Data Kiriman Finas Report
Data Kiriman Finas Report
LAPORAN AKHIR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena kasih dan karunia-Nya Laporan
Akhir Pekerjaan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan
Bokondini dapat selesai.
Laporan Akhir ini merupakan laporan keempat setelah disampaikannya Laporan Draf Akhir
yang berisi mengenai data, fakta, analisis, usulan konsep pengembangan, tujuan,
kebijakan, strategi, rencana struktur ruang dan pola ruang, indikasi program
pembangunan dan pedoman pemanfaatan ruang kawasan perkotaan Bokondini.
Berdasarkan hasil analisis teknokratik, pengembangan kawasan perkotaan Bokondini
diarahkan kepada potensi kawasan yang ada, yakni berbasis kepada pertanian pangan dan
komplementaris dari pengembangan potensi wisata sejarah, rohani dan budaya.
Dengan usulan tersebut maka disusun rencana struktur dan pola ruang kawasan yang
mendorong pertumbuhan kawasan perkotaan Bokondini sesuai dengan prinsip
pengembangan dan pengendalian kawasannya.
Laporan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini terdiri atas
delapan (8) Bab pembahasan yakni Bab 1 Pendahuluan, Bab 2 Ketentuan Umum, Bab 3
Tujuan Penataan BWP dan Perumusan Masalah, Bab 4 Rencana Pola Ruang, Bab 5 Rencana
Jaringan Prasarana, Bab 6 Penetapan Sub BWP Yang Diprioritaskan Penanganannya, Bab
7 Ketentuan Pemanfaatan Ruang dan Bab 8 Peraturan Zonasi.
Sebagai perangkat operasional dari RTRW Kabupaten Tolikara, Laporan Rencana Detail
Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini dijadikan pedoman pemanfaatan dan
pengendalian ruangnya.
Yang menarik dari pengaturan pada kawasan ini adalah adanya permukiman berkembang
jauh didalam kawasan hutan lindung pada SBWP III – sebagian dari wilayah distrik
Bokoneri. Untuk itu diharapkan melalui perangkat operasional ini masyarakat disana dapat
hidup layak dan nyaman.
Atas kerjasama dari semua pihak, yakni masyarakat di distrik Bokondini, distrik Bewani,
distrik Bokoneri dan distrik Kamboneri kami mengucapkan terima kasih.
Tim Penyusun
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 1
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................... 2
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 2
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 3
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 4
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1. PKWp, PKLp, PPK, dan PPL di Kabupaten Tolikara Tahun 2013-2033 ....................9
Tabel 1. 2. Rekapitulasi Kawasan Strategis di Kabupaten Tolikara ...................................... 31
Tabel 1. 3. Luas dan Persentase BWP didalam Kawasan Perkotaan .................................... 34
Tabel 1. 4. Tutupan Lahan Kawasan ....................................................................................... 45
Tabel 1. 5. Data dan parameter sumber gempa fault untuk daerah Papua dan sekitarnya.
................................................................................................................................................. 48
Tabel 1. 6. Penggunaan Lahan di Sub BWP I .......................................................................... 54
Tabel 1. 7. Penggunaan Lahan di Sub BWP II ......................................................................... 54
Tabel 1. 8. Penggunaan Lahan di Sub BWP III ....................................................................... 55
Tabel 1. 9. Penggunaan Lahan di Sub BWP IV........................................................................ 55
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 5
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 6
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 7
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
DAFTAR GAMBAR
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 8
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 9
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
DAFTAR PETA
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 10
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 11
Permasalahan strategis yang dihadapi kawasan perkotaan
Bokondini yakni buruknya pelayanan sarana dan prasarana
sehingga berdampak kepada kesejahteraan masyarakat. Selain
itu ada permasalahan krusial yakni telah berkembangkan
permukiman di kawasan lindung di SBWP III – Sebagian Wilayah
Bokoneri.
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
BAB 1 PENDAHULUAN
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 1
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 2
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 3
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Indonesia Tahun 2009 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5056).
37. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4814)
38. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 21 Tahun 2007 tentang Kawasan Rawan
Bencana.
39. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P42/Menhut-II/2010 tentang Sistem
Perencanaan Kehutanan, Rencana Kehutanan Tingkat Kabupaten / Kota.
40. Peraturan Menteri Kehutanan No P.36/Menhut-II/2013 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Kehutanan Tingkat Kabupaten / Kota
41. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.49/Menhut-II/2011 tentang Rencana
Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) Tahun 2011 – 2030 (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 381)
42. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.01/Menhut – II/2012 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 nomor 48).
43. Keputusan Presiden No. 62 Tahun 2007 tentang Fasilitas umum Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.
44. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana
Usaha dan/atau kegiatan yang wajib di lengkapi dengan analisis mengenai dampak
lingkungan hidup.
45. Keputusan Menteri Energi Sumber Daya Mineral Nomor 1456.K/20/MEM/2000
tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Karst.
46. Keputusan Menteri Energi Sumber Daya Mineral Nomor 1457.K/20/MEM/2000
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Lingkungan di Bidang Pertambangan dan
Energi.
47. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 Tahun 2004 tentang Pedoman
Koordinasi Penataan Ruang Daerah.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 4
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Dengan memperhatikan arahan kawasan strategis dalam Rencana Tata Ruang Provinsi
Papua yakni Kabupaten Tolikara yang berada dalam irisan kawasan ;
Arahan tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang dari Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Tolikara yakni;
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 5
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 6
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 7
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp), yaitu pusat kegiatan lokal yang di promosikan
atau di rekomendasikan oleh provinsi dalam lima tahun kedepan akan menjadi PKW,
mengingat secara fungsi dan perannya kota tersebut telah memiliki karakteristik pusat
kegiatan wilayah,
Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp) yang berada di wilayah kabupaten, merupakan PPK
yang akan dipromosikan menjadi PKL dalam 5 tahun mendatang,
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi melayani
kegiatan skala distrik atau beberapa desa,
Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL), merupakan pusat permukiman yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala antar desa.
Sistem pusat kegiatan di dalam wilayah kabupaten harus mengadopsi kebijakan pengembangan
sistem kegiatan nasional yang dituangkan dalam RTRWN maupun RTRW Pulau serta kebijakan
penataan ruang provinsi yang dituangkan dalam RTRW Provinsi Papua.
Berdasarkan arahan PP No.26/2008 tentang RTRW Nasional tidak ada pusat kegiatan di Kabupaten
Tolikara. Sementara dalam Draf PERDA RTRW Provinsi Papua tahun 2011-2031 telah terdapat
arahan pengembangan Karubaga sebagai PKL. Namun demikian, mengingat perkembangan
Karubaga ke depan yang secara optimistik dapat berlangsung dengan cepat, maka Karubaga akan
dipromosikan menjadi PKWp.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 8
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Tabel 1. 1. PKWp, PKLp, PPK, dan PPL di Kabupaten Tolikara Tahun 2013-2033
No Nama Kota Hierarki Fungsi Utama
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 9
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Pusat perkantoran
Pusat permukiman
10 Poga di Distrik Poganeri PKLp Pusat pelayanan pemerintahan distrik
Pusat pengembangan pertanian
Pusat perkantoran
Pusat permukiman
11 Wina di Distrik PKLp Pusat pelayanan pemerintahan distrik
Pusat pengembangan pertanian
Pusat perkantoran
Pusat permukiman
12 Kaniro di Distrik Bokoneri, PPK Pusat pelayanan pemerintahan distrik
Woniki di Distrik Woniki, Pusat permukiman
Nabunage di Distrik Nabunage, Pusat komersial skala kampung
Wunin di Distrik Wunin,
Gundagi di Distrik
Gundagi, Umagi di Distrik
Umagi, Goyage di Distrik
Goyage, dan Timori di Distrik
Timori.
Jika ditinjau dari sistem perwilayahannya, dan berdasarkan karakteristik perkembangan wilayanya,
maka Wilayah Kabupaten Tolikara dapat dibagi menjadi beberapa Satuan Wilayah Pengembangan,
yaitu:
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 10
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Rencana Pengembangan sistem pusat permukiman kampung didasarkan pada hasil survei
lapangan menggunakan GPS ke kantor-kantor kampung, kelurahan, distrik maupun kabupaten
yang dapat dijangkau dan dari sumber-sumber yang memiliki peta atau posisi pemukiman di Papua,
dengan kecenderungan:
1. Lokasi Kampung yang berkelompok akan tumbuh pesat yang akan mengarah pada
terbentuknya kawasan perkotaan dan berdampak pada tingginya kebutuhan sarana dan
prasarana, serta perubahan fungsi lahan,
2. Lokasi kampung yang tersebar akan memiliki pertumbuhan relatif lambat, akan
membentuk kawasan perdesaan yang berorientasi pada pengelolaan sumberdaya alam,
3. Lokasi kampung yang berada di kawasan hutan akan mengalami pertumbuhan lambat dan
mengarah pada kawasan terpencil.
Secara spasial kegiatan perkampungan, diarahkan untuk dapat saling bersinergi dan saling
menunjang satu sama lain dalam pemenuhan kebutuhan pembangunan masing-masing.
3. Kegiatan pada kawasan kampung harus memperhatikan ketentuan yang telah ada
mengenai kawasan lindung, suaka alam dan cagar budaya
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 11
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Rencana pengembangan sistem jaringan transportasi darat di Kabupaten Tolikara meliputi rencana
jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, serta jaringan angkutan sungai,
1. Jaringan jalan kolektor primer JKP-1 kewenangan nasional meliputi Ruas jalan:
a. Usilimu – Karubaga
b. Karubaga – Illu
2. Jaringan jalan kolektor primer JKP-3 kewenangan provinsi meliputi rencana jaringan jalan
Karubaga - Taiyeve ( Hulu Sungai Mamberamo)
3. Jaringan jalan kolektor primer JKP-4 kewenangan kabupaten meliputi:
a. Rencana jaringan jalan yang menghubungkan Karubaga – Dundu
b. Rencana jaringan jalan yang menghubungkan Karubaga – Dow;
c. Rencana jaringan jalan yang menghubungkan Karubaga – Kanggime;
d. Rencana jaringan jalan yang menghubungkan Karubaga – Egiam;
e. Rencana jaringan jalan yang menghubungkan Karubaga – Mamit;
f. Rencana jaringan jalan yang menghubungkan Dow – Taiyeve – Egiam;
g. Rencana jaringan jalan yang menghubungkan Karubaga – Poga;
h. Rencana jaringan jalan yang menghubungkan Karubaga – Wina; dan
i. Rencana jaringan jalan yang menghubungkan Karubaga- Wunin - Bokondini.
4. Jaringan jalan lokal primer (JLP) kewenangan kabupaten meliputi:
a. Rencana jaringan jalan yang menghubungkan Kanggime – Nabunage – Woniki;
b. Rencana jaringan jalan yang menghubungkan Wari – Gundagi;
c. Rencana jaringan jalan yang menghubungkan Goyage – Kuari – Kubu;
d. Rencana jaringan jalan yang menghubungkan Bokondini – Kaniro; dan
e. Rencana jaringan jalan yang menghubungkan Mamit – Timori – Kanggime
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 12
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Dengan memperhatikan rencana struktur ruang yang telah dirumuskan dan rencana
pengembangan sistem jaringan jalan, maka rencana jaringan prasarana lalu lintas yang akan
dikembangkan di Kabupaten Tolikara adalah rencana pengembangan terminal angkutan
penumpang:
Rencana jaringan angkutan sungai dapat dikembangkan secara terbatas di beberapa distrik yang
memiliki bentang sungai yang cukup besar. Terdapat anak-anak sungai besar yang bermuara ke
Sungai Mamberamo, yang sering digunakan oleh masyarakat sebagai jalur pergerakan. Untuk
mendukung pengembangan jaringan angkutan Sungai, maka dikembangkan Dermaga Sungai di
Distrik Dow, Distrik Wari, Distrik Wina, Distrik Egiam dan Distrik Dundu, sebagai simpul transportasi
sungainya. Sementara alur pelayaran sungai yang perlu ditata adalah alur pelayaran Dow – Wina –
Gundagi – Dundu dan alur pelayaran Dundu – Egiam - Wari
Sistem Jaringan Transportasi Udara di Kabupaten Tolikara, mencakup bandar udara umum
pengumpan pada Distrik Karubaga, Bokondini, dan Taiyeve serta landasan pesawat terbang yang
terdapat pada hampir seluruh Distrik di Tolikara. Sedangkan ruang udara untuk penerbangan, yang
terdiri atas ruang udara di atas bandar udara yang dipergunakan langsung untuk kegiatan bandar
udara, ruang udara di sekitar bandar udara yang dipergunakan untuk operasi penerbangan.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 13
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Bandara Karubaga di Distrik Karubaga, bandara Bokondini di Distrik Bokondini, dan bandara
Taiyeve di Distrik Wari sebagai bandara pengumpan yang ada perlu dioptimalkan fungsinya,
dengan menambah rute penerbangan reguler serta intensitasnya. Untuk mendukung peningkatan
fungsi tersebut perlu juga adanya peningkatan sarana dan prasarana penunjang, seperti: panjang
landasan yang ditambah sehingga pesawat dapat take-off dan landing dengan baik, pembangunan
ruang tunggu penumpang yang nyaman.
Untuk memenuhi kebutuhan listrik sebagaimana telah diuraikan dalam subbab analisis, diperlukan
upaya pemanfaatan sumber listrik alternatif, yaitu:
1. Pembangkit Listrik Tenaga Air yang potensial dikembangkan di Distrik Wari dengan
memanfaatkan aliran Sungai Mamberamo
2. Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro yang potensial dikembangkan di Distrik Geya, Distrik
Kuari, Distrik Dundu, Distrik Panaga, Distrik Kubu, Distrik Wunin dan Distrik Poganeri,
3. Pembangkit Listrik Tenaga Surya dengan memanfaatkan panas matahari, dan potensial
dikembangkan di beberapa bagian wilayah Kabupaten Tolikara
Dengan semakin tingginya akses Kabupaten Tolikara, di akhir tahun 2033 diharapkan PLN sudah
dapat memberikan pelayanan listrik kabel. Untuk itu rencana pengembangan jaringan listrik untuk
pemenuhan kebutuhan listrik di Kabupaten Tolikara:
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 14
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Rencana Gardu Induk di Distrik Karubaga, Distrik Dundu, Distrik Dow, Distrik Dow, Distrik
Wari, Distrik Kanggime, Distrik Egiam, Distrik Bokondini, Distirk Kamboneri, Distrik
Poganeri dan Distrik Wina;
Rencana Gardu Distribusi di seluruh distrik;
Jaringan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) yang menyalurkan listrik dari pusat
pembangkit ke gardu induk dan antar gardu induk;
Jaringan Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) yang menyalurkan listrik dari gardu
induk ke gardu distribusi dan antar gardu distribusi
Jaringan Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR)yang menyalurkan listrik dari gardu
distribusi ke sumber beban / konsumen di seluruh bagian kawasan di tiap distrik
1. Wilayah Sungai
2. Cekungan Air Tanah (CAT)
3. Prasarana air baku untuk air minum
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 15
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Rencana pengembangan sistem jaringan sumber daya air tersebut meliputi aspek konservasi
sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air aspek
konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air.
Pengembangan sistem Wilayah Sungai terdapat pada Wilayah Sungai (WS) Lintas Negara
Mamberamo – Tami – Apauvar yang merupakan WS lintas negara dengan daerah aliran sungai
(DAS) mencakup DAS Mamberamo. Pengembangan Cekungan Air Tanah (CAT) dilakukan dengan
memanfaatkan CAT sebagai sumber air baku permukaan serta preservasi CAT dari pembangunan
untuk lahan terbangun. Sementara untuk prasarana air baku dan air minum dioptimalkan untuk
memanfaatkan air permukaan, air tanah dan air hujan.
Dalam pemenuhan kebutuhan air minum di Kabupaten Tolikara, perlu disusun skenario jangka
pendek dan jangka panjang. Dalam skenario jangka pendek, pemenuhan kebutuhan air minum bisa
bersumber dari mata air, danau, dan aliran sungai yang ada melalui sistem pengolahan sederhana.
Sementara dalam jangka panjang, pelayanan air minum diarahkan melalui sistem pengolahan skala
besar, melalui IPAM yang dikelola oleh PEMKAB maupun melalui PDAM.
Dalam pengolahan air minum sederhana terdapat beberapa elemen prasarana yang harus
dibangun, yaitu:
1. Penampungan air minum sederhana skala rumah tangga untuk menampung air hujan,
2. Penampungan air minum sederhana skala kota, baik waduk penampungan air hujan,
ataupun waduk yang sumber airnya berasal dari sungai ataupun danau,
3. Sistem distribusi non pipa melalui reservoir distribusi dan distribusi keliling menggunakan
gerobak air minum.
Dalam pengolahan air minum skala besar terdapat beberapa elemen prasarana yang harus
dibangun, yaitu:
1. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) dengan memanfaatkan sumber air
dari sungai, mata air, danau, ataupun waduk penampung air hujan,
2. Sistem distribusi pipa melalui pipa induk (menghubungkan sumber air menuju pipa
sekunder), pipa sekunder (menghubungka pipa tersier menuju pipa primer) dan tersier
(memghubungkan pipa sambungan rumah menuju pipa sekunder).
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 16
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Mengacu pada hal tersebut, maka beberapa upaya yang perlu dilakukan dalam rangka
pengembangan jaringan air minum di Kabupaten Tolikara adalah:
Dengan kondisi sistem persampahan yang cukup memprhatinkan dan kebutuhan penanganan
sampah yang semakin meningkat, maka perlu adanya terobosan penanganan sampah, yaitu:
Mengacu pada hal tersebut, maka beberapa upaya yang perlu dilakukan dalam rangka
pengembangan sistem persampahan di Kabupaten Tolikara adalah:
1. Pemilahan sampah dari rumah tangga dengan sistem tempat sampah yang memisahkan antara
sampah organik dan non organik,
2. Pembangunan tempat pengkomposan skala lingkungan di tiap kampung,
3. Penyediaan dump truck dan transfer depo untuk menampung sampah dari rumah tangga,
4. Pembangunan TPS di tiap distrik,
5. Pembangunan TPA dengan konsep Controllded Landfill di Distrik Kembu.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 17
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Melihat kebutuhan penanganan limbah cair tersebut, maka beberapa upaya yang perlu dilakukan
dalam rangka pengembangan sistem penanganan limbah cair di Kabupaten Tolikara adalah:
1. Pengambangan Sistem pembuangan limbah manusia yang dikelola secara individual dan
komunal (SANIMAS) untuk menangani limbah domestik hingga 5 tahun mendatang. Untuk
pengelolaan limbah manusia secara individual setiap rumah harus dilengkapi dengan tangki
septik bidang resapan. Sedangkan bila dilakukan secara komunal atau bersama adalah
dengan membuat tangki septik penyaluran air limbah dengan pelayanan untuk 5 rumah
tangga atau 20 jiwa kawasan-kawasan yang jauh dari pusat distrik),
2. Penyediaan prasarana penanganan limbah domestik skala distrik hingga 10 tahun
mendatang, seperti:
a. Pembangunan IPLT di Distrik Karubaga, Distrik Dundu, Distrik Dow, Distrik Dow, Distrik
Wari, Distrik Kanggime, Distrik Egiam, Distrik Bokondini, Distirk Kamboneri, Distrik
Poganeri dan Distrik Wina,
b. Penyediaan truk tinja untuk melayani kawasan pusat pertumbuhan
3. Penyediaan prasarana penanganan limbah non domestik dan domestik skala kabupaten
hingga 20 tahun mendatang, seperti:
a. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Distrik Karubaga, Distrik
Dundu, Distrik Dow, Distrik Dow, Distrik Wari, Distrik Kanggime, Distrik Egiam, Distrik
Bokondini, Distirk Kamboneri, Distrik Poganeri dan Distrik Wina
b. Pembangunan sistem perpipaan untuk saluran limbah domestik yang bermuara ke IPLT
dan saluran limbah non domestik ke IPAL.
