Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A . Anemia

Anemia adalah penurunan jumlah normal eritrosit, konsentrasi

hemoglobin, atau hematokrit. Anemia merupakan kondisi yang sangat umum dan

sering merupakan komplikasi dari penyakit lainnya (Kiswari,2014). Anemia

berarti kurang darah. Fungsi sel darah merah sebenarnya dijalankan oleh

hemoglobin dan akibat yang ditimbulkan oleh anemia sebenarnya adalah

konsekuensi dari kurangnya hemoglobin untuk mengikat dan mengangkut oksigen

ke berbagai jaringan, maka anemia diartikan sebagai keadaan dengan konsentrasi

hemoglobin kurang dari normal (Sadikin, 2002).

Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin dalam darah kurang

dari 13,5g/dl pada laki-laki dewasa dan kurang dari 11,5 g/dl pada wanita dewasa.

Umur 3 bulan sampai akil balik kurang dari 11,0 g/dl menunjukkan anemia. Bayi

yang baru lahir mempunyai kadar hemoglobin tinggi 15,0 g/dl dianggap sebagai

batas terendah waktu lahir. Penurunan hemoglobin biasanya disertai oleh

penurunan jumlah sel darah merah dan hematokrit. Pada sebagian pasien dengan

anemia yang betul-betul berat bisa tanpa gejala sedangkan orang lain dengan

anemia ringan bisa sangat lemah (Hoffbrand, 2005).

Gejala anemia dapat timbul apabila hemoglobin menurun kurang dari 7

atau 8 gr/dl. Berat ringannya gejala tergantung pada: beratnya penurunan kadar

hemoglobin, kecepatan penurunan hemoglobin, umur, adanya kelainan

kardiovaskuler (Bakta,2006).
Derajat anemia ditentukan oleh kadar hemoglobin. Klasifikasi derajat anemia

yang umum dipakai adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Derajat anemia

Ringan Sekali Hb 10,0 gr/dl – 13,0 gr/dl


Ringan Hb 8,0 gr/dl – 9,9 gr/dl
Sedang Hb 6,0 gr/dl – 7,9 gr/dl
Berat Hb < 6,0 gr/dl
(Haribowo, 2008).

1. Klasifikasi anemia menurut morfologi sel darah merah

a. Anemia Normositik Normokromik

Ukuran dan bentuk sel-sel darah merah normal serta mengandung

hemoglobin dalam jumlah yang normal (MCV dan MCHC normal atau

normal rendah), tetapi individu menderita anemia.

Penyebab anemia ini adalah kehilangan darah akut, hemolisis, penyakit

kronis, termasuk infeksi, gangguan endokrin, gangguan ginjal, kegagalan

sumsum tulang, dan penyakit-penyakit infiltrative metastatic pada sumsum

tulang (Muttaqin,2009).

b. Anemia Makrositik Normokrom

Makrositik berarti ukuran sel darah merah lebih besar dari normal,

tetapi normokrom terjadi karena konsentrasi hemoglobinnya normal (MCV

meningkat; MCHC normal). Hal ini diakibatkan oleh gangguan atau

terhentinya sintesis asam nukleat DNA seperti yang ditemukan pada

defisiensi B12 atau asam folat (Muttaqin,2009).


c. Anemia Mikrositik Hipokrom

Mikrositik berarti kecil, hipokrom berarti mengandung hemoglobin

dalam jumlah yang kurang dari normal (MCV kurang; MCHC kurang). Hal

ini umumnya menggambarkan insufisiensi sintesis heme (besi), seperti pada

anemia defisiensi besi, keadaan sideroblastik dan kehilangan darah kronis,

atau gangguan sintesis globin, seperti pada talasemia (Muttaqin,2009).

2. Klasifikasi anemia menurut etiologi penyebab utamanya

a. Meningkatnya kehilangan sel darah merah

Kehilangan sel darah merah disebabkan oleh perdarahan atau oleh

penghancuran sel. Perdarahan dapat disebabkan oleh trauma, atau akibat

perdarahan kronis karena polip pada kolon, penyakit-penyakit keganasan,

hemoroid, atau menstruasi.

b. Penurunan atau gangguan pembentukan sel (Muttaqin, 2009).

B . Hemoglobin

Hemoglobin merupakan zat protein yang ditemukan dalam sel darah

merah, yang memberi warna merah pada darah. Hemoglobin terdiri atas zat besi

yang merupakan pembawa oksigen. Jumlah sel darah merah dan hemoglobin tidak

selalu meningkat atau menurun bersamaan ( Kee, 2008).Seseorang mengalami

kekurangan darah atau tidak dapat diketahui dengan mengukur kadar

hemoglobin.Penurunan kadar hemoglobin dari normal berarti kekurangan darah,

suatu kondisi yang disebut anemia ( Kiswari,2014).

