Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Penulisan Kasus
Klien Tn. K di diagnose medis dengan penyakit TB paru. Klien
mengeluh sesak napas dan berdahak ±2 bulan. Klien merasa sesak seperti
tidak bisa napas. Klien mengatakan seperti ada dahak yang menghalangi
jalan napasnya. Pada malam harinya klien mengalami demam tinggi. TD:
130/80mmHg, Nadi: 68x/menit, RR: 28x/menit, S: 38,7ºC. Klien diberi
terapi oksigen 5 liter/menit, dan diberi injeksi ketelorac 1x30mg, ranitidine
1x50mg, cefriaxon 1x2 gram.
Klien mengatakan memiliki riwayat penyakit asma sudah lama.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan data leukosit klien 10.710mm3.
Hb 12,7 gr%, pada pemeriksaan BTA positif adanya bakteri.
Klien terpasang nasal kanul 4 liter/menit, terdapat nafas cuping
hidung, retraksi interkostal. RR= 26 kali per menit. Klien terpasang WSD
di dada sebelah kanan yaitu bagian basal paru postero lateral interkosta ke
8-9. Klien mengatakan mengalami penurunan nafsu makan, klien tidak
bisa bergerak banyak karena sesak nafas. Klien juga mengatakan tidak bisa
tidur nyenyak dan sering terbangun karena sesak nafas dan batuk,
Sedangkan pada pemeriksaan fisik didapatkan data, keadaan
Umum Composmentis Penampilan klien cukup bersih, rambut pendek
berwarna putih. Ekspresi wajah klien tampak lemah. Terdapat retraksi
interkostal, napas dangkal, traktil fremitus kanan dan kiri tidak sama,
hiperesonan, Capillary refill >3 detik, turgor kulit jelek, akral teraba
dingin. Pada pemeriksaan abdomen klien mengatakan nyeri ketika ditekan
BU 26x/menit. Hasil Analisa Gas Darah (AGD) pH 7,21;HCO3 22
mEq/L; Pa Co2 50 mmHg; Pa O2 78 mmHg.
B. Daftar Kata Sulit
1. TB Paru
2. BTA
3. Asma
4. WSD
5. Composmetis
6. Nyeri
7. Hiperosonan
8. Traktil fermitus kanan dan kiri
9. Postero rateral interkosta
10. Capirali refill
11. Sesak nafas
12. AGD
13. CRT
14. Syok
15. Rektraksi interkosta

C. Kata Kunci
1. Gangguan pertukaran gas
2. Bersihan jalan napas
3. Pola napas

D. Daftar Pertanyaan
1. Pengertian TB Paru.
2. Penyebab.
3. Tanda dan gejala.
4. Patofisiologi.
5. Faktor resiko.
6. Pemeriksaan fisik.
7. Pemeriksaan penunjang.
8. Penatalaksaan medis.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Jawaban Kata Sulit


