Anda di halaman 1dari 6

TUGAS BIOLOGI DASAR 7

“RANGKUMAN REPRODUKSI HEWAN”


PEKAN 6

DISUSUN OLEH :
WD. TIARA PUTRI KOMALA ARIEF
NIM : H041201035
BIOLOGI A

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Makhluk hidup memiliki masa hidupnya masing-masing. Setelah masa hidupnya habis,
makhluk hidup atau organisme tersebut akan mati. Karena itu untuk melestarikan spesiesnya,
makhluk memiliki sistem reproduksi untuk menghasilkan keturunan. Sistem reproduksi pada
makhluk hidup bisa berbeda-beda, misalnya sistem reproduksi hewan tentu tidak sama
dengan milik tumbuhan.
Reproduksi sendiri dapat dideskripsikan sebagai proses biologi yang dilakukan oleh
organisme untuk menghasilkan lebih banyak spesies mereka. Lewat reproduksi, induk dapat
memindahkan materi genetik kepada anaknya.
Reproduksi dibagi menjadi dua jenis, yaitu aseksual dan seksual. Secara garis besar,
reproduksi aseksual tidak memerlukan pembuahan oleh sel jantan, sementara reproduksi
seksual memerlukan gamet jantan yang membuahi gamet betina. Secara genetika, keturunan
dari reproduksi aseksual akan identik dengan induk, sementara keturunan dari hasil
reproduksi aseksual merupakan campuran dari kedua induk.

1. Sistem Reproduksi Seksual pada Hewan

Seperti yang sempat dijelaskan sebelumnya, reproduksi seksual membutuhkan induk


jantan dan betina. Reproduksi jenis ini melibatkan pembuahan atau penyatuan antara kedua
sel gamet jantan dan betina. Karena itu, keturunannya akan mendapat sebagian
kromosom/gen/DNA dari masing-masing induk.
Pada hewan, pembuahan dapat terjadi secara eksternal maupun internal. Pembuahan
eksternal terjadi pada media eksternal, yaitu di luar tubuh makhluk hidup. Induk akan
melepaskan gamet dalam jumlah besar ke media untuk meningkatkan kesempatan
pembuahan. Hewan yang melakukan pembuahan eksternal biasanya organisme akuatik,
seperti ikan dan amfibi. Tapi, pembuahan eksternal membuat individu baru di tempat yang
rentan oleh predator dan perubahan lingkungan.
Sementara itu, pembuahan internal terjadi di dalam tubuh makhluk hidup. Organisme
betina akan menghasilkan satu sel telur dari masing-masing ovarium. Sementara itu,
organisme jantan menghasilkan sedikit sperma yang dapat bergerak mencapai sel telur untuk
pembuahan. Biasanya, sperma dihasilkan lebih banyak daripada jumlah telur. Hewan-hewan
yang melakukan pembuahan internal termasuk reptil, aves, dan mamalia.

2. Sistem Reproduksi Aseksual pada Hewan

Jenis sistem reproduksi hewan selanjutnya adalah aseksual. Reproduksi aseksual hanya
melibatkan induk tunggal. Individu baru yang dihasilkan dari reproduksi ini sangat mirip
dengan induknya. Beberapa jenis reproduksi aseksual adalah pembelahan biner dan bertunas.
Pembelahan diri atau pembelahan biner dilakukan oleh organisme bersel satu yang
membelah menjadi dua individu baru yang memiliki nukleus. Contoh organisme yang
melakukan pembelahan diri adalah Amoeba dan Plasmodium.
Sementara itu, organisme yang bereproduksi dengan bertunas dapat membentuk individu
baru dengan menumbuhkan tunas pada tubuh induk. Tunas tersebut akan berkembang
menjadi individu baru dan melepaskan diri dari tubuh induknya. Contoh organisme yang
bereproduksi dengan bertunas adalah ragi dan Hydra.

