Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

Dosen Pengampu:

M. Syafwani, Ns., M. Kep., Sp. Jiwa

Disusn Oleh :

Agni Wahyuni

2014901110004

UNIVERISTAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
BANJARMASIN
2020
I. Pengertian
Perkembangan kebudayaan masyarakat banyak membawa perubahan
dalam segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan baik
positif maupun negatif dapat mempengaruhi keseimbangan fisik, mental, dan
psikososial seperti bencana dan konflik yang dialami sehingga berdampak
sangat besar terhadap kesehatan jiwa seseorang yang berarti akan
meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa (keliat, 2011).
Harga diri seseorang di peroleh dari diri sendiri dan orang lain.
Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang,
perilaku orang lain yang mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk.
Tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi sampai rendah.
Individu yang memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif
dan mampu beradaptasi secara efektif untuk berubah serta cenderung merasa
aman. Individu yang memiliki harga diri rendah melihat lingkungan dengan
cara negatif dan menganggap sebagai ancaman. (Keliat, 2011).
Menurut (Herman, 2011), gangguan jiwa ialah terganggunya kondisi
mental atau psikologi seseorang yang dapat dipengaruhi dari faktor diri
sendiri dan lingkungan. Hal-hal yang dapat mempengangaruhi perilaku
manusia ialah keturunan dan konstitusi, umur, dan sex, keadaan badaniah,
keadaan psikologik, keluarga, adat-istiadat, kebudayaan dan kepercayaan,
pekerjaan, pernikahan dan kehamilan, kehilangan dan kematian orang yang di
cintai, rasa permusuhan, hubungan antara manusia.
II. Rentang Respon
Keterangan:

1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang


pengalaman nyata yang sukses diterima.
2. Konsep diri positif adalah individu mempunyai pengalaman yang positif
dalam beraktualisasi.
3. Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif dengan
konsep diri maladaptif.
4. Kerancuan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan aspek
psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri sendiri
yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat
membedakan dirinya dengan orang lain.
III. Faktor Predisposisi
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri
Meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua tidak realistis,
kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis.
b. Faktor yang mempengaruhi peran.
Dimasyarakat umunya peran seseorang disesuai dengan jenis
kelaminnya. Misalnya seseorang wanita dianggap kurang mampu, kurang
mandiri, kurang obyektif dan rasional sedangkan pria dianggap kurang
sensitive, kurang hangat, kurang ekspresif dibandingkan wanita. Sesuai
dengan standar tersebut, jika wanita atau pria berperan tidak sesuai
lazimnya maka dapat menimbulkan konflik diri maupun hubungan sosial.
c. Faktor yang mempengaruhi identitas diri.
Meliputi ketidak percayaan, tekanan dari teman sebaya dan
perubahan struktur sosial. Orang tua yang selalu curiga pada anak akan
menyebabkan anak menjadi kurang percaya diri, ragu dalam mengambil
keputusan dan dihantui rasa bersalah ketika akan melakukan sesuatu.
Control orang yang berat pada anak remaja akan menimbulkan perasaan
benci kepada orang tua. Teman sebaya merupakan faktor lain yang
berpengaruh pada identitas. Remaja ingin diterima, dibutuhkan dan
diakui oleh kelompoknya,
d. Faktor biologis
Adanya kondisi sakit fisik yang dapat mempengaruhi kerja hormon
secara umum, yang dapat pula berdampak pada keseimbangan
neurotransmitter di otak, contoh kadar serotonin yang menurun dapat
mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien depresi
kecenderungan harga diri dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak
berdaya.

