Abstrak
Telah dilakukan penelitian survey untuk mexmbuat pewilayahan tipe hujan dan zona prakiraan iklim di
Kabupaten Bone. Penelitian ini menggunakan data curah hujan dasarian tahun 1976-2006 dari 26 pos
hujan yang tersebar di kabupaten Bone. Data tersebut diperoleh dari stasiun Klimatologi Klas I Maros.
Penelitian ini menggunakan metode clustering di mana tiap-tiap pos hujan dikelompokkan menurut
jumlah curah hujan yang hampir sama, dan akan menjadi cluster lain ketika menunjukkan selisih curah
hujan yang signifikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di kabupaten Bone terdapat enam cluster di
mana masing-masing cluster dibedakan berdasarkan jumlah curah hujan rata-rata dasarian. Pola curah
hujan pada semua cluster adalah pola curah hujan lokal.
KATA KUNCI : Curah hujan, Tipe Hujan, Zona Iklim, Cluster, Dasarian
yang sangat berperan adalah curah hujan relatif kecil sehingga hujan deras berlangsung
karena curah hujan merupakan unsur iklim yang dalam waktu singkat.
mempunyai variasi cukup tinggi dalam skala
ruang dan waktu.
Segala bentuk jatuhan dari langit
disebut hidrometeor. Hujan merupakan salah
satu unsur hidrometeor. Hujan didefinisikan
sebagai tetes dengan diameter lebih dari 0,5
mm, intensitasnya lebih dari 1,25 mm/jam. Tetes
hujan dapat mengurangi visibility (jarak
pandang) terutama hujan lebat. Jika diameter Gambar 1. proses terjadinya hujan konvektif
tetes kurang dari 0,5 mm, tampak mengapung (http://www.gov.mb.ca)
Jika dua massa udara yang konvergen Pola equatorial berkaitan dengan
horisontal mempunyai suhu dan massa jenis pergeseran matahari yang melintas equator dua
berbeda, maka massa udara yang lebih panas kali dalam setahun. Oleh karena itu pola
akan dipaksa naik di atas massa udara dingin. equatorial umumnya terdapat di daerah yang
Bidang batas antara kedua massa udara yang terletak di sekitar equator. Pola equatorial
berbeda sifat fisisnya disebut front. ditandai dengan terjadinya dua kali puncak
hujan dalam setahun, yaitu sekitar bulan
b. Pola Curah Hujan
Maret/April dan September/Oktober.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa
Distribusi curah hujan bulanan
distribusi curah hujan di Indonesia sangat
mempunyai dua maksimum. Jumlah curah hujan
bervariasi dalam skala ruang dan waktu. Ini
maksimum terjadi setelah equinoks. Tempat di
disebabkan oleh faktor posisi geografis,
daerah equator mempunyai pola curah hujan
topografi, dan sirkulasi global di wilayah
jenis ini, yaitu sebagian besar Sumatera bagian
Indonesia. Ditinjau dari pola distribusi curah
utara dan barat, sebagian Kalimantan Barat,
hujan di Indonesia, secara umum terdapat tiga
Kalimantan Tengah bagian utara, Kalimantan
pola curah hujan, yaitu:
Timur bagian utara, Sulawesi Tengah dan
1. Pola curah hujan monsunal
Tenggara, sebagian besar Maluku, dan
Pola monsunal terjadi akibat adanya
sebagian besar Papua. Pengaruh monsun di
sirkulasi global (monsun) yang berganti arah
daerah equator kurang tegas dibandingkan
rata-rata setiap enam bulan di wilayah Indonesia
pengaruh insolasi pada waktu equinoks.
yang dikenal dengan monsun barat dan monsun
Equinoks adalah kedudukan matahari tepat di
timur. Musim hujan pada umumnya terjadi ketika
atas equator, terjadi pada tanggal 21 Maret dan
bertiup angin monsun barat, yaitu pada periode
23 September.
Oktober sampai Maret dan musim kemarau
ketika bertiup angin monsun timur, yaitu pada
periode April sampai September. Namun secara
mikro di setiap daerah periode musim hujan dan
musim kemarau tidak selalu sama.
