Resume Materi 3 Sitohistoteknologi (Anis Fadilah)
Resume Materi 3 Sitohistoteknologi (Anis Fadilah)
MATERI 3
Dosen Pengampu:
1. Purwanto, S.Si
2. Ahmad Fahrurrozi, S.Si, M.Sc
Ditulis oleh:
Nama : Anis Fadilah
NIM : P3.73.34.1.19.049
Cairan Pleura
Berada pada rongga Pleura, sebagai pelicin gesekan antara pleura visceralis dan pleura
parietalis
Normal : cairan sedikit, Vol. 1-10 mL
Dihasilkan secara kontinu berdasarkan :
o Tekanan hidrostatik kapiler
o Tekanan onkotik plasma
o Permeabilitas kapiler.
Direabsorbsi melalui limfatik dan venule
Akumulasi cairan disebut efusi, terjadi karena imbalance produksi dan reabsorbsi
Berdasarkan penyebabnya, efusi pleura biasanya diklasifikasikan atas Transudat dan
Eksudat
Transudat
Transudat adalah cairan dalam ruang interstitial yang terjadi hanya sebagai akibat
tekanan hidrostatik atau turunnya protein plasma intravascular yang meningkat (tidak
disebabkan proses peradangan/inflamasi). Berat jenis transudat pada umumnya kurang
dari 1.012 yang mencerminkan kandungan protein yang rendah. Contoh transudat
terdapat pada wanita hamil dimana terjadi penekanan dalam cairan tubuh.
Eksudat
Eksudat adalah cairan radang ekstravaskular dengan berat jenis tinggi (diatas 1.020) dan
seringkali mengandung protein 2-4 mg % serta sel-sel darah putih yang melakukan
emigrasi.Cairan ini tertimbun sebagai akibat permeabilitas vascular (yang memungkinkan
protein plasma dengan molekul besar dapat terlepas), bertambahnya tekanan hidrostatik
intravascular sebagai akibat aliran lokal yang meningkat pula dan serentetan peristiwa
rumit leukosit yang menyebabkan emigrasinya.
Analitik
Preparat Apus Sitologi
• Cairan pleura di sentrifuge dalam waktu tertentu sehingga tampak endapan dengan
cairan yang jernih.
• Kemudian cairan pleura tersebut secara hati-hati dibuang
• Endapannya dipisahkan ke objek glass dengan pipet
• Kemudian dilakukan apusan dengan menggunakan salah satu objek glass yang lain
• Difiksasi dengan alkohol 95%
• Kemudian diwarnai dengan pewarnaan Papanicolaou
Metode Fiksasi
Fungsi dari fiksasi adalah menjaga sel dari kerusakan struktural maupun kimiawi, pencegahan
kematian sel akibat postmortem ataupun autolisis, mengeraskan jaringan, memadatkan
komponen sel, peningkatan intensitas optical, peningkatan intensitas warna pada saat proses
pewarnaan dan pada kasus-kasus tertentu dapat membantu merekatkan sel ke keca sediaan.
Faktor yang mempengaruhi fiksasi
• Suhu
• Waktu penetrasi
• Jenis sel
• Dimensi spesimen
• Rasio larutan fiksasi berbanding ukuran spesimen
• Tingkat keasaman larutan fiksasi
2. Fiksasi Coating
Fiksasi yang dilakukan untuk pengganti fiksasi basah
Fiksasi dilakukan dengan memberikan aerosol (penyemprotan) pada spesimen
sitologi yang dibuat secara konvensional atau dengan metode berbasis cairan
Jarak ideal dalam penyemprotan adalah 10 sampai 12 inci (25-30 cm)
Fiksasi ini tidak dianjurkan untuk sediaan sitologik yang banyak mengandung
darah, hal ini dikarenakan akan terjadi penggumpalan eritrosit
3. Fiksasi Kering
Fiksasi yang dilakukan pada sediaan sitologik dengan mengeringkan sediaan di
udara terbuka atau dengan bantuan pemanasan hingga kering
Salah satu keuntungan dari fiksasi ini adalah pembuatan dan pewarnaan yang
cepat (2-3 menit)
Digunakan untuk sediaan yang menargetkan koloid, mucin, butiran sitoplasma
endokrin.
Berguna pada pasien dengan indikasi keganasan hematologi seperti limfoma atau
leukemia