,
dan penatalaksanaan medis.
C. Manfaat
Dengan adanya laporan akhir ners ini, diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa
peminatan perawatan luka, profesi ners juga sebagai acuan atau kerangka dan pedoman
kerja di rumah sakit nantinya, dengan adanya laporan ners ini juga, pasien memperoleh
perawatan dengan penuh perhatian dan dilaksanakan secara berkesinambungan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
KELOMPOK 4 5
A. KONSEP DASAR MEDIS
1. Definisi
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lender dan ulkus
adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit. Adanya
kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum juga
merupakan salah satu jaringan kulit yang paling dalam di kaki pada pasien Diabetes
Mellitus (DM) akibat abnormalitas saraf dan gangguan pembuluh darah arteri perifer.
(Rizky Loviana Roza, Rudy Afriant, Zulkarnain Edward .2015. Jurnal Kesehatan
Andalas)
Sebuah ulkus didefinisikan sebagai daerah diskontuinitas permukaan epitel
(Price & Neile,at a glance ilmu bedah edisi ketiga,2006)
2. Etiologi
Menurut Smeltzer dan Bare (2001: 1224), penyebab dari diabetes mellitus adalah:
a. Diabetes Tipe I
1). Faktor genetik.
2). Faktor imunologi.
3). Faktor lingkunngan.
b. Diabetes Tipe II
1). Usia.
2). Obesitas.
3). Riwayat keluarga.
4). Kelompok genetik.
KELOMPOK 4 6
Faktor-faktor yang berpengaruh atas terjadinya ulkus diabetikum dibagi menjadi
factor endogen dan ekstrogen.
1. Faktor endogen
a. Genetik, metabolik.
b. Angiopati diabetik.
c. Neuropati diabetik.
2. Faktor ekstrogen
a. Trauma.
b. Infeksi.
c. Obat.
Faktor utama yang berperan pada timbulnya ulkus Diabetikum adalah angipati,
neuropati dan infeksi.adanya neuropati perifer akan menyebabkan hilang atau
menurunnya sensai nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa
yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan motorik juga akan
mengakibatkan terjadinya atrofi pada otot kaki sehingga merubah titik tumpu yang
menyebabkan ulsestrasi pada kaki klien. Apabila sumbatan darah terjadi pada
pembuluh darah yang lebih besar maka penderita akan merasa sakit pada tungkainya
sesudah ia berjalan pada jarak tertentu. Adanya angiopati tersebut akan menyebabkan
terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen serta antibiotika sehingga menyebabkan
terjadinya luka yang sukar sembuh (Levin, 1993) infeksi sering merupakan
komplikasi yang menyertai Ulkus Diabetikum akibat berkurangnya aliran darah atau
neuropati, sehingga faktor angipati dan infeksi berpengaruh terhadap penyembuhan
Ulkus Diabetikum.(Askandar 2001).
3.Patofisiologi
Menurut Smeltzer dan Bare (2001: 1223), patofisiologi dari diabetes mellitus adalah :
a. Diabetes tipe I
Pada Diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin
karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia
puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Disamping itu,
KELOMPOK 4 7
glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap
berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul
dalam urin (Glukosuria). Ketika glukosa yang berlebih dieksresikan dalam urin,
ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan
ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang
berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa
haus (polidipsia). Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak
yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan
selera makan (polifagia) akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya
mencakup kelelahan dan kelemahan.Proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih
lanjut turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak
yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk
samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang mengganggu
keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis diabetik
yang diakibatkannya dapat menyebabkan tandatanda dan gejala seperti nyeri
abdominal, mual, muntah, hiperventilasi, napas berbau aseton dan bila tidak ditangani
akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian.
KELOMPOK 4 8
Penyakit Diabetes membuat gangguan/ komplikasi melalui kerusakan pada
pembuluh darah di seluruh tubuh, disebut angiopati diabetik. Penyakit ini berjalan
kronis dan terbagi dua yaitu gangguan pada pembuluh darah besar (makrovaskular)
disebut makroangiopati, dan pada pembuluh darah halus (mikrovaskular) disebut
mikroangiopati. Ulkus Diabetikum terdiri dari kavitas sentral biasanya lebih besar
disbanding pintu masuknya, dikelilingi kalus keras dan tebal. Awalnya proses
pembentukan ulkus berhubungan dengan hiperglikemia yang berefek terhadap saraf
perifer, kolagen, keratin dan suplai vaskuler. Dengan adanya tekanan mekanik
terbentuk keratin keras pada daerah kaki yang mengalami beban terbesar. Neuropati
sensoris perifer memungkinkan terjadinya trauma berulang mengakibatkan terjadinya
kerusakan jaringan dibawah area kalus. Selanjutnya terbentuk kavitas yang membesar
dan akhirnya ruptur sampai permukaan kulit menimbulkan ulkus. Adanya iskemia dan
penyembuhan luka abnormal manghalangi resolusi.
Mikroorganisme yang masuk mengadakan kolonisasi didaerah ini. Drainase
yang inadekuat menimbulkan closed space infection. Akhirnya sebagai konsekuensi
sistem imun yang abnormal, bakteria sulit dibersihkan dan infeksi menyebar ke
jaringan sekitarnya, (Anonim 2009).
