Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH LISTRIK MAGNET

METODE KHUSUS PENENTUAN POTENSIAL LISTRIK


Dosen Pengampu : Dra. Yulia Rahmadhar,M.Pd

Kelompok Al-Kindi
Disusun Oleh :
Desti Setianingrum 1801115007
Jihan Munawaroh 1801115003
Intan Dian Stepen 1801115023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR.HAMKA
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih. Segala puji dan syukur bagi Allah SWT
yang dengan rido-Nya ita dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancer. Sholawat serta
salam tetap kami haturkan kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW yang dengan
rido-Nya dan bimbingannya makalah ini dapat terselesaikan dengan lancer.
Sebagai mahasiswa kami mengharapkan bimbingan dan bantuan, saran serta
dukungan dari bapak dan ibu dosen serta pihak lain agar makalah ini bisa berhasil dan
berguna bagi kita semua.
Tidak ada gading yang tak retak, demikian pula makalah ini, Oleh karena itu, saran
dan kritik yang membangun tetap kami nantikan dan kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

16 Desember 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PEMBAHASAN
A. Persamaan Laplace
B. Persamaan Poisson
C. Konsep Syarat Batas
D. Metode Pemisahan Variabel
DAFTAR PUSTAKA
A. Persamaan Laplace
Telah diketahui bahwa hukum Gauss dinyatakan dalam bentuk :

∮ E . dA= Qε … ( 1 )
S 0
Dengan menggunakan teorema divergensi (teorema Gauss), integral permukaan
dalam persamaan (1) dapat dinyatakan sebagai berikut :

∫ (∇ .¿ E)dV = Qε …(2) ¿
V 0

Sementara itu Q=∫ ρdV , sehingga persamaan (2) menjadi:


∫ ( ∇ . E ) dV = ε1 ∫ ρdV … ( 3 )
V 0
Atau dapat diperoleh bahwa :
ρ
∇ . E= … (4)
ε0
Persamaan (4) sering disebut dengan persamaan hukum Gauss dalam bentuk
diferensial. Dalam persamaan E=−∇ V , jika dikombinasikan dengan persamaan
(4) akan diperoleh :
−ρ
∇ .∇V=
ε0
−ρ
∇2 V = …(5)
ε0
Dimana ρ adalah rapat muatan total. Persamaan (5) disebut persamaan Poisson. Jika
rapat muatan adalah nol, maka persamaan (5) menjadi:
∇ 2 V =0 …(6)
Persamaan (6) disebut persamaan Laplace. Persamaan (6) ini lebih
sederhana dalam penyelesaiannya. Oleh karena itu, persamaan Laplace ini yang
akan digunakan dalam rangka menyelesaikan permasalahan tentang potensial.
Persamaan (6) dapat dituliskan dalam koordinat kartesian sebagai berikut:
∂2 V ∂2 V ∂2 V
+ + =0 …(7)
∂ x 2 ∂ y 2 ∂ z2
a. Persamaan Laplace dalam Satu Dimensi
Misalkan V hanya tergantung pada variabel x saja, maka persamaan Laplace
menjadi :
∂2 V
=0 …(8)
∂ x2
Penyelesaian umum persamaan (8) adalah:
V =mx+b … (9)
Persamaan (9) berisi dua konstanta yang tidak diketahui yaitu m dan b yang
diharapkan sebagai jawaban dari persamaan diferensial orde dua. Kedua
konstanta tersebut ditentukan dengan menggunakan syarat batas. Syarat batas
dapat dipilih karena belum ada persoalan fisis yang ditentukan, kecuali hipotesis
asal yang menyatakan bahwa potensialnya hanya berubah terhadap x.
Misalkan V =V 1 pada saat x=x 1 dan V =V 2 pada x=x 2, maka melalui
persamaan (9) diperoleh sebagai berikut:
V 1=m x 1+b V 2=m x 2 +b