Guna mendapat sistem drainase yang sesuai dan tepat maka diperlukan upaya-upaya seperti:
1. Program normalisasi sungai yang memperlebar dan memperdalam alur sungai untuk
mengatasi penyempitan dan pendangkalan/penyumbatan di hilir/muara sungai.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 18
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Dalam upaya menunjang kualitas lingkungan yang terdapat di Kabupaten Tolikara maka perlu
direncanakan sistem drainase untuk menampung limbah buangan rumah tangga maupun fasilitas
lainnya. Drainase terdiri atas :
Kabupaten Tolikara masuk dalam kawasan rawan bencana alam dan bencana geologi (gempa
bumi). Untuk itu Kabupaten Tolikara menetapkan jalur evakuasi bencana yang dikembangkan pada
kawasan-kawasan rawan longsor, yaitu dengan memanfaatkan jaringan jalan, jalur pejalan kaki dan
drainase tertutup yang mengarahkan evakuasi menjauhi lokasi bencana ke arah lokasi dan/atau
bangunan evakuasi yang telah ditentukan pada lokasi yang lebih datar, yaitu di Distrik Karubaga,
Distrik Bokondini, Distrik Kanggime, Distrik Kembu, Distrik Dow, Distrik Wari dan Distrik Poganeri.
Rencana Rencana Struktur Ruang Kabupaten Tolikara dapat dilihat pada peta dibawah ini.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 19
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 20
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Berdasarkan peta status kawas hutan, sebagaimana yang tertuang dalam SK Menhut No.458
Tahun 2012, diidentifikasi bahwa luas hutan lindung di Kabupaten Tolikara 279.953,76 Ha. Umumya
Hutan Lindung tersebar di Distrik Wina, Distrik Gudagi, Distrik Dundu dan Distrik Egiam.
Kawasan lindung nasional lainnya di Kabupaten Tolikara adalah bagian dari Kawasan Suaka
Margasatwa Mamberamo Foja dengan luas 229.154,43 Ha yang terdapat di Distrik Dow dan Distrik
Wari Adapun kawasan suaka marga satwa memiliki kriteria:
1. merupakan tempat hidup dan perkembangbiakan dari suatu jenis satwa yang perlu
dilakukan upaya konservasinya,
2. memiliki keanekaragaman satwa yang tinggi,
3. merupakan tempat dan kehidupan bagi jenis satwa migran tertentu, atau
4. memiliki luas yang cukup sebagai habitat jenis satwa yang bersangkutan.
Kawasan lindung geologi yang terdapat di Kabupaten Tolikara adalah kawasan rawan bencana
geologi berupa gempa bumi. Kawasan lindung geologi ini terbagi ke dalam dua tingkat kerawanan,
yaitu:
1. tingkat kerawanan gempa bumi sangat tinggi berada di Distrik Wari dan Distrik Dow; dan
2. tingkat kerawanan gempa bumi tinggi berada di Distrik Wina, Distrik Gudagi, Distrik Dundu,
Distrik Umage, Distrik Panaga, Distrik Kembu, Distrik Timori, Distrik Wunin, Distrik Numba,
Distrik Kondaga, Distrik Karubaga, Distrik Geya, Distrik Kuari, Distrik Goyage, Distrik
Nabunage, Distrik Kanggime, Distrik Woniki, Distrik Nunggawi, Distrik Gilombandu, Distrik
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 21
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Kubu, Distrik Bokoneri, Distrik Bokondini, Distrik Bewani, Distrik Kaboneri, dan Distrik
Poganeri
Kawasan perlindungan setempat di Kabupaten Tolikara terdiri dari Kawasan Sempadan Sungai,
Kawasan Sekitar Danau dan Kawasan Sekitar Mata Air. Mengacu pada ketetapan sempadan yang
sudah ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN bahwa
ketentuan sempadan sungai adalah sebagai berikut :
1. Daratan sepanjang tepian sungai bertanggul di dalam kawasan permukiman dengan lebar
minimal 5 meter dari kaki tanggul sebelah luar;
2. Daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan permukiman
dengan lebar paling sedikit 100 (seratus) meter dari tepi sungai; dan
3. Daratan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul di luar kawasan permukiman
dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepi sungai.
1. Daratan dengan jarak 50-100 meter dari titik pasang air danau tertinggi; dan
2. Daratan sepanjang tepian danau yang lebarnya proporsional terhadap bentuk dan kondisi
fisik danau
Sementara untuk kawasan di sekitar mata air memiliki ketentuan daratan dengan jari-jari sekurang-
kurangnya 200 meter.
Kawasan rawan bencana yang terdapat di Kabupaten Tolikara adalah kawasan rawan bencana
tanah longsor. Kawasan rawan bencana ini terbagi ke dalam dua rentang klasisfikasi, yaitu:
1. tingkat kerawanan longsor rendah sampai sedang berada di Distrik Poganeri, Distrik Kubu,
Distrik Bokoneri, Distrik Kaboneri, Distrik Bokondini dan Distrik Bewani
2. tingkat kerawanan longsor sedang sampai tinggi berada di Distrik Wina, Distrik Gudagi,
Distrik Dundu, Distrik Egiam, Distrik Umage, Distrik Panaga, Distrik Kembu, Distrik Timori,
Distrik Wunin, Distrik Numba, Distrik Kondaga, Distrik Karubaga, Distrik Geya, Distrik
Nelawi, Distrik Kuari, Distrik Nabunage, Distrik Goyage, Distrik Kanggime, Distrik Woniki,
Distrik Nunggawi dan Distrik Gilombandu
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 22
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Kawasan hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil
hutan. Berdasarkan peta status kawas hutan, sebagaimana yang tertuang dalam SK Menhut
No.458 Tahun 2012, diidentifikasi bahwa luas hutan produksi terbatas dan hutan produksi konversi
di Kabupaten Tolikara secara berturut-turut adalah 49.690,44 Ha dan 62.761,01 Ha.
Sebaran Kawasan Hutan Produksi Terbatas adalah di Distrik Dow dan Distrik Wari sementara
sebaran Kawasan Hutan Produksi yang dapat dikonversi adalah di Distrik Bewani, Distrik Distrik
Kaboneri, Distrik Bokoneri, Distrik Wunin, Distrik Kondaga, Distrik Karubaga, Distrik Geya, Distrik
Numba, Distrik Nelawi, Distrik Kuari, Distrik Nabunage, Distrik Kanggime, Distrik Woniki, Distrik
Gilombandu, Distrik Nunggawi, Distrik Timori, Distrik Kembu, Distrik Panaga dan Distrik Umage.
Adapun komoditas hutan yang dapat dikembangkan di Kabupaten Tolikara adalah Kayu Lawang
dan Lebah Madu.
Kawasan pertanian tanaman pangan adalah kawasan yang berfungsi sebagai tempat pengusahaan
tanaman padi atau tanaman pangan lainnya guna menghasilkan bahan pangan, baik untuk
kebutuhan sendiri maupun untuk dijual.
1. pertanian lahan basah berupa pertanian padi sawah skala kecil untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat yang terdapat di Distrik Dow dan Distrik Wari;
2. pertanian tanaman pangan lahan kering yang diarahkan untuk pengembangan komoditas
a. ubi-ubian dan keladi yang terdapat di Distrik Bokondini, Distrik Geya, Distrik Kembu,
Distrik Bokoneri, Distrik Goyage, Distrik Poganeri dan Distrik Wunin;
b. kacang merah dan kacang tanah di seluruh distrik; dan
c. kedelai di Distrik Goyage dan Distrik Poganeri
Luas kawasan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Tolikara adalah 2.231,62 Ha.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 23
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Ciri khas dari pertanian hortikultura ini adalah tanaman lahan kering yang bernilai ekonomi tinggi
(Tejoyuwono, 1989), seperti buah-buahan dan sayur-sayuran. Komoditas pertanian hortikultura
yang terdapat di Kabupaten Tolikara adalah sebagai berikut:
Sektor perkebunan selama ini mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah Kabupaten
Tolikara. Sub-sektor perkebunan terus dikembangkan dengan melibatkan perkebunan rakyat dan
perkebunan skala besar. Luas kawasan peruntukan perkebunan hingga tahun 2033 adalah 108,18
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 24
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Sistem multistrata merupakan konservasi tanah dengan cara penanaman tanaman buah-
buahan, kayu-kayuan, dan/atau tanaman legum multiguna (multipurpose leguminous) di
antara tanaman perkebunan (tanaman utama), sehingga tercipta komunitas tanaman
dengan berbagai strata tajuk. Dengan kondisi yang demikian, hanya sebagian kecil saja air
hujan yang langsung menerpa permukaan tanah
Kawasan perikanan yang potensial dikembangkn di Kabupaten Tolikara adalah perikanan air tawar
melalui budidaya kolam dan dikembangkan secara terpadu dengan pengembangan kawasan
pertanian. Kawasan Perikanan ini diarahkan untuk dikembangkan di Distrik Dow dan Distrik Wari.
Namun perlu diingat bahwa pemanfaatan kawasan tambang perlu memperhatikan keberadaan
Hutan Lindung dan Kawasan Permukiman yang ada di sekitarnya. Bilamana kegiatan penambangan
dilakukan pada Kawasan Hutan Lindung, maka penambangan dilakukan dengan model
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 25
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Underground Mining, namun bila dilakukan pada kawasan budidaya, pembangunan diarahkan
untuk dilakukan di sekitar kawasan permukiman yang sudah terbangun.
1. Potensi Wisata Alam terdapat Distrik Umagi, Distrik Gundagi, Distrik Bokoneri, Distrik
Kondaga, Distrik Timori, Distrik Panaga, yang umumnya berupa air terjun dan danau di
Distrik Geya
2. Potensi Wisata Budaya yang tersebar di seluruh distrik, yang diarahkan pada wisata budaya
tari-tarian serta pesta bakar batu pada event-event khusus.
3. Potensi Wisata Minat Khusus:
a. Wisata agro di distrik Bokondini, Kanggime, Kembu. Dalam wisata agro ini,
pengunjung bisa merasakan bagaimana melihat atau bahkan ikut memetik buah
merah (ciri khas papua), melihat proses penanaman dan pembibitan tanaman, juga
dilengkapi dengan sarana outbond,
b. Wisata MICE, merupakan wisata sambil melakukan kegiatan Meeting (pertemuan),
Invention (Pameran), Convention (Rapat) dan Exhibition (eksebisi) dengan tujuan
mempromosikan aktifitas pariwisatanya sehingga dapat meningkatkan kerjasama
yang meliputi kerjasama perjalanan wisata, perdagangan, investasi di bidang
pariwisata serta kerjasama di bidang kebudayaan dan pendidikandi Distrik
Karubaga.
c. Potensi wisata petualangan alam (Natural Adventure Tourism) seperti Forest
Tracking, River Tracking, Hiking, Gantole, dan Canoing
Mengingat semakin terbatasnya luas lahan untuk kegiatan usaha pertanian serta perlunya
peningkatan SDM masyarakat, maka kegiatan industri yang berbasis agro perlu didorong
pertumbuhannya. Oleh karena itu industri pengolahan hasil pertanian perlu mendapat prioritas
utama dalam pengembangan ekonomi kerakyatan. Industri Agro dapat dikembangkan pada
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 26
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Kawasan Agroforestri yang melingkupi Distrik Bokondini, Kanggime, Kembu dengan luas mencapai
45,44 Ha.
Selain industri agro, terdapat potensi industri rumah tangga, yang memproduksi hasil seni
kerajinan lokal, seperti noken dan hiasan lainnya.
Berdasarkan hasil proyeksi kebutuhan lahan permukiman, diidentifikasikan bahwa hingga tahun
2033 nanti, hanya dibutuhkan lahan seluas 2.686 Ha. Dengan demikian dari 4.672,57 Ha yang telah
diperuntukkan untuk kawasan permukiman, masih tersisa lahan 1.986,57 Ha yang bisa dijadikan
untuk cadangan lahan pembangunan permukiman selanjutnya (setelah masa berlakunya RTRW
Kabupaten Tolikara).
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 27
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Terkait dengan peruntukan permukiman ini, terdapat hal yang harus diperhatikan, yaitu
menyangkut kerawanan longsor. Berdasarkan hasil analisis geologi, pada dasarnya sebaran
permukiman baik permukiman perkotaan maupun perdesaan di Kabupaten Tolikara umumnya
berada pada kawasan rawan bencana longsor. Oleh karena itu diperlukan penanganan secara
teknis terkait konstruksi fisik bangunan perumahan. Terdapat beberapa hal-hal yang harus
dipertimbangkan dalam pembangunan fisik di kawasan rawan longsor, yaitu:
1. Perlu diterapkan sistem perkuatan lereng untuk menambah gaya penahan gerakan tanah
pada lereng
2. Meminimalkan pembebanan pada lereng, melalui penetapan jenis bangunan dan kegiatan
yang dilakukan
3. Memperkecil kemiringan lereng
4. Pembuatan konstruksi rumah panggung
Kawasan peruntukan lainnya adalah kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan. Kawasan
peruntukan pertahanan dan keamanan tersebut terdiri dari:
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 28
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 29
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Kawasan yang berpotensi strategis dalam skala Kabupaten Tolikara dan perlu dikembangkan
adalah:
Terkait dengan penetapan kawasan strategis ini, maka kewenangan dari Pemerintah
Kabupaten adalah:
b. Kawasan Cepat Tumbuh di Distrik Karubaga, Distrik Bokondini, Distrik Kanggime, Distrik
Kembu, Distrik Wina, Distrik Kaboneri, Distrik Poganeri, Distrik Dundu dan Distrik Egiam
Kawasan Cepat Tumbuh adalah kawasan yang mengalami pertumbuhan cepat
dibandingkan dengan kawasan lain di Kabupaten Tolikara.Kawasan Cepat Tumbuh ini
perlu mendapatkan perhatian, khususnya dalam uapaya untuk mengendalikan
pertumbuhannya agar tidak melebihi daya dukung dan daya tampungnhya serta
mengharmoniskan pertumbuhannya dengan kawasan lain di Kabupaten Tolikara.
Terkait dengan penetapan kawasan strategis ini, maka kewenangan dari Pemerintah
Kabupaten adalah:
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 30
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Terkait dengan penetapan kawasan strategis ini, maka kewenangan dari Pemerintah
Kabupaten adalah Penyusunan rencana induk penanganan bencana dan
Pengendalian dan pengawasan pemanfaatan kawasan untuk kegiatan budidaya
Berdasarkan hasil identifikasi dan perencanaan, maka terdapat dua kategori besar Kawasan
Strategis di Kabupaten Tolikara, yaitu Kawasan Strategis Provinsi, dan Kawasan Strategis
Kabupaten. Rekapitulasi Kawasan Stratategis di Kabupaten Tolikara dapa dilihat pada tabel
dibawah ini.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 31
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 32
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Adapun maksud dan tujuan dari Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan
Bokondini sebagai berikut :
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 33
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Adapun Luas wilayah kawasan perkotaan seluas 100,65 ha, dengan wilayah terbesar di
BWP 3 dengan luas 4216.86 sekitar 42% dari total keseluruhan kawasan perkotaan,
kemudian diikuti oleh BWP 1 seluas 2197.09 ha atau sekitar 22%. untuk lebih jelas batas
administrasi kawasan perkotaan Bokondini dapat dilihat pada tabel 1.3 dan peta 1.4.
1.4.2.1. Topografi
Ditinjau dari kondisi topografinya, Kawasan Perkotaan umumnya berada pada wilayah
yang berbukit-bukit sampai bergunung, berkisar antara 1000 mdpl sampai dengan 2.500
mdpl. Namun terdapat juga sebagian kecil wilayah yang berada pada dataran rendah
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 34
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
dengan kondisi tanah rawa, yaitu pada bagian selatan kawasan perkotaan, dengan
ketinggian < 500 mdpl.
Kondisi ketinggian dan kelerengan pada kawasan Perkotaan Bokondini dapat dilihat pada
peta 1.5 dan 1.6.
Kawasan Pengembangan Bokondini secara geologi terdiri dari Endapan Aluvial, Endapan
Longsor dan Endapan Terbiku (Terrace Deposit) yang berumur Holosen (0 – 10 ribu tahun
yang lalu). Endapan tersebut menindih secara tidak selaras Batuan Malihan Derewo yang
berumur Eosen – Oligosen (25,2 juta – 54 juta tahun yang lalu).
Kota Bokondini saat ini, umumnya dibangun di atas Endapan Terbiku atau Terrace Deposit
karena relatif datar dengan ruang yang cukup lebar (mencapai 250 m) dan memanjang
barat – timur sepanjang lebih dari 2 km.
Rincian kondisi geologi endapan dan batuan (formasi) yang mengalasi Kawasan
Pengembangan Bokondini tersebut dari yang berumur tertua hingga yang paling muda
adalah sebagai berikut:
a. Batuan Malihan Derewo, berumur Eosen-Oligosen (25,2 juta – 54 juta tahun yang lalu),
terdiri dari batusabak, filit, sekis kuarsa mika, dan sekis klorit. Batuan malihan tersebut
karena umumnya berofoliasi dan terkekarkan kuat, terdapat dengan lereng yang terjal
dan curah hujan di daerah Tolikara yang relatif tinggi serta terletak pula pada daerah
dengan kegempaan yang agak tinggi (percepatan permukaan pada batuan dasar
mencapai 0,4g) maka batuan tersebut sangat berpotensi longsor seperti yang dijumpai
pada tebing di sebelah barat-laut kota Bokondini. Namun demikian daya dukung masa
tanah/ masa batuan di daerah ini sangat lebih dari cukup untuk dibebani oleh bangunan
berlantai dua atau lebih, tetapi cukup sulit untuk digali secara manual.
Potensi air tanah pada batuan malihan ini hampir tidak ada atau sangat langka,
demikian pula potensi mata air diduga kuat tidak ada yang besar, kalaupun ada sangat
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 35
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
mungkin debitnya kecil dan sangat terpengaruh oleh musim . Batuan ini terdapat di
bagian selatan dan utara kota Bokondini berupa perbukitan yang terjal yang top soil
dan tanah pelapukannya sangat tipis (kurang dari 0,5 m).
Daerah yang di alasi oleh batuan malihan ini tidak baik untuk dikembangkan sebagai
daerah pemukiman, perkantoran apalagi untuk lokasi rumah sakit. Namun dengan
pemilihan lokasi secara hati-hati dengan menghindari daerah yang benar benar
berpotensi longsor (agak datar) dan dengan selalu memperhatikan kaidah
membangun dengan prinsip sadar bencana maka beberapa lokasi yang relatif agak
datar dengan luasan yang terbatas mungkin masih dapat diperuntukan bagi
pemukiman.
Sementara itu, kebutuhan akan air bersih harus dipenuhi dari aliran permukaan
(sungai), dan/ atau menampung air hujan. Pembuatan sumur resapan tidak disarankan
pada daerah ini karena akan semakin meningkatkan potensi longsor.
b. Secara tidak selaras di atas Batuan Malihan Derewo diendapkan Endapan Terbiku
(Terrace Deposit) yang berumur Holosen (0 – 10 ribu tahun yang lalu), terdiri dari
konglomerat, breksi dan pasir dengan ketebalan total dapat mencapai 50 m. Endapan
ini terdapat dengan lereng yang landai dan bahkan digunakan untuk penempatan
landasan pacu bandara Bokondini yang ada sekarang termasuk kota Bokondini sendiri.
Endapan ini diduga kuat memiliki potensi air tanah tak tertekan – dengan kategori
potensi sedang dengan kedalaman muka air tanah mencapai sekitar lima meter di
bawah permukaan tanah. Daya dukung Endapan Terbiku cukup untuk bangunan dua
lantai atau lebih.
Umumnya potensi longsor pada batuan ini adalah kecil kecuali pada bagian yang
terletak di tebing sungai yang terjal.
Pada lokasi yang dialasi oleh endapan Terbiku inilah kota Bokondini dibangun dan
hingga kini umumnya terlihat stabil tanpa gangguan longsor yang berarti kecuali pada
tepi sungai seperti telah dijelaskan di atas.