Karakteristik dari jenis ini adalah distribusi
curah hujan bulanan berbentuk V dengan jumlah Gambar 3. gambar peredaran semu matahari
curah hujan minimum pada bulan Juni, Juli, atau
Agustus. Saat monsun barat jumlah curah hujan 3. Pola curah hujan lokal
berlimpah, sebaliknya saat monsun timur jumlah Pola lokal berkaitan dengan posisi
curah hujan sangat sedikit. Monsun disebabkan geografi dan topografi setempat. Distribusi curah
oleh adanya efek pemanasan yang berbeda hujan bulanannya kebalikan dari jenis monsun,
antara benua dan lautan di sekitarnya yang yaitu bila daerah berpola monsun mengalami
berubah secara musiman. Pada musim panas, musim hujan maka di daerah berpola lokal
benua mempunyai suhu lebih tinggi dari lautan mengalami musim kemarau dan sebaliknya.
di sekitarnya dikarenakan sifat-sifat termalnya. Daerah yang berpola lokal mempunyai distribusi
(Prawirowardoyo,1996:76) curah hujan yang cukup tinggi atau sangat
rendah sepanjang tahun. Pola curah hujan jenis
2. Pola curah hujan equatorial lokal lebih banyak dipengaruhi oleh sifat lokal.
JSPF Vol. 8, Januari 2009 | 59
ISSN : 1858-330X
Daerah yang mempunyai jenis lokal meliputi waktu ZPI adalah rata-rata panjang musim pada
sepanjang pantai barat Sumatera, sebagian masing-masing ZPI.
besar Kalimantan Barat, sekitar daerah Bogor,
sebagian pantai selatan Jawa Barat, sekitar
Palu, dan bagian tengah Papua.
2.3 Metode statistik cluster
dengan Bone
dG1G2 : jarak antara sub kelompok I (G1)
dengan sub kelompok II (G2) Pengolahan Data dilakukan dengan
max[dij]: jarak euclid maksimum antara stasiun menggunakan metode clustering yaitu
ke i dengan stasiun ke j mengelompokkan pos-pos pengamatan hujan
yang mempunyai kesamaan pola curah hujan
dasarian ke dalam sub-sub kelompok.
2. Pengelompokan
Data rata-rata curah hujan dasarian semua
pos hujan diolah dengan menggunakan Polyg
on
software cluster analysis sub modul joining.
Grafik hasil pengelompokan ini disebut
dendogram. Kemudian pos-pos hujan Pola curah hujan
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN curah hujan dasarian pada keenam kelompok
tipe hujan tersebut disajikan pada tabel 1.
Pengelompokan tipe hujan dilakukan
Peta pembagian cluster di kabupaten
berdasarkan data rata-rata curah hujan dasarian
Bone disajikan pada gambar 8.
tahun 1976-2006 dengan menggunakan
software statistik cluster. Dendogram hasil
pengelompokan dari 26 pos hujan
menggunakan model clustering disajikan pada
gambar 6.
T r e e D ia g r a m f o r 2 6 V a r ia b le s
C o m p le t e L in k a g e
E u c lid e a n d is t a n c e s
700
600
500
400
300
Linkage Distance
PLK
LPP
MNR
JALING
BRB
UNRA
TLGG
BOCC
LANCA
SELLI
UNNYI
TONRA
PPNUA
MARE
PONRE
PTBAJJO
PGCAM
PGARS
AMALI
BTCANNI
BPPKAHU
BAKE_ALE
WTGPONE
AWGPONE
400
BPP mm pada dasarian
300 Lappariaja I Mei dan
200
(LPP), dua minimum 16 mm
Boccoe pada dasarian II
100 (BOCC), P l o t o f MOktober.