IV. Faktor Presipitasi


Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap situasi
yang dihadapi individu dan ia tidak mampu menyesuaikan. Situasi atas
stressor dapat mempengaruhi komponen.
Stressor yang dapat mempengaruhi gambaran diri adalah hilangnya bagian
tubuuh, tindakan operasi, proses patologi penyakit, perubahan struktur dan
fungsi tubuh, proses tumbuh kembang prosedur tindakan dan pengobatan.
Sedangkan stressor yang dapat mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah
penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua dan orang yang berarti,
pola asuh yang tidak tepat, misalnya selalu dituntut, dituruti, persaingan
dengan saudara, kesalahan dan kegagalan berulang, cita-cita tidak terpenuhi
dan kegagalan bertanggung jawab sendiri. Stressor pencetus dapat berasal
dari internal dan eksternal:
a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
peristiwa yang mengancam kehidupan.
b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi.
Ada tiga jenis transisi peran:
1. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang
berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap
perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-
norma budaya, nilai-nilai serta tekanan untuk menyesuaikan diri.
2. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya
anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
3. Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari sehat ke
keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan bagian
tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh,
perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh kembang normal.
Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua komponen konsep diri
yaitu gambaran diri, identitas diri, peran dan harga diri.
V. Manifestasi Klinik
a. Mengejek dan mengkritik diri.
b. Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri.
c. Mengalami gejala fisik, misal: tekanan darah tinggi, gangguan
penggunaan zat.
d. Menunda keputusan.
e. Sulit bergaul.
f. Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas.
g. Menarik diri dari realitas, cemas, panic, cemburu, curiga dan halusinasi.
h. Merusak diri: harga diri rendah menyokong klieb untuk mengakhiri
hidup.
i. Merusak atau melukai orang lain.
j. Perasaan tidak mampu.
k. Pandangan hidup yang pesimitis.
l. Tidak menerima pujian.
m. Penurunan produktivitas.
n. Penolakan tehadap kemampuan diri.
o. Kurang memperhatikan perawatan diri.
p. Berpakaian tidak rapi.
q. Berkurang selera makan.
r. Tidak berani menatap lawan bicara.
s. Lebih banyak menunduk.
t. Bicara lambat dengan nada suara lemah.
VI. Pathway
Pohon masalah yang muncul menurut Fajariyah (2012) :

VII. Proses keperawatan


a. Fokus Pengkajian
- Data Subyektif : Klien mengatakan tidak mampu, tidak bisa, tidak
tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan
perasaaan malu terhadap orang lain dari diri-sendiri
- Data Obyektif : Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila
disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ ingin
mengakhiri hidup.

b. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan konsep diri: Harga diri rendah
2. Isolasi sosial
c. Intervensi
Gangguan konsep diri: Harga diri rendah
- Tujuan Umum : Klienmemiliki konsep diri yang positif
- Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubngan saling percaya
Intervensi :
1. Sapa klien dengan ramah dan nama panggilan yang disukai klien
a. Perkenalkan diri dengan sopan
b. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai
klien
c. Jelaskan tujuan pertemuan
d. Jujur dan menepati janji
e. Beri perhatian kepada klien dan perjhatikan kebutuhan
dasar klien
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki klien
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
klien
b. Hindarkan pemberi penilaian negatif setiap bertemu klien
c. Untuk memberi pujian yang realistik
3. Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk
dilaksanakan
a. Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan
b. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan
pelaksanaannya
4. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang
dimiliki
a. Rencanakan bersama aktivitas klien yang dapat dilakukan
setiap hari
b. Tingkatkan kegiatna sesuai kondisi klien
c. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien
lakukan
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat
a. Anjurkan klien untuk melaksanakan kegiatan yang telah
direncanakan
b. Pantau kegiatan yang dilaksanakan klien
c. Beri pujian atas usaha yang dilakukan klien
d. Diskusikan kemungkinan pelaksaan kegiatan setelah pulang
6. Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada
a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara
merawat klien dengan harga diri rendah
b. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien
dirumah
c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah
VIII. STRATEGI PELAKSANAAN
SP 1 Pasien
1. mengidentifikasi kemampuan positif yang dimikian.
2. Menilai kemampuan yang belum di lakukan saat ini.
3. Memilih kemampuan yang akan di latih.
4. Melatih kemampuan pertama yang telah di pilih.
5. Memasukkan jadwal kegiatan pasien.

Intervensi keperawatan

a. Mengidentifikasi kemampuan positif yang dimikian


 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien dan
beri
 pujian/reinfocement atas kemampuan menggungkapkan
perasaanya.
 Hindari memberi penilaian negatif, berikan pujian yang realistis.
b. Menilai kemampuan yang belum di lakukan saat ini.
 Diskusikan kemampuan klien yang masih dapat di gunakan selama
sakit.
 Diskusikkan juga kemampuan klien yang masih dapat dilakukan di
rumah sakit dan di rumah nanti.
c. Memilih kemampuan yang akan di latih.
 Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap
hari sesuai Kemampuan
 Tinggkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
 Berikan contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
(sering klien takut melaksanakannya).
d. Melatih kemampuan pertama yang telah di pilih.
 Memberikan kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang
di rencanakan.
 Berikan pujian atas keberhasilan klien.
 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.
e. Memasukkan jadwal kegiatan pasien.

SP 2 Pasien
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
2. Memilih kemampuan kedua yang dapat di lakukan.
3. Melatih kemampuan yang di pilih.
4. Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien.