Oleh karena itu, Kawasan Pengembangan Bokondini harus diusahakan sedapat
mungkin diletakkan pada Endapan Terbiku. Kebutuhan air baku dapat diharapkan dari
air tanah tidak tertekan dan bila masih kurang dapat dipenuhi dari air permukaan
seperti yang umumnya digunakan sekarang dan/ atau penampungan air hujan.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 36
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Pembuatan sumur resapan sangat disarankan pada lokasi ini kecuali pada bagian tepi
sungai yang lerengnya terjal.
c. Endapan Longsor (Tallus Deposit), berumur Holosen (0 – 10 ribu tahun yang lalu), terdiri
campuran lempung, lanau, pasir, kerikil, kerakal dan bongkah yang umumnya berasal
dari batuan malihan atau Endapan Terbiku yang melongsor. Tebal endapan ini sangat
bervariasi tergantung kepada luasan dan kedalaman masa tanah dan/atau masa batuan
yang melongsor. Endapan longsor ini diendapkan secara tidak selaras di atas batuan
Malihan Derewo dan/atau Endapan Terbiku.
Potensi air tanah umumnya sedang hingga tinggi dan biasanya di bagian elevasi
terendah dari endapan ini ditemukan mata air yang besaran debitnya sangat
dipengaruhi oleh musim.
Di atas endapan ini sama sekali tidak disarankan untuk dibagun pemukiman atau
bangunan lainnya termasuk kolam kolam ikan kecuali untuk budidaya tanaman
pertanian atau hutan kota.
d. Endapan Aluvial yang berumur Holosen (0 – 10 ribu tahun yang lalu) merupakan
endapan sungai yang terdapat di sepanjang aliran sungai di daerah ini. Endapan ini
terdiri dari bongkah, kerakal, kerikil, pasir, lanau dan lumpur. Ketebalannya bervariasi
hingga mungkin sekitar tiga meter. Endapan ini seumur dengan Endapan Longsor dan
juga terdapat secara tidak selaras di atas Batuan Malihan Derewo dan/atau Endapan
Terbiku.
e. Pasir dan kerikil dari endapan ini tidak baik digunakan untuk bahan beton karena relatif
lunak dan berbutir pipih karena umumnya berasal dari bahan rombakan Batuan
Malihan Derewo. Bongkah dan kerakal yang juga berasal dari batuan malihan tersebut,
juga tidak baik untuk bahan beton karena kuat tekan uniaxial batuan tersebut hanya
sekitar 250 kg/ cm2 sehingga diperkirakan hanya akan mendapatkan beton dengan kuat
tekan uniaxial 75 kg/ cm2 (K-75).
Intensitas curah hujan di Kawasan Perkotaan Bokondini memiliki intensitas dengan curah
hujan rendah yang meliputi Distrik Bokondini, Bokoneri, Kaboneri dan Bewani.
Kondisi curah hujan di Kawasan Perkotaan Bokondini dapat dilihat pada gambar 1.7.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 37
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
1.4.2.4. Hidrologi
Seperti yang telah dijelaskan dalam kajian hidrogeologi secara umum di Kabupaten
Tolikara, untuk Kawasan Perkotaan Bokondini berkondisi sebagai Daerah Air Tanah (DAT)
Langka.
Kondisi Hidrogeologi di kawasan Perkotaan Bokondini dapat dilihat pada gambar 1.8.
Daerah Aliran Sungai (DAS) yang terdapat di Kawasan Perkotaan Bokondini adalah DAS
Mamberamo. DAS tersebut bermuara di Wilayah Sungai (WS) Lintas Negara Mamberamo
– Tami – Apauvar. Kondisi daerah aliran sungai di kawasan Perkotaan Bokondini dapat
dilihat pada peta 1.9.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 38
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 39
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 40
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 41
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 42
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 43
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 44
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Dengan menggunakan data pencitraan satelit quickbird pada tahun 2013, teridentifikasi
bahwa dari total luas lahan kawasan perkotaan yang mencapai 10.061, 82 Ha, 0,06%-nya
adalah bangunan atau seluas 5,75 hektar. Sedangkan sisanya yakni sebesar 99,94% atau
seluas 10056,07 hektar adalah tutupan lahan dengan kelompok vegetasi, air, lahan
pertanian, dan lahan kering.
Kondisi tutupan lahan Kawasan Perkotaan Bokondini dapat dilihat pada peta 1.10.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 45
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Tektonik aktif yang terdapat di Kabupaten Tolikara tidak lepas dari kondisi tektonik
regional yang ada di Papua, dimana ada beberapa sesar aktif yang mempengaruhi kondisi
kegempaan di kawasan kabupaten Tolikara (Gambar 1.1).
Masyur Irsyam dkk (2010) menyatakan bahwa provinsi Papua yang terletak di bagian barat
Papua Nugini sering dipertimbangkan sebagai salah satu daerah yang memiliki kondisi
tektonik yang kompleks di dunia. Hal ini diakibatkan benturan dengan sudut miring antara
lempeng Samudera Pasifik–Lempeng Caroline yang bergerak ke selatan dengan kecepatan
antara 110 mm – 125 mm/thn terhadap tepian lempeng Benua Australia. Benturan miring
lempeng-lempeng tersebut menghasilkan gerak patahan-patahan kombinasi thrusting dan
geser di seluruh pulau Irian meliputi jalur sesar naik Membramo di utara Papua, jalur anjak
perdataran tinggi (the highland thrust belt) Papua Tengah, Sesar Sorong, Ransiki, Yapen,
dan Zone Sesar Tarera–Aiduna yang terkonsentrasi di sekitar Papua Barat, kepala dan leher
burung Papua. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa Parit Nugini merupakan fitur
tektonik utama yang dapat menggambarkan batas antara Lempeng Pasifik dan Lempeng
Australia.
Dari peta tektonik aktif Indonesia yang dibuat oleh Masyur Irsyam dkk (2010), terlihat
bahwa di sekitar provinsi Papua terdapat banyak sesar aktif dan zona penunjaman aktif,
sebagaimana terlihat pada Gambar 1.1 dan Tabel 1.5.
Kondisi tektonik seperti yang dimiliki Papua menyebabkan wilayah ini rawan akan gempa
tektonik, terutama gempa dangkal yang sering merusak dan menimbulkan tsunami.
a. Kejadian Gempa
Kondisi tektonik seperti yang dimiliki Papua menyebabkan wilayah ini rawan akan gempa
tektonik, terutama gempa dangkal yang sering merusak dan menimbulkan tsunami.
Kejadian gempa yang pernah terjadi di Papua telah direkam dan diterbitkan oleh Badan
Geologi Amerika Serikat (USGS) dan disajikan seperti pada Gambar 1.2. Titik-titik berwarna
di dalam peta menunjukkan kedalaman pusat gempa.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 46
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
b. Resiko Gempa
Berdasarkan Peta Resiko Bencana Gempa di Indonesia yang diterbitkan oleh Badan
Nasional Penanggulangan Bencana, Kabupaten Tolikara sebagai bagian dari wilayah Papua
mempunyai resiko gempa dengan ukuran sedang hingga agak tinggi (Gambar 1.3).
Gempa yang terjadi di wilayah Kabupaten Tolikara secara tektonik akan dipengaruhi oleh
pergerakan sesar aktif di sekeliling wilayah tersebut.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 47
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Tabel 1. 5. Data dan parameter sumber gempa fault untuk daerah Papua dan sekitarnya.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 48
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 49
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
c. Beban Gempa
Beban gempa untuk wilayah Kabupaten Tolikara merupakan bagian dari beban gempa dari
Provinsi Papua berdasarkan Hasil Studi Tim Revisi Peta Gempa Indonesia 2010 dengan
ketua tim adalah Prof. Mansyur Irsyam.
Penentuan parameter sumber gempa yang digunakan berasal dari katalog gempa terbaru
dan informasi sesar aktif. Katalog gempa yang digunakan mulai dari tahun 1900 hingga
2009 serta katalog yang telah direlokasi hingga tahun 2005. Pemodelan sumber gempa
yang digunakan meliputi sumber gempa sesar, sumber gempa subduksi dan sumber
gempa background.
Sumber gempa sesar dan subduksi menggunakan model tiga dimensi (3D) yang sudah
memperhitungkan hasil tomografi untuk kondisi geometri dan data GPS untuk nilai slip-
rate sedangkan sumber gempa background menggunakan model gridded seismicity.
Fungsi atenuasi yang digunakan adalah Next Generation Attenuation (NGA), dimana fungsi
atenuasi ini disusun dengan menggunakan data gempa global (worldwide data).
Hasil analisis berupa data dan parameter fault Indonesia dalam studi ini terangkum pada
Tabel 1.5 untuk daerah Papua dan sekitarnya.
Gambar 1.4 memberikan ilustrasi hasil studi untuk data dan parameter sumber gempa
sesar meliputi nama, lokasi, nilai slip-rate dan maksimum magnituda desain yang digunakan
untuk PSHA (Probabilistic Seismic Hazard Analysis).
Peta hasil studi PSHA untuk percepatan puncak (PGA), spektra 0.2 detik, dan 1.0 detik di
batuan dasar untuk kemungkinan terlampaui 10% dalam 50 tahun (atau gempa 475 tahun)
dapat dilihat dalam Gambar 1.4.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 50
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Berdasarkan peta resiko gerakan tanah yang dibuat oleh Badan Nasional Penanggulangan
Bencana tahun 2011, wilayah Kabupaten Tolikara mempunyai resiko gerakan tanah sedang
hingga tinggi (Gambar 1.5).
Batuan Malihan (metamorf) Derewo ini umumnya mempunyai foliasi dan terkekarkan
sangat kuat membentuk bidang yang lemah, ditambah dengan curah hujan yang tinggi dan
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 51
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
berkembangnya sesar aktif dan gempabumi menyebabkan batuan tersebut menjadi tidak
stabil dan mudah longsor.
Berdasarkan peta resiko gunung api yang dibuat oleh Badan Nasional Penanggulangan
Bencana Nasional tahun 2011 (Gambar 1.6) dan pengamatan lapangan awal tidak
ditemukan adanya gunung api disekitar wilayah Kabupaten Tolikara.
f. Resiko Tsunami
Berdasarkan peta resiko Tsunami yang dibuat oleh Badan Nasional Penanggulangan
Bencana Nasional tahun 2011 (Gambar 1.7) dan pengamatan lapangan awal tidak adanya
pantai di wilayah Kabupaten Tolikara sehingga bencana Tsunami tidak akan terjadi
disekitar wilayah Kabupaten Tolikara.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 52
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 53
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 54
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
1. Permukiman yang berkembang pada kawasan lindung (protection area) di SBWP III –
Sebagian Wilayah Bokoneri.
2. Pemekaran wilayah Kabupaten Tolikara, dimana beberapa distrik termasuk Bokondini
menjadi administrasi kabupaten Baru.
3. Belum berkembangkan potensi ekonomi lokal kawasan berupa komoditas
agroforestry.
4. Buruknya layanan infrastruktur dasar seperti pendidikan, kesehatan, pemerintahan
local dan komunikasi.
5. Buruknya layanan jaringan prasarana jalan dan jembatan antar kampong dan distrik.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 55
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 56
Dengan mempertimbangkan morfologi, keserasian dan
keterpaduan fungsi serta arahan struktur ruang wilayah
kabupaten maka wilayah perencanaan RDTR Kawasan Perkotaan
Bokondini dikembangkan dalam 4 (empat) Sub BWP
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 1
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
11. Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten adalah rencana pemanfaatan ruang Bagian
Wilayah Kabupaten secara terperinci yang disusun untuk penyiapan perwujudan ruang
dalam rangka pelaksanaan program-program pembangunan Kabupaten.
12. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek/pengamatan
administrasi pemerintahan dan atau aspek/pengamatan fungsional;
13. Wilayah Perencanaan adalah wilayah yang diarahkan pemanfaatan ruangnya sesuai
dengan masing-masing jenis rencana tata ruang;
14. Kawasan adalah suatu wilayah yang mempunyai fungsi dan atau aspek/pengamatan
fungsional tertentu;
15. Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya
buatan;
16. Kawasan Hutan Lindung adalah kawasan hutan (dapat dalam bentuk hutan Bakau di
Pesisir) yang karena keadaan dan sifat fisik wilayahnya perlu dibina dan dipertahankan
sebagai hutan dengan penutupan vegetasi secara tetap guna kepentingan pengaturan
tata air, pencegahan bahaya banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah baik
dalam kawasan hutan yang bersangkutan maupun kawasan di sekitarnya dan kawasan
bawahannya;
17. Kawasan Cagar Alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya
mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu,
yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami;
18. Kawasan Taman Wisata alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama
dimanfaatkan untuk pariwisata alam;
19. Kawasan Suaka Alam (=sanctuary reserve, Ingg.) adalah kawasan dengan ciri khas
tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai
fungsi kawasan pelestarian/pelindungan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa
serta ekosistemnya, yang juga berfungsi sebagai wilayah sistern penyangga kehidupan;
20. Kawasan Tangkapan Air adalah kawasan atau area yang mempunyai pengaruh secara
alamiah atau binaan terhadap keberlangsungan badan air seperti waduk, situ, sungai,
kanal, pengolahan air limbah dan lain-lain;
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 2
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
21. Kawasan Sekitar Mata Air adalah kawasan di sekeliling mata air yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air;
22. Kawasan sekitar waduk, danau dan situ adalah kawasan di sekeliling waduk danau dan
situ yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi
waduk danau dan situ;
23. Kawasan Budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia
dan sumber daya buatan;
24. Kawasan Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung
baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan. beserta prasarana dan sarana lingkungan yang
terstruktur;
25. Kawasan Industri dan atau Pergudangan adalah kawasan yang diarahkan dan
diperuntukan bagi pengembangan industri dan atau pergudangan beserta fasilitas
penunjangnya;
26. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang
setengah jadi dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk
penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri;
27. Kawasan atau Ruang Terbuka Hijau adalah ruang-ruang dalam Kabupaten atau wilayah
yang lebih luas baik bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur
dimana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa
bangunan. Dalam Ruang Terbuka Hijau (RTH) pemanfaatannya lebih bersifat pengisian
hijau tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara alamiah ataupun budidaya tanaman;
28. Kawasan Sistem Pusat Kegiatan adalah kawasan yang diarahkan bagi pemusatan
berbagai kegiatan campuran maupun spesifik, memiliki fungsi strategis dalam menarik
berbagai kegiatan pemerintahan, sosial, ekonomi, dan budaya serta kegiatan
pelayanan daerah menurut hirarkhi, terdiri dari sistem pusat kegiatan utarna yang
berskala daerah, regional, nasional dan intemasional dan sistem pusat penunjang yang
berskala lokal;
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 3
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
29. Kawasan Perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukinian perkotaan, pemusatan
dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi;
30. Bagian Wilayah Kabupaten adalah suatu kesatuan wilayah dari kabupaten yang
bersangkutan dan merupakan wilayah yang terbentuk secara fungsional dan
administrasi dalam rangka pencapian daya guna pelayanan kegiatan daerah;
31. Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian
termasuk pengelolaan sumberdaya alam;
32. Kawasan Tertentu adalah kawasan yang ditetapkan secara nasional mempunyai nilai
strategis yang penataan ruangnya diprioritaskan;
33. Kawasan Prioritas adalah kawasan yang diprioritaskan pembangunannya dalam rangka
mendorong pertumbuhan daerah ke arah yang direncanakan dan atau menanggulangi
masalah-masalah yang mendesak atau kawasan fungsional yang dianggap perlu
diprioritaskan pengembangan atau penanganannya serta memerlukan dukungan
penataan ruang segera dalam kurun waktu rencana;
34. Kawasan Terbangun adalah ruang dalam kawasan permukiman yang mempunyai ciri
dominasi penggunaan lahan secara terbangun atau lingkungan binaan untuk
mewadahi kegiatan daerah;
35. Sempadan Sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai
buatan Tahun kanal Tahun saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting
untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai;
36. Sempadan Pantai adalah kawasan sepanjang kiri kanan pantai, yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai;
37. Garis Sempadan Bangunan yang selanjutnya disingkat GSB adalah garis yang tidak
boleh dilampaui oleh denah bangunan ke arah GSJ yang ditetapkan dalam rencana
ruang kabupaten;
38. Garis Sempadan Jalan yang selanjutnya disingkat GSJ adalah garis rencana jalan yang
ditetapkan dalam rencana ruang kabupaten;
39. Garis Sempadan Pantai yang selanjutnya disebut GSP adalah areal pantai yang dihitung
mulai dari batas pasang air laut tertinggi ke arah daratan pulau yang harus bebas dari
bangunan beratap. GSP ditentukan berdasarkan lebar pulau, dan dimaksudkan untuk
pencegahan pengrusakan perturnbuhan pulau, perlindungan bangunan dari tepangan
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 4
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
gelombang laut, serta untuk mendapatkan ruang terbuka yang cukup di depan
bangunan yang menghadap ke perairan laut;
40. Intensitas Bangunan adalah perbandingan jumlah luas/seluruh lantai terhadap luas
tanah perpetakan yang sesuai dengan rencana ruang kabupaten;
41. Intensitas Pemanfaatan Lahan adalah perbandingan jumlah luas seluruh lantai
bangunan terhadap luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang sesuai dengan
rencana ruang kabupaten;
42. Intensitas Ruang adalah besaran ruang untuk fungsi tertentu yang ditentukan
berdasarkan pengaturan Koefisien Lantai Bangunan, Koefisien Dasar Bangunan dan
43. Ketinggian Bangunan tiap kawasan bagian wilayah kabupaten sesuai dengan
kedudukan dan fungsinya dalarn pembangunan kabupaten;
44. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah angka perbandingan jumlah luas lantai dasar
terhadap luas tanah perpetakan yang sesuai dengan rencana daerah;
45. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) adalah angka perbandingan jumlah luas seluruh lantai
terhadap luas tanah perpetakan yang sesuai dengan rencana daerah;
46. Sistem Pusat Kegiatan Kabupaten adalah tata jenjang dan fungsi pelayanan pusat –
pusat kegiatan Kabupaten yang meliputi pusat Kabupaten, pusat bagian wilayah
Kabupaten, pusat sub bagian wilayah Kabupaten, dan pusat lingkungan perumahan;
47. Rencana Pemanfaatan Ruang Kabupaten adalah penetapan lokasi, besaran luas dan
arahan pengembangan tiap jenis pemanfaatan ruang untuk mewadahi berbagai
kegiatan Kabupaten baik dalam bentuk kawasan terbangun maupun kawasan / ruang
terbuka hijau;
48. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal
atau lingkungan hunian yang dilengkapai dengan prasarana dan sarana lingkungan;
49. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik yang
berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan;
50. Unit Lingkungan adalah satuan permukiman terkecil yang secara fisik merupakan
bagian unit wilayah terbangun, yang berperan dalam perkembangan daerahnya;
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 5
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
51. Blok Peruntukan adalah bagian dari unit lingkungan yang mempunyai peruntukan
pemanfaatan ruang tertentu yang dibatasi oleh jaringan pergerakan dan atau jaringan
utilitas;
52. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik yang memungkinkan kawasan permukiman
daerah dapat berfungsi sebagaimana mestinya, yang meliputi jalan, saluran air minum,
saluran air limbah, saluran air hujan, pembuangan sampah, jaringan listrik, dan
telekomunikasi;
53. Sarana adalah kelengkapan kawasan permukiman daerah yang berupa fasilitas
pendidikan, kesehatan, perbelanjaan dan niaga, pemerintahan dan pelayanan umum,
peribadatan, rekreasi dan kebudayaan, olah raga dan lapangan terbuka, serta
pemakaman umum;
54. Fasilitas Lingkungan atau juga disebut Sarana Lingkungan adalah sarana penunjang
yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial
dan budaya dapat berfungsi sebagaimana mestinya;
55. Utilitas Umum adalah sarana penunjang untuk pelayanan lingkungan; Pemanfaatan
Ruang adalah rangkaian kegiatan pelaksanaan pembangunan yang memanfaatkan
ruang menurut jangka waktu yang ditetapkan;
56. Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah kegiatan yang berkaitan dengan
pengawasan dan penertiban agar pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata
ruang yang telah ditetapkan. Pengawasan dimaksudkan untuk menjaga kesesuaian
pemanfaatan ruang dengan fungsi ruang yang ditetapkan dalam rencana yang
diselenggarakan dalam bentuk pelaporan, pemantauan, dan evaluasi pemanfaatan
ruang. Penertiban pemanfaatan ruang adalah usaha untuk mengambil tindakan agar
pemafaatan ruang yang direncanakan dapat terwujud.
