Disusun oleh:
ERVINA JULIARTA SILABAN (7193142004)
JUDIKA NURHAYANI SITUMORANG (7192442011)
POYBE SIHITE (7192442006)
SUSI APRIANTI TARIGAN (7192442010)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Karena atas rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang ‘’ Pendekatan dan model-model pengembangan
kurikulum’’ ini dengan baik. Dan juga kami berterimakasih kepada selaku dosen mata kuliah
Telaah Kurikulum yang telah memberikan tugas kepada kami. Terlepas dari itu semua, kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan dan kesalahan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki tulisan ini ke waktu yang akan
datang.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Landasan Pengembangan Kurikulum. Dan juga kami menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat,
yang bersifat membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya.
Kelompok 3
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
DAFTAR ISI ..............................................................................................................................3
BAB I .........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN ......................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulis ...................................................................................................................4
BAB II ........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN .........................................................................................................................5
2.1 Pengertian Pendekatan serta Pengembangan Kurikulum.....................................................5
2.2 Macam-macam pendekatan Kurikulum ..............................................................................5
2.3 Model-model Pengembangan Kurikulum ...........................................................................7
BAB III ..................................................................................................................................... 14
PENUTUP ................................................................................................................................ 14
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................... 14
3.2 Saran ............................................................................................................................... 14
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap
suatu proses tertentu. Sedangkan pendekatan pengembangan kurikulum merujuk pada titik tolak
atau sudut pandang umum tentang proses pengembangan kurikulum.
Pengembangan kurikulum muncul atas inisiatif para pejabat pendidikan atau para
administrator atau dari pemegang kebijakan (pejabat) pendidikan seperti dirjen atau para kepala
kantor wilayah. Selanjutnya, melalui komando akan disebarluaskan ke bawah atau disebut
sebagai line staff model. Diterapkan dalam system pendidikan sentralisasi. Prosedur
pengembangn kurikulum model ini dilakukan sebagai berikut:
5
1) Pembentukan tim pengarah oleh pejabat pendidikan yang terdiri dari para pengawas
pendidikan, ahli kurikulum, disiplin ilmu ataupun tokoh-tokoh dari dunia kerja. Tugasnya dalah
merumuskan konsep dasar, garis-garis besar kebijakan, menyiapkan rumusan falsafah dan tujuan
umum pendidikan.
2) Menyusun tim untuk menjabarkan kebijakan atau rumusan-rumusan yang telah dibentuk pada
langkah pertama. Anggotanya adalah ahli kurikulum, ahli disiplin ilmu dari berbagai perguruan
tinggi dan guru-guru senior yang diaggap telah berpengalaman. Tugas utamanya adalah untuk
menjabarkan rumusan kebijakan menjadi lebih operasional, memilih dan menyusun sequence
bahan pelajaran, memilih strategi pengajaran dan alat petunjuk dan cara pengevaluasian serta
menyusun pedoman-pedoman pelaksanaan kurikulum bagi guru.
3) Penyerahan hasil perumusan dan penjabaran kepada tim perumus untuk dikaji dan direvisi.
selain itu, bisa juga melakukan uji coba dan dievaluasi kelayakannya. Hal ini dapat dijadikan
sebagai bahan penyempurnaan.
Pada pendekatan ini kurikulum dikembangkan dari bawah keatas, yakni guru sebagai
implementator memberikan inisiatif dalam pengembangan kurikulumnya lalu inisiatif ini
dikembangkan kelingkungan yang lebih luas. Pendekatan ini disebut juga sebagai pendekatan
bawah ke atas. Prinsip dasar ini lebih banyak digunakan dalam penyempurnaan kurikulum,
namun dalam skala yang terbatas dapat juga digunakan untuk mengembangkan kurikulum baru.
Guru dapat berinisitif juka kurikulum yang digunakan bersifat fleksibel, sehingga memebrikan
kesempatan pada guru untuk memperbaharui dan menyempurnakan kurikulum yang sedang
diberlakukan. Hal ini bisa dilakukan jika guru yang bersangkutan bersikap professional dan
memiliki kemampuan yang memadai. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
penyempurnaan kurikulum ini, adalah sebagai berikut:
6
1) kesadaran akan adanya masalah. Seperti, dirasa adanya ketidakcocokan penggunaan
strategi pembelajaran, kegiatan evaluasi yang tidak tepat dan lain lain. Kesadaran inilah
yang menjadi kunci dalam model pendekatan ini.