1. TB Paru
Tuberkolosis paru adalah suatu penyakit menular yang paling sering
mengenai parenkim paru, biasanya disebabkan oleh mycobacterium
tubercolisis. TB dapat menyebar hamper kesetiap bagian tubuh,
termasuk meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe. Infeksi awal
biasanya terjadi dalam 2-10 minggu setelah pajanan. (Brunner &
Suddarth,2014)
2. BTA
Basil tahan asam. Diagnosa presumptive penderita TB aktif dibuat jika
ditemukan BTA positif dari sediaan sputum atau sediaan yang diambil
dari cairan tubuh lainnya. Ditemukannya BTA positif indikasi untuk
segera melakukan pengobatan dengan OAT. (James Clain ,MD,MPH
editor,2000)
3. Asma
Asma didefinisikan sebagai suatu penyakit yang heterogen, yang
dikarakterisir oleh adanya inflamasi kronis pada saluran pernapasan.
Hal ini ditentukan oleh adanya riwayat gejala gangguan pernapasan
seperti mengi, napas terengah-engah, dada terasa berat/tertekan, dan
batuk, yang bervariasi waktu dan intensitasnya, diikuti dengan
keterbatasan aliran udara ekspirasi yang bervariasi. (Prof.Zullies
Ikawati,ph.D.,Apt.,2016)
4. WSD
Water Sealed Drainage adalah pipa khusus (kateter toraks) steril,
dimasukkan ke rongga pleura dengan perantara troakar atau dengan
bantuan klem penjepit (pen) pemasukan pipa plastic (kateter thoraks)
dapat juga dilakukan melalui celah yang telah dibuat dengan bantuan
insisi kulit dari sela iga ke-4 pada garis aksila tengah atau pada garis
aksila belakang. Selain itu dapat pula melalui sela iga ke-2 dari garis
klafikula tengah selanjutnya ujung selang plastic di dada dan pipa kaca
WSD dihubungkan melalui pipa plastik lainnya posisi ujung pipa kaca
yang berada di botol sebaiknya berada 2 cm di bawah permukaan air
supaya gelembung udara dapat dengan mudah keluar melalui tekanan
udara tersebut. (Arif Muttaqin 2008 )
5. Hiperosonan
Terjadi kalau udara yang terdapat pada paru-paru atau rongga dada
sangat meningkat, seperti pada emfisemapulmoieum atau
pneumothoraks.(Brunner & Suddarth, 2001)
6. Traktil fermitus
Bunyi yang dibangkitkan oleh penjalaran dalam laring kea rah distal
sepanjang pohon bronchial untuk membuat dinding dada dalam
gerakan resonan. Hal ini terutama benar pada bunyi konsonan.
Kapasitas untuk merasakan bunyi pada dinding dada. (Brunner &
Suddarth, 2001)
7. Capillary refill time
Pengisiaan kapiler darah. Tes yang dilakukan cepat pada daerah kuku
untuk memonitor dehidrasi dan jumlah aliran darah ke jaringan perfusi.
(Arif Muttaqin, 2008)
8. Sesak napas (Dyspnea)
Dyspnea atau sesak napas adalah perasaan sulit bernapas dan
merupakan gejala yang sering dijumpai. Hal ini terutama berkaitan
dengan beberapa proses patofisiologis penyakit, seperti adanya
obstruksi saluran napas (pada asma, PPOK), perubahan ekspansibilitas
paru (pada fibrosis interstitial, gagal jantung kongestif), adanya
kelemahan otot pernapasan (pada penyakit neuromuscular, kegagalan
respirasi kronis), atau adanya kelemahan akibat hiperinflasi paru (pada
episema). (Prof.Zullies Ikawati,ph.D.,Apt., 2016)
9. AGD
Untuk menilai fungsi paru-paru dengan lebih adekuat, perlu juga diuji
tentang distribusi gas yang diangkut oleh sistem pernapasan, yaitu
dengan analisis gas darah. Untuk analisis gas darah biasanya
digunakan contoh darah arteri, sehingga dikenal istilah arteri blood
gas. (Prof.Zullies Ikawati,ph.D.,Apt., 2016)
10. Syok
Syok adalah suatu keadaan dimana suplai darah tidak mencukupi
untuk kebutuhan organ-organ di dalam tubuh disertai tekanan darah
yang rendah, yang menyebabkan redistribusi suplai darah yang
terutama ditujukan ke jantung dan otak. (Dr. W. Herdin Sibuea & Dr.
Marulam M. Panggabean & Dr. S.P. Gultam, 2009)

B. Jawaban Pertanyaan
1. Pengertian TB Paru
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit menular yang paling
sering mengenai parenkim paru, biasanya disebabkan oleh
Mycobacterium tubercolisi, TB dapat menyebar hampIr ke setiap
bagian tubuh, termasuk meninges, ginjal, tulang dan nodus limfe.
Infeksi awal biasanya terjadi dalam 2 sampai 10 minggu setelah
pajanan. Pasien kemudian dapat membentuk penyakit aktif karena
respons sistem imun menurun atau tidak adekuat. Proses aktif dapat
berlangsung lama dan karakteristikkan oleh periode remisi yang
panjang ketika penyakit dihentikan, hanya untuk dilanjutkan dengan
periode aktivitas yang diperbarui. TB adalah masalah kesehatan
masyarakat di seluruh dunia yang erat kaitannya dengan kemiskinan,
melnutrisi, kepadatan penduduk, perumahan di bawah standard, dan
tidak memadainya layanan kesehatan. Angka mortalitas dan morbiditas
terus meningkat.
TB ditularkan ketika seorang penderita penyakit paru aktif
mengeluarkan organisme. Individu yang rentan menghirup droplet dan
menjadi terinfeksi. Bakteria ditransmisikan ke alveoli dan
memperbanyak diri. Reaksi inflamasi menghasilkan eksudat di alveoli
dan bronkopneumonia, granuloma, dan jaringan fibrosa. Awitan
biasanya mendadak.( Brunner & Suddarth,2014)