57. Zona adalah kawasan dengan peruntukan khusus yang memiliki potensi atau
permasalahan yang mendesak untuk ditangani dalam mewujudkan tujuan
perencanaan dan pengembangan kawasan;
58. Area adalah bagian (sub-sistem) dari kawasan fungsional;
59. Tipologi Kawasan adalah penggolongan kawasan sesuai dengan karakter dan kualitas
kawasan, lingkungan, pemanfaatan ruang, penyediaan prasarana dan sarana
lingkungan, yang terdiri dari kawasan mantap, dinamis, dan peralihan;
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 6
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
60. Konservasi Sumber Daya Air adalah semua upaya untuk mengawetkan, melindungi,
mengamankan, mempertahankan, melestarikan, dan mengupayakan keberlanjutan
keberadaan sumber daya air yang serasi, seimbang, selaras dan berguna sepanjang
masa;
61. Peran Serta Masyarakat adalah berbagai kegiatan masyarakat yang timbul atas
kehendak dan keinginan sendiri di tengah masyarakat, untuk berminat dan bergerak
dalam penyelenggaraan tata ruang;
62. Ijin Lokasi adalah izin yang diberikan kepada perorangan atau Badan
Hukum/Perusahaan untuk memperoleh tanah yang diperlukan dalam rangka
penanaman modal, yang berlaku pula sebagai ijin pemindahan hak atas tanah dan
untuk menggunakan tanah sesuai dengan tata ruang wilayah;
63. Prasarana dan Sarana adalah bangunan fisik yang terkait dengan kepentingan umum
dan keselamatan umum, seperti prasarana dan sarana perhubungan, prasarana dan
sarana sumber daya air, prasarana dan sarana permukiman, serta prasarana dan sarana
lainnya.
64. Tingkat kerawanan adalah ukuran yang menunjukkan besarnya kemungkinan suatu
kawasan dapat mengalami bencana longsor, serta besarnya korban dan kerugian yang
terjadi akibat bencana longsor tersebut.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 7
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Kedudukan RDTR dalam sistem perencanaan tata ruang dan sistem perencanaan
pembangunan nasional dapat dilihat pada Gambar 1.1
RDTR disusun apabila sesuai kebutuhan, RTRW kabupaten/kota perlu dilengkapi dengan
acuan lebih detil pengendalian pemanfaatan ruang kabupaten/kota. Dalam hal RTRW
kabupaten/kota memerlukan RDTR, maka disusun RDTR yang muatan materinya lengkap,
termasuk peraturan zonasi, sebagai salah satu dasar dalam pengendalian pemanfaatan
ruang dan sekaligus menjadi dasar penyusunan RTBL bagi zona-zona yang pada RDTR
ditentukan sebagai zona yang penanganannya diprioritaskan. Dalam hal RTRW
kabupaten/kota tidak memerlukan RDTR, peraturan zonasi dapat disusun untuk kawasan
perkotaan baik yang sudah ada maupun yang direncanakan pada wilayah kabupaten/kota.
RDTR merupakan rencana yang menetapkan blok pada kawasan fungsional sebagai
penjabaran kegiatan ke dalam wujud ruang yang memperhatikan keterkaitan
antarkegiatan dalam kawasan fungsional agar tercipta lingkungan yang harmonis antara
kegiatan utama dan kegiatan penunjang dalam kawasan fungsional tersebut.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 8
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
RTR Pulau
RPJP Nasional RTRW Nasional
RTR Kawasan Strategis Nasional
RPJM Nasional
RPJP Kabupaten/
Kota RDTR Kota
RTRW Kota
RTR Kawasan Strategis Kota
RPJM Kabupaten/
Kota
Gambar 2. 1. Kedudukan RDTR dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 9
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Hubungan antara RTRW Kabupaten/Kota, RDTR, dan RTBL serta Wilayah Perencanaannya
dapat dilihat pada gambar 1.2.
WILAYAH
RENCANA
PERENCANAAN
Wilayah Kabupaten/
RTRW Kabupaten/Kota
Kota
RDTR BWP
Gambar 2. 2. Hubungan antara RTRW Kabupaten/Kota, RDTR dan RTBL serta Wilayah
Perencanaannya
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 10
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
2.4. Kriteria dan Lingkup Wilayah Perencanaan RDTR dan Peraturan Zonasi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 11
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
RDTR Kawasan Perkotaan Bokondini berlaku dalam jangka waktu 20 (dua puluh) tahun
dan ditinjau kembali setiap 5 (lima) tahun. Peninjauan kembali RDTR dapat dilakukan lebih
dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun jika:
a. Terjadi perubahan RTRW kabupaten Tolikara yang mempengaruhi BWP RDTR Kawasan
Perkotaan Bokondini; atau
b. Terjadi dinamika internal kabupaten Tolikara yang mempengaruhi pemanfaatan ruang
secara mendasar antara lain berkaitan dengan bencana alam skala besar,
perkembangan ekonomi yang signifikan, dan perubahan batas wilayah daerah.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 12
Tujuan penataan : “Mewujudkan kawasan perkotaan Bokondini
sebagai perkotaan agro berbasis hutan (agroforestry),
pengembangan pariwisata rohani dan budaya, pengendalian
kawasan budidaya melalui pengembangan dan peningkatan
sarana dan prasarana kawasan dengan memperhatikan daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup serta adaptif
terhadap faktor kebencanaan”.
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan
Perkotaan Bokondini, maka beberapa prinsip yang harus dipenuhi sebagai berikut :
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 1
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 1
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Rencana pola ruang kawasan perkotaan Bokondini terdiri atas 2 (dua) zona, yakni Zona
Lindung dan Zona Budidaya.
Zona lindung adalah Zona lindung adalah zona yang ditetapkan karakteristik pemanfaatan
ruangnya berdasarkan dominasi fungsi kegiatan masing-masing zona pada kawasan
lindung. Zona Lindung yang terdapat pada kawasan perkotaan Bokondini terdiri atas
Hutan Lindung (HL), Perlindungan Setempat berupa Sempadan Sungai (PS), Taman Botani
atau dikenal dengan botanical garden (TB), Kawasan Rawan bencana alam berupa kawasan
rawan gerakan tanah (RB), Ruang Terbuka Hijau berupa Tempat Pemakaman Kristen (TPU-
Kr) dan Islam (TPU-Is) serta Taman Kota (TK).
Hutan lindung (protection forest) adalah kawasan hutan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah atau kelompok masyarakat tertentu untuk dilindungi, agar fungsi-fungsi
ekologisnya terutama menyangkut tata air dan kesuburan tanah dan tetap dapat berjalan
dan dinikmati manfaatnya oleh masyarakat di sekitarnya. Undang-undang RI no 41/1999
tentang Kehutanan menyebutkan hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai
fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air,
mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara
kesuburan tanah. Dari pengertian di atas tersirat bahwa hutan lindung dapat ditetapkan di
wilayah hulu sungai (termasuk pegunungan di sekitarnya) sebagai wilayah tangkapan
hujan (catchment area), di sepanjang aliran sungai bilamana dianggap perlu, di tepi-tepi
pantai (misalnya pada hutan bakau), dan tempat-tempat lain sesuai fungsi yang
diharapkan.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 1
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Dalam hal ini, undang-undang tersebut juga menjelaskan bahwa yang dimaksud sebagai
kawasan hutan dalam pengertian di atas adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau
ditetapkan oleh Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
Kawasan Lindung yakni hutan lindung didalam kawasan perkotaan Bokondini berada di
Distrik Bokondini seluas 353.20 Ha, di Sebagian Distrik Bewani seluas 331.43 Ha, Di sebagian
distrik Bokoneri seluas 919.52 Ha.
Sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air
beserta air didalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan dan kiri oleh
garis sempadan. Garis sempadan adalah garis maya di kiri dan kanan palung sungai yang
ditetapkan sebagai batas perlindungan sungai.
Garis sempadan pada sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 PP No 38 Tahun 2011 ayat (2) huruf a ditentukan:
1. Paling sedikit berjarak 10 m (sepuluh meter) dari tepi kiri dan kanan palung sungai
sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai kurang dari atau sama dengan 3 m
(tiga meter);
2. Paling sedikit berjarak 15 m (lima belas meter) dari tepi kiri dan kanan palung sungai
sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai lebih dari 3 m (tiga meter) sampai
dengan 20 m (dua puluh meter); dan
3. Paling sedikit berjarak 30 m (tiga puluh meter) dari tepi kiri dan kanan palung sungai
sepanjang alur sungai,dalam hal kedalaman sungai lebih dari 20 m (dua puluh meter).
Kawasan perlindungan setempat (PS) yakni sempadan sungai yang berada di kawasan
perkotaan Bokondini berada di Distrik Bokondini seluas 133.33 Ha, di sebagian distrik
Bewani seluas 106,63 ha, dii sebagian distrik Bokoneri seluas 281,40 Ha dan di sebagian
distrik Kamboneri seluas 53,56 Ha.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 2
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disebut RTH adalah area memanjang/jalur dan/atau
mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman,
baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. RTH yang massive dan
kompak berada di Distrik Bokondini seluas 2.57 Hektar. Ruang Terbuka Hijau (RTH) ini
berada di pusat kawasan perkotaan dirancang dengan kompak dan asri didalam
rancangannya. Sedangkan RTH berupa taman skala distrik lainya menyebar dimasing-
masing distrik diantaranya di Sub BWP II Bewani, Sub BWP III Bokoneri, BWP IV Kamboneri
masing - masing seluas 1.3 Ha,
Longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi
karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti
jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Secara umum kejadian longsor disebabkan
oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor pendorong adalah
faktor-faktor yang memengaruhi kondisi material sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah
faktor yang menyebabkan bergeraknya material tersebut. Meskipun penyebab utama
kejadian ini adalah gravitasi yang memengaruhi suatu lereng yang curam, namun ada pula
faktor-faktor lainnya yang turut berpengaruh:
1. Erosi yang disebabkan aliran air permukaan atau air hujan, sungai-sungai atau
gelombang laut yang menggerus kaki lereng-lereng bertambah curam.
2. Lereng dari bebatuan dan tanah diperlemah melalui saturasi yang diakibatkan hujan
lebat.
3. Gempa bumi menyebabkan getaran, tekanan pada partikel-partikel mineral dan bidang
lemah pada massa batuan dan tanah yang mengakibatkan longsornya lereng-lereng
tersebut.
4. Gunung berapi menciptakan simpanan debu yang lengang, hujan lebat dan aliran debu-
debu.
5. Getaran dari mesin, lalu lintas, penggunaan bahan-bahan peledak, dan bahkan petir.
6. Berat yang terlalu berlebihan, misalnya dari berkumpulnya hujan atau salju.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 3
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Seperti yang telah dijelaskan pada analisis geologi yakni kerentanan gerakan tanah yang
terjadi untuk seluruh wilayah di kabupaten Tolikara, maka kawasan rawan bencana ini
berada di semua distrik yakni sebagian distrik Bokondini seluas 840.20 ha, sebagian distrik
Bewani seluas 1.446.59 ha, sebagian distrik Kamboneri seluas 2.140.17, Distrik Kamboneri
seluas 979.55 Ha.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 4
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 5
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
1. Kawasan Perumahan.
2. Kawasan Perdagangan dan Jasa.
3. Kawasan Perkantoran.
4. Kawasan Industri.
5. Kawasan Sarana Pelayanan Umum.
6. Kawasan Peruntukan Lainnya.
7. Kawasan Peruntukan Khusus.
Kawasan Perumahan Kepadatan Sedang berada di Bokondini seluas 15.88 Ha, sebagian
distrik Bewani seluas 35,51 Ha, sebagian distrik Bokoneri 171.32 Ha dan sebagian Distrik
Kamboneri seluas 75.20 Ha. Kawasan Perumahan Kepadatan Sedang (R3) yang berada di
Bokoneri diarahkan menjadi kawasan permukiman yang bersifat enclave, dikendalikan dan
dibatasi pengembangannya, karena masuk dalam Kawasan Lindung yakni Hutan Lindung
(HL).
Kawasan Perumahan Kepadatan Rendah berada di Bokondini seluas 12.25 ha, sebagian
distrik bewani seluas 36.15 ha, dan di sebagian distrik Bokoneri seluas 305.82 Ha serta di
sebagian distrik Kamboneri seluas 75.61 ha. Kawasan Perumahan Kepadatan Rendah (R4)
yang berada di Bokoneri diarahkan diarahkan menjadi kawasan permukiman yang bersifat
enclave, dikendalikan dan dibatasi pengembangannya, karena masuk dalam Kawasan
Lindung yakni Hutan Lindung (HL).
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 6
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Kawasan Perdagangan dan jasa skala kawasan perkotaan berada di Bokondini seluas
7.04 ha, sedangkan perdagangan dengan layanan skala distrik dan kampong berada di
sebagian wilayah Bewani seluas 11.29 ha, di sebagian distrik Bokoneri seluas 3.45 ha, dan
disebagian distrik Kamboneri seluas 0.22 Ha.
Kawasan Industri Agro berada di distrik Bokondini seluas 26.45 ha. Kawasan Industri ini
dipersiapkan menjadi kawasan terpadu yang dilengkapi dengan sarana pergudangan,
perkantoran, utilitas energi, utilitas telekomunikasi dan prasarana/sarana pengolahan
limbah. Kawasan industri ini merupakan kawasan andalan pengelolaan komoditas pangan
yang berperan dalam skala regional di Pegunungan Tengah Papua.
Kawasan Balai Riset Pertanian dan Demplot Center berada di Distrik Bokondini seluas 1.15
Ha.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 7
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
kawasan berada di Distrik Bokondini seluas 8.68 Ha, di sebagian distrik Bewani seluas 1.65
ha, di sebagian distrik Bokoneri seluas 0.7 Ha dan di sebagian distrik Kamboneri seluas 2.15.
Kawasan bandar udara berada di Bokondini seluas 14.61 ha. Terminal tipe C berada di distrik
Bokondini seluas 1.60 Ha.
Kawasan kesehatan skala kota berupa Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) Plus
berada di distrik Bokondini seluas 0.24 Ha, Puskesmas Pembantu seluas 0.06 Ha,
sedangkan skala distrik/ kampong berada di masing masing distrik di Bewani seluas 0.11 Ha,
Bokoneri berupa Puskesmas dan Pustu seluas 0.41 Ha dan Kaboneri berupa Puskesmas dan
Pustu seluas 3.36 ha.
Kawasan olah raga berupa lapangan olah raga skala kawasan berada di Distrik Bokondini
seluas 1.23 Ha dan skala distrik/ kampong berada di sebagian distrik Bewani seluas 0.22 Ha,
di sebagian distrik Bokoneri seluas 0.03 ha, di sebagian distrik Kamboneri 2.69 ha.
Kawasan peribadatan berupa Gereja skala kota dan skala distrik/ kampong berada di
seluruh distrik sesuai dengan tingkat pelayanannya, berada di distrik Bokondin seluas 1.11
ha, di sebagian distrik Bewani seluas 0.54 ha, di sebagian distrik Bokoneri seluas 1.05 dan
di sebagian distrik Kamboneri seluas 2.53 ha. Untuk kawasan peribadatan umat Islam,
berupa Mesjid Terpadu dengan Tempat Pemakaman Islam (TPU) berada di pusat kota
Bokondini seluas 0.19 Ha.
Kawasan pertanian pangan berbasis agroforestry berada di distrik Bokondini seluas 1352.28
Ha, di sebagian distrik Bewani seluas 381.47 ha, di sebagian distrik Bokoneri seluas 2460.86
ha dan di sebagian distrik Kamboneri seluas 1415.84 ha.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 8
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Kawasan Pariwisata Alam berupa wisata alami dengan konsep outbound dan belajar di
alam berada di distrik Bokondini terintegrasi dengan kawasan pariwisata rohani,
pendidikan dan klasis bogoga, sedangkan wisata alam petualangan terdapat di sebagian
distrik Bewani seluas 43.99 ha, dan di sebagian distrik Bokoneri seluas 51.31 ha.
Kawasan wisata rohani, pendidikan berupa komplek kawasan Klasis Bogoga yang
dilengkapi dengan sarana dan prasarana pendukung wisata berada di Bokondini seluas
20.43 Ha.
Kawasan Pertahanan dan keamanan berada di distrik Bokondini seluas 0.65 ha.
Tempat pembuangan sampah akhir (TPA) yang dilengkapi dengan TPST (Tempat
Pengolahan Sampah Terpadu) Skala Kawasan berada di Distrik Bokondini seluas 0.21 Ha.
Kawasan Instalasi Pengolahan Limbah berada di distrik Bokondini seluas 0.25 Ha.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 9
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 10
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 11
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
N Wilayah Luas
Kode Kawasan Peruntukan
o Pengembangan (Ha)
Gereja 3 0.06
PL – 1 Pertanian Pangan berbasis Agroforestry 311.13
Jumlah 845.54
Sumber: Rencana, 2013
Tabel 4. 5. Peruntukan Kawasan Sub BWP IV Sebagian Wilayah Distrik Kamboneri
N Wilayah Luas
Kode Kawasan Peruntukan
o Pengembangan (Ha)
R–4 Perumahan Kepadatan Rendah 75.61
K–3 Perdagangan dan Jasa Deret 0.22
KT – 1 Perkantoran Pemerintah 0.02
SPU – 1 Pendidikan
TK/Sekolah Dasar (SD) 1.90
Sekolah Menengah Pertama (SMP) 0.26
SPU – 2 Jalan dan kelengkapannya 9.24
Sub BWP IV SPU – 3 Sarana Kesehatan
(Sebagian Wilayah Puskesmas 3.12
Distrik Kamboneri) Pustu 0.24
SPU – 4 Sarana Olah Raga
Lapangan Bola Kaki 2.06
Lapangan Bola Volley 0.62
SPU – 6 Peribadatan
Gereja 1 2.41
Gereja 2 0.12
PL – 1 Pertanian Pangan berbasis Agroforestry 429.14
Jumlah 524.96
Sumber: Rencana, 2013
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 12
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 13
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 14
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 15
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya mengenai rencana pengembangan
Kawasan Perkotaan Bokondini, bahwa indeks sentralitas dukungan sarana dan prasarana
perkotaan membentuk struktur pusat pusat pelayanan didalam kawasan perkotaan
dimana Bokondini menjadi pusat pelayanan utama, Kamboneri dan Bewani menjadi pusat
pelayanan kedua serta pusat pelayanan ketiga kawasan perkotaan adalah Bokoneri.
Rencana pusat pusat kegiatan utama kawasan perkotaan bokondini terdiri atas;
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 1
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
1. Pendidikan dasar dan sekolah menengah akan berada di seluruh distrik yakni Bewani,
Bokoneri, Kamboneri dan Distrik Bokondini
2. Pendidikan Menengah Atas (SMA) dan sekolah menengah kejuruan pertanian berada
di distrik Bokondini.
3. Pelayanan Kesehatan berupa puskesmas plus berada di distrik Bokondini.
4. Pelayanan kesehatan berupa puskesmas pembantu (PUSTU) berada di distrik Bewani,
Kaboneri dan Bokoneri.
5. Pelayanan dasar pemerintah berupa kantor distrik berada di distrik Bokondini, Bewani,
Bokoneri dan Kaboneri.
6. Sedangkan dalam upaya untuk meningkatkan daya produktifitas kota berbasis
pertanian dan kehutanan (agro forestry) maka fungsi kepemerintahan akan
ditempatkan Unit Pelayanan Teknis dari Satuan Perangkat Daerah Kabupaten Tolikara
di Pusat Perkantoran Distrik Bokondini.