4. Klasifikasi
4) Derajat IV : gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa
selullitis
Klasifikasi Liverpool
1) Klasifikasi primer :
Vascular
Neuropati
Neuroiskemik
2) Klasifikasi sekunder :
Tukak sederhana, tanpa komplikasi
Tukak dengan komplikasi
(Rizky Loviana Roza, Rudy Afriant, Zulkarnain Edward .2015. Jurnal
Kesehatan Andalas)
KELOMPOK 4 10
Advertisement
REPORT THIS AD
Berdasarkan Infection :
KELOMPOK 4 11
1. No symptoms or signs of infection
2. Infection of skin and subcutaneous tissue only
4. Infection with systemic manifestation : fever, leucocytosis, shift to the left metabolic
instability, hypotension, azotemia(peningkatan kreatinin)
5. Manifestasi klinik
Ulkus diabetikum akibat mikriangiopati disebut juga ulkus panas walaupun
nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan teraba hangat oleh peradangan dan
biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal. Proses mikroangiopati menyebabkan
sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara akut emboli memberikan gejala klinis
5P yaitu:
1) Pain (nyeri)
2) Paleness (kepucatan)
3) Paresthesia (kesemutan)
5) Paralysis (lumpuh)
Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola dari fontaine:
1) Stadium I : asimptomatis atau gejala tidak khas (kesemutan).
2) Stadium II : terjadi klaudikasio(rasa sakit) intermiten.
KELOMPOK 4 12
(Smeltzer dan Bare, buku ajar keperawatan medical bedah 2001: 1220
6. Pemeriksaan Diagnostik
Pengkajian pernah adanya luka dan ulkus meliputi lokasi, durasi, ukuran, dan
kedalaman, penampakan ulkus, temperatur dan bau
b. Pemeriksaan fisik
Inspeksi pada kulit yaitu status kulit seperti warna, turgor kulit, pecah-pecah;
berkeringat; adanya infeksi dan ulserasi; adanya kalus atau bula; bentuk kuku; adanya
rambut pada kaki.
Inspeksi pada otot seperti sikap dan postur dari tungkai kaki; deformitas pada kaki
membentuk claw toe atau charcot joint; keterbatasan gerak sendi; tendon; cara
berjalan; dan kekuatan kaki.
KELOMPOK 4 13
c.Pemeriksaan Neurologis
d. Pemeriksaan aliran darah dengan menggunakan palpasi denyut nadi pada arteri kaki,
capillary refiling time, perubahan warna, atropi kulit dan kuku dan pengukuran ankle
brachial index (ABI). Ankle brachial index (ABI), ABI didapatkan dari tekanan
sistolik ankle dibagi tekanan sistolik brachialis. Nilai normal ABI >0,9-1,3. ABI
merupakan pemeriksaan noninvasif yang dengan mudah dilakukan dengan
menggunakan alat Doppler. Cuff tekanan dipasang pada lengan atas dan dipompa
sampai nadi pada brachialis tidak dapat dideteksi Doppler. Cuff kemudian dilepaskan
perlahan sampai Doppler dapat mendeteksi kembali nadi brachialis. Tindakan yang
sama dilakukan pada tungkai, dimana cuff dipasang pada calf distal dan Doppler
dipasang pada arteri dorsalis pedis atau arteri tibialis posterior.Nilai dibawah 0,9 itu
diindikasikan bawah pasien penderita diabetes melitus memiliki penyakit kaki
diabetik dengan melihat gangguan aliran darah pada kaki.
e. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dibutuhkan untuk mengetahui status klinis pasien, yaitu:
pemeriksaan glukosa darah baik glukosa darah puasa atau sewaktu,
glycohemoglobin(HbA1c), Complete Blood Count (CBC), urinalisis, dan lain- lain.
f. Pemeriksaan Radiologis
KELOMPOK 4 14
1). Pemeriksaan foto polos pada kaki diabetik dapat menunjukkan demineralisasi dan
sendi Charcot serta adanya ostomielitis.
2). Computed Tomographic (CT) scan dan Magnetic Resonance Imanging (MRI):
meskipun pemeriksa yang berpengalaman dapat mendiagnosis abses dengan
pemeriksaan fisik, CT scan atau MRI dapat digunakan untuk membantu diagnosis
abses apabila pada pemeriksaan fisik tidak jelas.
3). Bone scaning masih dipertanyakan kegunaannya karena besarnya hasil false
positif dan false negatif. Penelitian mutakhir menyebutkan 99mTc-IabeIed
ciprofolxacin sebagai penanda (marker) untuk osteomielitis.
7. Penatalaksanaan klinis
a. Prinsip Penatalaksanaan Ulkus Diabetikum
Tujuan utama pengelolaan yaitu untuk mengakses proses kearah penyembuhan luka
secepat mungkin karena perbaikan dari ulkus dapat menurunkan kemungkinan
terjadinya amputasi dan kematian pasien diabetes.
b. Penanganan Iskemia
Perfusi arteri merupakan hal penting dalam proses penyembuhan dan harus dinilai
awal pada pasien. Penilaian kompetensi vaskular pedis pada UKD (ulkus kaki
diabetik) seringkali memerlukan bantuan pemeriksaan penunjang seperti MRI
angiogram, doppler maupun angiografi.
