Anda di halaman 1dari 53

LEUKEMIA

Oleh:
Neneng Aria, M.Kep dan Tim Kep Anak
Defenisi….
 Leukemia adalah keganasan yang
berasal dari sel-sel induk system
hematopoietik yang
mengakibatkan poliferasi sel-sel
darah putih tidak terkontrol dan
pada sel-sel darah merah namun
sangat jarang (Rencana Asuhan
Keperawatan Onkologi Danielle
Gale, Rn, MS hal 183)
ACUTE LYMPOBLASTIC
LEUKEMIA (ALL)
 ALL adalah sejenis kanker kanker
darah yang mempengaruhi sel-sel
darah putih yang masih muda.
Sel-sel tersebut berkembang
dalam kondisi yang terkendali di
dalam sumsum tulang.
Perkembangan tersebut
menghambat produksi sel-sel
darah normal.
 Anak-anak yang mengidap ALL
rentan terhadap anemia, infeksi
kambuhan, mudah memar dan
berdarah karena sumsum tulang
mereka tidak memproduksi cukup
sel darah merah, sel darah putih
dan trombosit.
 ALL merupakan kanker yang
paling umum diderita anak-anak.
 Setiap tahun, sekitar 30-40 dari 1
juta anak terdiagnosa ALL.
 Dan dari setiap 3 anak yang
mengidap kanker, 1 akan
mengidap ALL
LEUKEMIA PADA ANAK

 Leukemia limfoblastik akut


( LLA / ALL ) 85%
 Leukemia non limfoblastik akut
( LNLA / Leukemia mielositik akut )
 Leukemia mieloblastik kronik ( LMK )
 Leukemia limfositik kronik ( LLK )

8
LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT
( LLA / ALL )

“proleferasi patologik” sel limfoblast di


sumsum tulang, berakibat terdesaknya
sistim hemopoetik lainnya

9
DIKENAL ADANYA :

 Leukemia aleukemik : leukosit < 10.000


 Leukemia subleukemik : 10 – 25.000
 Leukemia leukemik : Leukosit > 25.000
 Hiperleukositosis : Leukosit > 50.000

10
KLASIFIKASI
BERDASARKAN :
 Morfologi & sitokimia

( menurut FAB ( french, America, British )


dibagi dalam L1, L2, L3
 Imunologik

( B Cell ALL, T Cell ALL )


 Sitogenetik

11
Etiologi…
Penyebab yang pasti belum diketahui,
akan tetapi terdapat faktor predisposisi
yang menyebabkan terjadinya leukemia,
yaitu:
 a. Faktor genetik
Terlihat pada kembar identik yang akan
beresiko tinggi bila kembaran yang lain
mengalami leukemia saudara sekandung
dari individu yang leukemia dan individu
dengan sindrom down juga beresiko
terhadap terjadinya leukemia.
 b. Penyakit yang didapat
dengan resiko terkena leukemia mencakup
mielofibrosis, polisetemia vera, dan anemia
refraktori sideroblastik. Mieloma multipel
dan penyakit Hodgkin juga menunjukan
peningkatan resiko terhadap terjadinya
penyakit ini. Resiko ini dapat di hubungkan
dengan penyakit dasar atau pengobatan
dengan adens kemoterapi/radiasi.
 c. Agens kimia dan fisik
merupakan resiko signifikan terhadap
leukimia mencakup radiasi dan pemajanan
jangka lama terhadap benzen. Agens
kemoterapi kloramfenikol dan agens
pengkelat (alkylating) juga beresiko.
Manifestasi klinis…
 a.Pilek tidak sembuh-sembuh
b.Pucat, lesu, mudah terstimulasi
c.Demam dan anorexia
d.Berat badan menurun
e.Ptechiae, memar tanpa sebab
f.Nyeri pada tulang dan persendian
g.Nyeri abdomen
h.Lumphedenopathy
i.Hepatosplenomegaly
j.Abnormal WBC
(Suriadi & Rita Yuliani, 2001: hal. 177)
Patofisiologi…
 Kemoterapi pada leukemia akut jelas
meningkatkan “survival rate”. Leukemia
limfoblastik akut yang tidak di obati
umumnya fatal dalam 3 bulan. Studi
menunjukkan lebih dari 50% anak yang
di beri kemoterapi masih hidup setelah 5
tahun. Leukemia meoblastik akut lebih
buruk prognosisnya, dengan pengobatan
sekalipun “survival rate” rata hanya 1-2
tahun. Leukemia menahun pada
umumnya lebih mudah dikendalikan
dengan radias atau agens pengkelat.
Klasifikasi leukimia…
 LEUKIMIA AKUT
a. Leukemia Granulositik atau
Mielositik Akut (LAG)