2) mengadakan refleksi. Setelah menyadari adanya masalah maka yang berikutnya
dilakukan adalah mencari penyebab-penyebabnya. Langkah ini dapat dilaksanakan
dengan melakukan pengkajian dari berbagai literature dan melakukan diskusi-diskusi
dengan teman sejawat dan lain lain.
3) mengajukan hipotesis. Dari berbagai literature dan hasil refleksi, guru memetakan
kemungkinan-kemungkinan penyelesaian permasalahannya. Inilah yang disebt sebagai
hipotesis atau dugaan sementara.
4) memilih hipotesis yang memiliki kemungkinan terbesar dalam penyelesaian masalah
tersebut. Kemudian menyusun rencana penyelesaian masala-masalah tersebut.
5) mengimplementasikan perencanaan dan mengevaluasinya secara terus menerus hingga
masalah tersebut dapat diselesaikan.
6) membuat laporan hasil pelaksanaan pengembangan kurikulum melalui grass root.
Langkah ini penting sebagai bahan publikasi dan diseminasi, sehingga dapat
dimanfaatkan dan diterapkan oleh orang lain dan dapat disebar luaskan.
Dalam pengembangan kurikulum terdapat beberapa model yang dapat digunakan. Model-
model tersebut memiliki ciri khas baik dari keluasan pengembangannya ataupun tahapan
pengembangannya. Berikut adalah macam-macam pengembangan kurikulum:
a. Model Tyler
7
Model pengembangan menurut Tyler didasarkan pada empat hal, yakni tujuan
pendidikan, pengalaman belajar, pengorganisasian pengalaman belajar dan pengevaluasian.
Tujuan adalah sasaran akhir yang harus dicapai dalam program pendidikan dan
pembelajaran. Tujuan pendidikan harus dapat menggamarkan perilaku akhir peserta didik setelah
mengikuti program pendidikan. Oleh karena itu, sasaran akhir ini harus dirumuskan secara jelas
untuk memudahkan proses pencapaian dan penilaian berhasil tidaknya suatu program
pendidikan.
Setelah tahu apa yang akan dituju, maka langkah selanjutnya yakni menentukan langkah
apa yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Proses pembelajaran yang seperti apa
yang dibutuhkan dan sesuai. Perumusan ini hendaknya mengacu pada siswa, jadi proses
pembelajaran disesuaikan dengan minat, bakat dan kemampuan yang telah dimiliki siswa. Proses
pembelajaran ini menyangkut berbagai interaksi, interaksi antar peserta didik, interaksi dengan
lingkungannya dan lain-lain. Oleh Karena itu penentuan proses pembelajaran harus sesuai
dengan tujuan pendidikan, harus dapat memuaskan siswa dan harus melibatkan siswa dalam
setiap rancangan pendidikannya.Pengalaman pembelajaran yang dapat dikembangkan dapat
berupa kemampuan berfikir, pengalaman belajar yang membantu siswa mengumpulkan
informasi, mengembangkan sikap social dan mengembangkan bakatnya.
4). Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses mengumpulkan data baik kualitatif maupun kuantitatif yang
dapat dijadikan sebagai pedoman dalam mengambil keputusan. Dalam proses evaluasi ini,
proses-proses sebelumnya akan dikaji, sehingga dapat diketahui apakah program tersebut telah
berhasil atau belum, apakah tujuan-tujuan telah tercapai atau belum. Inilah yang disebut sebagai
fungsi sumatif. Dalam evaluasi akan dinilai apakah telah terjadi perubahan tingkah laku pada
peserta didik atau belum. Perbandingan anatara keadaan awal dan akhir muthlak diperlukan.
8
Dalam proses evaluasi ini sebaiknya digunakan lebih dari satu instrument penilaian sehingga
hasil yang diperoleh lebih valid. Selain itu evaluasi juga berfungsi untuk mengetahui apakah
program yang telah dilaksanakan evektif ata tidak. Fungsi evaluasi ini disebut sebagai fungsi
formatif.