V 1−V 2 V 2 x 1−V 1 x2
m= b=
x 1−x 2 x 1−x 2
Sehingga persamaan (9) menjadi :
V 1 ( x−x 2 )−V 2 ( x−x 1)
V= …(10)
x 1−x 2
Jika diperoleh syarat batas V 1=0 , untuk x 1=0, dan V 2=V 0 , pada x 2=d ,
maka :
V0
m= b=0
d
Sehingga persamaan (9) menjadi :
V0 x
V= …(11)
d
b. Persamaan Laplace dalam Dua Dimensi
Jika V bergantung dari dua variabel, missal x dan y, maka persamaan
Laplace dituliskan :
∂2 V ∂2 V
+ =0 … ( 12 )
∂ x2 ∂ y2
Penyelesaian yang didapat akan mempunyai dua sifat, yaitu :
a) Nilai V ditulis ( x , y ) adalah rata – rata dari sekeliling titik. Jika
digambarkan lingkaran dengan jari – jari R yang terkait dengan titik ( x , y ),
maka harga rata – rata V pada lingkaran adalah sama dengan harga pada
pusat lingkaran.
1
V ( x , y )= Vdl …(13)
2 πR ∮
b) V tidak ada lokasi maksimum atau minimum, harga ekstrim terjadi pada
batas.
c. Persamaan Laplace dalam Tiga Dimensi
Jika V tergantung dari segitiga variabel x , y , z, maka persamaan Laplace
menjadi :
∂2 V ∂2 V ∂2 V
+ + =0
∂ x 2 ∂ y 2 ∂ z2
Penyelesaian V yang diperoleh akan memiliki dua sifat, yaitu :
a) Nilai V pada titik P adalah merupakan nilai rata – rata pada permukaan bola
berjari – jari R dengan titik pusat P.
1
V ( P )= ∮ Vda
2 π R2
b) Sebagai konsekuensinya, V dapat tidak ada lokasi maksimum atau
minimum, sedangkan nilai ekstrim V terjadi pada batas. Jika V maksimum
di titik P, maka dapat digambarkan suatu bola yang mengelilingi titik P
yang semua harga dari V akan lebih kecil daripada harga V di titik P.
B. Persamaan Poisson

Bola yang dimuati secara seragam


Dalam hal ini, kita menganalisis sebuah kasus dimana muatan terdistribusi
secara simetri bola. Muatan q didistribusikan pada seluruh bola berjari – jari R
dengan kerapatan muatan konstan ρ, dan untuk r > R kerapatannya adalah nol.
Penyelesaian :
Di dalam daerah r ≤ R potensial mengikuti persamaan Poisson:
1 d 2 dV − ρ
(
r 2 dr
r )dr
=
ε0
Untuk daerah – daerah r > R, potensial mengikuti persamaan Laplace :
1 d 2 dV
(
r 2 dr
r )dr
=0

Solusi dari persamaan Poisson di atas adalah


−ρ r 2 A1
V ( r )= + + B1 ; r ≤ R
6 ε0 r
Solusi dari persamaan Laplace adalah
A2
V ( r )= + B2 ; r ≤ R
r
Potensial tersebut harus memenuhi syarat batas:
1. V ( r → ∞ )=0
2. Dimana berhingga karena tidak ada muatan titik pada pusat bola. Dua
potensial akan kontinu pada r =R
3. Muatan total dari distribusi ini adalah ( 43π ) R ρ. Syarat batas pertama
3

mengharuskan A1=0. Hubungan antara B1 dan A2 dapat dicari dari syarat


batas ketiga yaitu :
−ρ R 2 A2
+ B1= … (19)
6 ε0 R
Akhirnya, dengan syarat batas keempat dapat digunakan untuk menghitung
A2. Ambil permukaan Gauss, yang mana kulit yang jari – jarinya r > R pada
pusat distribusi muatan, memberikan :
4 π R3 ρ
∮ E . n
^ da= …(20)
3 ε0
Jadi,
A r^
∮ E . n^ da= r2 r^ ∮ da
A
( )
¿ 22 4 π r 2 =4 π A 2 …(21)
r
R3
Dengan mensubstitusikan persamaan di atas, maka diperoleh A2= ( )
3 ε0
ρ.