Pemeriksaan sederhana seperti perabaan pulsasi arteri poplitea, tibialis posterior dan
dorsalis pedis dapat dilakukan pada kasus UKD kecil yang tidak disertai edema
ataupun selulitis yang luas. Ulkus atau gangren kaki tidak akan sembuh bahkan dapat
menyerang tempat lain di kemudian hari bila penyempitan pembuluh darah kaki tidak
KELOMPOK 4 15
diatasi.( Langi, Yuanita A. 2011. Penatalaksanaan Ulkus Kaki Diabetes Secara
Terpadu. Jurnal Biomedika. Vol 3 (2). Hal: 97)
c. Debridemen
Debridemen autolitik terjadi secara alami apabila seseorang terkena luka. Proses ini
melibatkan makrofag dan enzim proteolitik endogen yang secara alami akan
melisiskan jaringan nekrotik.( Langi, Yuanita A. 2011. Penatalaksanaan Ulkus Kaki
Diabetes Secara Terpadu. Jurnal Biomedika. Vol 3 (2). Hal: 97)
d. Perawatan luka
Prinsip perawatan luka yaitu menciptakan lingkungan moist wound healing atau
menjaga agar luka senantiasa dalam keadaan lembab.
Bila ulkus memproduksi sekret banyak maka untuk pembalut (dressing) digunakan
yang bersifat absorben. Sebaliknya bila ulkus kering maka digunakan pembalut yang
mampu melembabkan ulkus. Bila ulkus cukup lembab, maka dipilih pembalut ulkus
yang dapat mempertahankan kelembaban.
Untuk pembalut ulkus dapat digunakan pembalut konvensional yaitu kasa steril yang
dilembabkan dengan NaCl 0,9% maupun pembalut modern yang tersedia saat ini.
Beberapa jenis pembalut modern yang sering dipakai dalam perawatn luka, seperti:
hydrocolloid, hydrogel, calcium alginate, foam, dan sebagainya.
KELOMPOK 4 16
Penatalaksanaan Ulkus Kaki Diabetes Secara Terpadu. Jurnal Biomedika. Vol 3 (2).
Hal: 97)
(Kartika, Ronald W. 2015. Perawatan Luka Kronis dengan Modern Dressing. CDK-
230. Vol 42 (7). Hal: 549-550)
1) Hydrogel
Dapat membantu proses peluruhan jaringan nekrotik oleh tubuh sendiri. Berbahan
dasar gliserin/air yang dapat memberikan kelembapan; digunakan sebagai dressing
primer dan memerlukan balutan sekunder (pad/kasa dan transparent film).
3). Hydrocolloid
Balutan ini berfungsi mempertahankan luka dalam suasana lembap,
melindungi luka dari trauma dan menghindarkan luka dari risiko infeksi, mampu
menyerap eksudat tetapi minimal; sebagai dressing primer atau sekunder, support
autolysis untuk mengangkat jaringan nekrotik atau slough. Terbuat dari pektin,
gelatin, carboxy-methylcellulose, dan elastomers.
Tersedia dalam bentuk lembaran dan pita, mudah diangkat dan dibersihkan.
KELOMPOK 4 18
Terbuat dari bahan collagen dan sponge. Digunakan untuk merangsang percepatan
pertumbuhan jaringan luka dengan eksudat minimal dan memerlukan balutan
sekunder.
Kaki yang mengalami ulkus harus sedapat mungkin dibebaskan dari penekanan.
Sepatu pasien harus dimodifikasi sesuai dengan bentuk kaki dan lokasi ulkus. Metode
yang dipilih untuk off-loading tergantung dari karakteristik fisik pasien, lokasi luka,
derajat keparahan dan ketaatan pasien. Beberapa metode off-loading antara lain: total
non-weight bearing, total contact cast, foot cast dan boots, sepatu yang dimodifikasi
(half shoe, wedge shoe), serta alat penyanggah tubuh seperti cruthes dan walker.
f. Penanganan Bedah
Jenis tindakan bedah tergantung dari berat ringannya ulkus. Tindakan elektif
ditujukan untuk menghilangkan nyeri akibat deformitas seperti pada kelainan spur
tulang, hammertoes atau bunios. Tindakan bedah profilaktif diindikasikan untuk
mencegah terjadinya ulkus atau ulkus berulang pada pasien yang mengalami
neuropati dengan melakukan koreksi deformitas sendi, tulang atau tendon.
Bedah kuratif diindikasikan bila ulkus tidak sembuh dengan perawatan konservatif,
misalnya angioplasti atau bedah vaskular. Bedah emergensi adalah tindakan yang
paling sering dilakukan, dan diindikasikan untuk menghambat atau menghentikan
proses infeksi, misalnya ulkus dengan daerah infeksi yang luas atau adanya gangren
gas. Tindakan bedah emergensi dapat berupa amputasi atau debridemen jaringan
nekrotik.