Leukemia mielositik atau granulositi


akut (LGA) bertanggung jawab atas
80%leukemia akut pada orang
dewasa. Permulaan nya mungkin
mendadak atau progresif dalam
masa 1 sampai 6 bulan
Manifestasi klinis

 Skeletal
1. poliferasi limfosit imatur dalam
sumsum tulang dan jaringan
perifer serta perkembangan sel-
sel normal yang banyak
2. hematopoiesis normal
terhambat dan leukopenia,
anemia dan terjadi
trombositopenia.
 Sistem sirkulasi
1.jumlah eritrosit dan trombosit rendah
2.jumlah leukosit rendah atau tinggi
tetapi selalu termasuk sel-sel imatur
 Malignansi
Manifestasi infiltrasi sel leukemia
ke dalam organ lain lebih sering
dengan LLA ketimbang leukemia
bentuk lain
Tanda dan gejala

berkaitan dengan netropenia dan


trobositopenia. Ini adalah infeksi berat
yang rekuren yaitu timbulnya :
 Tukak pada membran mukosa
 abses perirektal
 pneumenia
 septikemia di sertai menggil
 demam
 takikardi
 takipnea
Diagnosis LLA
 Ditegakkan melalui hitung darah
tepi dan pemeriksaan sumsum
tulang serta pemeriksaan
kromosom.
Hitung sel darah putih dapat
meninggi, normal atau menurun
disertai mieloblas dalam sirkulasi.
Diagnosis LLA
 Di tegakkan melalui hitung sek
darah lengkap, diferensiasi,
hitung trombosit dan
pemeriksaan sumsum tulang.
 Full Blood Counts (FBC)
Tes ini meliputi pengambilan darah
dan mengirimnya ke laboratorium.
Sel darah merah, darah putih dan
trombosit kemudian dihitung dalam
pemeriksaan dibawah mikroskop
sambil mencari sel-sel abnormal
dalam darah
 Pemeriksaan Sumsum Tulang

Tes ini dilakukan untuk memastikan


atau menyangkal hasil diagnosa
ALL. Pemeriksaan ini dapat
membuat dokter untuk
memutuskan pengobatan terbaik
untuk anak.
Prosedur ini melibatkan diambilnya
sedikit sampel sumsum tulang dari
tulang pinggul untuk kemudian
dites di laboratorium.
 Diagnosa akan dipastikan bila
terdapat sel leukimia dalam
sumsum tulang. Tes tambahan
harus dilakukan untuk
memastikan tipe leukimia yang
terdeteksi dan untuk
memperkirakan hasil akhir dari
pengobatan
 Pemeriksaan Cerebro Spinal Fluid
(CSF)
Sampel kecil dari CSF yang terdapat di
sekitar otak dan tulang belakang
diambil dengan menggunakan
prosedur Lumbar Puncture. Sampel ini
kemudian dites di laboratorium untuk
mencari sel-sel leukimia di dalam
sistem pusat saraf. Pengobatan
tambahan akan diperlukan bilamana
terdeteksi adanya sel-sel leukimia di
dalam CSF
 Tes lainnya