3. Spermatogenesis

Spermatogenesis adalah awal dari proses pembentukan sel spermatozoa yang biasa kita
kenal sebagai sperma. Proses ini terjadi di organ kelamin jantan yang disebut testis, tepatnya
di bagian tubulus seminiferous.
Tubulus seminiferous berperan penting pada proses pembentukan sperma karena pada
dindingnya terdapat calon sperma (spermatogonium/spermatogonia) yang berjumlah ribuan.
Benih-benih sperma ini diberi nutrisi oleh sel Sertoli, yang juga terdapat di tubulus
seminiferous, untuk bisa melakukan pembelahan sel yang terdiri dari mitosis dan meiosis,
hingga pada akhirnya terbentuk menjadi sperma yang matang.
Sperma yang matang kemudian disimpan di suatu saluran yang terletak di belakang testis,
yakni epididimis. Dari epididimis, sperma bergerak ke bagian lain yang dinamakan vas
deferens dan duktus ejakulatorius.
Di dalam duktus ejakulatorius, cairan yang dihasilkan oleh organ reproduksi lainnya,
seperti vesikula seminalis, kelenjar prostat, dan bulbo uretra, ditambahkan pada sperma
hingga membentuk cairan yang biasa disebut sebagai semen atau air mani. Cairan ini
kemudian mengalir menuju uretra dan dikeluarkan ketika ejakulasi.

Proses Spermatogenesis

Pada testis, spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus. Berikut adalah skema tahapan
spermatogenesis :

 Pada dinding tubulus seminiferus telah ada calon sperma


(spermatogonium/spermatogonia) yang berjumlah ribuan.
 Setiap spermatogonia melakukan pembelahan mitosis kemudian mengakhiri sel
somatisnya membentuk spermatosit primer yang siap miosis.
 Spermatosit primer (2n) melakukan pembelahan meiosis pertama membentuk 2
spermatosit sekunder (n)
 Tiap spermatosit sekunder melakukan pembelahan meiosis kedua, menghasilkan 2
spermatid yang bersifat haploid. (n)
 Keempat spermatid ini berkembang menjadi sperma matang yang bersifat haploid yang
semua fungsional , yang berbeda dengan oogenesis yang hanya 1 yang fungsional.
 Sperma yang matang akan menuju epididimis , kemudian ke vas deferens-vesicula
seminalis – urethra dan berakhir dengan ejakulasi.

Faktor yang Mempengaruhi

Faktor-faktor berikut memengaruhi proses terbentuknya sperma, di antaranya adalah:


1. Hormon
Hormon memegang peranan penting dalam proses pembentukan sperma. Beberapa jenis
hormon yang punya andil dalam proses ini, yaitu:
 LH (Luteinizing Hormone)
LH berfungsi untuk merangsang sel Leydig yang terdapat di testis untuk
menghasilkan hormon testosteron yang dapat mendorong proses spermatogenesis terjadi.
 FSH (Folicle Stimulating Hormone)
FSH merupakan hormon yang dapat merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP
(Androgen Binding Protein), yang berfungsi untuk melindungi, menunjang, dan memberi
makan benih sperma hingga menjadi sperma yang matang.
 Testosteron
Hormon testosteron dihasilkan oleh testis yang berfungsi merangsang perkembangan
organ seks untuk melakukan spermatogenesis.Keseimbangan hormon-hormon di atas
akan membantu pembentukan sperma yang berkualitas. Sebaliknya, jika terdapat
ketidakseimbangan dalam jumlahnya, maka sperma akan mengalami penurunan kualitas
hingga dapat menyebabkan gagalnya sperma dalam membuahi sel telur.
2. Suhu testis
Peningkatan suhu di dalam testis akibat demam berkepanjangan atau terlalu lama
melakukan kegiatan dengan kondisi panas yang berlebihan, bisa menyebabkan
berkurangnya pergerakan dan jumlah sperma, serta meningkatkan jumlah sperma yang
abnormal di dalam semen. Pembentukan sperma yang paling efisien adalah pada suhu
33,5° C (lebih rendah dari suhu tubuh).
3. Penyakit
Penyakit serius pada testis atau terjadinya penyumbatan pada vas deferens bisa
mengakibatkan azoospermia, yang merupakan gangguan di mana sperma tidak terbentuk
sama sekali. Selain itu, jika terjadi pelebaran vena di dalam skrotum (kantong testis)
yang dinamakan varikokel, dapat menyebabkan terhalangnya aliran darah pada testis
sehingga mengurangi laju pembentukan sperma.
4. Obat-obatan
Penggunaan obat-obatan, seperti simetidin, spironolakton dan nitrofurantoin, atau
pemakaian ganja, dapat memengaruhi jumlah sperma yang dihasilkan.

4. Oogenesis

Oogenesis ini merupakan suau proses dari pembentukan sel telur dari sistem reproduksi
wanita. Terjadinya proses dari terbentuknya sel telur ini juga terjadi pada ovarium. Pada
proses Oogenesis, Oogonium maupun telur ibu sel diploid tersebut akan mengalami
peningkatan dan juga berubah jadi oosit primer diploid.