Substitusikan nilai A2 ini ke dalam persamaan (18), maka diperoleh


ρ R2
B 1=
2 ε0
Dengan demikian potensial menjadi :
ρ R2 r2
V ( r )= (
2 ε0 )
1− 2 ; r < R …(22)
3R
Atau,
ρ R3 1
V ( r )= ; r > R …(23)
3ε0 r
Persamaan (20) menyatakan bahwa potensial di dalam bola merupakan
fungsi kuadratik dari r dengan potensial pada pusat lebih besar daripada di
tepi bola. Perlu juga ditekankan bahwa medan listrik adalah kontinu r =R .
Untuk r ≤ R,
ρr
E= r^
3 ε0
Untuk r ≥ R,
ρ R3 ^
E= r
3 ε r2
C. Konsep Syarat Batas
Persamaan Laplace tidak langsung dengan sendirinya dapat digunakan untuk
menentukan V , tetapi harus ditambah seperangkat syarat batas sehingga
penyelesaian V menjadi lebih lengkap. Untuk persamaan Laplace satu dimensi
pencarian V adalah mudah, sebab penyelesaian umum persamaan Laplace
V =mx+b, yang mengandung dua konstanta, dan selanjutnya dibutuhkan dua syarat
batas.
Dalam persamaan Laplace dua atau tiga dimensi dijumpai adanya persamaan
diferensial parsial dan hal itu tidak mudah untuk diperoleh syarat batas yang sesuai.
Untuk itu V akan ditentukan harganya secara khusus pada batas. Bukti bahwa
seperangkat syarat batas dapat digunakan akan dinyatakan dalam bentuk teorema
keunikan. Teorema keunikan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Teorema Keunikan Pertama
Penyelesaian persamaan Laplace daalam suatu daerah ditentukan secara unik
(khusus) jika harga V merupakan fungsi yang dinyatakan pada seluruh batas
dalam daerah tersebut. Pembuktian teorema keunikan pertama ini adalah sebagai
berikut. Dalam gambar di bawah ini menunjukkan suatu daerah dan perbatasan.
Misalkan ada dua penyelesaian persamaan Laplace, V 1 dan V 2 yang keduanya

merupakan fungsi dari koordinat yang digunakan, maka :


∇ 2 V 1 =0 dan ∇ 2 V 2=0
Keduanya dianggap memberikan nilai V tertentu pada permukaan, dan
keduanya memiliki nilai sama (V 1=V 2 ). Pembuktiannya adalah sebagai berikut.
Misalnya diambil perbedaan antara keduanya,
V 3=V 1 −V 2 dan memenuhi persamaan Laplace

∇ 2 V 3 =∇ 2 V 1−∇2 V 2=0 …(24)


Dan nilai nol untuk semua perbatasan. Nilai Laplace tidak menghendaki nilai
maksimum dan minimum di suatu lokasi, harga ekstrim terjadi pada perbatasan.
Oleh karena itu, nilai maksimum dan minimum dimana saja, akibatnya:
V 1=V 2 …(25)
Penerapan teorema keunikan pertama ini dengan ketentuan bahwa :
a) Penyelesaiannya memenuhi persamaan Laplace
b) Penyelesaiannya memiliki nilai pada semua perbatasan
Teorema keunikan pertama ditetapkan untuk daerah yang tidak ada muatan,
sehingga memenuhi persamaan Laplace. Ternyata teorema keunikan pertama itu
juga dapat digunakan untuk daerah yang ada muatannya, sehingga dalam hal ini
menggunakan persamaan Poisson. Adapun cara penyelesaiannya sama yaitu :
−ρ
∇ 2 V 1 =∇ 2 V 2=
ε0

