Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA ( BAHASA JAWA )


PADA ANAK USIA 3 TAHUN

Disusun oleh : Elok faihatul hasanai

NPM : 192210008

MATA KULIAH : ROBLEMATIKA BAHASA INDONESIA

DOSEN PENGAMPU : Dr. Febriyantina istiara M. Pd.

PROGRAM PASCASARJANA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dengan baik dan dapat dituangkan pada makalah ini
sebagai laporan hasil analisis pemerolehan bahasa pertama (bahasa jawa) anak usia 3 tahun.
Makalah berjudul Analisis Pemerolehan Bahasa Pertama pada Anak Usia 3 tahun ini
menyajikan fenomena pemerolehan bahasa pada anak usia 3 tahun yang kerap kali tidak sesuai
dengan kaidah gramatikal suatu bahasa. Untuk itu kajian ini dilakukan agar para calon pendidik dapat
memahami perkembangan bahasa pada anak
Semoga makalah ini bermanfaat sehingga usaha penulis dan bantuan dari berbagai pihak
diridhoi oleh Allah SWT. Penulis masih mengharapkan adanya kritikan dan saran yang bermanfaat
dari semua pihak. Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semuanya dengan pahala
yang berlipat ganda, Amin Ya Robbal ‘Alamin.

Ambarawa, Desember 2020

Penulis
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR..........................................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................
1.1  Latar Belakang Penelitian.....................................................................................................
1.2  Rumusan Masalah.................................................................................................................
1.3  Tujuan dan Manfaat Penulisan Makalah...............................................................................
BAB II KAJIAN TEORITIS...............................................................................................
2.1 Kajian Pemerolehan Bahasa Pertama .............................................................................
a. Pengertian Pemerolehan Bahasa........................................................................................
b. Hipotesis dalam pemerolehan bahasa................................................................................
c. Tahap pemerolehan bahasa anak secara universal.............................................................
BAB III..................................................................................................................................
3.1 Metodelogi Penelitian......................................................................................................
3.2 Teknik Penelitian.............................................................................................................
3.3 Data dan Sumber Data.....................................................................................................
BAB IV DESKRIPSI DATA...............................................................................................
4.1 Data Kemampuan Fonologi.............................................................................................
4.2 Data Kemampuan Sintaksis.............................................................................................
4.3 Pendeskripsian Data.........................................................................................................
BAB V PENUTUP................................................................................................................
5.1 Kesimpulan......................................................................................................................
5.2 Saran................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang penelitian

Bahasa pada anak-anak terkadang sukar diterjemahkan, karena anak pada umumnya masih

menggunakan struktur bahasa yang masih kacau dan masih mengalami tahap transisi dalam

berbicara, sehingga sukar untuk dipahami oleh mitra tuturnya. Untuk menjadi mitra tutur pada anak

dan untuk dapat memahami maksud dari pembicaraan anak, mitra tutur harus menguasai kondisi atau

lingkungan sekitarnya, maksudnya ketika anak kecil berbicara mereka menggunakan media di sekitar

mereka untuk menjelaskan maksud yang ingin diungkapkan kepada mitratutrnya di dalam berbicara.

Selain menggunakan struktur bahasa yang masih kacau, anak-anak juga cenderung masih menguasai

keterbatasan dalam kosakata dan dalam pelafalan fonemnya secara tepat. Lingkungan sangat

mempengaruhi perkembangan bahasa anak.

Pemerolehan bahasa yang diartikan sebagai proses yang dilakukan oleh kanak-kanak mencapai

sukses penguasaan yang lancar serta fasih terhadap bahasa ibu mereka atau yang sering dikenal

dengan bahasa yang terbentuk dari lingkungan sekitar. Dalam hal ini pemerolehan bahasa pada anak

akan membawa anak pada kelancaran dan kefasihan anak dalam berbicara.

Rentang umur anak di usia balita umumnya mempunyai kemampuan dalam menyerap sesuatu

dan ingatan cenderung lebih cepat dibandingkan usia-usia diatas balita. Sehingga dalam usia-usia

tersebut sebaiknya mendapatkan pemerolehan bahasa yang baik, anak harus selalu dirangsang dengan

sesuatu yang bersifat pedagogig atau pendidikan. Pendidikan bahasa pada anak-anak tersebut harus

selalu di tingkatkan untuk memperoleh hasil berbicara yang baik.

1.2  Rumusan masalah


a.       Bagaimana bentuk ujaran pemerolehan bahasa pertama (bahasa jawa) pada anak usia 3 tahun ?

