PENDAHULUAN
A. Penulisan Kasus
Klien Tn. K di diagnose medis dengan penyakit TB paru. Klien
mengeluh sesak napas dan berdahak ±2 bulan. Klien merasa sesak seperti
tidak bisa napas. Klien mengatakan seperti ada dahak yang menghalangi
jalan napasnya. Pada malam harinya klien mengalami demam tinggi. TD:
130/80mmHg, Nadi: 68x/menit, RR: 28x/menit, S: 38,7ºC. Klien diberi
terapi oksigen 5 liter/menit, dan diberi injeksi ketelorac 1x30mg, ranitidine
1x50mg, cefriaxon 1x2 gram.
Klien mengatakan memiliki riwayat penyakit asma sudah lama.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan data leukosit klien 10.710mm3.
Hb 12,7 gr%, pada pemeriksaan BTA positif adanya bakteri.
Klien terpasang nasal kanul 4 liter/menit, terdapat nafas cuping
hidung, retraksi interkostal. RR= 26 kali per menit. Klien terpasang WSD
di dada sebelah kanan yaitu bagian basal paru postero lateral interkosta ke
8-9. Klien mengatakan mengalami penurunan nafsu makan, klien tidak
bisa bergerak banyak karena sesak nafas. Klien juga mengatakan tidak bisa
tidur nyenyak dan sering terbangun karena sesak nafas dan batuk,
Sedangkan pada pemeriksaan fisik didapatkan data, keadaan
Umum Composmentis Penampilan klien cukup bersih, rambut pendek
berwarna putih. Ekspresi wajah klien tampak lemah. Terdapat retraksi
interkostal, napas dangkal, traktil fremitus kanan dan kiri tidak sama,
hiperesonan, Capillary refill >3 detik, turgor kulit jelek, akral teraba
dingin. Pada pemeriksaan abdomen klien mengatakan nyeri ketika ditekan
BU 26x/menit. Hasil Analisa Gas Darah (AGD) pH 7,21;HCO3 22
mEq/L; Pa Co2 50 mmHg; Pa O2 78 mmHg.
B. Daftar Kata Sulit
1. TB Paru
2. BTA
3. Asma
4. WSD
5. Composmetis
6. Nyeri
7. Hiperosonan
8. Traktil fermitus kanan dan kiri
9. Postero rateral interkosta
10. Capirali refill
11. Sesak nafas
12. AGD
13. CRT
14. Syok
15. Rektraksi interkosta
C. Kata Kunci
1. Gangguan pertukaran gas
2. Bersihan jalan napas
3. Pola napas
D. Daftar Pertanyaan
1. Pengertian TB Paru.
2. Penyebab.
3. Tanda dan gejala.
4. Patofisiologi.
5. Faktor resiko.
6. Pemeriksaan fisik.
7. Pemeriksaan penunjang.
8. Penatalaksaan medis.
BAB II
PEMBAHASAN
B. Jawaban Pertanyaan
1. Pengertian TB Paru
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit menular yang paling
sering mengenai parenkim paru, biasanya disebabkan oleh
Mycobacterium tubercolisi, TB dapat menyebar hampIr ke setiap
bagian tubuh, termasuk meninges, ginjal, tulang dan nodus limfe.
Infeksi awal biasanya terjadi dalam 2 sampai 10 minggu setelah
pajanan. Pasien kemudian dapat membentuk penyakit aktif karena
respons sistem imun menurun atau tidak adekuat. Proses aktif dapat
berlangsung lama dan karakteristikkan oleh periode remisi yang
panjang ketika penyakit dihentikan, hanya untuk dilanjutkan dengan
periode aktivitas yang diperbarui. TB adalah masalah kesehatan
masyarakat di seluruh dunia yang erat kaitannya dengan kemiskinan,
melnutrisi, kepadatan penduduk, perumahan di bawah standard, dan
tidak memadainya layanan kesehatan. Angka mortalitas dan morbiditas
terus meningkat.