Kandungan hemoglobin dalam sel darah merah bervariasi pada periode

kehidupan yang berbeda. Saat lahir, kadar hemoglobin lebih tinggi daripada
periode lain dan turun pada periode pascanatal dini. Angka 10,0 sampai 11,0 gr/dl

merupakan angka normal untuk bayi yang berusia 3 bulan (McPherson, 2004).

Hemoglobin adalah pigmen pengangkut oksigen utama dan terdapat di

eritrosit. Hemoglobin adalah pigmen merah dan menyerap cahaya maksimum

pada panjang gelombang 540 nm. Sel darah merah dalam konsentrasi tertentu

mengalami lisis, terjadi pembebasan hemoglobin yang dapat diukur secara

spektrofotometer pada panjang gelombang ini, yang konsentrasinya setara dengan

densitas optis. Semua bentuk hemoglobin, termasuk oksihemoglobin,

deoksihemoglobin, methemoglobin, dan karboksihemoglobin, diubah menjadi

suatu bentuk yang stabil. Perubahan menjadi sianmethemoglobin adalah metode

yang paling luas digunakan karena reagen dan instrument dapat dengan mudah

dikontrol terhadap standart yang stabil dan handal.

Laki-laki 13,5 gr/dl – 18,0 gr/dl

Perempuan 12,0 gr/dl - 16,0 gr/dl (McPherson, 2004).

Faktor – faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin rendah yaitu kehilangan

darah misalnya sering mimisan, menstruasi banyak, wasir berdarah, perdarahan

tukak lambung (Ide, 2007).

C . Indeks Eritrosit

Suatu batasan untuk ukuran dan isi dari hemoglobin eritrosit dinyatakan

dengan indeks eritrosit. Indeks eritrosit terdiri dari isi/volume dan ukuran eritrosit

(MCV), berat (MCH), konsentrasi (MCHC). Indeks eritrosit dapat ditetapkan

dengan dua metode yaitu manual dan elektronik (automatik) menggunakan

hematologi analiser. Menghitung eritrosit secara manual diperlukan data


hemoglobin, hematokrit dan jumlah eritrosit. Hitung sel darah merah dilakukan

secara langsung dan akurat oleh penghitung elektronik untuk memberikan hasil

yang dapat diandalkan dan reproduksibel (McPherson, 2004)

1 . MCV (Mean Corpusculair Volume)

MCV mengindikasikan ukuran SDM : mikrositik (ukuran kecil),

normositik (ukuran normal), dan makositik (ukuran besar). Penurunan atau

mikrosit, dapat menjadi indikasi terjadinya anemia defisiensi zat besi dan

talasemia. Hasil MCV meningkat pada anemia pernisiosa dan anemia asam folat.

Kadar MCV dapat dihitung, jika hitung SDM dan hematokrit (Ht) diketahui

(Kee,2008).

MCV = Ht x 10

Hitung SDM

2 . MCH ( Mean Corpusculair Haemoglobin )

MCH mengindikasikan berat hemoglobin di dalam sel darah merah, tanpa

memperhatikan ukurannya. Pada anemia makrositik, nilai MCH meningkat, dan

pada anemia hipokromik, nilainya menurun. Nilai MCH diperoleh dengan cara

mengalikan hemoglobin (Hb) sebanyak 10 kali, lalu membaginya dengan hitung

SDM (Kee,2008).

MCH = HB x 10

Hitung SDM

3 . MCHC ( Mean Corpusculair Haemoglobin Concentration )

MCHC mengindikasikan konsentrasi hemoglobin per unit volume SDM.

Penurunaan nilai MCHC dapat mengindikasikan adanya anemia hipokromik.


Nilai MCHC dapat dihitung dari nilai MCH dan MCV atau dari hemoglobin dan

hematokrit (Kee,2008).

MCHC = MCH x 100 atau MCHC = Hb x 100

MCV Ht

4 . RDW ( distribution width )

RDW adalah perbedaan ukuran atau luas dari SDM. RDW adalah

pengukuran luas kurva distribusi ukuran kurva pada histogram. Nilai RDW

berguna untuk memperkirakan terjadinya anemia dini, sebelum nilai MCV

berubah dan sebelum terjadi tanda dan gejala. Peningkatan nilai RDW

mengindikasikan anemia defisiensi zat besi, defisiensi asam folat, dan defisiensi

vitamin B12. Nilai RDW dan MCV digunakan untuk membedakan berbagai

gangguan SDM ( Kee, 2008).

D . Hubungan nilai MCH dengan Hemoglobin

MCH dapat dihitung secara otomatis pada penghitung elektronik tetapi

juga dapat ditentukan apabila hemoglobin dan hitung sel darah merah diketahui.