Sehingga,

∇ 2 V 3 =∇ 2 V 1−∇2 V 2

− ρ −ρ
∇2 V 3 =
ε0
−( )
ε0

−ρ ρ
∇2 V 3 = + =0 …(25)
ε0 ε0

Perbedaan V 3=V 1 −V 2 memenuhi persamaan Laplace dan memiliki nilai nol


pada semua perbatasan, sehingga V 3=0 dan selanjutnya V 1=V 2 . Akibatnya,
potensial di dalam daerah dapat ditentukan khusus/unik jika :
a) Rapat muatan meliputi seluruh daerah
b) Nilai V pada semua perbatasan diketahui
b. Teorema Keunikan Kedua
Cara sederhana untuk menentukan syarat batas pada masalah elektrostatik
adalah dengan memberikan harga V pada semua permukaan yang mengelilingi
daerah tertentu. Dalam laboratorium, misalkan kawat penghantar dihubungkan
dengan baterai dengan potensial tertentu, atau dihubungkan dengan tanah
(V =0) tetapi ada keadaan dimana potensial diperbatasan tidak diketahui,
melainkan rapat muatan pada berbagai permukaan penghantar diketahui
harganya. Misalnya muatan Q 1 pada penghantar 1, Q 2 pada penghantar ke 2 dan
seterusnya. Daerah antar penghantar diketahui juga rapat muatannya ρ pada
gambar dibawah ini.
Di dalam daerah yang terdapat beberapa penghantar yang diisi dengan muatan
tertentu dengan rapat muatan ρ, maka medan listrik ditentukan khusus jika
muatan total pada masing – masing penghantar diketahui.
Bukti teorema tersebut sebagai berikut.
Misalkan ada dua medan yang memenuhi syarat dari suatu masalah. Untuk
keduanya dikenai hukum Gauss dalam bentuk diferensial untuk daerah diantara
penghantar – penghantar tersebut.
ρ
∇ . E 1=∇ . E2=
ε0

Dan dalam bentuk integral permukaan yang meliputi masing – masing


penghantar
❑ ❑
Q total
∮ E1 . da= ∮ E2 . da=
Permukaan Permukaan ε0
penghantar penghantar

Perbedaan kedua medan datang dinyatakan dengan :


E3 =E1−E2

Dimana,
∇ . E 3=0 …(26)

Dalam daerah antara penghantar – penghantar,

∮ E3 . da=0 …(27)
Meliputi masing – masing permukaan perbatasan. Meskipun tidak
mengetahui bagaimana distribusi muatan tersebut maka dapat diketahui bahwa
masing – masing konduktor merupakan equipetensial, sehingga V 3 adalah
konstan meliputi masing – masing permukaan konduktor. Dalam hal ini, V 3
tidak perlu sama dengan nol, sebab V 1 dan V 2 harganya boleh tidak sama.
Dengan berdasarkan aturan dalam identitas vektor, yaitu hukum perkalian
´ )=f ( ∇ ´. A)+ Á . ( ∇ f ), maka dapat dinyatakan bahwa :
∇ . (fA
∇ . ( V 3 E3 ) =V 3 ( ∇ . E3 ) + E3 ( ∇ .V 3 ) …( 28)

Karena ∇ . E 3=0 dan E3 =−∇ V 3 (gradien potensial) maka persamaannya


menjadi :
∇ . ( V 3 E3 ) =−E3 . E 3=−E23 …( 29)

Atau dalam bentuk integral dituliskan :


❑ ❑

∫ ∇ . ( V 3 E 3 ) dv=¿− ∫ E23 dv …(30) ¿


volume volume

Integral ruas kiri pada persamaan (30) melalui teorema divergensi dapat
diubah menjadi integral permukaan. Integral permukaan meliputi semua
perbatasan dari daerah yang telah ditentukan, termasuk semua permukaan
penghantar dan batas luar. Karena V 3 konstan meliputi setiap permukaan, (jika
batas luar adalah tak terhingga, V 3=0¿ , maka persamaan (30) menjadi :
❑ ❑

∮ ( V 3 E3 ) da= ∫ E 23 dv=0 …(31)


permukaan volume

Tetapi integralnya tidak pernah negative, namun integral dapat diabaikan jika
E3 =0 di setiap tempat, akibatnya E1=E 2.

D. Metode Pemisahan Variabel


Metode ini belaku dalam kedaan dimana potensial (V ) atau kerapatan muatan
(σ ) ditentukan pada batas – batas suatu wilayah dan untuk menemukan potensial.
Strategi dasar sederhana mencari solusi produk dari fungsi yang masing – masing
tergantung hanya pada satu koordinat.