KELOMPOK 4 19
(Langi, Yuanita A. 2011. Penatalaksanaan Ulkus Kaki Diabetes Secara Terpadu.
Jurnal Biomedika. Vol 3 (2). Hal: 98)
g. Penanganan Komorbiditas
Diabetes merupakan penyakit sistemik multiorgan sehingga komorbiditas lain harus
dinilai dan dikelola melalui pendekatan tim multidisiplin untuk mendapatkan hasil
yang optimal. Komplikasi kronik lain baik mikro maupun makroangiopati yang
menyertai harus diidentifikasi dan dikelola secara holistik. Kepatuhan pasien juga
merupakan hal yang penting dalam menentukan hasil pengobatan.
h. Pengelolaan Infeksi
Infeksi disebut mengancam bila ulkus diabetik berupa ulkus yang dalam sampai
mengenai tulang dengan selulitis yang lebih dari 2 cm dan/atau disertai gambaran
klinis infeksi sistemik berupa demam, edema, limfangitis, hiperglikemia,
leukositosis dan iskemia. Perlu diperhatikan, tidak semua pasien diabetes dengan
infeksi yang relatif berat akan menunjukkan tanda dan gejala sistemik seperti
tersebut diatas. Jika ulkus mencapai tulang atau sendi, kemungkinan besar akan
terjadi osteomielitis.
Pasien dengan infeksi yang mengancam ekstremitas harus dirawat di rumah sakit
untuk manajemen yang tepat. Debridemen dilakukan sejak awal dengan tetap
memperhitungkan ada/tidaknya kompetensi vaskular. Jaringan yang diambil dari
luka dikirim untuk kultur. Tindakan ini mungkin perlu dilakukan berulang untuk
mengendalikan infeksi. Terapi empiris untuk infeksi berat harus berspektrum luas
dan diberikan secara intravena dengan mempertimbangkan faktor lain seperti
biaya, toleransi pasien, alergi, potensi efek yang merugikan ginjal atau hati,
kemudahan pemberian dan pola resistensi antibiotik setempat. Bila terjadi infeksi
berulang meskipun terapi antibiotik tetap diberikan, perlu dilakukan kultur ulang
jaringan untuk menyingkirkan infeksi superimposed.
Lamanya pemberian antibiotik tergantung pada gejala klinis, luas dan dalamnya
jaringan yang terkena serta beratnya infeksi. Pada infeksi ringan sampai sedang
antibiotik dapat diberikan 1-2 minggu, sedangkan pada infeksi yang lebih berat
antibiotik diberikan 2-4 minggu.
KELOMPOK 4 20
Debridemen yang adekuat, reseksi atau amputasi jaringan nekrosis dapat
mempersingkat waktu pemberian antibiotik. Pada kasus osteomielitis, jika tulang
terinfeksi tidak di evakuasi, maka antibiotik harus diberikan selama 6-8 minggu,
bahkan beberapa literatur menganjurkan sampai 6 bulan. Jika semua tulang yang
terinfeksi dievakuasi, antibiotik dapat diberikan lebih singkat, yaitu 1-2 minggu
dan ditujukan untuk infeksi jaringan lunak.( Langi, Yuanita A. 2011.
Penatalaksanaan Ulkus Kaki Diabetes Secara Terpadu. Jurnal Biomedika. Vol 3 (2).
Hal: 98)
KELOMPOK 4 21
KELOMPOK 4 22
(Lipsky, Benjamin A, dkk. 2012. Infectious Disease Society of America Clinical
Practice Guideline for the Diagnoses and Treatment of Diabetic Foot Infections. CID.
2012:54)
3) fase reabsobsi atau remodeling dimana pada fase ini tanda radang sudah hilang,
parut di sekitarnya pucat, tak ada rasa sakit dan gatal. Proses penyembuhan luka
baik dan berhasil apa bila penata laksanaan secara medis dilakukan sesuai dengan
prosedur apalagi penatalaksanaan di lakukan pada kondisi luka yang sudah
terinfeksi harus di perhatikan (Mansyoer 2000, p.473).
j. Pencegahan Luka
Pencegahan dianggap sebagai elemen kunci dalam menghindari amputasi. Pasien
diajarkan untuk memperhatikan kebersihan kaki, memeriksa kaki setiap hari,
menggunakan alas kaki yang tepat, mengobati segera jika terdapat luka, pemeriksaan
rutin ke podiatri, termasuk debridemen pada kapalan dan kuku kaki yang tumbuh ke
dalam. Sepatu dengan sol yang mengurangi tekanan kaki dan kotak yang melindungi
kaki berisiko tinggi merupakan elemen penting dari program pencegahan.
8. Komplikasi
Menurut Subekti (2002: 161), komplikasi akut dari diabetes mellitus adalah sebagai
berikut :
a. Hipoglikemia
KELOMPOK 4 23
Hipoglikemia adalah keadaan kronik gangguan syaraf yang disebabkan penurunan
glukosa darah. Gejala ini dapat ringan berupa gelisah sampai berat berupa koma
dengan kejang. Penyebab tersering hipoglikemia adalah obat-obat hiperglikemik
oral golongan sulfonilurea.
b. Hiperglikemia Secara anamnesis ditemukan adanya masukan kalori yang
berlebihan, penghentian obat oral maupun insulin yang didahului oleh stress akut.