Berikut ini adalah tabel fungsi dari pusat pusat pelayanan didalam kawasan perkotaan
Bokondini.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 2
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 3
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 4
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 5
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 6
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Melalui pendidikan sejak dini dan harapan yang besar terhadap pembangunan pendidikan
di wilayah perkotaan Bokondini, maka fasilitas pendidikan taman kanak – kanak didorong
untuk dibentuk. Selain itu pengembangan kebutuhan terhadap fasiltas pendidikan sekolah
dasar, sekolah menengah dan kejuruan dapat dipersiapkan sejak tahun 2014. Berikut ini
adalah kebutuhan pengembangan sarana pendidikan menurut SBWP yang ada.
A. Taman Bacaan
Taman bacaan berupa perpustakaan di tingkat SBWP merupakan fasilitas penting dalam
pengembangan wawasan penduduk kota. Untuk itu fasilitas ini dibangun pada masing –
masing SBWP dan dapat menyatu dengan kawasan pemerintahan skala distrik atau
fasilitas kantor kepala kampung. Taman Bacaan dapat dikembangkan sebagai fasilitas kota
dan sumber/lintas data dan informasi kota.
Rencana Pengembangan
Taman Bacaan
No Sub BWP Standar S Standar 2013 2018 2023 2028 2033
Penduduk Lahan Lahan Lahan Lahan Lahan Lahan
Unit Unit Unit Unit Unit
(Jiwa) Minimal (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha)
1 I - Bokondini - - 3 0.06 4 0.08 5 0.10 7 0.13
II - Sebagian
2 - - 2 0.05 3 0.06 4 0.08 5 0.10
Wilayah Bewani
III - Sebagian
3 2,500 0.02 - - 4 0.07 5 0.09 6 0.12 8 0.15
Wilayah Bokoneri
IV - Sebagian
4 Wilayah - - 1 0.02 1 0.03 2 0.04 3 0.05
Kamboneri
Jumlah 0 0 11 0.21 13 0.26 17 0.34 22 0.44
Sumber : Rencana, 2013
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 7
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Pengembangan taman kanak – kanak dan sekolah dasar di kawasan perkotaan Bokondini
dapat dilaksanakan pada lokasi kawasan yang sama dengan lebih menekankan kepada
pengembangan utilitas pendidikan seperti pengajar, kurikulum dan materi bahan ajaran.
Diharapkan pengembangan fasilitas taman kanak – kanak dikembangkan menyatu dengan
Sekolah Dasar agar dapat mempersiapkan anak lebih dini untuk masuk ke jenjang
pendidikan sekolah dasar.
Pengembangan pada tahun 2023 diharapkan luas kawasan akan meningkat menjadi 4 ha
dengan jumlah 22 unit dan berkembang menjadi 37 unit pada tahun 2033 dengan
kebutuhan lahan mencapai 7 ha.
Rencana Pengembangan
Sekolah Dasar (SD)
No Sub BWP Standar S Standar 2013 2018 2023 2028 2033
Penduduk Lahan Lahan Lahan Lahan Lahan Lahan
Unit Unit Unit Unit Unit
(Jiwa) Minimal (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha)
1 I - Bokondini 2 - 5 1.08 7 1.33 9 1.72 11 2.25
II - Sebagian
2
Wilayah Bewani 3 - 4 0.81 5 1.00 6 1.29 8 1.69
III - Sebagian
3 1,500 0.20
Wilayah Bokoneri 3 - 6 1.22 8 1.50 10 1.94 13 2.54
IV - Sebagian
4 Wilayah
Kamboneri 3 - 2 0.40 2 0.50 3 0.64 4 0.84
Jumlah 11 0 18 4 22 4 28 6 37 7
Pengembangan fasilitas Sekolah Menengah Pertama (SMP) berdasarkan SBWP yang ada,
10 (sepuluh) tahun mendatang SBWP Bokondini dan SBWP Bokoneri menambah 1 unit
fasilitas dan pengembangan lahan mencapai 1 ha.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 8
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Sesuai dengan fungsi dan hirarki didalam kawasan perkotaan Bokondini, Sekolah
Menengah Atas berada di SBWP 1, namun sejalan dengan perkembangan penduduk dan
kenyamanan kawasan sebagai tempat hunian yang aman dan nyaman, maka
pengembangan fasilitas pendidikan SMA juga berada di SBWP II dan SBWP IV. Sesuai
dengan rencana peruntukan kawasan pada SBWP III agar dipertahankan sebagai kawasan
lindung (protection area), untuk itu pembukaan lahan dengan bidang yang luas tidak
dilakukan.
Untuk itu pengembangan fasilitas pendidikan SMA pada jangka waktu 10 (sepuluh) tahun
mendatang berdasarkan SBWP yang ada berjumlah 6 (enam) unit dengan kebutuhan luas
lahan 7.93 ha. Dan dalam masa pengembangan 20 mendatang akan mencapai 13 unit
dengan kebutuhan lahan seluas 16.25 ha.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 9
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 10
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Untuk SBWP III – Sebagian Wilayah Bokoneri, sesuai dengan rencana pemanfaatan
ruangnya sebagai kawasan lindung (protection area) maka pengembangan fasilitas
kesehatan tidak diperbolehkan membuka lahan yang luas namun lebih meningkatkan
waktu pelayanan dan kualitas layanan medis.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 11
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
A. POSYANDU
B. Balai Pengobatan
Pengembangan balai pengobatan hingga tahap ke – 2 mencapai 11 unit dengan luas lahan
0,39 ha. Dan pada tahap ke – 4 berjumlah 22 unit dengan luas lahan 0.66 ha. Didalam
pelaksanaannya balai pengobatan dapat menyatu dengan puskesmas pembantu dan atau
puskesmas.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 12
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Sesuai dengan NSPM (Norma, Standar dan Pedoman) yang berlaku, pengembangan Klinik
Bersalin/BKIA, PUSTU dan PUSKESMAS dilaksanakan apabila sebuah perkotaan
berpenduduk 30.000 s/d 120.000 jiwa. Untuk itu pengembangan fasilitas ini dapat
diaktifkan sesuai pedoman tersebut dan atau dapat menyatu dengan PUSKESMAS yang
ada di Bokondini saat ini.
Dengan adanya PUSKESMAS di SBWP I – Bokondini, maka fasilitas ini dapat dijadikan
sebagai pusat pelayanan kesehatan dan pendukung kepada fasilitas layanan di SBWP
lainnya seperti POSYANDU dan Balai Pengobatan.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 13
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
D. Praktek Dokter
Rencana Pengembangan
Praktek Dokter
Standar 2013 2018 2023 2028 2033
No Sub BWP Standar S
Lahan
Penduduk Lahan Lahan Lahan Lahan Lahan
Minimal Unit Unit Unit Unit Unit
(Jiwa) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha)
(Ha)
1 I - Bokondini - - 2 2 3 3
II - Sebagian Wilayah
2 - - 1 2 2 3
Bewani disesuai disesu disesuai disesu disesu
III - Sebagian Wilayah 5,000
3 kan - - 2 aikan 2 kan 3 aikan 4 aikan
Bokoneri
IV - Sebagian Wilayah
4 - - 1 1 1 1
Kamboneri
Jumlah 0 0 4 0.00 5 0.00 6 0.00 8 0.00
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 14
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Pengembangan fasilitas perdagangan dan jasa hingga 2033 berupa warung, toko dan
pasar tradisional (terbuka). Dengan mempertahankan kondisi ekonomi yang ada sekarang
dan dukungan infrastruktur yang merupakan wujud dari mendukung visi kota sebagai kota
agroforestry diharapkan terjadi bangkitan barang dan orang dari/ke kota.
A. Warung/Toko
B. Pertokoan
Melalui dukungan infrastruktur pemerintah kepada SBWP 1 s/d 4, aktivitas ekonomi agro
akan membangkitkan jenis aktivitas lainnya, untuk itu peranan pemerintah menjadi
penting.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 15
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Pengembangan fasilitas peribadatan berupa gereja skala kampong dan skala distrik.
Dengan adanya berbagai denominasi gereja Kristen, maka pengembangan fasilitas gereja
dapat disesuaikan menurut keputusan bersama ditingkat Bupati/Gubernur. Sedangkan
untuk fasilitas peribadatan agama lainnya dapat dibangun sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangannya.
A. Gereja Kampung
Pengembangan gereja skala kampong dengan kapasitas 250 orang dapat dibangun
disemua SBWP. Gereja skala kampong juga dapat dimanfaatkan sebagai bangunan
pertemuan musyawarah warga.
Jika penduduk di masing-masing SBWP sudah mencapai 30.000 hingga 120.000 jiwa dapat
dibangun fasilitas rumah ibadat Kristen yang lebih besar di Pusat Perkotaan/SBWP I.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 16
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Pengembangan gereja skala distrik dibangun apabila gereja skala kampong sudah
terpenuhi dan denominasi dapat terlayani dengan baik. Dengan kapasitas bangunan
mencapai 2500 jiwa, gereja skala distrik dimasing – masing SBWP melayani warga dengan
frekuensi yang maksimal semisal pada hari minggu ibadah dilaksanakan maksimal 5 kali
dengan rentang waktu yang berbeda.
Rencana Pengembangan
Gereja Skala Distrik
No Sub BWP Standar S Standar 2013 2018 2023 2028 2033
Penduduk Lahan Lahan Lahan Lahan Lahan Lahan
Unit Unit Unit Unit Unit
(Jiwa) Minimal (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha)
1I - Bokondini 4 0.24 3 0.19 4 0.24 5 0.31 7 0.40
II - Sebagian Wilayah
2 3 0.18 4 0.15 5 0.18 6 0.23 8 0.30
Bewani
III - Sebagian Wilayah 2,500 0.06
3 3 0.18 2 0.22 3 0.27 4 0.35 5 0.46
Bokoneri
IV - Sebagian Wilayah
4 3 0.18 1 0.07 1 0.09 2 0.12 3 0.15
Kamboneri
Jumlah 13 0.78 11 0.63 13 0.78 17 1.01 22 1.32
Sumber : Rencana, 2013
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 17
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Pengembangan ruang terbuka hijau (RTH) terdapat di skala kampong dan skala distrik atau
SBWP. Skala kampong dimulai dengan luasan 300 m2/0,03 ha. Ruang terbuka hijau
dimanfaatkan sebagai landmark skala kampong.
Pengembangan Ruang Terbuka Hijau pada skala kampong ditanami oleh vegetasi agro dan
bunga seperti Mawar serta flame of Irian atau disebut Bunga Api/Mucuna novoguineensis.
Untuk SBWP III – Bokoneri, pengembangan ruang terbuka hijau tidak boleh dilakukan
tanpa izin Bupati/Gubernur/Menteri Kehutanan, karena dominasi wilayah SBWP III –
Bokoneri yang sudah ditetapkan melalui keputusan menteri kehutanan yakni SK Menhut
No 458/Menhut – II/2012 sebagai kawasan lindung nasional.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 18
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Pengembangan taman warga skala distrik terdapat di seluruh SBWP dengan cakupan
layanan 2500 jiwa/unit. Pada pengembangan tahap ke – 2 berjumlah 13 unit dengan luasan
total mencapai 1,69 ha. Pada pengembangan tahap akhir berjumlah 22 unit dengan total
luas lahan 2,86 ha.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 19
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 20
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Dengan memperhatikan kapasitas fasilitas dan jumlah penduduk yang ada, maka
pengembangan fasilitas sosial budaya hingga tahap ke - 4 adalah balai serbaguna skala
kampong. Sedangkan fasilitas balai serbaguna skala distrik/SBWP dan gedung bioskop
dapat memanfaatkan balai serbaguna yang ada hingga memenuhi kapasitas layanan
fasilitas.
Untuk SBWP III – Sebagian Wilayah Bokoneri, pengembangan fasilitas sosial budaya
ditetapkan terbatas dan harus melalui keputusan Bupati.
Rencana Pengembangan
Balai Warga Skala Kampung
No Sub BWP Standar S Standar 2013 2018 2023 2028 2033
Penduduk Lahan Lahan Lahan Lahan Lahan Lahan
Unit Unit Unit Unit Unit
(Jiwa) Minimal (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha)
1 I - Bokondini - - 3 0.16 4 0.20 5 0.26 7 0.34
II - Sebagian Wilayah
2 2 0.12 3 0.15 4 0.19 5 0.25
Bewani - -
III - Sebagian Wilayah 2,500 0.03
3 4 0.11 5 0.14 6 0.17 8 0.23
Bokoneri - -
IV - Sebagian Wilayah
4 1 0.04 1 0.04 2 0.06 3 0.08
Kamboneri - -
Jumlah 0 0 11 0.43 13 0.53 17 0.68 22 0.90
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 21
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Sistem transportasi darat terdiri atas jaringan jalan Kolektor Primer (K3), Jalan Kolektor
Sekunder (k4), jalan Lokal Sekunder (Ls) , jalan Lingkungan dan jembatan penghubung
antar distrik maupun penghubung antar kampung.
Jalan kolektor primer (K3) yang menghubungkan Ibukota Kabupaten Tolikara yakni dari
dari Distrik Karubaga – Distrik Wunin – Kampung Galala (Distrik Bokondini) sepanjang 10.3
Km. Jaringan Jalan Kolektor Primer ini melintasi SBWP I, SBWP II, dan SBWP III.
A. Rencana Penanganan
Rencana penanganan meliputi dua hal yakni berupa rencana pengembangan dan rencana
peningkatan. Rencana pengembangan adalah upaya identifikasi kebutuhan kota terhadap
jaringan dari kondisi yang belum terpenuhi hingga terbangunnya jaringan. Sedangkan
rencana peningkatan berupa upaya peningkatan status dan fungsi hingga operasionalisasi
dan pemeliharaan jaringan.
B. Prinsip Penanganan
Prinsip penanganan adalah persyaratan teknis dengan standar minimum yang telah diatur
menurut ketentuan yang ada. Maka sesuai dengan undang – undang jalan no 34 tahun
2006 tentang Jalan, beberapa prinsip penanganan yang harus diikuti sebagai berikut ;
1. Menghubungkan secara berdaya guna antara pusat kegiatan nasional dengan pusat
kegiatan lokal, antarpusat kegiatan wilayah, atau antara pusat kegiatan wilayah
dengan pusat kegiatan lokal.
2. Kecepatan rencana paling rendah 40 (empat puluh) kilometer per jam dengan lebar
badan jalan paling sedikit 9 (sembilan) meter.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 22
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
3. Mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata.
4. Jumlah jalan masuk dibatasi dan direncanakan.
5. Persimpangan sebidang pada jalan kolektor primer dengan pengaturan tertentu harus
tetap memenuhi ketentuan.
6. Jalan kolektor primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau kawasan
pengembangan perkotaan tidak boleh terputus.
7. Bangunan pelengkap jalan harus disesuaikan dengan fungsi jalan yang bersangkutan.
A. Rencana Penanganan
Rencana penanganan jalan kolektor sekunder (K4) berupa ;
B. Prinsip Penanganan
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 23
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
4. Pada jalan kolektor sekunder lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas
lambat.
5. Persimpangan sebidang pada jalan kolektor sekunder dengan pengaturan tertentu
harus memenuhi ketentuan.
6. Bangunan pelengkap jalan harus disesuaikan dengan fungsi jalan yang bersangkutan.
A. Rencana Penanganan
Rencana penanganan Jalan Lokal Sekunder (Ls) berupa ;
B. Prinsip Penanganan
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 24
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
A. Rencana Penanganan
Rencana penanganan Jalan Lokal Lingkungan (Lk) berupa ;
B. Prinsip Penanganan
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 25
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Tabel 5. 22. Rencana Jaringan Jalan Lingkungan (LK) Jalan Lingkungan Industri (LKI)
Distrik Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 26
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 27
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
7. Jembatan
Jembatan sebagai penghubung antar distrik/ kawasan perkotaan dan penghubung antar
kampung berada di distrik Bokondini sebanyak 3 lokasi. Di sebagian distrik Bewani
sebanyak 1 unit. Di sebagian distrik Bokoneri sebanyak 11 lokasi.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 28
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
A. Rencana Penanganan
Rencana penanganan jembatan berupa ;
B. Prinsip Penanganan
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 29
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
4. Kriteria desain dapat meliputi AASHTO HS 15-44, memenuhi RSNI T-03-2005; AASHTO
HS 20-44, memenuhi RSNI T-03-2005; AASHTO HS 25-44, memenuhi RSNI T-03-2005.
5. Lebar disesuaikan. Dapat dimulai dari 3,150 meter – Standard Wide(Single lane); 4,200
meter – Extra Wide(Single lane); 7,350 meter – Double Lane.
Bandar udara Bokondini ditetapkan sebagai bagian dari sistem transportasi udara dengan
rencana pengembangan landasan pacu mencapai 1200 m. Kawasan ini ditetapkan dengan
menggunakan SNI No 03-7115-2005 tentang kawasan keselamatan operasi penerbangan.
Rencana pengembangan dan peningkatan frekuensi rute penerbangan meliputi ;
1. Bokondini – Wamena
2. Bokondini – Karubaga
3. Bokondini - Sentani
Rencana lalu lintas dan angkutan jalan ditetapkan ke seluruh jaringan jalan dengan standar
minimum sebagai bagian dari keamanan dan kenyamanan berkendaraan dan bagi pejalan
kaki. Pengembangan lalu lintas dan angkutan jalan berupa ;
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 30
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
2. Jalur Pedestrian
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 31
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
1. Tempat penyeberangan.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 32
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
2. Halte;
3. Marka jalan.
Marka jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan jalan atau di atas permukaan
jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garis membujur, garis
melintang, garis serong serta lambang lainnya yang berfungsi untuk mengarahkan arus
lalu lintas dan membatasi daerah kepentingan lalu lintas.
1. Dikembangkan pada sepanjang koridor jalan utama dan pada koridor jalan rawan
kecelakaan.
2. Khusus marka jalan berupa zebra cross dibuat di tempat-tempat ramai pejalan kaki
seperti perempatan atau pertigaan di kawasan pertokoan, di depan sekolah dengan
penerapan zona selamat, di depan halte.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 33
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
4. Parkir.
Pengembangan parkir terdiri atas parkir on street dan parkir off street.
Pemberlakuan tariff progressif pada parkir on street dapat diberlakukan.
Pengembangan parkir berlangganan dapat diberlakukan.
Pengembangan parkir dapat dikembangkan di kawasan perkantoran,
perdagangan/jasa, pendidikan, sarana pelayanan umum dan peribadatan di seluruh
SBWP.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 34
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
3. Terminal Tipe C
Terminal penumpang tipe C yang berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan
pedesaan dikembangkan di SBWP I Bokondini.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 35
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
1. Angkutan Massal,
2. Trayek, dan
3. Standar Pelayanan Minimal.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 36
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
a) Angkutan Massal.
b) Trayek
Trayek angkutan massal dikembangkan pada antar SBWP dan antar BWP yang melayani
kawasan perdagangan/jasa, pendidikan, perkantoran dan sarana pelayanan umum.
Penetapan trayek dan tariff ditetapkan melalui keputusan bupati.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 37
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 38
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 39
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 40
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Pengembangan rencana gardu induk (GI) berada di SBWP I – Bokondini dan SBWP IV –
Kamboneri.
Pengembangan rencana gardu distribusi (GD) meliputi seluruh SBWP, yakni SBWP 1,
SBWP 2, SBWP 3 dan SBWP 4.
B. Kelembagaan
Kelembagaan pemanfaatan energi tenaga diesel dapat dilakukan oleh BUMN/BUMD
dan diatur melalui Kementerian ESDM dan BUMN serta Bupati.
C. Prinsip Penanganan
Beberapa prinsip penanganan pengembangan PLTS sebagai berikut :
1. Menggunakan teknologi ramah lingkungan.
2. Ditempatkan sesuai pedoman dan aturan pemerintah.
3. Pengenaan tariff sesuai kemampuan masyarakat.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 41
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Rencana pengembangan sistem jaringan air minum terdiri atas pengembangan jangka
menengah dan panjang:
Pengembangan jangka menengah sistem jaringan air minum/air bersih diarahkan kepada
pengembangan berbasis masyarakat berupa invidual dan kelompok. Pengembangan air
minum individual dilakukan melalui penampungan air hujan melalui tanki air bersih
individual. Sedangkan untuk pengembangan air minum/air bersih berbasis kelompok
masyarakat dapat dilakukan terintegrasi dengan sistem penyediaan air melalui
pembangkit Mikro/Piko hidro yang dialirkan ke titik hidran umum.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 42
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
A. Rencana Pengembangan
1. Pengembangan penyediaan air minum berbasis tadah hujan dan integrasi penyediaan
air minum berbasis PLTMH dikembangkan di seluruh SBWP.