Setelah dilakukan uji coba hasil uji coba digunakan untuk melakukan perbaikan atau
revisi. Selain itu juga harus dilakukan konsolidasi untuk menyimpulkan hal-hal yang masih
bersifat umum dan menentukan konsistensi teori yang digunakan. Hasilnya adalh teaching
learning yang telah teruji di lapangan.
Hasil penyempurnaan dan konsiladasi harus dapat diterapkan secara menyeluruh dan
dikaji lebihlanjut oleh ahli kurikulum untuk dikembangkan lebih lanjut.
9
Hasil kajian tersebut diimplementasikan dan sebarluaskan ke sekolah-sekolah. Dalam
tahap ini dibutuhkan data tentang kesulitan dan permasalahan-permasalahan di lapangan untuk
mengetahui dengan pasti persiapan implementator kurikulum.
c. Model Oliva
Kurikulum harus bersifat simple, komprehensif dan sistematik. Model kurikulum yang
dikemukakan oleh Oliva terdiri dari 12 komponen, yakni:
perumusan filosofis, sasaran, misi dan visi yang didasarkan pada kebutuhan peserta didik
dan analisis kebutuhan masyarakat. (tujuan umum)
Analisis tentang kebutuhan masyarakat disekitar satuan pendidikan, kebutuhan dan
urgensi dari disiplin ilmu. (tujuan khusus)
berisi tujuan umum dan khusus yang didasarkan kebutuhan.
mengorganisasi rancangan dan implementasi kurikulum.
penjabaran kurikullum dalam tujuan umum dan khusus pembelajaran.
penentuan strategi pembelajaran.
studi awal kemungkinan strategi atau teknik penilaian yang akan digunakan.
implementasi strategi pembelajaran dan penyempurnaan alat dan teknik
evaluasi terhadap pembelajaran dan kurikulum.
Model ini dapat digunakan untuk penyempurnaan kurikulum dalam bidang-bidang khusus;
sebagai bahan untuk membuat keputusan dalam merancang program dan sebagai pengembangan
program secara khusus.
d. Model Beauchamp
Wilayah yang akan digunakan untuk menerapkan kurikulum tersebut. Langkah ini
dilakukan oleh pemegang kebijakan.
2) Menetapkan persenolia
Menentukan orang-orang yang akan terlibat dalam penerapan kurikulum ini. Terdapat
empat kategori, yakni: ahli kurikulum/pendidikan yang berkedudukan di pusat pengembangan
kurikulum; ahli pendidikan dari perguruan tinggi dan guru-guru terpilih; para professional
pendidikan; professional lain dan tokoh masyarakat. Dalam proses ini ditentuka nsapa saja yang
terlibat dan apa saja peran dan tugas yang harus dilakukannya.
10
Sebagai prosedur dalam penentuan tujuan umum, tujuan khusus, pemilihan isi dan
pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi. Dalam tahap ini harus dilakukan beberapa hal yakni:
pembentukan tim pengembangan kurikulum, mengadakan penelitian dan penilaian kurikulum
yang telah berlaku, studi penjajagan tentang kemungkinan penyusunan kurikulum baru,
penentuan kriteria-kriteria bagi penentuan kurikulum baru, dan penyusunan serta penulisan
kurikulum baru.
4) Implementasi kurikulum
Implementasi ini membutuhkan kesiapan guru, siswa, fasilitas, biaya, manajerial dan
kepemimpinan di sekolah.
5) Evaluasi kurikulum
Hal-hal yang harus dievaluasi adalah pelaksanaan kurikulum, desain kurikulumnya, hasil
belajar peserta didik, dan keseluruhan system kurikulum.
e. Model Wheeler
Tujuan umum bersifat normative yang mengandung tujuan filosofis dan bersifat praktis.
Adapun tujuan khusus lebih bersifat spesifik dan mudah terukur ketercapaiannya.
Pengalaman belajar yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan
3 Menentukan isi atau materi yang digunakan disesuaikan dengan pengalaman belajar yang telah
direncanakan.