1.3  Tujuan dan manfaat


a.       Tujuan
Untuk mendeskripsikan bentuk ujaran bahasa pertama pada anak usia 3 tahun.
b.      Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
(1) bagi mahasiswa ,yaitu menambah pengetahuan dalam bidang linguistik khususnya bidang
psikolinguistik,
(2) bagi peneliti, yaitu dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti dalam bidang
kebahasaan, dan
(3) bagi peneliti lain, yaitu sebagai bahan perbandingan dalam meneliti aspek kebahasaan yang lain

BAB III
KAJIAN TEORITIS

2.1 Kajian pemerolehan bahasa pertama pada anak usia 3 tahun


a. Pengertian Pemerolehan Bahasa
Pemerolehan bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seseorang anak ketika dia
memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. (Chaer, 2009 : 167). Bahasa yang diperoleh
bisa berupa vokal seperti pada bahasa lisan atau manual seperti pada bahasa isyarat. Pemerolehan
bahasa biasanya merujuk pada pemerolehan bahasa pertama yang mengkaji pemerolehan anak
terhadap bahasa ibu mereka dan bukan pemerolehan bahasa kedua yang mengkaji pemerolehan
bahasa tambahan oleh anak-anak atau orang dewasa.
Proses anak mulai mengenal komunikasi dengan lingkungannya secara verbal disebut
dengan pemerolehan bahasa anak. Pemerolehan bahasa pertama (Bl) (anak) terjadi bila anak yang
sejak semula tanpa bahasa kini telah memperoleh satu bahasa.
Selain dari pengertian tersebut diatas ada dua pengertian mengenai pemerolehan bahasa.
Pertama, pemerolehan bahasa mempunyai permulaan yang mendadak, tiba-tiba. Kedua,
pemerolehan bahasa memiliki suatu permulaan yang gradual yang muncul dari prestasi-prestasi
motorik, sosial, dan kognitif pralinguistik. Penelitian mengenai bahasa manusia telah
menunjukkan banyak hal mengenai pemerolehan bahasa, mengenai apa yang dilakukan atau tidak
dilakukan seorang anak ketika belajar atau memperoleh bahasa (Fromkin dan Rodman, 1998:318).
Jadi yang dimaksud dengan pemerolehan bahasa adalah proses dimana saat pertama kali
anak mengucapkan kata yang ia ucapkan melalui bahasa yang ia dengar dari orang dewasa,
perlahan ia mengikutinya hingga ia mampu mengucapkan kalimat yang panjang dan rumit, saat
itulah anak mulai memperoleh bahasa. Pemerolehan bahasa pada anak didapatkan dari
lingkungannya sendiri yaitu mulai dari ibunya sendiri hingga orang-orang disekelilingnya.
Pemerolehan bahasa anak melibatkan dua ketrampilan, yakni kemampuan menghasilkan
tuturan secara spontan dan kemampuan memahami tturan orang lain. Jika dikaitkan dengan hal itu,
maka yang dimaksud dengan pemerolehan bahasa adalah proses pemilikan kemampuan berbahasa,
baik berupa pemahaman ataupun pengungkapan , secara alami, tanpa melalui kegiatan
pembelajaran formal.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pemerolehan bahasa :
1. Berlangsung dalam situasi informal, anakanak belajar tanpa beban danberlangsung di luar s
ekolah (lingkungan tempat tinggalnya).
2. Pemilikan bahasa tidak melalui pembelajaran formal di lembagalembaga pendidikan seperti sek
olah atau kursus.
3. Dilakukan tanpa sadar atau secara spontan.
4. Dialami langsung oleh anak dan terjadi dalam konteks berbahasa yang bermakna bagi anak.