MCH dapat dinyatakan dalam pikogram dan dapat dihitung dengan membagi

jumlah hemoglobin per liter darah dengan jumlah sel darah merah ( McPherson,

2004).

Kandungan hemoglobin normal dalam darah yaitu 16 g/dl pada pria dan 14

g/dl pada wanita yang semuanya berada di dalam sel darah merah (Ganong,

2008). Hemoglobin merupakan komponen utama dari sel darah merah. Seseorang

mengalami kekurangan darah atau tidak, dapat diketahui dengan mengukur kadar
Hb. Penurunan kadar Hb dari normal berarti kekurangan darah, suatu kondisi yang

disebut dengan anemia (Kiswari, 2014).

Pada anemia mikrositik hipokromik maka kadar hemoglobin lebih rendah

dari normal dengan nilai MCH < 27 pg. Pada anemia normokromik dan

normositik, kadar hemoglobin normal dan nilai MCH > 26 pg. Pada anemia

makrositik, kadar hemoglobin dengan nilai MCH normal yaitu antara 27-32 pg

(Hoffbrand, 2005).

E . Hubungan nilai MCH dengan warna eritrosit

Eritrosit dapat disebut sebagai normokrom, hipokrom, hiperkrom. Eritrosit

dikatakan normokrom karena mengandung hemoglobin dalam jumlah yang

normal, sedang hipokrom berarti mengandung hemoglobin dalam jumlah yang

kurang dari normal (Muttaqin, 2009). Variasi warna normal dan warna abnormal

menunjukkan kandungan sitoplasma. Istilah umum untuk variasi warna adalah

anisokromia. Hipokromia terjadi karena cadangan besi tidak memadai sehingga

mengakibatkan penurunan sintesis hemoglobin. Hipokromia secara klinis terkait

dengan anemia defisiensi besi. Perubahan pada warna eritrosit juga menunjukkan

keadaan ketidakmatangan sel (Kiswari,2014).

Nilai MCH bermanfaat untuk menentukan warna eritrosit. MCH mampu

untuk menilai kerja sistem sintesis hemoglobin dalam sel darah merah merupakan

sebuah indikator (Rahman,2008).


F . Gambaran warna eritrosit pada apusan darah

Anemia dapat diketahui klasifikasinya dengan berbagai cara, salah satunya

dengan membuat hapusan darah tepi untuk melihat morfologi eritrosit

(Bakta,2006).

Apusan darah tepi bisa menegakkan diagnosis penyakit hematologis primer dan

juga penyakit sistemik. Pemeriksaan apusan darah mutlak diperlukan pada semua

anemia yang belum terdiagnosis dengan pemeriksaan sederhana (Davey,2006).

Hemoglobin memberikan warna oranye kemerahan pada sel yang diwarnai.

Pewarnaan lebih dalam di bagian perifer sel dan secara bertahap memudar ke

bagian tengah. Bagian luar sel terwarnai lebih gelap daripada bagian tengah

karena kedalaman larutan hemoglobin lebih besar di bagian perifer daripada di

bagian tengah yang menggepeng, bagian tengah sel normal menempati sekitar

sepertiga dari garis tengah sel (Mc Pherson ,2004).

1 .Hipokrom

Eritrosit akan tampak pucat karena disebabkan daerah tepi yang terisi lebih

banyak hemoglobin (warna lebih merah) menjadi tipis daripada sel yang normal,

pada anemia defisiensi besi. Pada pemeriksaan MCH (Mean Corpusculair

Haemoglobin) < 26 pg normal dengan nilai MCH normal yaitu antara 27- 32 pg

(Kosasih,2008).
Gambar1. Eritrosit Hipokrom pada sediaan darah tepi (anak panah).

2.Polikromasia

Mengikat zat warna asam dan lindi sehingga disamping warna merah ada

kebiru-biruan. Pematangan sitoplasma lebih lambat dibandingkan pematangan

inti. Masih ada sisa RNA dalam sitoplasma (Kosasih,2008).

3 .Makrositik

Volume eritrosit lebih besar dari normal. Ditemukan pada penyakit anemia

megaliblastik karena kurang vitamin B12, asam folat, anemia setelah perdarahan

akut atau anemia karena penyakit hati kronik (Davey,2003).


F . Kerangka teori dan kerangka konsep

1. Kerangka Teori

Status Anemia

Nilai MCV

Klasifikasi
Nilai MCH Warna eritrosit
anemi

Nilai MCHC

Hipokrom Normokrom Hiperkrom

2. Kerangka Konsep

Nilai MCH Warna eritrosit

G . Hipotesis

Ada hubungan antara nilai MCH dengan warna eritrosit.

Anda mungkin juga menyukai