5) Melakukan evaluasi Setiap tahap yang telah dilakukan dikaji kembali dan dievaluasi.
f. Model Nicholls
11
Model Nicholls juga menggunakan pendekatan siklus, namun model pengembangan ini
digunakan akibat terjadinya perubahan sitiasi. Langkah pengembangan kurikulum menurut
Nicholls, yaitu:
1) Analisis situasi,
5) Evaluasi.
Model ini cocok bagi guru-guru yang ingin mengembangkan kurikulum sesuai dnegan
kebutuhan sekolah. Langkah-langkah dalam mengembangkan kurikulum menurut model ini
adalah sebagai berikut:
1) Menganalisis situasi
2) Memformulasikan tujuan
3) Menyusun program
h. Model Miller-Seller
Model ini merupakan model kombinasi dari model transmisi (Gagne) dan model
transaksi (Taba’s & Robison), dengan tahapan pengembangan sebagai berikut:
Dalam tahapan ini, orientasi harus diuji dan diklarifikasi. Orientasi ini merefleksikan
pandangan filosofis, psikologis dan sosiologis. Dan ada tigfa jenis orientasi kerikulum yaitu
transmisi, transaksidan transformasi.
2) Pengembangan tujuan
12
tujuan umum, tujuan khusus berdasarkan orientasi kurikulum yang bersangkutan. Tujuan
umum merefleksikan pandangan orang dan masyarakat. Tujuan ini harus dijabarkan secara
khusus hingga pada tujuan instruksional.
Strategi mengajar harus sesuai dengan tujuan dan orientasi kurikulum. Strategi yang
digunakan disesuaikan dengan tujuan, strukturnya sesuai kebutuhan siswa, guru harus
memahami penerapan kurikulum, dan tersedianya sumber-sumber yang esensial.
4) Implementasi
Hal-hal yang harus diperhatikan adalah komponen program studi, identifikasi sumber,
peranan, pengembangan professional, penetapan waktu dan system monitoring.
Menurut Smith, Stanley, dan Shores model pengembangan kurikulum ini terdiri dari dua
bentuk model. Yang pertama, guru atau sekelompok guru melakukan ujicoba kurikulum dengan
melakukan penelitian dan pengembangan kurikulum. Dan hasilnya dapat diguanakan secara luas.
Yang kedua, bebrapa guru yang merasa kurang puas tentang kurikulum yang sudah ada
mengadakan eksperimen, ujicoba dan mengadakan pengembangan secara mandiri sebagai
langkah perbaikan kurikulum.
Keuntungan model pengembangan ini adalah: lebih nyata dan ilmiah, perubahan
kurikulumnya masih dalam skala kecil sehingga kemungkinan ditolak kecil, menghindari
kesenjangan dokumen dan meningkatkan kreatifitas dan inisiatif guru.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendekatan kurikulum dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang secara
umum tentang proses pengembangan kurikulum. Sedangkan model dalam kurikulum adalah
komponen yang sangat menentukan keberhasilan sebuah proses pendidikan.
Ada dua jenis pendekatan kurikulum, yakni pertama pendekatan top down atau
pendekatan administrati, kedua pendekatan grass root.Dalam pengembangan kurikulum terdapat
beberapa model yang dapat digunakanyaitu :Model Tyler, Model Taba (Inverted Model), Model
Oliva , Model Beauchamp, Model Wheeler, Model Nicholls, Model Dynemic Skilbeck, Model
Miller-Seller.
Banyak model yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum. Pemilihan suatu
model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas kelebihan dan kebaikan-
kebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal, tetapi juga perlu disesuaikan
dengan system pendidikan dan system pengelolaan pendidikan yang dianut serta model konsep
pendidikan mana yang digunakan. Model pengembangan kurikulum dalam system pendidikan
dan pengelolaan yang sifatnya sentralisasi berbeda dengan yang sifatnya desentralisasi. Model
pengembangan dalam kurikulum yang sifatnya subjek akademis berbeda dengan kurikulm
humanistik, teknologis, dan rekonstruksi social.
3.2 Saran
Dari beberapa penjelasan diatas mengenai pendekatan serta pengembangan kurikulum,
maka penulis menyarankan untuk pembaca agar dapat memahami dn mengimplementasikan
yang telah dipaparkan diatas. Serta dapat memanfaatkan beberapa model kurikulum untuk
dikembangkan dengan baik.
14