TB ditularkan ketika seorang penderita penyakit paru aktif
mengeluarkan organisme. Individu yang rentan menghirup droplet dan
menjadi terinfeksi. Bakteria ditransmisikan ke alveoli dan
memperbanyak diri. Reaksi inflamasi menghasilkan eksudat di alveoli
dan bronkopneumonia, granuloma, dan jaringan fibrosa. Awitan
biasanya mendadak.( Brunner & Suddarth,2014)
2. Penyebab
Penyebab infeksi adalah kompleks M. tuberculosis. Kompleks ini
termasuk M. tubercolosisi dan M. africanum terutama berasal dari
manusia dan M. bovis yang berasal dari sapi. Mycobacteria lain
biasanya menimbulkan gejala klinis yang sulit dibedakan dengan
tuberkolosis. Etiologi penyakit dapat di identifikasi dengan kultur.
Analisis genetic sequence dengan menggunakan teknik PCR sangat
membantu identifikasi non kultur. (James Clain ,MD,MPH editor,
2006)
1. Batuk
2. Sputum mukoid atau purulen
3. Nyeri dada
4. Hemoptisis
5. Dispne
6. Demam dan berkeringat, terutama pada malam hari
7. Berat badan berkurang
8. Anoreksia
9. Malaise
10. Ronki basah di apeks paru
11. Wheezing (mengi) yang terlokalisir
(Prof.Dr.H. Tabrani Rab,2013)
D. Patofisiologi
Ketika seorang klien TB Paru batuk, bersin,atau berbicara, maka
secara tak sengaja keluarlah droplet nuclei dan jatuh ke tanah, lantai, atau
tempat lainnya. Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang panas,
droplet nuclei tadi menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara dibantu
dengan pergerakkan angin akan membuat bakteri tuberkolosis yang
terkandung dalam droplet nuclei terbang ke udara. Apabila bakteri ini
terhirup oleh orang sehat, maka orang sehat, maka orang itu berpotensi
terkena infeksi bakteri tuberkolosis. Penularan bakteri lewat udara disebut
dengan istilah air-borne infection. Bakteri yang terisap akan melewati
pertahanan mukosilier saluran pernapasan dan masuk hingga alveoli. Pada
titik lokasi dimana terjadi implantasi bakteri, bakteri akan menggandakan
diri (multiplying). Bakteri tuberkolosis dan focus ini disebut fokus primer
atau lesi primer atau fokus Ghon. Reaksi juga terjadi pada jaringan limfe
regional, yang bersama dengan fokus primer disebut fokus primer disebut
kompleks primer. Dalam waktu 3-6 minggu, inang yang baru terkena
infeksi akan menjadi tes tuberculin atau tes Mantoux. (Arif Muttaqin
2008)
E. Faktor Resiko
1. Kontak dekat dengan seseorang yang menderita TB aktif.
2. Status gangguan imun (mis;lansia, kanker, terapai kortikosteroid dan
HIV).
3. Penggunaan obat injeksi dan obat alkoholisme.
4. Masyarakat yang kurang mendapat layanana kesehatan yang memadai
(mis; gelandangan atau oenduduk miskin, kalangan minoritas, anak –
anak dan dewasa muda).
5. Kondisi medis yang sudah ada, termasuk diabetes, gagal ginjal kronis,
silikosis, dan malnutrisi.
6. Imigran dari Negara dengan insiden TB yang tinggi (mis; Haiti, Asia
Tenggara).
7. Institusionalisasi (mis; fasilitas perawatan jangka panjang, penjara).
8. Tinggal di lingkungan padat penduduk dan dibawah standard.
9. Pekerjaan (mis; tenaga kesehatan, terutama yang melakukan aktivitas
berisiko tinggi).
(Brunner & Suddarth,2014)
F. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan fisik umum persistem dari observasi keadaan umum.
2. Pemeriksaan tanda-tanda vital.
3. B1 (Breathing)
Inspeksi : bentuk dada dan gerakan pernafasan. Sekilas pandang klien
dengan tb paru biasanya tampak kurus sehingga terlihat adanya
penurunan proposi diameter bentuk dada anteri posterior dibandingkan
proporsi diameter lateral.
Palpasi trakea.adanya pergeseran trakea menunjukan –meskipun tetapi
tidak spesifik-penyakit dari lobus atas paru pada tb paru yang disertai
adanya efusi pleura massif dan pneumotorak akan mendorong posisi
trakea kearah berlawan dari sisi sakit.
Getaran suara (Premitus Kokal). Getaran yang terasa ketika perawat
meletakkan tangannya di dada klien saat klien berbicara.
Perkusi: Pada klien dengan TB Paru minimal tanpa komplikasi,
biasanya akan didapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh
lapang paru.