b. Hipotesis dalam pemerolehan bahasa


Terdapat tiga hipotesis dalam pemerolehan bahasa, yakni :
1. Hipotesis Nurani
Pandangan yang mengajukan hipotesis nurani ialah bahwa manusia lahir dengan
dilengkapi oleh suatu alat yang memungkinkan dapat berbahasa dengan mudah dan cepat. Hal
tersebut sukar dibuktikan secara empiris. Hipotesis nurani ini dibedakan adanya dua macam
hipotesis nurani, yaitu hipotesis nurani bahasa dan hipotesis nurani mekanisme (Simanjuntak,
1977).
Hipotesis nurani bahasa merupakan satu asumsi yang menyatakan bahwa sebagian atau
semua bagian dari bahasa tidaklah dipelajari atau diperoleh tetapi ditentukanoleh fitur-fitur
nurani yang khusus dari organism manusia. Sedangkan hipotesis nurani mekanisme
menyatakan bahwa proses pemerolehan bahasa oleh manusia ditentukan oleh perkembangan
kognitif umum dan mekanisme nurani umum yang berinteraksi dengan pengalaman.
2. Hipotesis Tabularasa
Hipotesis yang dikemukakan oleh John Locke seorang tokoh empirisme, kemudian dianut
dan disebarluaskan oleh John Watson seorang tokoh terkemuka aliran behaviorisme dalam
psikologi. Yakni hipotesis tabularasa yang secara harfiah berarti “kertas kosong” sama halnya
dengan otak bayi pada waktu dilahirkan, yang nanti akan ditulis atau diisi dengan pengalaman-
pengalaman.
Menurut hipotesis tabularasa ini bahwa semua pengetahuan dalam bahasa manusia yang
tampak dalam perilaku berbahasa merupakan hasil dari integrasi peristiwa-peristiwa linguistik
yang dialami dan diamati oleh manusia itu.
3. Hipotesis Kesemestaan Kognitif
Menurut teori yang didasarkan pada kesemestaan kognitif, bahasa diperoleh berdasarkan
struktur-struktur kognitif deriamotor. Struktur-struktur ini diperoleh kanak-kanak melalui
interaksi dengan benda-benda atau orang-orang disekitarnya. Dalam hipotesis ini pemerolehan
bahasa kanak-kanak dapat dibagi kedalam tiga tahapan yaitu:
  kanak-kanak memilih satu gabungan bunyi pendek dari bunyi-bunyi yang didengarnya.
  Setelahnya memahami gabungan bunyi-bunyi pendek selanjutnya kanak-kanak akan
mengikuti seri bunyi yang sama dengan fonetik orang dewasa.
  Kemudian kanak-kanak akan memunculkan fungsi-fungsi tata bahasa.

c. Tahap pemerolehan bahasa anak


Selain pemerolehan bahasa pada anak yang berlangsung secara fungsional, ada beberapa
pemerolehan bahasa anak – Universal. Tahap-tahap tersebut ialah:
1. Praujar (Pre-speach)
Banyak hal yang sangat penting yang berlangsung sebelum bayi mengucapkan kata-kata dalam
bahasa mereka untuk pertama kalinya: bayi belajar untuk memberikan perhatian terhadap
ujaran, perhatian terhadap intonasi, dan nada bahasa jauh sebelum mereka mengenal berbicara.

2. Tahap Meraban/Berceloteh (babbling staage)


Tahap ini dimulai ketika bayi mulai berusia beberapa bulan. Dunia celoteh bayi dimulai kira-
kira usia empat sampai enam bulan. Ditandai oleh bunyi-bunyi yang tidak bisa membedakan
secara tepat adanya perbedan bunyi-bunyi bahasa, banyak diantara bunyi-bunyi ujaran tersebut
tidak merupakan ujaran dalam bahasa yang sedang dipakai dan tidak bermakna.
3. Tahap Satu Kata (holophrastic)
Bayi mampu menuturkan kakta-kata pertama dalam kehidupan mereka pada usia senbilan
bulan, misalnya mama, dada (kata-kata ini mirip dengan babbling). Anak tuli bisu yang orang
tuanya menggunakan bahasa tanda mulai membuta bahasa tanda (isyarat) pada usia sekitar
delapan bulan. Pada tahapan ini kata-kata yang diutarakan seringkali disederhanakan agar anak
mudah untuk menirunya.
4. Menggabungkan Kata (Combining worlds)
Usai 18 bulan sampai 2 tahun. Menjelang usai 2,5 tahun kebenyakan anak-anak berbicara
dengan menggunakan kalimat yang mengandung banyak kata, meskipun tata bahasanya snagat
tidak sempurna. Tahap ini berkembang dengan cepat ketahap kelima yaitu pemerolehan bahasa.
Menjelang usia 6 tahun tatabahasa yang diperlihatkan anak-anak mendekati tatabhasa yang
digunakan orang dewasa.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Metodelogi Penelitian
Penelitian pemerolehan bahasa pertama (bahasa jawa) yang dilakukan pada anak usia 3 tahun
menggunakan metode kualitatif. Metode Kualitatif adalah metode yang lebih menekankan pada
aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah daripada melihat permasalahan
untuk penelitian generalisasi. Metode penelitian ini lebih suka menggunakan teknik analisis
mendalam ( in-depth analysis ), yaitu mengkaji masalah secara kasus perkasus karena
metodologi kulitatif yakin bahwa sifat suatu masalah satu akan berbeda dengan sifat dari masalah
lainnya. Tujuan dari metodologi ini bukan suatu generalisasi tetapi pemahaman secara mendalam
terhadap suatu masalah. Penelitian kualitatif berfungsi memberikan kategori substantif dan
hipotesis penelitian kualitatif.
Adapun metode yang digunakan adalah metode simak dan rekam. Data yang diperoleh
kemudian dikumpulkan dengan metode simak yang bertujuan untuk menyimak hasil ujaran anak
secara baik. Setelah itu data lisan yang sudah diperoleh melalui hasil simakan dapat di batu
dengan teknik rekam yang bertujuan untuk merekam atau mengingat semua ujaran anak dalam
penelitian bahasa yang sedang berlangsung.