2. Pengembangan penyediaan air minum berbasis dari mata air dikembangkan diseluruh
SBWP yang ada.
3. Pengembangan penyediaan air minum berbasis air permukaan berupa :
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 43
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
B. Prinsip Penanganan
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 44
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
A. Rencana Pengembangan
B. Prinsip Penanganan
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 45
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Lebih detail kebutuhan pengembangan prasarana air minum berbasis jaringan perpipaan
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 46
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Pemakaian Air L/Or/Hr 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130
Kebutuhan Air L/dt 0.32 0.53 0.76 1.00 1.27 1.56 1.87 2.21 2.57 2.95 3.37 3.81 4.34 4.91 5.54 6.21 6.95 7.75 8.61 9.55 10.56
Hidran umum
Pelayanan HU % 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00
jiwa 66 110 157 209 264 324 389 458 533 613 699 792 901 1,020 1,150 1,291 1,443 1,609 1,788 1,983 2,193
jiwa/unit 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
unit 3 5 8 10 13 16 19 23 27 31 35 40 45 51 58 65 72 80 89 99 110
Total Domestik L/Or/Hr 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160
Kebutuhan Air Domestik L/dt 0.34 0.57 0.81 1.08 1.36 1.67 2.01 2.37 2.75 3.17 3.61 4.09 4.65 5.27 5.94 6.66 7.45 8.31 9.23 10.23 11.32
4 Non Domestik % 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00
L/O/Hr 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32
Kebutuhan Air Non Domestik L/dt 0.1 0.1 0.2 0.2 0.3 0.3 0.4 0.5 0.6 0.6 0.7 0.8 0.9 1.1 1.2 1.3 1.5 1.7 1.8 2.0 2.3
5 Sub Total Kebutuhan L/dt 0.41 0.68 0.97 1.29 1.64 2.01 2.41 2.84 3.30 3.80 4.33 4.90 5.58 6.32 7.12 8.00 8.94 9.97 11.08 12.28 13.58
6 Kehilangan air**) % 30.0 29.5 29.0 28.5 28.0 27.5 27.0 26.5 26.0 25.5 25.0 24.5 24.0 23.5 23.0 22.5 22.0 21.5 21.0 20.5 20.0
L/dt 0.12 0.20 0.28 0.37 0.46 0.55 0.65 0.75 0.86 0.97 1.08 1.20 1.34 1.49 1.64 1.80 1.97 2.14 2.33 2.52 2.72
7 Kebutuhan air rata-rata L/dt 0.53 0.88 1.26 1.66 2.09 2.56 3.06 3.59 4.16 4.77 5.42 6.11 6.92 7.81 8.76 9.79 10.91 12.11 13.40 14.80 16.30
8 Keb. Inst. (Q Maks. F = 1,15) L/dt 0.61 1.01 1.44 1.91 2.41 2.94 3.52 4.13 4.78 5.48 6.23 7.02 7.96 8.98 10.08 11.26 12.54 13.93 15.42 17.02 18.75
9 Kapasitas Intake L/dt 0.64 1.06 1.52 2.01 2.53 3.09 3.69 4.34 5.02 5.76 6.54 7.37 8.36 9.43 10.58 11.83 13.17 14.62 16.19 17.87 19.68
10 Keb. Dist. (Q Jam Puncak, 1,5) L/dt 0.91 1.52 2.17 2.86 3.61 4.42 5.27 6.19 7.17 8.22 9.34 10.53 11.94 13.47 15.11 16.90 18.82 20.89 23.12 25.53 28.12
11 Kapasitas Terpasang L/dt -
12 Kapasitas Produksi L/dt
12 Surplus(/Defisit) L/dt (1) (1) (1) (2) (2) (3) (4) (4) (5) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (13) (14) (15) (17) (19)
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 47
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Pemakaian Air L/Or/Hr 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130
Kebutuhan Air L/dt 0.24 0.40 0.57 0.75 0.96 1.17 1.41 1.66 1.93 2.22 2.53 2.86 3.26 3.69 4.16 4.67 5.22 5.82 6.47 7.17 7.93
Hidran umum
Pelayanan HU % 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00
jiwa 49 82 118 157 198 243 292 344 400 461 525 595 677 767 864 970 1,084 1,209 1,344 1,490 1,648
jiwa/unit 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
unit 2 4 6 8 10 12 15 17 20 23 26 30 34 38 43 48 54 60 67 74 82
Total Domestik L/Or/Hr 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160
Kebutuhan Air Domestik L/dt 0.25 0.43 0.61 0.81 1.02 1.26 1.51 1.78 2.07 2.38 2.71 3.07 3.50 3.96 4.46 5.01 5.60 6.24 6.94 7.69 8.51
4 Non Domestik % 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00
L/O/Hr 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32
Kebutuhan Air Non Domestik L/dt 0.1 0.1 0.1 0.2 0.2 0.3 0.3 0.4 0.4 0.5 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.4 1.5 1.7
5 Sub Total Kebutuhan L/dt 0.31 0.51 0.73 0.97 1.23 1.51 1.81 2.13 2.48 2.85 3.25 3.69 4.19 4.75 5.35 6.01 6.72 7.49 8.32 9.23 10.21
6 Kehilangan air**) % 30.0 29.5 29.0 28.5 28.0 27.5 27.0 26.5 26.0 25.5 25.0 24.5 24.0 23.5 23.0 22.5 22.0 21.5 21.0 20.5 20.0
L/dt 0.09 0.15 0.21 0.28 0.34 0.41 0.49 0.57 0.64 0.73 0.81 0.90 1.01 1.12 1.23 1.35 1.48 1.61 1.75 1.89 2.04
7 Kebutuhan air rata-rata L/dt 0.40 0.66 0.94 1.25 1.57 1.92 2.30 2.70 3.12 3.58 4.07 4.59 5.20 5.87 6.58 7.36 8.20 9.10 10.07 11.12 12.25
8 Keb. Inst. (Q Maks. F = 1,15) L/dt 0.46 0.76 1.09 1.43 1.81 2.21 2.64 3.10 3.59 4.12 4.68 5.28 5.98 6.75 7.57 8.46 9.42 10.46 11.58 12.79 14.08
9 Kapasitas Intake L/dt 0.48 0.80 1.14 1.51 1.90 2.32 2.77 3.26 3.77 4.32 4.91 5.54 6.28 7.08 7.95 8.89 9.90 10.99 12.16 13.43 14.79
10 Keb. Dist. (Q Jam Puncak, 1,5) L/dt 0.69 1.14 1.63 2.15 2.71 3.32 3.96 4.65 5.39 6.18 7.02 7.91 8.97 10.12 11.36 12.69 14.14 15.69 17.37 19.18 21.13
11 Kapasitas Terpasang L/dt -
12 Kapasitas Produksi L/dt
12 Surplus(/Defisit) L/dt (0) (1) (1) (1) (2) (2) (3) (3) (4) (4) (5) (5) (6) (7) (8) (8) (9) (10) (12) (13) (14)
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 48
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Pemakaian Air L/Or/Hr 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130
Kebutuhan Air L/dt 0.36 0.60 0.85 1.13 1.44 1.76 2.11 2.49 2.90 3.34 3.80 4.31 4.90 5.55 6.26 7.02 7.85 8.75 9.73 10.78 11.93
Hidran umum
Pelayanan HU % 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00
jiwa 74 124 178 236 298 366 439 518 602 693 790 895 1,018 1,153 1,299 1,458 1,631 1,818 2,020 2,240 2,477
jiwa/unit 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
unit 4 6 9 12 15 18 22 26 30 35 40 45 51 58 65 73 82 91 101 112 124
Total Domestik L/Or/Hr 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160
Kebutuhan Air Domestik L/dt 0.38 0.64 0.92 1.22 1.54 1.89 2.27 2.67 3.11 3.58 4.08 4.62 5.26 5.95 6.71 7.53 8.42 9.38 10.43 11.56 12.79
4 Non Domestik % 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00
L/O/Hr 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32
Kebutuhan Air Non Domestik L/dt 0.1 0.1 0.2 0.2 0.3 0.4 0.5 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.1 1.2 1.3 1.5 1.7 1.9 2.1 2.3 2.6
5 Sub Total Kebutuhan L/dt 0.46 0.77 1.10 1.46 1.85 2.27 2.72 3.21 3.73 4.29 4.89 5.54 6.31 7.14 8.05 9.03 10.10 11.26 12.51 13.87 15.35
6 Kehilangan air**) % 30.0 29.5 29.0 28.5 28.0 27.5 27.0 26.5 26.0 25.5 25.0 24.5 24.0 23.5 23.0 22.5 22.0 21.5 21.0 20.5 20.0
L/dt 0.14 0.23 0.32 0.42 0.52 0.62 0.73 0.85 0.97 1.09 1.22 1.36 1.51 1.68 1.85 2.03 2.22 2.42 2.63 2.84 3.07
7 Kebutuhan air rata-rata L/dt 0.60 0.99 1.42 1.88 2.37 2.89 3.45 4.06 4.70 5.39 6.12 6.90 7.82 8.82 9.90 11.06 12.32 13.68 15.14 16.72 18.41
8 Keb. Inst. (Q Maks. F = 1,15) L/dt 0.69 1.14 1.63 2.16 2.72 3.33 3.97 4.66 5.40 6.19 7.04 7.93 8.99 10.14 11.38 12.72 14.17 15.73 17.41 19.23 21.18
9 Kapasitas Intake L/dt 0.72 1.20 1.71 2.27 2.86 3.49 4.17 4.90 5.67 6.50 7.39 8.33 9.44 10.65 11.95 13.36 14.88 16.52 18.28 20.19 22.24
10 Keb. Dist. (Q Jam Puncak, 1,5) L/dt 1.03 1.71 2.45 3.24 4.08 4.99 5.96 7.00 8.11 9.29 10.55 11.90 13.49 15.21 17.07 19.09 21.26 23.60 26.12 28.84 31.77
11 Kapasitas Terpasang L/dt -
12 Kapasitas Produksi L/dt
12 Surplus(/Defisit) L/dt (1) (1) (2) (2) (3) (3) (4) (5) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (13) (14) (16) (17) (19) (21)
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 49
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Pemakaian Air L/Or/Hr 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130
Kebutuhan Air L/dt 0.12 0.20 0.28 0.38 0.48 0.58 0.70 0.83 0.96 1.10 1.26 1.43 1.62 1.84 2.07 2.32 2.60 2.90 3.22 3.57 3.95
Hidran umum
Pelayanan HU % 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00
jiwa 25 41 59 78 99 121 145 171 199 229 262 296 337 382 430 483 540 602 669 742 820
jiwa/unit 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
unit 1 2 3 4 5 6 7 9 10 11 13 15 17 19 22 24 27 30 33 37 41
Total Domestik L/Or/Hr 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160
Kebutuhan Air Domestik L/dt 0.13 0.21 0.30 0.40 0.51 0.63 0.75 0.88 1.03 1.18 1.35 1.53 1.74 1.97 2.22 2.49 2.79 3.11 3.45 3.83 4.23
4 Non Domestik % 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00 20.00
L/O/Hr 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32
Kebutuhan Air Non Domestik L/dt 0.0 0.0 0.1 0.1 0.1 0.1 0.2 0.2 0.2 0.2 0.3 0.3 0.3 0.4 0.4 0.5 0.6 0.6 0.7 0.8 0.8
5 Sub Total Kebutuhan L/dt 0.15 0.25 0.36 0.48 0.61 0.75 0.90 1.06 1.23 1.42 1.62 1.83 2.09 2.36 2.66 2.99 3.34 3.73 4.14 4.59 5.08
6 Kehilangan air**) % 30.0 29.5 29.0 28.5 28.0 27.5 27.0 26.5 26.0 25.5 25.0 24.5 24.0 23.5 23.0 22.5 22.0 21.5 21.0 20.5 20.0
L/dt 0.05 0.07 0.11 0.14 0.17 0.21 0.24 0.28 0.32 0.36 0.41 0.45 0.50 0.56 0.61 0.67 0.74 0.80 0.87 0.94 1.02
7 Kebutuhan air rata-rata L/dt 0.20 0.33 0.47 0.62 0.78 0.96 1.14 1.34 1.56 1.78 2.03 2.28 2.59 2.92 3.28 3.66 4.08 4.53 5.01 5.54 6.10
8 Keb. Inst. (Q Maks. F = 1,15) L/dt 0.23 0.38 0.54 0.71 0.90 1.10 1.32 1.54 1.79 2.05 2.33 2.63 2.98 3.36 3.77 4.21 4.69 5.21 5.77 6.37 7.01
9 Kapasitas Intake L/dt 0.24 0.40 0.57 0.75 0.95 1.16 1.38 1.62 1.88 2.15 2.45 2.76 3.13 3.53 3.96 4.42 4.93 5.47 6.05 6.68 7.36
10 Keb. Dist. (Q Jam Puncak, 1,5) L/dt 0.34 0.57 0.81 1.07 1.35 1.65 1.97 2.32 2.68 3.08 3.49 3.94 4.47 5.04 5.65 6.32 7.04 7.81 8.65 9.55 10.52
11 Kapasitas Terpasang L/dt -
12 Kapasitas Produksi L/dt
12 Surplus(/Defisit) L/dt (0) (0) (1) (1) (1) (1) (1) (2) (2) (2) (2) (3) (3) (3) (4) (4) (5) (5) (6) (6) (7)
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 50
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
2. SBWP II
a. Penduduk Adm (jiwa) 4,937 5,148 5,368 5,598 5,838 6,087 6,348 6,620 6,903 7,198 7,507 7,828 8,258 8,713 9,192 9,697 10,231 10,793 11,387 12,013 12,674
b. Penduduk Terlayani (jiwa) 247 412 591 784 992 1,217 1,460 1,721 2,002 2,304 2,627 2,975 3,386 3,834 4,320 4,849 5,422 6,044 6,718 7,448 8,238
c. Cakupan Pelayanan (%) 5 8 11 14 17 20 23 26 29 32 35 38 41 44 47 50 53 56 59 62 65
d. Kebutuhan Instalasi (Ltr/dt) 0.46 0.76 1.09 1.43 1.81 2.21 2.64 3.10 3.59 4.12 4.68 5.28 5.98 6.75 7.57 8.46 9.42 10.46 11.58 12.79 14.08
e. Kapasitas Terpasang (Ltr/dt) - - - 10.00 10.00 10.00 10.00 10.00 10.00 10.00 10.00 10.00 10.00 10.00 10.00 10.00 10.00 10.00 15.00 15.00 15.00
f. Surplus/Defisit (Ltr/dt) (0.46) (0.76) (1.09) 8.57 8.19 7.79 7.36 6.90 6.41 5.88 5.32 4.72 4.02 3.25 2.43 1.54 0.58 (0.46) 3.42 2.21 0.92
g. Uprating .Instalasi (Ltr/dt)
h. Supply dari IPA …….. (Ltr/dt)
i. Renc. Penamb.Instalasi (Ltr/dt) - - 10.00 - - - - - - - 5.00 -
-
TOTAL RENCANA PENAMBAHAN IPA - - 10.00 - - - - - - - - - - - 5.00 - -
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 51
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
4. SBWP IV
a. Penduduk Adm/Zona (jiwa) 2,458 2,563 2,673 2,787 2,906 3,031 3,161 3,296 3,437 3,584 3,737 3,897 4,112 4,338 4,576 4,828 5,094 5,374 5,669 5,981 6,310
b. Penduduk Terlayani (jiwa) 123 205 294 390 494 606 727 857 997 1,147 1,308 1,481 1,686 1,909 2,151 2,414 2,700 3,009 3,345 3,708 4,102
c. Cakupan Pelayanan (%) 5 8 11 14 17 20 23 26 29 32 35 38 41 44 47 50 53 56 59 62 65
d. Kebutuhan Instalasi (Ltr/dt) 0.23 0.38 0.54 0.71 0.90 1.10 1.32 1.54 1.79 2.05 2.33 2.63 2.98 3.36 3.77 4.21 4.69 5.21 5.77 6.37 7.01
e. Kapasitas Terpasang (Ltr/dt) - - - - - 10.00 10.00 10.00 10.00 10.00 10.00 10.00 10.00 10.00 10.00 10.00 10.00 10.00 10.00 10.00 10.00
f. Surplus/Defisit (Ltr/dt) (0.23) (0.38) (0.54) (0.71) (0.90) 8.90 8.68 8.46 8.21 7.95 7.67 7.37 7.02 6.64 6.23 5.79 5.31 4.79 4.23 3.63 2.99
g. Uprating .Instalasi (Ltr/dt)
h. Supply dari IPA …….. (Ltr/dt)
i. Renc. Penamb.Instalasi (Ltr/dt) - - - 10.00 - - - - - - - -
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 52
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
1. Radio Komunitas atau yang dikenal dengan Radio Antar Penduduk Indonesia
(RAPI) dikembangkan di SBWP 1 - Bokondini, SBWP 2 - Bewani, di SBWP 3 -
Bokoneri dan di SBWP 4 - Kamboneri.
2. Pengembangan satelit terpadu
3. Pengembangan warung /internet berbasis distrik dari DEPKOMINFO.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 53
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 54
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
1. Persampahan Domestik.
Sampah domestik adalah sampah yang dihasilkan dari rumah tangga. Sistem
pengelolaan sampah rumah tangga dikembangkan diseluruh SBWP yakni SBWP 1,
SBWP 2, SBWP 3 dan SBWP 4.
2. Persampahan Non Domestik.
Sampah non domestik adalah sampah yang dihasilkan dari kegiatan komersial, seperti
pusat perdagangan, pasar, pertokoan, hotel, restoran dan lainnya.
A. Rencana Pengembangan
1. Bin/Tong Sampah.
2. Gerobak.
3. TPS/container.
4. Transfer Depo.
5. Truk Sampah.
6. TPST.
7. TPA.
8. Buldozer.
9. Excavator.
10. Wheel loader.
11. IPLT B3 (Industri).
12. IPLT B3/Incenerator (Puskesmas).
B. Prinsip Penanganan
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 55
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal bidang PLP kementerian pekerjaan umum dan
mengacu kepada SNI 3242:2008 pengelolaan sampah di permukiman, maka beberapa
prinsip penanganan meliputi :
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 56
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 57
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 58
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 59
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Rencana sistem jaringan sanitasi/ limbah diharapkan pada masa pengembangan jangka
pendek dan panjang dapat dimulai dengan sistem setempat. Pengembangan jangka
panjang dapat dilakukan dengan sistem terpusat pada kawasan distrik Bokondini apabila
sudah dapat memenuhi kriteria. Sistem setempat dilaksanakan diseluruh SBWP, yakni
SBWP 1, SBWP 2, SBWP 3 dan SBWP 4.
A. Rencana Pengembangan
B. Prinsip Penanganan
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 60
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 61
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 62
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Rencana sistem jaringan drainase menggunakan sistem jaringan tertutup. Seluruh jaringan
drainase yang berada pada jalan lingkungan, lokal, kolektor sekunder dan kolektor primer
menggunakan drainase tertutup.
Jalur evakuasi dapat memanfaatkan jaringan jalan yang ada yakni jaringan jalan
lingkungan, lokal, kolektor sekunder (K4) dan kolektor primer (K3) menuju tempat
evakuasi di masing-masing SBWP.
Tempat evakuasi di BWP 1 (Bokondini) terdiri atas bandar udara Bokondini. Sedangkan
SBWP 2, 3 dan 4 adalah bangunan gereja dan sekolah.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 63
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 64
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 65
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 66
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 67
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 68
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 69
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 70
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 71
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 72
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 73
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 74
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 75
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 76
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 77
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 78
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Peta 5. 17. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 79
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 80
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 81
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 1
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Sesuai dengan amanat dari undang-undang penataan ruang nomor 26 tahun 2007 pasal 1
butir 30 dan pedoman penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan,
Peraturan Menteri nomor 20 PRT M 2011 tentang kawasan prioritas. Maka didalam
penyusunan RDTR, harus ditetapkan kawasan prioritas. Kawasan prioritas menurut
amanat undang-undang tersebut adalah kawasan yang memiliki peranan penting dalam
lingkup kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya dan atau lingkungan. Untuk itu
dalam sub ini hal pertama yang harus dilakukan sebelum menetapkan kawasan prioritas
tersebut adalah menyusun matrik analisis penetapan kawasan prioritas yang kemudian
menyusun konsep pengembangan kawasannya.
Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya merupakan upaya dalam rangka
operasionalisasi rencana tata ruang yang diwujudkan ke dalam rencana penanganan Sub
BWP yang diprioritaskan. Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya
bertujuan untuk mengembangkan, melestarikan, melindungi, memperbaiki,
mengkoordinasikan keterpaduan pembangunan, dan/atau melaksanakan revitalisasi di
kawasan yang bersangkutan, yang dianggap memiliki prioritas tinggi dibandingkan Sub
BWP lainnya.
Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya merupakan lokasi pelaksanaan salah satu
program prioritas dari RDTR. Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya
berfungsi sebagai:
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 1
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
c) Kondisi ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan Sub BWP yang akan ditetapkan;
d) Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup BWP; dan
e) Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.
a) Merupakan faktor kunci yang mendukung perwujudan rencana pola ruang dan rencana
jaringan prasarana, serta pelaksanaan peraturan zonasi di BWP;
b) Mendukung tercapainya agenda pembangunan dan pengembangan kawasan;
c) Merupakan Sub BWP yang memiliki nilai penting dari sudut kepentingan ekonomi,
sosial-budaya, pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, fungsi dan
daya dukung lingkungan hidup, dan/atau memiliki nilai penting lainnya yang sesuai
dengan kepentingan pembangunan BWP; dan/atau
Merupakan Sub BWP yang dinilai perlu dikembangkan, diperbaiki, dilestarikan, dan/atau
direvitalisasi agar dapat mencapai standar tertentu berdasarkan pertimbangan ekonomi,
sosial-budaya, dan/atau lingkungan.
Atas dasar penentuan, kriteria dan amanat undang – undang tersebut maka SBWP yang
diprioritaskan adalah SBWP 1 – Bokondini.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 2
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Kondisi
Tingkat Daya Ketentuan
Sosial,
Sub Fungsi Utama Kesesuaian Nilai Penting Dukung Peraturan Total
Ekonomi
BWP Sub BWP Dengan Tujuan Sub BWP Dan Daya Perundanga Skor
Dan
BWP Tampung n Terkait
Lingkungan
5. Pengemban
gan Taman
Botani
6. Pengemban
gan wisata
alam
7. Pengemban
gan wisata
rohani
Skor : 5 Skor : 5 Skor : 3 Skor : 1 Skor : 5
Sebagian Wilayah Distrik Bewani
Sub 1. Pusat Rendah –Tidak Kurang Kurang Kebutuhan Cukup 10
BWP Permukiman Memiliki Penting, Menunjang, DD: Sesuai,
2 2. Pusat Hubungan Kondisi Kurang Memiliki 4366 ha. Terdapat
Komersial Langsung Didukung Oleh Karakter Kebutuhan Beberapa
Skala Dengan Sarana Dasar Yang DT: Fungsi Yang
Kampung Pengembanga Pelayanan Rendah 2183 jiwa Mendukung
3. Pengemban n Perdagangan Umum (SDM Pengemban
gan Dan Pengembangan Rendah/Kur gan
pertanian Pendidikan Perkotaan ang, Perkotaan
pangan Ekonomi
4. Pengemban Rendah Dan
gan wisata Kondisi
alam Lingkungan
Cukup
Menunjang)
Skor : 2 Skor : 2 Skor :2 Skor : 1 Skor :3
Sebagian Wilayah Distrik Bokoneri
Sub 1. Pusat Sedang – Kurang Kurang Kebutuhan Cukup 11
BWP Pelayanan Menunjang Penting, Menunjang, DD: Sesuai,
3 Pemerintaha Pengembanga Kondisi Kurang Memiliki 4328 ha. Terdapat
n Distrik n Kota Dengan Didukung Oleh Karakter Kebutuhan Beberapa
2. Pusat Pengembanga Sarana Dasar Yang DT: Fungsi Yang
Permukiman n Perumahan Pelayanan Rendah 2164 jiwa Mendukung
3. Pusat Dan Prasarana Umum (SDM Pengemban
Komersial Umum Pengembangan Rendah/Kur gan
Skala Perkotaan ang, Perkotaan
Kampung Ekonomi
4. Pengemban Rendah Dan
gan Kondisi
pertanian Lingkungan
pangan Cukup
5. Pengemban Menunjang)
gan wisata
alam
Skor : 3 Skor : 2 Skor :2 Skor : 1 Skor : 3
Sebagian Wilayah Distrik Kamboneri
Sub 1. Pusat Tinggi – Penting, Kurang Kebutuhan Sesuai,Seba
BWP Pelayanan Menunjang Pengembangan Menunjang, DD: gian Besar
16
4 Pemerintaha Pengembanga Kota Didukung Memiliki 1446 ha. Fungsi
n Distrik n Kota Dengan Oleh Sarana Karakter
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 3
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Kondisi
Tingkat Daya Ketentuan
Sosial,
Sub Fungsi Utama Kesesuaian Nilai Penting Dukung Peraturan Total
Ekonomi
BWP Sub BWP Dengan Tujuan Sub BWP Dan Daya Perundanga Skor
Dan
BWP Tampung n Terkait
Lingkungan
2. Pusat Perkantoran, Pelayanan Dasar Yang Kebutuhan Sesuai Dan
Pengemban Perdagangan – Umum Dan Rendah DT: Mendukung
gan Jasa Dan Sesuai Dengan (SDM 723 jiwa Pengemban
pertanian Prasarana Pengembangan Rendah/Kur gan
3. Pusat Pelayanan Perkotaan ang, Perkotaan
Perkantoran Umum, Ekonomi
4. Pusat Potensial Rendah Dan
Permukiman Berkembang Kondisi
5. Pengemban Menjadi Lingkungan
gan Perdagangan – Cukup
pertanian Jasa Skala Menunjang)
pangan Wilayah
6. Pengemban
gan wisata
alam
Skor : 4 SKOR : 4 SKOR :2 SKOR : 2 SKOR : 4
Sumber : konsultan, 2013
Berdasarkan fungsi utama dari SBWP 1 – Bokondini, maka tema penanganan kawasan
adalah “pengembangan pusat kawasan terpadu pertanian, pendidikan, pemerintahan,
dan wisata”.
A. Prinsip Penanganan
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 4
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
B. Konsep Penanganan
Sarana &
Prasarana
Geo-
Sejarah,
Sosial,
Budaya
Kota Agro Bokondini akan menjadi kota dengan basis pertanian dan perkebunan tanaman
pangan/holtikultura. Kota ini akan dipersiapkan dengan dukungan infrastruktur
perekonomian yang mampu untuk meningkatkan kinerja peran dan fungsi kawasannya
dalam konstelasi regional (kabupaten) dan interregional (antar kabupaten) hingga ke
provinsi. Beberapa dukungan infrastruktur yang disiapkan adalah jasa keuangan
perbankan (Bank Papua, Bank BRI), jasa pertokoan/perdagangan, kawasan industri
pertanian dan perkebunan, sarana pendidikan dasar, menengah, atas dan kejuruan
pertanian, dinas pertanian, dinas peternakan, dinas perkebunan, puskesmas plus rawat
inap, perpustakaan milik kota, agro demo center, cultural center, gymnasium, lapangan
olah raga sebagai social and cultural activity place.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 5
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Beberapa bagian wilayah perkotaan yang akan menjadi sub kawasan agro adalah;
1. Sub BWP 1 Agro Pusat Kota Bokondini,
Pusat Kawasan Kota Bokondini akan menjadi pusat kawasan jasa/perdagangan
komoditas pertanian pangan dan perkebunan dengan jumlah penduduk 16869 jiwa
pada tahun 2033. Kawasan produksi agro hingga 527 ha.
Bokondini akan menjadi pusat kawasan perkotaan yang dilengkapi dengan Bandar
udara dengan panjang runway 1200 m yang dapat didarati oleh pesawat ATR 72,
terminal angkutan umum dengan tipe C, kawasan industri agro terpadu, sekolah taman
kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah, sekolah menengah atas, sekolah
kejuruan pertanian, perguruan tinggi pertanian, perguruan tinggi Kristen, puskesmas
plus dengan kemampuan rawat inap dan dokter, gymnasium milik kota, lapangan olah
raga sekaligus sebagai tempat kegiatan social dan budaya, fasilitas peribadatan,
perbankan, perkantoran pemerintah seperti kepala distrik, dinas pertanian, dinas
perkebunan, dinas peternakan, dinas perikanan, perkantoran swasta,
perhotelan/penginapan, jaringan internet dan telekomunikasi, jaringan kelistrikan,
kawasan perumahan.
2. Sub BWP 2 Agro Bewani,
Kawasan agro Bewani berpenduduk 19.056 jiwa pada tahun 2033 dengan kawasan
produksi agro hingga 175 hektar lahan produksi.
Kawasan ini akan menjadi kawasan penyokong pusat pengolahan dan industry di
Bokondini, yang telah dilengkapi dengan infrastruktur kawasan agro. Bewani akan
memiliki pusat perkantoran distrik, puskesmas, perpustakaan milik kota, taman kanak-
kanak, sekolah dasar, sekolah menengah, kantor pos dan gereja.
Pengembangan BWP Agro Bewani juga diarahkan untuk pengembangan pariwisata
berbasis cinta alam seperti olah raga alam ganthole/terbang layang. Bewani memiliki
puncak dengan ketinggian 2000 mdpl, dengan tujuan ke pusat kawasan kota
Bokondini, pecinta olah raga terbang layang dapat menikmati seluruh kawasan
perkotaan, sungai, dan perkebunan. Keindahan alam ini menjadi daya tarik bagi
pengunjung.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 6
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Kota Agro;
Wisata Agro
Wisata Rohani
Taman Botani
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 7
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Wisata agro adalah wisata yang berada ditengah-tengah kawasan pertanian kehutanan
(agroforestry) Bokondini. Tema wisata buah seperti nenas, jeruk, mangga, strawberry, apel
dan sayuran seperti brokoli akan menjadi tematik di kawasan agro Bokondini. Kawasan
wisata ini akan dilengkapi dengan dukungan dari sarana prasarana perkotaan di Bokondini
seperti:
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 8
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 9
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Seperti yang diketahui, bahwa Kota Bokondini merupakan kota utama penyebaran injil di
kawasan pengunungan tengah papua (Kab. Jayawijaya, Tolikara, Yahukimo, Lani Jaya,
Puncak Jaya, Memberamo Tengah, Yalimo, Nduga, Pegunungan Bintang, Puncak,
Memberamo Raya) yang memiliki nilai sejarah dalam pembukaan kawasan di pegunungan
tengah. Kota Bokondini memiliki arti dan peran penting dalam konstelasi perubahan sosial
dan budaya masyarakat Pegunungan Tengah Papua. Untuk itu Kawasan Klasis Bogoga
yang berada di Bokondini diharapkan dapat dijadikan kawasan warisan budaya/sosial
masyarakat Pegunungan Tengah Papua.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 10
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Untuk itu bangunan yang telah ada di kawasan klasis seperti cottage (dulunya rumah
tinggal para pilot udara MAF) dapat dimanfaat untuk penginapan umum dengan fasilitas
pemanas air, listrik 24 jam, internet, dan sebagainya.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 11
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
bentuk perjalanan suku Papua di Bokondini yang mengalami perubahan sosial dan
budaya.
Kebun botani (atau taman botani) adalah suatu lahan yang ditanami berbagai jenis
tumbuhan yang ditujukan untuk keperluan koleksi, penelitian, dan konservasi ex-situ (di
luar habitat). Selain untuk penelitian, kebun botani dapat berfungsi sebagai sarana wisata
dan pendidikan bagi pengunjung. Arboretum adalah semacam kebun botani yang
mengkoleksi pepohonan.
Dalam kebun botani, tumbuhan koleksi dipelihara dan diberi keterangan nama dan
beberapa informasi lainnya yang berguna bagi pengunjung. Dua tambahan penting bagi
suatu kebun botani adalah perpustakaan dan herbarium. Keduanya diperlukan untuk
kegiatan penelitian dan dokumentasi. Identifikasi/klasifikasi adalah hal yang umum
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 12
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
dilakukan di kebun botani. Kebun botani dapat pula memiliki bangunan khusus untuk
menumbuhkan koleksi yang tidak dapat hidup pada iklim alami tempat itu atau
memerlukan perawatan khusus. Bangunan khusus ini dapat berupa rumah kaca atau
klimatron dan iklim buatan dapat dibuat di dalamnya.
Umumnya kebun botani dapat dikunjungi umum. Pemilik kebun botani dapat suatu
lembaga tertentu, negara, maupun perorangan. Namun demikian, tidak semua kebun
botani dibuka untuk umum, contohnya Chelsea Physic Garden.
Kebun botani di Indonesia tidak banyak. Kebun botani milik negara di Indonesia memakai
nama "Kebun Raya" karena ukurannya yang luas. Di bawah LIPI/negara terdapat empat
kebun botani, yaitu Kebun Raya Bogor, Kebun Raya Cibodas, Kebun Raya Purwodadi di
utara Malang, dan Kebun Raya Eka Karya Bali di Bedugul, Bali. Puspiptek Serpong juga
memiliki Kebun Botani Puspiptek Serpong. Taman Buah Mekarsari adalah kebun botani
yang mengkhususkan diri bagi tanaman buah-buahan. Di Tawangmangu juga terdapat
taman koleksi tanaman obat-obatan milik Balittro.
Kebun Botani terkenal lainnya di luar negeri adalah di Brooklyn yang disebut dengan
Brooklyn Botanical Garden, di New York America disebub dengan New York Botanical
Garden, di Australia dikenal adalah The Blue Mountains Botanic Garden, Mount Tomah, di
Hongkong dikenal dengan The Hong Kong Zoological and Botanical Gardens (HKZBG). Di
Singapore yang dikenal dengan SBG (Singapore Botanic Gardens).
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 13
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 14
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 15
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 16
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 1
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Sesuai undang – undang no 26 tahun 2007 tentang penataan ruang disebutkan bahwa
rencana tata ruang dapat ditinjau setiap 5 tahun sekali, untuk itu indikasi program
perwujudan struktur dan pola ruang dapat ditinjau setiap 5 tahun sekali.
Sesuai amanat undang- undang 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan pusat dan
daerah. Beberapa sumber pembiayaan yang dapat dijadikan alokasi pembiayaan
pembangunan program di daerah adalah APBD dan sumber keuangan swasta melalui
kerjasama (KPS) atau yang lebih dikenal dengan PPP (public private partnership).
Indikasi program dibawah ini memuat program perwujudan rencana pola ruang dan
rencana jaringan prasarana dan perwujudan Sub BWP 1 Bokondini yang diprioritaskan
penanganannya.
Berikut ini adalah tabel indikasi program pembangunan kawasan perkotaan 5 (lima)
tahunan selama masa perencanaan 20 (duapuluh) tahun.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 1
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
No Program Utama Lokasi Tahap Tahap Tahap Sumber Dana Instansi Pelaksana
Tahap IV
I II III
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 1
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Masa Perencanaan
No Program Utama Lokasi Tahap Tahap Tahap Sumber Dana Instansi Pelaksana
Tahap IV
I II III
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 2
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Masa Perencanaan
No Program Utama Lokasi Tahap Tahap Tahap Sumber Dana Instansi Pelaksana
Tahap IV
I II III
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 3
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Masa Perencanaan
No Program Utama Lokasi Tahap Tahap Tahap Sumber Dana Instansi Pelaksana
Tahap IV
I II III
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 4
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Masa Perencanaan
No Program Utama Lokasi Tahap Tahap Tahap Sumber Dana Instansi Pelaksana
Tahap IV
I II III
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 5
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Masa Perencanaan
No Program Utama Lokasi Tahap Tahap Tahap Sumber Dana Instansi Pelaksana
Tahap IV
I II III
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 6
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Masa Perencanaan
No Program Utama Lokasi Tahap Tahap Tahap Sumber Dana Instansi Pelaksana
Tahap IV
I II III
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 7
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Masa Perencanaan
No Program Utama Lokasi Tahap Tahap Tahap Sumber Dana Instansi Pelaksana
Tahap IV
I II III
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 8
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Masa Perencanaan
No Program Utama Lokasi Tahap Tahap Tahap Sumber Dana Instansi Pelaksana
Tahap IV
I II III
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 9
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Masa Perencanaan
No Program Utama Lokasi Tahap Tahap Tahap Sumber Dana Instansi Pelaksana
Tahap IV
I II III
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 10
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Masa Perencanaan
No Program Utama Lokasi Tahap Tahap Tahap Sumber Dana Instansi Pelaksana
Tahap IV
I II III
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 11
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Masa Perencanaan
No Program Utama Lokasi Tahap Tahap Tahap Sumber Dana Instansi Pelaksana
Tahap IV
I II III
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 12
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Masa Perencanaan
No Program Utama Lokasi Tahap Tahap Tahap Sumber Dana Instansi Pelaksana
Tahap IV
I II III
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 13
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Masa Perencanaan
No Program Utama Lokasi Tahap Tahap Tahap Sumber Dana Instansi Pelaksana
Tahap IV
I II III
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 14
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Masa Perencanaan
No Program Utama Lokasi Tahap Tahap Tahap Sumber Dana Instansi Pelaksana
Tahap IV
I II III
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 15
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Masa Perencanaan
No Program Utama Lokasi Tahap Tahap Tahap Sumber Dana Instansi Pelaksana
Tahap IV
I II III
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 16
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Masa Perencanaan
No Program Utama Lokasi Tahap Tahap Tahap Sumber Dana Instansi Pelaksana
Tahap IV
I II III
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 17
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Masa Perencanaan
No Program Utama Lokasi Tahap Tahap Tahap Sumber Dana Instansi Pelaksana
Tahap IV
I II III
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 18
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Masa Perencanaan
No Program Utama Lokasi Tahap Tahap Tahap Sumber Dana Instansi Pelaksana
Tahap IV
I II III
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 19
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Masa Perencanaan
No Program Utama Lokasi Tahap Tahap Tahap Sumber Dana Instansi Pelaksana
Tahap IV
I II III
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 20
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Masa Perencanaan
No Program Utama Lokasi Tahap Tahap Tahap Sumber Dana Instansi Pelaksana
Tahap IV
I II III
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 21
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Masa Perencanaan
No Program Utama Lokasi Tahap Tahap Tahap Sumber Dana Instansi Pelaksana
Tahap IV
I II III
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 22
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Masa Perencanaan
No Program Utama Lokasi Tahap Tahap Tahap Sumber Dana Instansi Pelaksana
Tahap IV
I II III
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 23
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Masa Perencanaan
No Program Utama Lokasi Tahap Tahap Tahap Sumber Dana Instansi Pelaksana
Tahap IV
I II III
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 24
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Masa Perencanaan
No Program Utama Lokasi Tahap Tahap Tahap Sumber Dana Instansi Pelaksana
Tahap IV
I II III
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 25
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Masa Perencanaan
No Program Utama Lokasi Tahap Tahap Tahap Sumber Dana Instansi Pelaksana
Tahap IV
I II III
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 26
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Masa Perencanaan
No Program Utama Lokasi Tahap Tahap Tahap Sumber Dana Instansi Pelaksana
Tahap IV
I II III
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 27
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 1
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 1
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Daftar kegiatan didalam kawasan perkotaan Bokondini meliputi kegiatan – kegiatan yang
telah ada sehingga perlu dibuat peraturan zonasinya serta kegiatan – kegiatan yang telah
diperkirakan akan timbul pada masa perencanaan 20 (duapuluh) tahun mendatang. Untuk
itu beberapa daftar kegiatan yang diatur meliputi :
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 1
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 2
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
2. Pengemasan Barang
3. Kayu
4. Mesin dan Peralatan Kecil
5. Furnitur dan Manufaktur
6. Daur Ulang
5. Kegiatan Sarana Pelayanan Umum, yang terdiri atas :
1. Taman Kanak (TK)
2. Sekolah Dasar (SD)
3. Sekolah Menengah Pertama (SMP)
4. Sekolah Menengah Atas (SMA)
5. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
6. Balai Penelitian dan Percontohan Pertanian
7. Puskesmas
8. Posyandu
9. Klinik
10. Lapangan Olah Raga
11. Mesjid
12. Gereja
13. Mushola
14. Balai Pertemuan dan Pameran
15. Gedung Serba Guna Kota
16. Terminal Tipe C
17. Bandar Udara
18. Lapangan Parkir Umum
6. Kegiatan Ruang Terbuka Hijau, terdiri atas :
1. Tempat Pemakaman Umum (TPU)
2. Taman Kota
3. Taman Distrik
4. Jalur Hijau Jalan
5. Sempadan/Penyangga
6. Pekarangan
7. Jalur SUTT
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 3
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
8. Jalur SUTM
9. Jalur SUTR
7. Kegiatan Ruang Terbuka Non Hijau, terdiri atas :
1. Lapangan
2. Plasa
3. Tempat Parkir
4. Taman Bermain/ Rekreasi
5. Trotoar
8. Kegiatan Peruntukan Lainnya, terdiri atas :
1. Kawasan Wisata Terpadu Rohani Klasis Bogoga
2. Kawasan Wisata Alam
3. Kawasan Agroforestry
9. Kegiatan Peruntukan Khusus, terdiri atas :
1. Tempat Pengumpulan Sampah Sementara (TPS)
2. Tempat Daur Ulang Sampah Terpadu (TPST)
3. BTS Telekomunikasi
4. Rumah Pompa PLTMH
5. Pembangkit Listrik
6. Instalasi Pengolahan Limbah Terpadu (IPLT)
a) Blok adalah sebidang lahan yang dibatasi sekurang-kurangnya oleh batasan fisik yang
nyata seperti jaringan jalan, sungai, selokan, saluran irigasi, saluran udara tegangan
ekstra tinggi, dan pantai, atau yang belum nyata seperti rencana jaringan jalan dan
rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan rencana kota, dan memiliki
pengertian yang sama dengan blok peruntukan sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang.
b) Subblok adalah pembagian fisik di dalam satu blok berdasarkan perbedaan subzona.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 4
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
c) Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik spesifik.
d) Subzona adalah suatu bagian dari zona yang memiliki fungsi dan karakteristik tertentu
yang merupakan pendetailan dari fungsi dan karakteristik pada zona yang
bersangkutan.