Tes laboratorium lain serta X-Rays


dapat memberikan informasi
mengenai berbagai fungsi dari
organ-organ vital serta kondisi
kesehatan anak secara umum.
Tes-tes ini dapat dilakukan dari
waktu ke waktu untuk
membandingkan perkembangan
anak selama proses pengobatan.
Penatalaksanaan LLA
Bentuk pengobatan utama adalah kemoterapi
 kombinasi vinkristin, prednison,
daunorubisin, dan asparaginase digunakan
untuk terapi awal
 kombinasi merkaptopurin, metoktreksat,
vinkristin dan prednosinuntuk numatan
 iradiasi region serebrospinal dan suntikan
intratekal dengan obat-obat
kemoterapiotik membantu mencegah
kekambuhan sistem saraf pusat.
Leukemia Limfositik Akut (LLA)

 Walaupun leukemia limfositik


akut (LLA) terdapat pada 20%
orang dewasa yang menderita
leukemia. Paling sering
menyerang anak-anak di bawah
umur 15 tahun, dengan puncak
insidens antara umur 3 dan 4
tahun
Manifestasi klinis
 Berupa poliferasi limfoblas
abnormal dalam sum-sum tulang
dan tempat-tempat
ekstramedular (di luar sumsum
tulang, yaitu kelenjer lmfe dan
limfa)
Tanda dan gejala
Dikaitkan dengan penekanan unsur-
unsur sumsum tulang normal. Karena itu,
infeksi, perdarahan dan anemia
merupakan manifestasi utama.
Penderita penyakit ini memiliki kelenjer
limfe yang membesar (limfadenopati) dan
hepatos pleno megali; nyeri tulang sering
terjadi –sistem saraf pusat (misalnya,
sakit kepala, muntah, kejang, gangguan
penglihatan) juga dapat terlibat.
Leukemia kronik

 A. Leukemia Granulositik Kronik.


LGK awitannya lambat. Jumlah
granulosit umumnya lebih dari
30000/mm3. pada 85% kasus, terdapat
kelainan kromosom yang di sebut
kromosom philadelphia. Kromosom
philadelpia ini merupakan suatu
translokasi dari bagian kromosom 22
yang panjang ke kromosom 9.
Manifestasi klinis