Tanda khas adalah kesadaran menurun disertai dehidrasi berat. Ulkus Diabetik
jika dibiarkan akan menjadi gangren, kalus, kulit melepuh, kuku kaki yang
tumbuh kedalam, pembengkakan ibu jari, pembengkakan ibu jari kaki, plantar
warts, jari kaki bengkok, kulit kaki kering dan pecah, kaki atlet, (Dr. Nabil RA).
KELOMPOK 4 24
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian Fokus
Menurut Doenges (2000: 726), data pengkajian pada pasien dengan Diabetes Mellitus
bergantung pada berat dan lamanya ketidakseimbangan metabolik dan pengaruh
fungsi pada organ, data yang perlu dikaji meliputi :
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan, kram otot
Tanda : Penurunan kekuatan otot, latergi, disorientasi, koma
b. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, ulkus pada kaki, IM akut
Tanda : Nadi yang menurun, disritmia, bola mata cekung
c. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih ( poliuri ), nyeri tekan abdomen
Tanda : Urine berkabut, bau busuk ( infeksi ), adanya asites.
d. Makanan / cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual / muntah, penurunan BB, haus
Tanda : Turgor kulit jelek dan bersisik, distensi abdomen
e. Neurosensori
Gejala : Pusing, sakit kepala, gangguan penglihan
Tanda : Disorientasi, mengantuk, latergi, aktivitas kejang
f. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri tekan abdomen
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi
g. Pernafasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batu dengan / tanpa sputum
Tanda : Lapar udara, frekuensi pernafasn
h. Seksualitas
Gejala : Impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita
i. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga DM, penyakit jantung, strok, Hipertensi
KELOMPOK 4 25
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan Diabetes Millitus secara teori mnurut (Carpenito, Lyna juall.
2000).
a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya / menurunnya aliran
darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
b. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada
ekstrimitas.
c. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan iskemik jaringan.
d. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.
e. Ganguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake makanan yang kurang.
f. Potensial terjadinya penyebaran infeksi (sepsis) berhubungan dengan tingginya
kadar gula darah.
g. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
h. Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
KELOMPOK 4 26
2) Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran darah : Tinggikan
kaki sedikit lebih rendah dari jantung ( posisi elevasi pada waktu istirahat ),
hindari penyilangkan kaki, hindari balutan ketat, hindari penggunaan bantal, di
belakang lutut dan sebagainya.
Rasional: meningkatkan melancarkan aliran darah balik sehingga tidak terjadi
oedema.
3) Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor resiko berupa : Hindari diet tinggi
kolestrol, teknik relaksasi, menghentikan kebiasaan merokok, dan penggunaan
obat vasokontriksi.
Rasional: kolestrol tinggi dapat mempercepat terjadinya arterosklerosis,
merokok dapat menyebabkan terjadinya vasokontriksi pembuluh darah, relaksasi
untuk
mengurangi efek dari stres.
4) Kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam pemberian vasodilator,
pemeriksaan gula darah secara rutin dan terapi oksigen ( HBO ).
Rasional: pemberian vasodilator akan meningkatkan dilatasi pembuluh darah
sehingga perfusi jaringan dapat diperbaiki, sedangkan pemeriksaan gula darah
secara
rutin dapat mengetahui perkembangan dan keadaan pasien, HBO untuk
memperbaiki oksigenasi daerah ulkus/gangren.
KELOMPOK 4 27
Rasional: Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses penyembuhan akan
membantu dalam menentukan tindakan selanjutnya.
2) Rawat luka dengan baik dan benar : Membersihkan luka secara abseptik
menggunakan larutan yang tidak iritatif, angkat sisa balutan yang menempel
pada luka dan nekrotomi jaringan yang mati.
Rasional: Merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga kontaminasi luka
dan larutan yang iritatif akan merusak jaringan granulasi tyang timbul, sisa
balutan jaringan nekrosis dapat menghambat proses granulasi.
3) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan kultur pus
pemeriksaan gula darah pemberian anti biotik.
Rasional: insulin akan menurunkan kadar gula darah, pemeriksaan kultur pus
untuk mengetahui jenis kuman dan anti biotic yang tepat untuk pengobatan,
pemeriksaan kadar gula darah untuk mengetahui perkembangan penyakit.
KELOMPOK 4 28
4) Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan pasien.
5) Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.
Rasional : Posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan pada
otot untuk relaksasi seoptimal mungkin.
6) Lakukan massage saat rawat luka.
Rasional : Massage dapat meningkatkan vaskulerisasi dan pengeluaran pus.
7) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.
Rasional : Obat-obat analgesik dapat membantu mengurangi nyeri pasien.
KELOMPOK 4 29
Rasional : Agar kebutuhan pasien tetap dapat terpenuhi.
5) Kerja sama dengan tim kesehatan lain : dokter ( pemberian analgesik ) dan
tenaga fisioterapi.