e a n s fo r E a c h C lu s te r
L in k a g e 5 0 0Palakka
0
D is t a n c e
0 3 6 9 12 15 18 21 24
(PLK),
S te p
4 0 0Talungeng
(TLGG), Selli,
Gambar 7. plot jarak antar kelompok tipe hujan 3 0 0Unnyi
C lu s te r
3 BPP Kahu, Jumlah curah N o. 1
Analisis ini menghasilkan 6 kelompok 2 0 0Diperta hujan rata-rata C lu s te r
N o. 2
Watangpone dasarian
tipe hujan di Kabupaten Bone. Grafik rata-rata 1 0 0(WTGPONE),
C lu s te r
maksimum 145 N o. 3
C lu s te r
N o. 4
0 JSPF Vol. 8, Januari 2009 | 64 C lu s te r
N o. 5
C lu s te r
-1 0 0
4 8 12 16 20 24 28 32 36 N o. 6
C ases
ISSN : 1858-330X
mempengaruhi distribusi curah hujan pada diikuti oleh daerah cluster 2 dan 3 pada dasarian
daerah setempat, yaitu faktor topografi III Maret, cluster 1 dan 5 pada dasarian I April,
setempat. Satu contoh, daerah yang terletak di dan terakhir cluster 4 pada dasarian II
windward side mendapat curah hujan yang lebih Nopember .
banyak daripada daerah leeward side. Panjang musim hujan bervariasi dengan
jumlah curah hujan rata-rata lebih dari 1000 mm,
Distribusi curah hujan rata-rata pada masing-
kecuali pada daerah cluster 5.
masing cluster
300
dengan cluster 2, 3, dan 4, daerah ini jumlah 200
dasarian I September.
Panjang musim kemarau dan jumlah Grafik 2. distribusi CH reta dasarian cluster 2
curah hujan pada musim kemarau bervariasi
Dari grafik 2, tampak bahwa jumlah
pada masing-masing cluster.
curah hujan rata-rata kurang dari 50 mm terjadi
Sedangkan berdasarkan tabel 3, rata-
pada dasarian I Agustus - dasarian III November
rata awal musim hujan paling cepat adalah pada
dan dasarian I Februari - dasarian I Maret
daerah cluster 6 yaitu pada dasarian II Januari,
dengan curah hujan minimum terjadi pada bulan November dengan curah hujan minimum terjadi
September - Oktober. Sedang untuk jumlah pada bulan September - Oktober. Sedang untuk
curah hujan rata-rata lebih dari 50 mm terjadi jumlah curah hujan rata-rata lebih dari 50 mm
pada dasarian I Desember - dasarian III Januari terjadi pada dasarian II November - dasarian III
dan pada dasarian III Maret – dasarian III Juli. Agustus. Pola curah hujannya adalah pola curah
Pola curah hujannya adalah pola curah hujan hujan lokal.
lokal.
Periode musim pada cluster 5
Periode musim pada cluster 3
Dari grafik 5, tampak bahwa jumlah curah
Dari grafik 3, tampak bahwa jumlah hujan rata-rata kurang dari 50 mm terjadi pada
curah hujan rata-rata kurang dari 50 mm terjadi dasarian I Juli - dasarian III Maret dengan curah
pada dasarian I Agustus - dasarian II Maret hujan minimum terjadi pada bulan Agustus -
dengan curah hujan minimum terjadi pada bulan September. Sedang untuk jumlah curah hujan
Agustus - Oktober. Sedang untuk jumlah curah rata-rata lebih dari 50 mm terjadi pada dasarian
hujan rata-rata lebih dari 50 mm terjadi pada I April - dasarian III Juni. Pola curah hujannya
dasarian III Maret - dasarian II Juli. Pola curah adalah pola curah hujan lokal.
hujannya adalah pola curah hujan lokal.
cluster 3 cluster 5
250
200 200
jumlah curah
150
jumlah curah hujan
150
hujan
100
50 100
0 50
1 6 11 16 21 26 31 36 0
dasarian 1 6 11 16 21 26 31 36
dasarian
Grafik 3. distribusi CH rata-rata dasarian cluster
3 Grafik 5. distribusi CH rerata dasarian cluster 5
cluster 4
cluster 6
200
400
150
jumlah curah hujan
300
jumlah curah hujan
100
200
50
100
0
1 6 11 16 21 26 31 36 0
dasarian 1 6 11 16 21 26 31 36
dasarian
Grafik 4. distribusi CHrata-rata dasarian cluster Grafik 6. distribusi CH rata-rata dasarian cluster
4 6
Dari grafik 4, tampak bahwa jumlah Dari grafik 6, tampak bahwa jumlah
curah hujan rata-rata kurang dari 50 mm terjadi curah hujan rata-rata kurang dari 50 mm terjadi
pada dasarian I September - dasarian I pada dasarian II Juli - dasarian I Januari dengan
DAFTAR PUSTAKA