 awitan berbahaya tersembunyi


 selalu terdapat leukosit
 Penatalaksanaan
 terapi, pilihannya adalah busulfan (myleran) dan
hidroksiurea, klorambusil (leukeran) saja atau
dengan steroid
 transplantasi sum-sum tulang meningkatkan
angka bertahan hidup secara signifikan
 obat pilihan lain : alfa-interferon dan fludarabine
(fudara)
prognosis
 secara keseluruhan, pasien dapat hidup 3-4
tahun. Kematian biasanya merupakan akibat
infeksi atau hemoragi.
Tanda dan gejala
 Berkaitan dengan keadaan
hipermetabolik- kelelahan,
kekurangan berat badan,
diaforesis meningkat dan tidak
tahan panas. Limpa membesar
pada 90% kasus yang
mengakibatkan perasaan penuh
pada abdomen dan mudah
merasa kenyang.
 Anemia yang disebabkan oleh
rendahnya jumlah sel darah merah.
 Anak sering mudah letih dan terlihat
pucat.
 Mudah sekali memar dan berdarah
karena rendahnya tingkat trombosit.
 Sering kali atau terus menerus terkena
infeksi karena anak tidak memiliki
jumlah sel darah putih dewasa untuk
mengatasi infeksi.
 Rasa sakit pada tulang dan atau
persendian.
 Keluhan lain dapat meliputi
membengkaknya kelenjar getah bening,
hilangnya selera makan, hilangnya berat
badan, sakit di dada, dan rasa tidak
nyaman pada bagian perut.
Pengobatan
 Pengobatan dengan kemoterapi
intermiten di tujukan pada penekanan
hematopoiesis yang berlebihan dan
mengurangi ukuran limpa. Berbagai
penderita berkembang progressif, fase
resisten disertai pembentukan
mieloblas yang berlebihan
(transformasi blas). Transplantasi
sumsum tulang dari individu lain
(allogenik) yang di lakukan pada fase
kronik LGK memberikan suatu harapan
kesembuhan.
B. Leukemia Limfositik
Kronik
 Merupakan suatu gangguan limfoproliferatif yang di
temukan pada kelompok umur tua(60th).
Perbandingan (2:1) untuk pria.
 Tanda dan Gejala
Pembesaran organ secara masif menyebabkan
tekanan mekanik pada lambung sehingga
menimbulkan gejala cepat kenyang, rasa tidak enak
pada abnomen dan buang air besar tidak teratur.
Mungkin terjadi infeksi kulit dan pneumonia; keadaan
ini terjadi sekunder akibat adanya perubahan
imunologik da netropenia
Pengobatan
 Ditujukan untuk mengurangi
massa limfositik, sehingga
memperbaiki pansitopenia dan
melegakan rasa tidak enak yang
di sebabkan oleh pembesaran
organ. Di gunakan kemoterapi
dengan agen-agen alkil dan
kortikosteroid.
Manifestasi klinis LLK
 1. banyak di antaranya asam
ptomotik
 2. manifestasi yang mungkin
adalah anemia, infeksi atau
pembesaran nodus limfe dan
organ abdomen
 3. jumlah eritosit atau trombosit
mungkin normal atau menurun
 4. limfositosis selalu terdapat
Penatalaksanaan dan Prognosis
 jika ringan, LLK dapat tidak membutuhkan
pengobatan. Jika gejalanya menghebat,
kemoterapi dengan steroid dan klorambusil
(leukeran) sering di gunakan.
 pasien yang tidak memberikan respons
terhadap terapi yang lazim mungkin
mencapai remisi, mis., fludarabin monofosfat
atau pentostanin
 imunoglobulin intravena (IGIV) merupakan
pengobatan profilatik yang efektif untuk
pasien tertentu
 rata-rata angka dapat bertahan hidup adalah
7 tahun.
KOMPLIKASI
 perdarahan dan infeksi merupakan
penyebab utama kematian
 pembentukan batu ginjal, anemia dan
masalah gastrointestinal
 perdarahan berhubungan dengan
tingkat trombostopenia: terjadi dengan
petekie, ekimosis dan hemoragi mayor
jika jumlah trombosit di bawah
20000mm3.demam atau infeksi
meningkatnya perdarahan.
PENGKAJIAN
Pengkajian pada leukemia meliputi:
 a.Riwayat penyakit
 b.Kaji adanya tanda-tanda anemia:
1).Pucat
2).Kelemahan
3).Sesak
4).Nafas cepat
 c.Kaji adanya tanda-tanda leukopenia:
1).Demam
2).Infeksi
 d.Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia:
1).Ptechiae
2).Purpura
3).Perdarahan membran mukosa
Lanjutan…

 e.Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra


medulola:
1).Limfadenopati
2).Hepatomegali
3).Splenomegali
 f.Kaji adanya pembesaran testis
 g.Kaji adanya:
1).Hematuria
2).Hipertensi
3).Gagal ginjal
4).Inflamasi disekitar rektal
5).Nyeri (Suriadi,R dan Rita Yuliani,
2001: 178)
3.Diagnosa Keperawatan
 1.Resiko infeksi berhubungan dengan
menurunnya sistem pertahanan tubuh

 2.Intoleransi aktivitas berhubungan


dengan kelemahan akibat anemia

 3.Resiko terhadap cedera : perdarahan


yang berhubungan dengan penurunan
jumlah trombosit
Diagnosa Keperawatan
 1.Resiko infeksi berhubungan dengan
menurunnya sistem pertahanan tubuh

 2.Intoleransi aktivitas berhubungan


dengan kelemahan akibat anemia

 3.Resiko terhadap cedera : perdarahan


yang berhubungan dengan penurunan
jumlah trombosit
a. Resiko infeksi berhubungan dengan
menurunnya sistem pertahanan tubuh