3.2 Teknik Penelitian


Teknik yang digunakan dalam penelitian bahasa pertama (bahasa jawa) pada anak usia 3 tahun
ini adalah teknik simak libat cakap. Teknik simak libat cakap adalah suatu tekink yang
digunakan dalam sebuah penelitian bahasa yang juga melibatkan peneliti dalam percakapnnya
dengan anak yang sedang di amati. Teknik simak libat cakap dilakukan dengan menyimak
sekaligus berpartisipasi dalam pembicaraan. Peneliti terlibat langsung dalam dialog baik secara
aktif maupun reseptif. Aktif, artinya peneliti ikut berbicara dalam dialog sedangkan reseptif
artinya hanya mendengarkan pembicaraan informan. Peneliti berdialog sambil menyimak
pemakaian bahasa informan untuk mendapatkan ungkapan larangan. Saat penerapan teknik
simak libat cakap juga disertai teknik rekam, yaitu merekam dialog atau pembicaraan.

3.3 Data dan Sumber Data


Data yang diperoleh peneliti adalah data berupa ujaran anak usia 3 tahun, dengan identitas
sebagai berikut :
Nama : Zahra Febyanne Maulidah
Tempat, tgl lahir : Brebes, 19 Desember 2012
Umur : 3 tahun
Alamat : Ds. Pengabean Losari- Brebes Jawa Tengah
Berikut ini adalah beberapa dialog antara peneliti dan objek penelitian :
Ismi : ” Zahra lagi apa? ” (Zahra lagi ngapain?)
Zahra : ” Agi mangang. ” (Lagi mangan = Lagi makan)
Ismi : ” Lawueh apa nok ? ” (Lauknya apa?)
Zahra : ” Tepe kayo iwat. ” (Tempe karo iwak = Tempe sama ikan)
Ismi : “ Dih Zahra sandale bagus, tuku ning ndi nok? ” (Sandalnya bagus beli
dimana?)
Zahra : “ agi ning patay yik. ” (Ning pasar = di pasar)
Ismi : “ Gambar apa kue sandale? ” (Gambar apa itu sandalnya?)
Zahra : “ Gambay ucing yik. ” (Gambar kucing Lik *sebutan bibi*)
Zahra : “ Yiyik apa ue? ” (Lilik apa kue = Lilik apa itu ?)
Ismi : “ Hape. ” (Hp)
Zahra : “ Ape iya? ”
Ismi : “ Iya nok, ibune lagi apa nok?”
Zahra : “agi agong koh.” (njagong = duduk )
Ismi : “ Acak ibune dundang .” (Coba ibunya di panggil )
Zahra : “ Bune ana Yiyik.”
*dst