Rasional : Analgesik dapat membantu mengurangi rasa nyeri, fisioterapi untuk
melatih pasien melakukan aktivitas secara bertahap dan benar.
KELOMPOK 4 30
Potensial terjadinya penyebaran infeksi (sepsis) berhubungan dengan tinggi
kadar gula darah.
Tujuan : Tidak terjadi penyebaran infeksi (sepsis).
Kriteria Hasil :
1). Tanda-tanda infeksi tidak ada.
2). Tanda-tanda vital dalam batas normal ( S: 36 -37,50C )
3). Keadaan luka baik dan kadar gula darah normal.
Rencana tindakan :
1) Kaji adanya tanda-tanda penyebaran infeksi pada luka.
Rasional : Pengkajian yang tepat tentang tanda-tanda penyebaran infeksi dapat
membantu menentukan tindakan selanjutnya.
2) Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk selalu menjaga kebersihan diri
selama perawatan.
Rasional : Kebersihan diri yang baik merupakan salah satu cara untuk mencegah
infeksi kuman.
3) Lakukan perawatan luka secara aseptik.
Rasional : Untuk mencegah kontaminasi luka dan penyebaran infeksi.
4) Anjurkan pada pasien agar menaati diet, latihan fisik, pengobatan yang
ditetapkan.
Rasional : Diet yang tepat, latihan fisik yang cukup dapat meningkatkan daya
tahan tubuh, pengobatan yang tepat, mempercepat penyembuhan sehingga
memperkecil kemungkinan terjadi penyebaran infeksi.
5) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotika dan insulin.
Rasional : Antibiotika dapat menbunuh kuman, pemberian insulin akan
menurunkan kadar gula dalam darah sehingga proses penyembuhan akan lebih
cepat.
KELOMPOK 4 31
1). Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatannya
dan dapat menjelaskan kembali bila ditanya.
2). Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan pengetahuan yang
diperoleh.
Rencana Tindakan :
1) Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit DM dan gangren.
Rasional : Untuk memberikan informasi pada pasien/keluarga, perawat perlu
mengetahui sejauh mana informasi atau pengetahuan yang diketahui
pasien/keluarga.
2) Kaji latar belakang pendidikan pasien.
Rasional : Agar perawat dapat memberikan penjelasan dengan menggunakan
kata-kata dan kalimat yang dapat dimengerti pasien sesuai tingkat pendidikan
pasien.
3) Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada pasien
dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.
Rasional : Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat sehingga
tidak menimbulkan kesalahpahaman.
4) Jelasakan prosedur yang akan dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan
libatkan pasien didalamnya.
Rasional : Dengan penjelasdan yang ada dan ikut secara langsung
dalam tindakan yang dilakukan, pasien akan lebih kooperatif
dan cemasnya berkurang.
5) Gunakan gambar-gambar dalam memberikan penjelasan ( jika ada /
memungkinkan).
Rasional : gambar-gambar dapat membantu mengingat penjelasan yang telah
diberikan.
BAB III
KELOMPOK 4 32
LAPORAN ANALISA KASUS
ULKUS DIABETIK
Kelompok : 4
Pendidikan : SMA
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama : luka pada plantar kaki kiri yang lambat sembuhnya
Klien masuk rumah sakit pada tanggal 7 November 2020 dengan diagnose medis
Diabetes Melitus tipe 2 sejak 5 tahun yang lalu Klien di rawat dengan keluhan terdapat
luka pada plantar kaki kiri yang lambat sembuhnya. Luka timbul tanpa disadari, Kulit
kaki terlihat kering , fissure, callus, drainage luka, purulent, bau. Permukaan kulit
teraba hangat ,tercium bau. Klien mengatakan berprofesi sebagai pembuat meja kayu,
klien mengatakan merasa menginjak serpihan rotan dan bagian kecil kayu masuk
KELOMPOK 4 33
kedalam kulit kaki. klien mengatakan saat mengeluarkan rantingnya menggunakan
jarum pentul akhirnya luka menjadi meluas sejak 3 minggu.
Pada saat pengkajian tanggal 9 November 2020 klien masih mengeluh terdapat luka
pada plantar kaki kiri yang lambat sembuhnya. Luka timbul tanpa disadari, Kulit kaki
terlihat kering , fissure, callus, drainage luka, purulent, bau. Permukaan kulit teraba
hangat ,tercium bau. Klien mengatakan di rumah luka di rawat dengan merendam pada
larutan rivanol . Klien mengatakan minta dibantu ke kamar mandi untuk kebutuhan
eliminasi. Tercium bau . Klien menggunakan terapi OHO (hipoglikemi oral).
Menformin namun tidak teratur . Perawat menginformasikan agar klien sementara tidak
turun dari tempat tidur karena ada luka dikakinya.
Saat ini klien hanya minum obat sesuai dengan instruksi dokter.