Proses oogenesis ini juga terjadi pada semua jenis spesies yang bereproduksi dengan
secara generatif yang mencakup semua proses belum matangnya sel telur. Sementara untuk
proses pematangan dari sel telur ini akan melewati 5 tahap untuk mamalia diantaranya
1. proses Oogonium,
2. proses oosit primer,
3. proses oosit sekunder,
4. proses ootid, serta
5. ovum.
Bagi sebagian spesies yang mengalami suatu proses reproduksi seksual, maka ovum
ataupun juga sel telur tersebut hanya mengandung setengah dari materi genetik pada individu
dewasa. Itu lah sebabnya reproduksi tersebut dapat terjadi saat gamet jantan itu telah
membuahi sel telur. Adapun untuk sperma ini juga mengandung dari setengah bahan genetik
terhadap individu matang, jadi untuk sebuah embrio yang dibentuk dari fertilasi tersebut
kemudian akan terisi dari set lengkap dari materi genetik, kemudian untuk setengahnya sel
telur sampai setengah dari sperma.

Proses Oogenesis

Oogenesis terjadi di ovarium. Oogenesis dimulai sejak janin belum lahir, setelah lahir,
masa pubertas hingga menopouse.

1. Oogenesis pralahir => oogonium (2n) menghasilkan oosit primer (2n) yg akan tetap pd
tahap profase meiosis 1. Oosit primer diselubungi folikel primordial sehingga lama-lama
jumlahnya menurun.
2. Oogenesis pascalahir => folikel primordial akan tumbuh dan berkembang di tahun-tahun
produktif
3. Oogenesis pascapubertas => hormon GnRh akan mempengaruhi folikel primordial menjadi
folikel primer kemudian jadi folikel sekunder. Setiap bulannya 20-50 folikel sekunder
dihasilkan, namun hanya satu yg matang untuk diovulasikan.

Tahapan oogenesis:

Sel germinal (2n) => oosit primer (2n) => oosit sekunder (n) & badan polar => oosit
sekunder (n) menjadi ovum (n) dan badan polar II sedangkan badan polar I menjadi badan
polar terdisintegrasi.

Fertilisasi
Oosit sekunder ini hanya akan menyelesaikan meiosis II di fertilisasi, mengeluarkan
badan kutub ke3 setelah meiosis II selesai serta kemudian telur yang dibuahi. apabila
pembuahan tersebut tidak pernah terjadi, oosit tersebut akan merosot 24 jam setelah ovulasi,
tetap ditahan dimeiosis II. Namun, apabila sel telur dibuahi, gerakan peristaltik tuba falopi itu
memindahkan telur ke rahim yang mana ia bisa ditanamkan ke dinding uterus posterior.

5. Hermaprodit

Dalam biologi, hermaprodit adalah organisme yang memiliki organ reproduksi lengkap
yakni organ reproduksi jantan dan betina. Pada hewan kebanyakan ditemukan pada
invertebrata seperti siput dan cacing tanah. Pada vertebrata tingkat lebih rendah dan beberapa
spesies ikan juga ada yang hermaprodit. Sebagian besar tumbuhan merupakan organisme
hermaprodit.
Secara historis, istilah hermaprodit juga sempat digunakan untuk menggambarkan
ambiguasi seksual terutama pada manusia. Namun saat ini istilah tersebut digantikan oleh
istilah “interseks” karena istilah hermaprodit untuk itu dianggap menyesatkan dan
menstigmasi. Dalam bahasa Inggris, “hermaprodit” disebut hermaphrodite.
Hermaprodit digunakan dalam literatur lama untuk menggambarkan siapapun yang
karakteristik fisiknya tidak cocok dengan klasifikasi pria atau wanita, tetapi beberapa orang
menyarankan untuk mengganti istilah tersebut dengan interseks. Interseks menjelaskan
berbagai kombinasi dari apa yang dianggap secara biologis sebagai laki-laki dan perempuan.
Interseks biologis mungkin mencakup seperti alat kelamin eksternal yang tampak ambigu dan
kariotipe yang mencakup pasangan kromosim XX dan XY campuran (46XX/46XY,
46XX/47XXY, atau 45X/XY mosaik).
Istilah hermaprodit digunakan dalam dunia botani untuk mendeskripsikan bunga yang
memiliki benang sari (alat kelamin jantan yang menghasilkan serbuk sari) dan putik (alat
kelamin betina yang memproduksi ovula yang berkembang menjadi buah dan biji bila
dibuahi). Kondisi ini umum ditemukan di tanaman di taman. Selain itu, kondisi seperti ini
juga ditemukan di beberapa alga.

Anda mungkin juga menyukai