BAB IV

DATA DAN DESKRIPSI DATA


4.1 Data Kemampuan Fonologi

No Ujaran Asal Ujaran Anak Keterangan Terjemahan


1 < Lagi > [ agi ] Hilangnya fonem | l | Sedang (Melakukan)
Perubahan fonem | n | menjadi
2 < Mangan> [mangang] Makan
fonem | ng |
3 < Tempe > [tepe] Hilangnya fonem | m | Tempe
Perubahan fonem | r | menjadi
4 < Karo > [kayo] Dan
fonem | y |
Perubahan fonem | k | menjadi
5 < Iwak > [iwat] Ikan
fonem | t |
Perubahan fonem | r | menjadi
6 < Pasar > [patay] Pasar
fonem | y |
Perubahan fonem | r | menjadi
7 < Gambar > [gambay] Gambar
fonem | y |
8 < Kucing > [ucing] Hilangnya fonem | k | Kucing
9 < Kue > [ue] Hilangnya fonem | k | Itu
10 < HaPe > [ape] Hilangnya fonem | h | Handphone
11 < Njagong > [agong] Hilangnya fonem | j | Duduk
< Beras > [beyas] Perubahan fonem | r | menjadi Beras
12
fonem | y |
< Akeh > [ateh] Perubahan fonem | k | menjadi Banyak
13
fonem | t |
< Durung > [duyung] Perubahan fonem | r | menjadi Belum
14
fonem | y |
15 < Banyu > [banu] Hilangnya fonem | y | Air
16 < Bubuk > [bubut] Perubahan fonem | k | menjadi Tidur

fonem | t |
17 < Arane > [ayane] Perubahan fonem | r | menjadi Namanya

fonem | y |
18 < Motor > [motoy] Perubahan fonem | r | menjadi Motor

fonem | y |
19 < Bebek > [bebet] Perubahan fonem | k | menjadi Bebek

fonem | t |
20 < Manuk > [Manut] Perubahan fonem | k | menjadi Burung

fonem | t |
21 < Abang > [aban] Hilangnya fonem | g | Merah
22 < Lemu > [Yemu] Perubahan fonem | l| menjadi Gemuk

fonem | y |
23 < Topong > [topon] Hilangnya fonem | g | Topi
24 < Putih > [puti] Hilangnya fonem | h | Putih
25 < Wedus > [widus] Perubahan fonem | e | menjadi Kambing

fonem | i|

4.2 Data Kemampuan Sintaksis


No Ujaran Asal Ujaran anak Makna Terjemahan
1 Ibu pan nginung Bu pan mumu Njaluk nginung Minta minum
2 Bu Kue roti Ue yoti iya Tuku roti Beli roti
3 Jukutna sandale isun Ukutna candal Jukut sandal Mengambil sandal
4 Pan tuku sosis Pan tuku cosis Tuku sosis Beli sosis
5 Kaeh bu jaran Kaeh bu jayan Nodokna jaran Menunjukan kuda
6 Pan ning ayaeh Pan ning ayaeh Pengen ning ayah Mau ketemu ayah
7 Bukune sapa kue ikuh Bukune tapa kae Bukune sapa Bukunya siapa
ikuh
8 Ibune ana bi mus Bune ana bi mus Ana bi mus Ada bi mus
9 Tapa kue ikuh We uh Takon sapa kue Tanya siapa itu
10 Ibune kie kewalik Ibune kie ewalit Nodokna kewalik Menunjukan
katoke celananya kebalik
11 Tuku es krim Uu es im Njaluk tuku es krim Minta belie s krim
12 Jarene pan tuku baso Jayene pan Uu Tuku baso Beli baso
bato
13 Emong lah Emon Emong Tidak mau
14 Tuku baso sih ibune Uu bato Njaluk tuku baso Minta beli baso
15 Ibu ayuh foto bu poto bu ayuh Njaluk foto Minta di foto
16 Dedene sapa kue Dedene tapa ue Takon dedene sapa Dedenya siapa
17 Durung mangan Duyung maem Durung mangan Belum makan
18 Pan papung sakie papung takiye Papung sakie Mandi sekarang
19 Melu bu Meyu Njaluk melu Minta ikut
20 Ning pasar bae lah Pasay bae yah Njaluk ning pasar Minta ke pasar