Klien mengatakan sebelumnya pernah dirawat di Rumah Sakit Karena sakit yang sama
Klien mengatakan, bapak mengalami sakit yang sama dengan dirinya, dan ibu klien
meninggal karena factor usia
GI : Kakek dan nenek dari ayah dan ibu klien meninggal karena faktot usia
GII : Ayah klien meninggal karena penyakit yang sama dengannya dan Ibunya
meninggal karena faktor usia
G III : klien sendiri telah mengalami penyakit diabetes melitus ± 5 Tahun yang lalu
dan memberat 3 bulan yang lalu.
D. ASPEK PSIKOSOSIAL
KELOMPOK 4 34
1. Persepsi klien saat ini :
2. Social/ interaksi
Klien dapat berinteraksi baik dengan keluarga, dan selama sakit banyak keluarga yang
datang mengunjunginya.
o Dukungan keluarga :
Klien mengatakan semua keluarga selalu memberikan dukungan dan support selama
sakit.
3. Spiritual / kepercayaan
Selama sakit klien hanya bisa berdoa agar dirinya cepat sembuh
KELOMPOK 4 35
E. AKTIVITAS SEHARI-HARI
1. Pola Nutrisi :
Sebelum Sakit
Selama Sakit
- Frekuensi 3X/hari
- Frekuensi : 3x sehari
Sebelum Sakit
Selama Sakit
- Frekuensi 1x/hari
- Waktu : pagi
- Konsistensi : lunak
Sebelum sakit
Selama sakit
- Warna : kuning
- Bau : amoniak
- Tanpa kateter
- menggunakan kateter
- Bau : amoniak
Sebelum Sakit
Selama Sakit
- Frekuensi 2x/hari
- Jam tidur : 14:00 pada siang hari dan jam 21:00 pada malam hari
KELOMPOK 4 37
5. Pola Aktifitas Dan Latihan
Sebelum Sakit
Selama Sakit
6. Pola Pekerjaan
Sebelum sakit
Selama sakit
- Klien tidak melaksanakan aktivitas sehari-hari pada saat sakit hanya berbaring di
tempat tidur
F. PEMERIKSAAN FISIK
2. Tanda-tandaVital :
P : 28 x/i S : 36,5 º C
3. Antropometri :
KELOMPOK 4 38
BB : 70 kg
TB : 170 kg
4. System pernapasan
d. Saturasi o2 : 99%
5. Sister cardiovaskuler :
6. Sistem pencernaan :
7. System indera
a. Mata
o Inspeksi
b. Hidung
o Inspeksi :
KELOMPOK 4 39
Bentuk hidung simetris kanan dan kiri
o Palpasi :
Sinus baik, tidak ada pembengkakan dan tidak ada nyeri tekan
c. Telinga
8. System syaraf
a. Fungsi cerebral :
b. Fungsi motorik
o Kekuatan otot
5 5
5 5
c. Fungsi sensorik
o Suhu : 36,5 C
9. Ekstremitas
10. Genetalia
Tidak di kaji
KELOMPOK 4 40
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
HT 35% 40-54%
H. TERAPI MEDIS
Metformin adalah obat yang digunakan untuk menurunkan kadar gula darah
yang meningkat pada penderita diabetes. Obat ini dapat digunakan sebagai obat
tunggal atau dikombinasikan dengan obat penurun gula darah yang lain. Pada diabetes
tipe 2, hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas untuk mengatur kadar gula
dalam darah tidak dapat digunakan oleh tubuh secara optimal. Akibatnya, kadar gula
darah mengalami peningkatan.Metformin bekerja dengan cara meningkatkan
efektivitas tubuh dalam menggunakan insulin untuk menekan peningkatan kadar gula
darah. Namun perlu diketahui, obat ini tidak dapat diberikan pada penderita diabetes
tipe 1 yang organ pankreasnya sudah tidak memproduksi insulin.Pada beberapa kasus,
metformin juga digunakan untuk mengatasi penyakit PCOS. Akan tetapi penggunaan
metformin pada penderita PCOS masih perlu diteliti lebih lanjut.
KELOMPOK 4 41
Glimeperid adalah obat untuk mengendalikan kadar gula darah yang tinggi pada
penderita diabetes tipe 2. Untuk meningkatkan efektivitasnya, penggunaan glimeperid
dengan pengaturan pola makan dan olahraga yang teratur.
I. KLASIFIKASI DATA
1. Data Subjektif :
Data Objektif :
- Kulit kaki terlihat kering , fissure, callus, drainage luka, purulent, bau
2. Data Subjektif :
- klien mengeluh terdapat luka pada plantar kaki kiri yang lambat sembuhnya.
Data Objektif :
- Tercium bau
3. Data Subjektif :
Data Objektif :
4. Data Subjektif :
- klien mengatakan merasa menginjak serpihan rotan dan bagian kecil kayu masuk
kedalam kulit kaki.