Auskultasi: Pada klien dengan TB Paru didapatkan bunyi nafas
tambahan (Ronckhi) pada sisi yang sakit.
4. B2 (Blood)
Pada klien dengan TB Paru pengkajian yang didapatkan meliputi:
Inspeksi: Inspeksi tentang adanya parut dan keluhan kelemahan fisik.
Palpasi: Denyut nadi perifer melemah.
Perkusi: Batas jantung mengalami pergeseran pada TB Paru dengan
efusi pleura massif mendorong ke sisi sehat.
Auskultasi: Tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung tambahan
biasanya tidak didapatkan.
5. B3 (Brain)
Kesadaran biasanya composmetis ditemukan adanya sianosis perifer
apabila gangguan perkusi jaringan berat. Pada pengkajian objektif
klien tampak dengan wajah meringis, menangis, merintih, dan
menggeliat. Saat dilakukan pengkajian pada mata biasanya didapatkan
adanya konjungtiva anemis pada TB Paru dengan hemopetoe massif
dan kronis, dan sclera ikterik pada TB paru dengan gangguan fungsi
hati.
6. B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan.
Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria karena hal
tersebut merupakan tanda awal shok. Klien diinformasikan agar
terbiasa dengan urine yang berawarna jingga pekat dan berbau yang
menandakan fungsi ginjal masih normal sebagai eksresi karena minum
OAT terutama Rifampisis.
7. B5 (Bowel)
Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan, dan
penurunan berat badan.
8. B6 (Bone)
Aktifitas sehari-hari berkurang banyak pada klien TB Paru gejala yang
muncul antara lain: Kelemahan, kelelahan, insomnia, pola hidup
menetap, dan jadwal olahraga menjadi tidak teratur.
9. Serta pemeriksaan yang fokus pada B2 dengan pemeriksaan
menyeluruh sistem pernapasan. (Arif Muttaqin 2008)
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan rontgen thoraks.
2. Pemeriksaan CT Scan.
3. Radiologis TB Paru millier.
4. Pemeriksaan laboratorium. (Arif Muttaqin, 2008)
H. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi farmakologis
2. Penatalaksanaan bedah
(Brunner & Suddarth,2014)
BAB III
KONSEP
A. Definisi
B. Etiologi
1. Batuk
2. Sputum mukoid atau purulen
3. Nyeri dada
4. Hemoptisis
5. Dispne
6. Demam dan berkeringat, terutama pada malam hari
7. Berat badan berkurang
8. Anoreksia
9. Malaise
10. Ronki basah di apeks paru
11. Wheezing (mengi) yang terlokalisir (Prof. Dr. H. Tabrani Rab, 2013)
D. Patofisiologi (Arif Muttaqin, 2008)
Infeksi primer
Sembuh dengan
fokus Ghon.
Infeksi pasca-primer
(Reaktivasi) Bakteri dorman. Sembuh dengan fibrotik
Reaksi infeksi/inflamasi,
membentuk kavitas dan
merusak parenkin paru
H. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan
sekresi mukosa yang kental, hemoptisis, kelemahan, upaya batuk
buruk, dan edema tracheal/faringeal.
2. Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan
menurunya ekspansi paru sekunder terhadap penumpukkan cairan
dalam rongga pleura.
3. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran
alveolar-kapiler.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
keletihan, anoreksia, dipsnea, peningkatan metabolisme tubuh.
5. Gangguan pemenuhan kebutuhan tidur berhubungan dengan adanya
batuk, sesak nafas, dan nyeri dada.
6. Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari (ADL) berhubungan
dengan keletihan (Keadaan fisik yang lemah).
7. Cemas berhubungan dengan adanya ancaman kematian yang
dibayangkan (Ketidakmampuan untuk bernafas) dan prognosis
penyakit yang belum jelas.
8. Kurang pengetahuan kondisi, aturan pengobatan berhubungan dengan
kurang informasi tentang proses penyakit dan penatalaksaan
keperawatan di rumah sakit.
9. Resiko terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang resiko pantogen. (Arif Muttaqin, 2012)
I. Penatalaksaan Keperawatan
2001
Brunner, Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta: EGC
2013
Infomedika
Muttaqin Arif. 2012. Buku Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Rab Tabrani. 2010. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Trans Info Media