 1) Tujuan: Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi


 2) Intervensi:
- Pantau suhu dengan teliti
Rasional: untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
- Tempatkan anak dalam ruangan khusus
Rasional: untuk meminimalkan terpaparnya anak dari sumber
infeksi
- Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk
menggunakan teknik mencuci tangan dengan baik
Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif
- Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur
invasif
Rasional: untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan
resiko infeksi
- Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya
infeksi seperti tempat penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan
masalah gigi
Rasional: untuk intervensi dini penanganan infeksi
Lanjutan…
- Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan
mulut dengan baik
Rasional: rongga mulut adalah medium yang
baik untuk pertumbuhan organisme
- Berikan periode istirahat tanpa gangguan
Rasional: menambah energi untuk
penyembuhan dan regenerasi seluler
- Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia
Rasional: untuk mendukung pertahanan alami
tubuh
- Berikan antibiotik sesuai ketentuan
Rasional: diberikan sebagai profilaktik atau
mengobati infeksi khusus
b. Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan akibat anemia

 1) Tujuan: terjadi peningkatan


toleransi aktifitas
 2) Intervensi:
- Evaluasi laporan kelemahan,
perhatikan ketidakmampuan untuk
berpartisipasi dalam aktifitas
sehari-hari
Rasional: menentukan derajat dan
efek ketidakmampuan
Lanjutan….
- Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat
tanpa gangguan
Rasional: menghemat energi untuk aktifitas dan
regenerasi seluler atau penyambunganjaringan
- Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada
aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan
Rasional: mengidentifikasi kebutuhan individual
dan membantu pemilihan intervensi
- Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan
ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk
tugas perawatan diri
c. Resiko terhadap cedera/perdarahan
yang berhubungan dengan penurunan
jumlah trombosit
 1) Tujuan: klien tidak menunjukkan bukti-bukti
perdarahan
2) Intervensi:
- Gunakan semua tindakan untuk mencegah
perdarahan khususnya pada daerah ekimosis
Rasional: karena perdarahan memperberat
kondisi anak dengan adanya anemia
- Cegah ulserasi oral dan rektal
Rasiona: karena kulit yang luka cenderung
untuk berdarah
- Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan
injeksi
Rasional: untuk mencegah perdarahan
Lanjutan…
- Menggunakan sikat gigi yang lunak dan lembut
Rasional: untuk mencegah perdarahan
- Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan
(tekanan darah menurun, denyut nadi cepat,
dan pucat)
Rasional: untuk memberikan intervensi dini
dalam mengatasi perdarahan
- Hindari obat-obat yang mengandung aspirin
Rasional: karena aspirin mempengaruhi fungsi
trombosit
- Ajarkan orang tua dan anak yang lebih besar
ntuk mengontrol perdarahan hidung
Rasional: untuk mencegah perdarahan
implementasi
 Implementasi keperawatan adalah
pelaksanaan dari perencanaan
keperawatan yang telah dibuat untuk
mencapai hasil yang efektif. Dalam
pelaksanaan implementasi keperawatan,
penguasaan keterampilan dan
pengetahuan harus dimiliki oleh setiap
perawat sehingga pelayanan yang
diberikan baik mutunya. Dengan
demikian tujuan dari rencana yang telah
ditentukan dapat tercapai (Wong.
D.L. 2004: hal. 331).
evaluasi
 Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap
keberhasilan rencana keperawatan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien.
Menurut Wong. D.L, (2004 hal 596-610)
hasil yang diharapkan pada klien dengan
leukemia adalah:
a.Anak tidak menunjukkan tanda-tanda
infeksi
b.Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari
sesuai tingkat kemampuan, adanya laporan
peningkatan toleransi aktifitas.
c.Anak tidak menunjukkan bukti-bukti
perdarahan.

Anda mungkin juga menyukai