Data Objektif :
– HB : 11 mg/dl
KELOMPOK 4 42
– HT : 35 %
– LED : 30
5. Data Subjektif :
Data Objektif :
- Klien mengatakan di rumah luka di rawat dengan merendam pada larutan rivanol
Data Objektif :
7. Data Subjektif :
Data Objektif :
- Perawat menginformasikan agar klien sementara tidak turun dari tempat tidur karena
ada luka dikakinya
J. ANALISA DATA
NO DATA FOKUS MASALAH ETIOLOGI
1 DS: Gangguan perfusi Diabetes
1 jaringan perifer Melitus
1. Klien mengatakan berprofesi sebagai
KELOMPOK 4 43
pembuat meja kayu
DO :
KELOMPOK 4 44
3. Hasil pemeriksaan lab :
– HB : 11 mg/dl
– HT : 35 %
– LED : 30
3
Risiko Infeksi
Tingginya
DS :
kadar
1. Perawat menginformasikan agar klien
glukosa
sementara tidak turun dari tempat tidur
darah
karena ada luka dikakinya
2. klien mengatakan merasa menginjak
serpihan rotan dan bagian kecil kayu masuk
kedalam kulit kaki .
3. klien mengatakan saat mengeluarkan
kayunya menggunakan jarum pentul
akhirnya luka menjadi meluas sejak 3 minggu.
4. Klien mengatakan di rumah luka di
rawat dengan merendam pada larutan rivanol
DO :
– LED : 30
DO :
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
KELOMPOK 4 46
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No.RM :
KELOMPOK 4 49
1. Lakukan penilaian sirkulasi
perifer secara komprehensif
misalnya: mengecek nadi
perifer,edema,waktu pengisian
kapiler,warna dan suhu kulit.
Kolaborasi:
1. Kolaborasi dengan dokter
pemberian metformin sesuai
indikasi
Kontrol infeksi
Setelah dilakukan
tindakan 1. Bersihkan lingkungan
keperawatan 2×24 dengan baik setelah digunakan
jam masalah untuk setiap pasien
3. Risiko infeksi
resiko infeksi
2. Ganti peralatan perawatan
teratasi, dengan
perpasien sesuai protocol institusi
kriteria :
.
1. Hasil lab :
3. Ajarkan cara cuci tangan
Leukosit : 5000- bagi tenaga kesehatan
10000 / mm3
4. Pastikan teknik perawatan
LED : <20mm/jam luka yang tepat
GDS : <200
KELOMPOK 4 50
4. Tidak terasa
terhadap infeksi
nyeri
Setelah dilakukan
tindakan Terapi latihan ambulasi
keperawatan
selama 3x24jam, 1. Tempatkan saklar posisi
kaku
1. Bantu pasien/keluarga
penuh
2. Bantu pasien untuk
KELOMPOK 4 51
3. Bantu untuk menghindari
duduk dalam posisi yang sama
dalam jangka waktu yang lama
Kolaborasi :
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Merupakan tahap awal dalam mengumpulkan data pada klien. Pada tahap pengkajian
pada Tn.T yang menjadi sumber informasi dalam pengumpulan data adalah klien, dan
keluarganya di ruang perawatan Baji Kamase.
KELOMPOK 4 52
B. Diagnosa Keperawatan
D. Implementasi
E. Evaluasi
Langkah akhir dan proses keperawatan adalah evaluasi untuk menilai sejauh
mana keberhasilan asuhan keperawatan yang telah diberikan pada klien. Berdasarkan
hasil evaluasi yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 10 November 2020 dapat
disimpulkan bahwa 4 diagnosa keperawatan yang diangkat semua masalah belum
teratasi.
BAB V
A. Kesimpulan
KELOMPOK 4 53
Setelah melaksanakan praktek profesi peminatan Perawatan Luka ( Ulkus
Diabetik ) terhadap klien dengan gangguan Metabolisme karbohidrat khususnya pada
Tn.T di ruang perawatan Baji Kamase, saya menyimpulkan sebagai berikut :
B. Saran
1. Pelaksanaan asuhan keperawatan akan berhasil apabila ada kerjasama yang baik
antara sesama perawat, tim medis dan tenaga kesehatan lainnya karena itu
hendaknya kerjasama yang baik senantiasa dipelihara dan terus dipertahankan.
DAFTAR PUSTAKA
Price, A.S (1995). Patofisologi: konsep klinis proses-proses penyakit. (edisi 4),
Jakarta: EGC
Brunner dan Suddarth. (2002). Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8.
Jakarta: EGC
Doenges, M.E.et all. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. (edisi 3). Jakarta: EGC
KELOMPOK 4 54
Evelyn C. Pearce (2003). Anatomi Fisiologi; untuk paramedis , Jakarta: PT Gramedia
Mayfield JA, Reiber E, Sanders LJ, Janisse D, Pogach LM. Preventive foot care in
people with diabetes. 1998.
Rizky Loviana Roza, Rudy Afriant, Zulkarnain Edward .2015. Jurnal Kesehatan
Andalas.
(Smeltzer dan Bare, buku ajar keperawatan medical bedah 2001: 1220)
SILMAN, RM. DIABETIK ULSER. CITED JUN 2008. AVAILABLE at: URL
http://www.emedicine.com
Langi, Yuanita A. 2011. Penatalaksanaan Ulkus Kaki Diabetes Secara Terpadu. Jurnal
Biomedika. Vol 3 (2). Hal: 97
Kartika, Ronald W. 2015. Perawatan Luka Kronis dengan Modern Dressing. CDK-
230. Vol 42 (7). Hal: 549-550
KELOMPOK 4 55