Intervensi Keperawatan

a. Mengevaluasi kegiatan yang lalu (sp 1).


b. Memilih kemampuan kedua yang dapat di lakukan.
 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien dan
beri
 pujian/reinfocement atas kemampuan menggungkapkan
perasaanya.
 Hindari memberi penilaian negatif, berikan pujian yang realistis.
 Diskusikan kemampuan klien yang masih dapat di gunakan selama
sakit.
 Diskusikkan juga kemampuan klien yang masih dapat dilakukan di
rumah sakit dan di rumah nanti.
c. Melatih kemampuan yang di pilih.
 rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap
hari sesuai Kemampuan
 Tinggkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
 Berikan contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
(sering klien takut melaksanakannya).
 Berikan kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang di
Rencanakan.
 Berikan pujian atas keberhasilan klien.
 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.
d. Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien.

SP 3 Pasien
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan SP 2)
2. Memilih kemampuan ketiga yang dapat di lakukan.
3. Melatih kemampuan tiga yang di pilih.
4. Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien.

Intervensi Keperawatan

a. Mengevaluasi kegiatan yang lalu (sp 1 dan 2).


b. Memilih kemampuan kedua yang dapat di lakukan.
 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien dan
beri
 Pujian/reinfocement atas kemampuan menggungkapkan
perasaanya.
 Hindari memberi penilaian negatif, berikan pujian yang realistis.
 Diskusikan kemampuan klien yang masih dapat di gunakan selama
sakit.
 Diskusikkan juga kemampuan klien yang masih dapat dilakukan di
rumah sakit dan di rumah nanti.
c. Melatih kemampuan yang di pilih.
 rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap
hari sesuai Kemampuan .
 Tinggkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
 Berikan contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
(sering klien takut melaksanakannya).
 Berikan kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang di
Rencanakan.
 Berikan pujian atas keberhasilan klien.
 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.
d. Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien.

SP 1 Kelauarga
1. Mengidentifikasi masalah yang di rasakan dalam merawat pasien.
2. Menjelaskan proses terjanya HRD.
3. Menjelaskan tentang cara merawat pasien.
4. Bermain peran dalam merawat pasien HRD.
5. Menyusun RLT keluarga / jadwal keluarga untuk merawat pasien.

Intervensi Keperawatan :

a. Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat


klien harga diri rendah.
b. Bantú keluarga memberi dukungan selama klien di rawat.
c. Bantú keluaga menyiapkan lingkungan di rumah.
d. Memasukkan jadwal kegiatan keluarga.
SP 2 Keluarga
1. Evaluasi kemampuan SP 1
2. Latih keluarga langsung ke pasien.
3. Menyusun RTL keluarga /jadwal keluarga untuk merawat pasien.

Intervensi Kepeawatan:

a. Evaluasi kemampuan Sp 1
b. Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
harga diri rendah.
c. Bantú keluarga memberi dukungan selama klien di rawat.
d. Bantú keluaga menyiapkan lingkungan di rumah.
e. Memasukkan jadwal kegiatan keluarga.

SP 3 Keluarga
1. Evaluasi kemampuan keluarga
2. Evaluasi kemampuan pasien.
3. RTL keluarga :
 Follow up
 Rujukan.
Intervensi Keperawatn:
a. Evaluasi kemampuan keluarga
b. Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
harga diri rendah.
c. Bantú keluarga memberi dukungan selama klien di rawat.
d. Bantú keluaga menyiapkan lingkungan di rumah.
e. Memasukkan jadwal kegiatan keluarga.
Daftar Pustaka

Stuart, W. Gail. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Singapore: Elsevier

Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN(Basic


Course). Jakarta: EGC

Mulyono, Andri,.2013. Asuhan Keperawatan dengan HArgaDiri Rendah diakses


dari http://eprints.ums.ac.id/25936/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdf Pada 12 Juni
2018

Halifah, Nur Eka,.2016. Bab II Tinjauan Teori diakses dari


http://repository.ump.ac.id/1076/3/EKA%20NUR%20HALIFAH%20BAB
%20II.pdf pada 12 Juni 2018

Elinia, Sury,.2016. Tinjauan Tero dan Konsep Harga Diri Rendah diakses dari
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/167/jtptunimus-gdl-eliniasury-8333-2-
babii.pdf pada 12 Juni 2018

Saktian, Yusuf,.2018. Strategi Pelaksanaan Isolasi Sosial diakses dari


https://www.academia.edu/28333219/STRATEGI_PELAKSANAAN_ISOLASI_
SOSIAL_STRATEGI_PELAKSANAAN_1_SP_1_ISOLASI_SOSIAL pada 12
Juni 2018
Banjarmasin, 9 November 2020

Preseptor akademik Preseptor klinik

(M. Syafwani, Ns., M. Kep., Sp. Jiwa)


(Marlina S.Kep.,Ns)

Anda mungkin juga menyukai