4.3 Pendeskripsian Data


Dari segi fonologi, Zahra yang berumur 3 tahun sudah mampu untuk berujar. Meskipun
memag ada beberapa huruf yang ia masih belum mampu untuk melafalkannya dengan baik.
Contohnya pada huruf r, l, k, g dan lain-lain. Sebenarnya pada pola-pola tertentu Zahra bisa
melafalkan huruf-huruf tersebut mungkin pada kata-kata yang mudah diucapkan, namun pada
kosakata yang lebih rumit ia belum mampu melafalkan beberapa huruf seperti yang sudah
disebutkan. Contoh pada kata “lemu” ia tidak bisa melafalkan huruf “l” karena mungkin baginya
huruf “l” masih sulit untuk dilafalkan sehingga ia lebih memilih melafalkannya dengan huruf “y”
pada kata “lemu” ia hanya mampu mengucapkan dengan kata “yemu”.
Begitu juga pada kata “motor”, Zahra agaknya sulit mengucapkan fonem “r” sehingga ia ganti
dengan fonem “y”, kata “motor” menjadi “motoy”, pada kata “beras” menjadi “beyas”, pada kata
“arane” (namanya) menjadi “ayane” dan lainnya juga seperti itu mengubah fonem “r” menjadi
fonem “y”.
Selanjutnya, Zahra juga belum mampu mengujarkan suatu kata yag didalamnya terdapat 2
huruf konsonan yang berdempetan. Contohnya pada kata “njagong” (duduk) Zahra hanya
mampu mengucapkan “agong” yang berarti dalam pelafalannya Zahra menghilangkan 2 fonem
yaitu fonem “n” dan fonem “j”. Selain itu pada kata “banyu” (air) ia hanya mampu mengucapkan
kata “banu”, ia mencoba mematikan salah satu huruf agar tidak kesulitan dalam melafalkannya.
Dalam hal ini ia mematikan fonem “y” yang menurutnya lebih sulit untuk diucapkan.
Zahra lebih sering menukar huruf “s” menjadi huruf “t” Karena mungkin dia sudah terbiasa
dan menganggap fonem “t” lebih mudah dilafalkan daripada fonem “s”. Contohnya pada kata
“pasar” Zahra hanya mampu mengucapkan kata “patay”.
Dari segi sintaksis, Zahra yang berumur 3 tahun pada umumnya sudah mampu menyusun
kalimat dengan baik. Hal ini sesuai dengan teori bahwa anak usia 3 tahun tuturannya lebih
panjang dan tata bahasanya lebih teratur. Begitu juga dengan Zahra, ia tidak lagi menggunakan
hanya dua kata, tetapi tiga kata atau lebih. Contohnya pada dialog diatas, Zahra sudah mampu
menyususn kalimat sesuai dengan pola, hanya saja terkadang terkesan buru-buru sehingga ada
beberapa kata yang hilang dalam ujarannya. Contohnya pada kalimat “bu ne ana bi mus”.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas bahwa seorang anak yang berumur 3 tahun tergolong sudah
mampu berujar dan bercakap-cakap. Hanya saja dalam segi fonologi, masih tergolong kurang
untuk melafalkan bunyi-bunyi tertentu. Patokan umur ini sangat relative, artinya pada tahap
perkembangan neurobiologinya diaman seorang anak sudah dapat mengucapkan bunyi-bunyi
tertentu. Namun pada segi sintaksis, seorang anak sudah mampu berujar sesuai dengan struktur
sintaksis dan dapat dipahami maknanya dan dia pun mampu memahami makna yang diucapkan
lawan bicaranya sehingga lancar dalam berkomunikasi. Kemampuan-kemampuan verbal
berkembang sejak dini dan menjelang usia 3 tahun, anak sudah menjadi pengoceh yang terampil.
Pada akhir masa anak usia dini, mereka dapat meggunakan dan memahami sejumlah besar
kalimat, dapat terlibat dalam pembicaraan yang berkelanjutan dan mengetahui tentang bahasa
tulisan.

5.2 Saran
Ketika pada masa peniruan, si anak akan mencoba meniru ucapan yang diujarkan orang
dewasa. Untuk itu orang dewasa dalam berujar ketika sedang bersama dengan anak kecil
haruslah menggunakan bahasa yang baik agar si anak meniru bahasa yang baik itu. Kita sebagai
orang dewasa harus mampu menggunakan bahasa yang baik dan benar, karena hal tersebut akan
sangat berpengaruh pada saat kita bertindak ujar ketika berhadapan dengan anak-anak yang akan
menirukan gaya kita, ucapan, maupun ekspresi wajah kita. Sebagai orang dewasa yang mengerti
dan peduli terhadap pertumbuhan anak dalam berbahasa, sebaiknya kita tindak lanjuti bagi siapa
saja orang yang bertutur tidak baik dihadapan anak-anak. Gunakanlah bahasa Indonesia yang
baik dan benar. Meskipun kita tahu sebagai manusia yang mengetahui bahwa bahasa kita bahasa
pertama itu berasal dari bahasa ibu, tapi gunakanlah bahasa yang baik dan sesuai pergunakanlah
pada tempatnya.
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik:Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul dan Leoni Agustina.2004.Sosiolinguistik Perkenalan Awal.Jakarta:PT Rhineka Cipta.

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Tarigan, Henry Guntur. 1984. Psikolinguistik. Bandung: Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai