Anda di halaman 1dari 5

RESUME SITOHISTOTEKNOLOGI

MATERI 3

Diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Sitohistoteknologi Praktikum

Dosen Pengampu:
1. Purwanto, S.Si
2. Ahmad Fahrurrozi, S.Si, M.Sc

Ditulis oleh:
Nama : Anis Fadilah
NIM : P3.73.34.1.19.049

Poltekkes Kemenkes Jakarta III


Jurusan Teknologi Laboratorium Medis
2020
Teknik Proses Urin,Cairan Pleura,Metode Fiksasi

Teknik Proses Urin


 Teknik pengambilan sample urine
Direct Voided urine
Ideal: seluruh vol urin ditampung → tidak praktis; hanya diambil 50 – 100 cc
Tidak dianjurkan urin pagi
Segera kirim urin dalam pot ke lab
Jika tidak mungkin segera → simpan pd suhu 4 oC atau difiksasi dalam alkohol dg vol yg
sama atau boleh juga 2: 1
 Urin kateter
Urin dikumpulkan dg menggunakan kateter saat sitoskopi
Dapat berasal dari satu atau kedua kateter
 Bilasan vesika urinaria
50 mL cairan garam fisiologis atau cairan Ringer diinjeksikan ke dlm V.U. → diaspirasi
→ tampung dlm pot urin → kirim ke lab
 Teknik-teknik khusus
Sikatan: sikatan ureter & pelvis renalis menggunakan sikat kawat kecil atau nilon saat
sitoskopi dg pedoman sinar X → spesimen yg melekat pd bulu sikat kemudian
dihapuskan di atas kaca benda.

Cairan Pleura
 Berada pada rongga Pleura, sebagai pelicin gesekan antara pleura visceralis dan pleura
parietalis
 Normal : cairan sedikit, Vol. 1-10 mL
 Dihasilkan secara kontinu berdasarkan :
o Tekanan hidrostatik kapiler
o Tekanan onkotik plasma
o Permeabilitas kapiler.
 Direabsorbsi melalui limfatik dan venule
 Akumulasi cairan disebut efusi, terjadi karena imbalance produksi dan reabsorbsi
 Berdasarkan penyebabnya, efusi pleura biasanya diklasifikasikan atas Transudat dan
Eksudat
Transudat
Transudat adalah cairan dalam ruang interstitial yang terjadi hanya sebagai akibat
tekanan hidrostatik atau turunnya protein plasma intravascular yang meningkat (tidak
disebabkan proses peradangan/inflamasi). Berat jenis transudat pada umumnya kurang
dari 1.012 yang mencerminkan kandungan protein yang rendah. Contoh transudat
terdapat pada wanita hamil dimana terjadi penekanan dalam cairan tubuh.
Eksudat
Eksudat adalah cairan radang ekstravaskular dengan berat jenis tinggi (diatas 1.020) dan
seringkali mengandung protein 2-4 mg % serta sel-sel darah putih yang melakukan
emigrasi.Cairan ini tertimbun sebagai akibat permeabilitas vascular (yang memungkinkan
protein plasma dengan molekul besar dapat terlepas), bertambahnya tekanan hidrostatik
intravascular sebagai akibat aliran lokal yang meningkat pula dan serentetan peristiwa
rumit leukosit yang menyebabkan emigrasinya.

Analisa Cairan Pleura


Pra Analitik
Pengambilan Spesimen
Bahan (dari rongga perut, pleura, pericardium, sendi, kista, hidrocele,dsb.) didapat dengan
mengadakan pungsi. Karena tidak dapat diketahui terlebih dulu apakah cairan itu berupa
transudat atau eksudat, syarat bekerja steril harus dilakukan dan menyediakan anticoagulant.
Sediakanlah pada waktu melakukan pungsi selain penampung biasa juga penampung steril
(untuk biakan) dan penampung yang berisi larutan natrium citrat 20% atau heparin steril.

Alat Dan Bahan


 Stetoskop
 Sarung tangan steril
 Spuit 5 cc dan 50 cc
 Kateter vena No. 14
 Blood set
 Lidocain 2%
 Alkohol 70%
 Plester
 Three way stopcock
 kasa steril
 Betadin
Cairan pleura dibagi beberapa tabung :
1. 5-7 ml tabung EDTA pemeriksaan makrokopis hitung jumlah sel, morfologi sel dan
hitung jenis
2. 7-10 ml tabung heparin pemeriksaan kimia protein, glukosa, lactate dehidrogenase (LDH)
3. 7-10 ml tabung heparin steril untuk kultur, pengecatan gram, BTA.
4. 25 ml atau lebih dalam wadah dengan antikoagulan heparin untuk pemeriksaan sitology

Analitik
Preparat Apus Sitologi
• Cairan pleura di sentrifuge dalam waktu tertentu sehingga tampak endapan dengan
cairan yang jernih.
• Kemudian cairan pleura tersebut secara hati-hati dibuang
• Endapannya dipisahkan ke objek glass dengan pipet
• Kemudian dilakukan apusan dengan menggunakan salah satu objek glass yang lain
• Difiksasi dengan alkohol 95%
• Kemudian diwarnai dengan pewarnaan Papanicolaou

Sito Blok Sel

• Tahap pengolahan diawali dengan proses fiksasi


• Kemudian setelah difiksasi adalah proses dehidrasi yaitu proses mengeluarkan air
dari dalam jaringan
• Dilakukan penjernihan (clearing) tahap untuk mengeluarkan alkohol dari jaringan
dan menggantikannya dengan suatu larutan yang dapat berikatan dengan parafin
seperti xylol
• Kemudian proses impregnasi yaitu proses menegeluarkan xylol dari dalam jaringan
untuk digantikan dengan parafin
• Pengeblokan (embedding) adalah proses pembuatan blok parafin, dengan
menanamkan atau memasukkan jaringan ke dalam cetakan untuk memudahkan
proses pemotongan dengan mikrotom
• Pemotongan (sectioning) adalah proses pemotongan blok parafin dengan
menggunakan mikrotom untuk mendapatkan sediaan jaringan yang tipis, rata serta
tidak melipat atau terputus saat dilektakkan pada objek glass

Metode Fiksasi
Fungsi dari fiksasi adalah menjaga sel dari kerusakan struktural maupun kimiawi, pencegahan
kematian sel akibat postmortem ataupun autolisis, mengeraskan jaringan, memadatkan
komponen sel, peningkatan intensitas optical, peningkatan intensitas warna pada saat proses
pewarnaan dan pada kasus-kasus tertentu dapat membantu merekatkan sel ke keca sediaan.
Faktor yang mempengaruhi fiksasi
• Suhu
• Waktu penetrasi
• Jenis sel
• Dimensi spesimen
• Rasio larutan fiksasi berbanding ukuran spesimen
• Tingkat keasaman larutan fiksasi

Fiksasi Sediaan Sitologik


1. Fiksasi Basah
 Fiksasi basah merupakan tindakan fiksasi dimana sediaan sitologik masih dalam
kondisi basah atau lembab.
 Metode ini adalah metode yang ideal untuk menjaga suatu sediaan sitologik baik
sitologi ginekologi atau sitologi non-ginekologi

2. Fiksasi Coating
 Fiksasi yang dilakukan untuk pengganti fiksasi basah
 Fiksasi dilakukan dengan memberikan aerosol (penyemprotan) pada spesimen
sitologi yang dibuat secara konvensional atau dengan metode berbasis cairan
 Jarak ideal dalam penyemprotan adalah 10 sampai 12 inci (25-30 cm)
 Fiksasi ini tidak dianjurkan untuk sediaan sitologik yang banyak mengandung
darah, hal ini dikarenakan akan terjadi penggumpalan eritrosit

3. Fiksasi Kering
 Fiksasi yang dilakukan pada sediaan sitologik dengan mengeringkan sediaan di
udara terbuka atau dengan bantuan pemanasan hingga kering
 Salah satu keuntungan dari fiksasi ini adalah pembuatan dan pewarnaan yang
cepat (2-3 menit)
 Digunakan untuk sediaan yang menargetkan koloid, mucin, butiran sitoplasma
endokrin.
 Berguna pada pasien dengan indikasi keganasan hematologi seperti limfoma atau
leukemia

Anda mungkin juga menyukai