Sistem Koordinat Kartesian


Dua pelat logam tak hingga terletak sejajar pada bidang xz, salah satu pada y=0
, dan yang lainnya ada y=π. Pada ujung sebelah kiri pada x=0, ditutup dengan
pelat tak hingga dan potensialnya dibuat konstan V 0. Sehingga potensialnya dapt
ditentukan sebagai berikut.

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa sistem tidak bergantung pada z,
sehingga persamaan Laplace menjadi :
∂2 V ∂2 V
+ =0
∂ x2 ∂ y2

Dengan syarat batas :


a) V =0, bila y=0
b) V =0, bila y=π
c) V =V 0 ( y), bila x=0
d) V →0, bila x → ∞
Misalkan solusinya dalam bentuk perkalian fungsi yaitu :
V ( x , y )= X ( x ) Y ( y)
Sehingga persamaan Laplace menjadi :

∂2 V ∂2 XY
= =X
∂ x2 ∂ x2

∂2 V ∂2 XY
= =XY
∂ y2 ∂ y2
Misalkan X Y=k} ^ {2 ¿ dan XY =- {k} ^ {2,
X Y + XY = 0

X Y = -XY=−k 2

X }} over {X} =- {{Y} ^ { 2


=−k
Y
Untuk nilai X

X }} over {X} =- {k} ^ {2 ¿ ¿

X } + {k} ^ {2} X= ¿

X ( x )= A e kx + B e−kx
Untuk nilai Y

−Y }} over {Y} =- {k} ^ {2 ¿ ¿

−Y } + {k} ^ {2} Y=¿


Y ( y )=C sin ky+ D cos ky
Persamaan umum menjadi :
V ( x , y )= X ( x ) Y ( y)

V ( x , y )=(A e kx + B e−kx ) ¿
Untuk memperoleh solusi khususm maka kita masukkan syarat batas yang telah
diketahui sebelumnya.
a) Syarat batas 4 untuk V →0, bila x → ∞
V ( x , y )=( A ekx + B e−kx ) ( C sin ky + D cos ky )

( A e kx + B e−kx ) (C sin ky + D cos ky )


Agar A e kx =0 , maka A harus diambil sama dengan nol
V ( x , y )=B e−kx (C sin ky+ D cos ky)
b) Syarat batas 1 untuk V =0, bila y=0
V ( x , y )=B e−kx (C sin ky+ D cos ky)

B e−kx ( C sin k .0+ Dcos k .0 )=0


Agar cos ky=0, maka D harus sama dengan nol.
V ( x , y )=B e−kx C sin ky
c) Syarat batas 2 untuk V =0, bila y=π
V ( x , y )=B e−kx C sin ky

B e−kx C sin kπ=0


Dimana sin kπ =0, sehingga persamaan diatas sama dengan nol
V ( x , y )=B e−kx C sin ky
d) Syarat batas 3 untuk V =V 0 ( y), bila x=0
V ( x , y )=B e−kx C sin ky

V 0 ( y )=B C−kx sin ky

V ( x , y )=D e−kx sin ky


Untuk menentukan nilai D, dapat ditentukan dengan mengalikan kedua ruas
dengan sin dy , dan integrasi dari 0 sampai π:
π π

∫ V 0 ( y) sin(dy )=D ∫ sin ( ky ) sin ( dy ) dy


0 0

π 0 jika k ≠l

0
2
{
∫ sin (ky )sin ( dy ) dy= π jika k ≠ l

Untuk k =l
π π

∫ V 0 ( y) sin(ky ) dy=D ∫ π2
0 0

π
π
D= ∫ V ( y ) sin ( ky ) dy
2 0 0
π
2
D= ∫ V 0 ( y ) sin ( ky ) dy
π 0

2 1
D= V 0 −cos ky π
π k [ 0 ]
2V0
D= ¿
πk

2V0
D= ¿
πk
0 , k=genap

{
D= 4 V 0

, k=ganjil

Untuk k = bilangan ganjil


V ( x , y )=D e−kx sin ky

4 V0 ∞
V ( x , y )= ∑ sin ky
kπ k=1,3,5e
−kx

Anda mungkin juga menyukai