Mengacu pada pengertian tersebut, maka pada tabel berikut ini adalah pegaturan blok
pemanfaatan ruang berdasarkan kegiatan dan SBWP pengembangannya.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 5
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 6
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 7
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 8
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Peraturan zonasi memuat materi wajib yang meliputi ketentuan kegiatan dan penggunaan
lahan, ketentuan intensitas pemanfaatan ruang, ketentuan tata bangunan, ketentuan
prasarana dan sarana minimal, ketentuan pelaksanaan, dan materi pilihan yang terdiri atas
ketentuan tambahan, ketentuan khusus, standar teknis, dan ketentuan pengaturan
zonasi.
Kegiatan dan penggunaan lahan yang termasuk dalam klasifikasi I memiliki sifat sesuai
dengan peruntukan ruang yang direncanakan. Pemerintah kabupaten/kota tidak dapat
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 9
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
melakukan peninjauan atau pembahasan atau tindakan lain terhadap kegiatan dan
penggunaan lahan yang termasuk dalam klasifikasi I.
Pemanfaatan bersyarat secara terbatas bermakna bahwa kegiatan dan penggunaan lahan
dibatasi dengan ketentuan sebagai berikut:
Pemanfaatan bersyarat tertentu bermakna bahwa untuk mendapatkan izin atas suatu
kegiatan atau penggunaan lahan diperlukan persyaratan-persyaratan tertentu yang dapat
berupa persyaratan umum dan persyaratan khusus. Persyaratan dimaksud diperlukan
mengingat pemanfaatan ruang tersebut memiliki dampak yang besar bagi lingkungan
sekitarnya.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 10
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan merupakan bagian dari pengaturan zona dan
sub zona yang terdiri atas pengaturan kegiatan, pengaturan KDB, KLB, KDH dan hal – hal
penting dilakukan untuk mengendalikan kawasan agar sesuai dengan fungsi. Hal ini
dilakukan akan kenyamanan kawasan dapat dijaga dan menjadi layak huni.
Khusus kawasan permukiman yang berkembang di zona lindung Kanairo/SBWP III, didalam
pengaturannya juga diatur. Diharapkan dimasa mendatang kawasan lindung
Kanairo/SBWP III dikembalikan sesuai fungsinya melalui berbagai kebijakan yang kondusif
bagi masyarakat yang bermukim di Kanairo/SBWP III.
Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan (Ketentuan ITBX) dapat dilihat pada tabelnya.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 11
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 12
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Kegiatan Syarat
Kawasan Klasis 1. Mendapat izin dari kepala kampong dan masyarakat
Bogoga setempat
2. Jumlah dibatasi
Kawasan Wisata 1. Mendapat izin dari kepala kampong dan masyarakat
setempat
2. Jumlah dibatasi
3. Memenuhi ketentuan KDB, KLB, KDH
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 13
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 14
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Lebih lanjut pengaturan intensitas pemanfaatan ruang dapat dilihat pada tabel dibawah
ini menurut zona pengembangannya.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 15
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 16
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 17
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Ketentuan tata bangunan mengatur beberapa hal yakni garis sempadan bangunan (GSB),
ketinggian maksimum dan minimum, jarak bebas antar bangunan minimum dan tampilan
bangunan.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 18
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Untuk kegiatan didalam zona industry diatur menurut Master Plan Kawasan
Industri.
D. Tampilan Bangunan
Ketentuan arsitektural pada sub zona perumahan disesuaikan dengan keinginan
pemilik rumah disertai dengan integrasi arsitektural Papua, dan memperhatikan
keindahan keserasian lingkungan sekitar.
Ketentuan arsitektur pada zona perdagangan jasa adalah bebas, namun
dibeberapa kompenan dapat mengintegrasikan dengan arsitektur Papua.
Ketentuan arsitektur pada zona sarana pelayanan umum adalah mengikat dan
mengandung aristektur Papua.
Seluruh bangunan, bahan bangunan, tekstur bangunan tidak mengikat.
Ruang terbuka hijau berupa taman rekreasi skala kampung dan distrik.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 19
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
D. Utilitas perkotaan
1) Hidran umum harus mempunyai jarak maksimal 3 meter dari garis tepi jalan.
2) Jalan lokal dan lingkungan harus memenuhi unsur luas bangunan dengan lebar
perkerasan minimal 4 meter.
E. Prasarana lingkungan
1) Memiliki kemudahan akses yang dapat dilewati pemadam kebakaran dan
perlindungan sipil, lebar jalan minimum 3,5 meter.
2) Tempat sampah volume 50 liter sudah dibedakan jenis sampahnya (organik dan
non organik) serta diangkut menggunakan gerobak berkapasitas 1,5 meter kubik
dengan metode angkut tidak tetap.
3) Pembuangan sampah organik dilakukan di dalam lubang biopori pada setiap blok.
4) Tersedia prasarana pembuangan limbah domestik sebelum dialirkan ke bangunan
pengolahan air limbah (sistem off site).
5) Drainase lingkungan tepi jalan dibuat berada dibawah trotoar.
6) Untuk rumah kebun, setiap bangunan rumah harus memiliki bak septik yang berada
di bagian depan kavling dan berjarak sekurang-kurangnya 10 meter dari sumber air
tanah, sedangkan rumah social/sehat harus memiliki tanki septik yang ramah
lingkungan dapat berupa biofill tank.
7) Penyediaan lahan parkir umum untuk area hunian skala ber jumlah 250 penduduk
memiliki standar penyediaan 100 m2 dan berpenduduk 2.500 jiwa memiliki standar
penyediaan 400 m2 lokasinya tersebar di setiap pusat lingkungan hunian pada skala
kampong.
F. Fasilitas pendukung
1) Fasilitas kesehatan minimal berupa pustu/puskesmas (skala distrik).
2) Fasilitas pendidikan dari SD hingga SMA yang dikembangkan secara terbatas
jumlahnya.
1) Pembangunan rumah sesuai dengan peraturan zonasi ini akan diberikan insentif
berupa kemudahan perizinan pembangunan dan keringanan pajak.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 20
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
2) Pembangunan rumah yang tidak sesuai dengan peraturan zonasi ini namun sudah
memiliki ijin yang diperoleh sebelum disahkannya Peraturan Zonasi ini dan belum
dilaksanakan, maka pembangunannya dapat terus dilakukan, namun akan
dikenakan disinsentif berupa peningkatan pajak dan tidak diterbitkannya lagi
perizinan operasi (bila ada), serta dicabutnya ijin setelah 5 tahun tahun dengan
memberikan ganti rugi kepada pihak yang bersangkutan.
3) Penggunaan lahan saat ini yang tidak sesuai sebelum peraturan ini ditetapkan maka
diperbolehkan selama memiliki izin yang sah dan akan dibatasi perkembangannya
untuk kegiatan yang diizinkan terbatas sedangkan untuk kegiatan yang tidak
diizinkan akan dikenakan disinsentif berupa peningkatan pajak dan tidak
diterbitkannya lagi perizinan operasi (bila ada), serta dicabutnya izin setelah 5
tahun dengan memberikan ganti rugi kepada pihak yang bersangkutan.
4) Penggunaan lahan saat ini yang tidak sesuai sebelum peraturan ini ditetapkan dan
tidak memiliki izin yang sah harus segera disesuaikan dalam waktu paling lama 1
tahun setelah berlakunya Peraturan Daerah ini.
5) Khusus SWBP III sebagian wilayah dari distrik Bokoneri, permukiman yang telah
berkembang beberapa tahun ini yang berada dalam zona lindung dibatasi (T) dan
bersyarat (B) dalam pengembangannya.
1) Insentif yang merupakan perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap
pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang, berupa:
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 21
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Insentif dan disinsentif dapat pula diberikan pemerintah kepada masyarakat (termasuk
swasta) dalam hal pemerintah memberikan mendorong partisipasi masyarakat dan swasta
dalam mendukung perwujudan rencana tata ruang. Disinsentif pada umumnya berupa
pengenaan pajak yang tinggi, yang dikenakan pada pemanfaatan ruang yang tidak sesuai
rencana tata ruang. Nilai pajak atau denda bisa ditentukan melalui penetapan nilai jual
objek pajak (NJOP) dan nilai jual kena pajak (NJKP), sehingga pemanfaat ruang membayar
pajak lebih tinggi. Dalam rangka mendukung perwujudan struktur ruang dan pola ruang
yang direncanakan, terdapat beberapa jenis insentif dan disinsentif yang dapat diterapkan
kepada masyarakat, antara lain :
Dalam rangka mencapai ketersediaan ruang hijau perkotaan, yang akan bermanfaat dalam
meningkatkan mutu lingkungan hidup perkotaan, maka jenis insentif yang potensial
adalah berupa : subsidi dari pemerintah bagi peningkatan kualitas ruang terbuka hijau yang
dilakukan oleh swasta, atau insentif pembebasan retribusi pemasangan media iklan bagi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 22
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
perusahaan yang membangun taman ruang terbuka hijau, dan sebagainya. Sedangkan
jenis disinsentif yang potensial berupa : pengenaan denda bagi pelanggaran pemanfaatan
lahan di ruang terbuka hijau yang mengganggu fungsi kawasan dan tidak sesuai dengan
arahan peruntukannya, atau disinsentif pengenaan retribusi perizinan dan pajak yang lebih
tinggi pada lahan-lahan yang dalam jangka panjang akan dialokasikan bagi ruang hijau.
Sementara jenis disinsentif yang dapat diterapkan apabila kegiatan perdagangan dan jasa
berlangsung bukan pada lokasi yang direncanakan adalah:
3. Pengembangan Industri
Jenis insentif yang potensial untuk mengarahkan kegiatan industri pada kawasan yang
sesuai alokasinya adalah:
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 23
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Sementara jenis disinsentif yang dapat diterapkan apabila kegiatan industri berlangsung
bukan pada lokasi yang direncanakan adalah:
Khusus bagi industri rumah tangga yang berlokasi pada sentra-sentra industri rumah
tangga yang diarahkan oleh pemerintah daerah, maka dapat diberikan insentif berupa
pengurangan biaya perizinan; kemudahan dalam proses perizinan; penyediaan pelayanan
umum dan infrastruktur oleh pemerintah, bantuan promosi dari pemerintah, serta jaringan
kerja sama dengan investor yang difasilitasi oleh pemerintah.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 24
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Sedangkan bagi masyarakat yang membangun perumahan dengan KDB 100% dapat
dikenai disinsentif berupa nilai PBB yang lebih tinggi (setara dengan PBB bagi kegiatan
perdagangan dan jasa).
Jenis insentif dan disinsentif yang dikemukakan di sini masih dapat dikembangkan lebih
lanjut oleh pemerintah daerah melalui kajian dan kesepakatan bersama semua stakeholder
terkait, dan ditetapkan dengan peraturan bupati atau perturan daerah. Jenis insentif dan
disinsentif yang dikembangkan harus sesuai dengan ketentuan, peraturan dan
kebijaksanaan yang berlaku di tingkat pusat, provinsi hingga daerah.
1. Sanksi Administrasi
Setiap orang atau badan hukum yang dalam pemanfaatan ruang melanggar
ketentuan peraturan zonasi, ketentuan perizinan, serta ketentuan insentif dan
disinsentif dapat dikenai sanksi administratif. Bentuk-bentuk pelanggaran di bidang
penataan ruang dapat berupa :
a) Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, meliputi :
Memanfaatkan ruang dengan izin pemanfaatan ruang di lokasi yang tidak sesuai
dengan peruntukkannya;
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 25
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 26
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
D. Mekanisme Pelaksanaan
1. Peringatan Tertulis
Surat peringatan tertulis diberikan paling banyak 3 (tiga) kali, dan apabila surat
peringatan tertulis tersebut diabaikan, pejabat yang berwenang melakukan
tindakan berupa pengenaan sanksi berikutnya, sesuai dengan kewenangannya.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 27
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
4. Penutupan Lokasi
5. Pencabutan Izin
Pencabutan izin dilakukan apabila surat peringatan tertulis diabaikan. Pejabat yang
berwenang menerbitkan surat keputusan pencabutan izin, dan memberitahukan
kepada pihak yang melakukan pelanggaran mengenai status izin yang telah
dicabut, sekaligus perintah untuk menghentikan kegiatan pemanfaatan ruang.
Apabila perintah untuk menghentikan kegiatan pemanfaatan ruang ini diabaikan,
pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
6. Pembatalan Izin
Pembatalan izin dilakukan apabila surat peringatan tertulis diabaikan. Pejabat yang
berwenang menerbitkan surat keputusan pembatalan izin, dan memberitahukan
kepada pihak yang melakukan pelanggaran mengenai status izin yang telah
dibatalkan, sekaligus perintah untuk menghentikan kegiatan pemanfaatan ruang
yang telah dibatalkan izinnya. Apabila perintah penghentian kegiatan diabaikan,
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 28
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
7. Pembongkaran Bangunan
9. Denda Administratif
Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria dan teknis pengenaan sanksi administratif
diatur sesuai dengan ketentuan yang berlaku, peraturan daerah dan peraturan
Bupati.
2. Sanksi Pidana
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 29
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Dalam Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, pasal 69 hingga pasal
75, diuraikan secara jelas tentang ketentuan pidana atau sanksi bagi pelanggaran terhadap
pemanfaatan ruang. Bentuk-bentuk ketentuan pidana tersebut antara lain sebagai berikut
:
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 30
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Setiap orang yang tidak mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin
pemanfaatan ruang, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda
paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Setiap orang yang tidak memberikan akses terhadap kawasan yang oleh peraturan
perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta
rupiah).
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 31
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
1. Untuk kegiatan budidaya yang berada di kawasan lindung pada SBWP III sebagian
wilayah dari Distrik Bokoneri disebut terbatas, bersyarat dan dikendalikan.
Kegiatan- kegiatan berdampak besar harus mendapat persetujuan dari kepala
daerah.
2. Kegiatan yang belum dapat diprediksi namun akan timbul di dalam kawasan dan
berdampak kepada perubahan sub zona dapat diajukan permohonannya kepada
kepala daerah melalui kepala dinas terkait/Bappeda.
3. Untuk kegiatan – kegiatan yang berada di kawasan terpadu wisata dan
pendidikan Klasis Bogoga merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam
perencanaan dan didalam pengembangan kawasannya dapat diusulkan untuk
dibuatkan perencanaan khusus kepada pemerintah daerah setempat (bila
diperlukan) dalam upaya untuk meningkatkan kegiatan pariwisata rohani dan
pariwisata alam.
4. Untuk kegiatan yang berada dalam Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan
(KKOP) pada SBWP sesuai dengan KepMenHub No 11 Tahun 2010 dan
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 32
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
1. Sesuai dengan hasil analisis dan rekomendasi yang telah disampaikan dari tim
geologi dan tanah, bahwa kerentanan gerakan tanah pada kawasan perkotaan
Bokondini sangat luas dan berdampak kepada bangunan diatas tanah. Untuk
itu konstruksi bangunan harus mengikuti standar pembangunan yang adaptasi
terhadap kerawanan bencana tersebut. Untuk Peta Kerentanan Gerakan Tanah
dapat dilihat pada Peta No 8.2
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 33
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 34
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 35
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
C PEMERINTAHAN
1 Kantor Pemerintah Distrik X X X X X X X X X I X X X X X X X X X X X X X X X X X
2 Kantor Kepala Kampung X X X X I I X X X I X X X X X X X X X X I X X X X X X
3 Polsek X X X X X X X X X I X X X X X X X X X X X I X X X X X
4 Koramil X X X X X X X X X I X X X X X X X X X X X I X X X X X
5 Kodim X X X X X X X X X I X X X X X X X X X X X I X X X X X
6 Kantor Swasta X X X X X X X X X I I I X X X X X X X X I X X X X X X
D INDUSTRI
1 Makanan dan Minuman X X X X X X B B B X X I X B T X X X X X X X X X X X X
2 Pengemasan Barang X X X X X X B B B X X I X B X X X X X X X X X X X X X
3 Kayu X X X X X X X X X X X I X B X X X X X X X X X X X X X
4 Mesin dan Peralatan Kecil X X X X X X B B B X X I X B X X X X X X X X X X X X X
5 Furniture dan Manufaktur X X X X X X B B B X X I X B X X X X X X X X X X X X X
6 Daur Ulang X X X X X X B B B X X I X B X X X X X X X X X X X X X
H PERUNTUKAN LAINNYA
1 Kawasan Wisata Terpadu Rohani Klasis Bogoga X X X X T T B B B X B X X B X X I I X I I I X X X X X
2 Kawasan Wisata Alam B B X X T T B B B X B X X B X X T X X I I I X X X X X
3 Kawasan Agroforestry B B X X T T B B B X B X X B X X X X X I B X X X X X X
I PERUNTUKAN KHUSUS
1 Tempat Pengumpulan Sampah Sementara (TPS) T X X X I I X X X T T T I I X X T T X I T X X X X X X
2 Tempat Daur Ulang Sampah Terpadu (TPST) X X X X X X X X X X X T X I X X X X X X X X X X X X X
3 BTS Telekomunikasi T X X X X X X X X X X T X I X X T T X T T X X X X X X
4 Rumah Pompa PLTMH T X X X X X X X X X X T X I X X T T X T T X X X X X X
5 Pembangkit Listrik T X X X X X X X X X X T X I X X T T X T T X X X X X X
6 Instalasi Pengolahan Limbah Terpadu (IPLT) X X X X X X X X X X X T X I X X X X X X X X X X X X X
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 36
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 37
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 38
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 39
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 1
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Bokondini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tolikara | Provinsi Papua Hal | 2