2. Penyebab
Penyebab infeksi adalah kompleks M. tuberculosis. Kompleks ini
termasuk M. tubercolosisi dan M. africanum terutama berasal dari
manusia dan M. bovis yang berasal dari sapi. Mycobacteria lain
biasanya menimbulkan gejala klinis yang sulit dibedakan dengan
tuberkolosis. Etiologi penyakit dapat di identifikasi dengan kultur.
Analisis genetic sequence dengan menggunakan teknik PCR sangat
membantu identifikasi non kultur. (James Clain ,MD,MPH editor,
2006)

C. Tanda dan Gejala

Tanda-tanda klinis dari tuberkolosis adalah terdapatnya keluhan keluhan


berupa:

1. Batuk
2. Sputum mukoid atau purulen
3. Nyeri dada
4. Hemoptisis
5. Dispne
6. Demam dan berkeringat, terutama pada malam hari
7. Berat badan berkurang
8. Anoreksia
9. Malaise
10. Ronki basah di apeks paru
11. Wheezing (mengi) yang terlokalisir
(Prof.Dr.H. Tabrani Rab,2013)

D. Patofisiologi
Ketika seorang klien TB Paru batuk, bersin,atau berbicara, maka
secara tak sengaja keluarlah droplet nuclei dan jatuh ke tanah, lantai, atau
tempat lainnya. Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang panas,
droplet nuclei tadi menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara dibantu
dengan pergerakkan angin akan membuat bakteri tuberkolosis yang
terkandung dalam droplet nuclei terbang ke udara. Apabila bakteri ini
terhirup oleh orang sehat, maka orang sehat, maka orang itu berpotensi
terkena infeksi bakteri tuberkolosis. Penularan bakteri lewat udara disebut
dengan istilah air-borne infection. Bakteri yang terisap akan melewati
pertahanan mukosilier saluran pernapasan dan masuk hingga alveoli. Pada
titik lokasi dimana terjadi implantasi bakteri, bakteri akan menggandakan
diri (multiplying). Bakteri tuberkolosis dan focus ini disebut fokus primer
atau lesi primer atau fokus Ghon. Reaksi juga terjadi pada jaringan limfe
regional, yang bersama dengan fokus primer disebut fokus primer disebut
kompleks primer. Dalam waktu 3-6 minggu, inang yang baru terkena
infeksi akan menjadi tes tuberculin atau tes Mantoux. (Arif Muttaqin
2008)

E. Faktor Resiko
1. Kontak dekat dengan seseorang yang menderita TB aktif.
2. Status gangguan imun (mis;lansia, kanker, terapai kortikosteroid dan
HIV).
3. Penggunaan obat injeksi dan obat alkoholisme.
4. Masyarakat yang kurang mendapat layanana kesehatan yang memadai
(mis; gelandangan atau oenduduk miskin, kalangan minoritas, anak –
anak dan dewasa muda).
5. Kondisi medis yang sudah ada, termasuk diabetes, gagal ginjal kronis,
silikosis, dan malnutrisi.
6. Imigran dari Negara dengan insiden TB yang tinggi (mis; Haiti, Asia
Tenggara).
7. Institusionalisasi (mis; fasilitas perawatan jangka panjang, penjara).
8. Tinggal di lingkungan padat penduduk dan dibawah standard.
9. Pekerjaan (mis; tenaga kesehatan, terutama yang melakukan aktivitas
berisiko tinggi).
(Brunner & Suddarth,2014)

F. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan fisik umum persistem dari observasi keadaan umum.
2. Pemeriksaan tanda-tanda vital.
3. B1 (Breathing)
Inspeksi : bentuk dada dan gerakan pernafasan. Sekilas pandang klien
dengan tb paru biasanya tampak kurus sehingga terlihat adanya
penurunan proposi diameter bentuk dada anteri posterior dibandingkan
proporsi diameter lateral.
Palpasi trakea.adanya pergeseran trakea menunjukan –meskipun tetapi
tidak spesifik-penyakit dari lobus atas paru pada tb paru yang disertai
adanya efusi pleura massif dan pneumotorak akan mendorong posisi
trakea kearah berlawan dari sisi sakit.
Getaran suara (Premitus Kokal). Getaran yang terasa ketika perawat
meletakkan tangannya di dada klien saat klien berbicara.
Perkusi: Pada klien dengan TB Paru minimal tanpa komplikasi,
biasanya akan didapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh
lapang paru.
Auskultasi: Pada klien dengan TB Paru didapatkan bunyi nafas
tambahan (Ronckhi) pada sisi yang sakit.
4. B2 (Blood)
Pada klien dengan TB Paru pengkajian yang didapatkan meliputi:
Inspeksi: Inspeksi tentang adanya parut dan keluhan kelemahan fisik.
Palpasi: Denyut nadi perifer melemah.
Perkusi: Batas jantung mengalami pergeseran pada TB Paru dengan
efusi pleura massif mendorong ke sisi sehat.
Auskultasi: Tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung tambahan
biasanya tidak didapatkan.
5. B3 (Brain)
Kesadaran biasanya composmetis ditemukan adanya sianosis perifer
apabila gangguan perkusi jaringan berat. Pada pengkajian objektif
klien tampak dengan wajah meringis, menangis, merintih, dan
menggeliat. Saat dilakukan pengkajian pada mata biasanya didapatkan
adanya konjungtiva anemis pada TB Paru dengan hemopetoe massif
dan kronis, dan sclera ikterik pada TB paru dengan gangguan fungsi
hati.
6. B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan.
Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria karena hal
tersebut merupakan tanda awal shok. Klien diinformasikan agar
terbiasa dengan urine yang berawarna jingga pekat dan berbau yang
menandakan fungsi ginjal masih normal sebagai eksresi karena minum
OAT terutama Rifampisis.
7. B5 (Bowel)
Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan, dan
penurunan berat badan.
8. B6 (Bone)
Aktifitas sehari-hari berkurang banyak pada klien TB Paru gejala yang
muncul antara lain: Kelemahan, kelelahan, insomnia, pola hidup
menetap, dan jadwal olahraga menjadi tidak teratur.
9. Serta pemeriksaan yang fokus pada B2 dengan pemeriksaan
menyeluruh sistem pernapasan. (Arif Muttaqin 2008)
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan rontgen thoraks.
2. Pemeriksaan CT Scan.
3. Radiologis TB Paru millier.
4. Pemeriksaan laboratorium. (Arif Muttaqin, 2008)
H. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi farmakologis
2. Penatalaksanaan bedah
(Brunner & Suddarth,2014)
BAB III

KONSEP

A. Definisi

Tuberkolosis paru adalah penyakit yang disebabkan oleh


Mycobacterium tubercolosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup
terutama di paru atau di berbagai organ tubuh yang lainnya yang
mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi. (Prof. Dr. H. Tabrani
Rab, 2013)

B. Etiologi

Penyebab infeksi adalah kompleks M. tubercolosis . Kompleks ini


termasuk M. tubercolosis dan M. africanum terutama berasal dari manusia
dan M. Bovis yang berasal dari Sapi. Mycobacteria lain biasanya
menimbulkan gejala klinis yang sulit dibedakan dengan tuberkolosis.
Etiologi penyakit dapat di identifikasi dengan kultur. Analisis genetic
sequence dengan menggunakan teknik PCR sangat membantu identifikasi
non kultur. (James Clain ,MD,MPH editor, 2006)

C. Tanda dan Gejala

Tanda-tanda klinis dari tuberkolosis adalah terdapatnya keluhan keluhan


berupa:

1. Batuk
2. Sputum mukoid atau purulen
3. Nyeri dada
4. Hemoptisis
5. Dispne
6. Demam dan berkeringat, terutama pada malam hari
7. Berat badan berkurang
8. Anoreksia
9. Malaise
10. Ronki basah di apeks paru
11. Wheezing (mengi) yang terlokalisir (Prof. Dr. H. Tabrani Rab, 2013)
D. Patofisiologi (Arif Muttaqin, 2008)

Invasi bakteri tuberkolosis via Inhalasi

Penyebaran bakteri secara


bronkogen, limfogen, dan
hematogen.
Sembuh

Infeksi primer

Sembuh dengan
fokus Ghon.

Infeksi pasca-primer
(Reaktivasi) Bakteri dorman. Sembuh dengan fibrotik

Bakteri muncul beberapa tahun kemudian

Reaksi infeksi/inflamasi,
membentuk kavitas dan
merusak parenkin paru

Reaksi sistemis: Anoreksia,


Komplikasi TB paru
 Edema trakeal/faringeal mual, demam, penurunan
 Peningkatan produksi secret  Efusi pleura berat badan, dan kelemahan
 Pecahnya pembuluh darah  Pneumothoraks
jalan napas
 Intake nutrisi tidak adekuat
Sesak napas, penggunaan otot  Tubuh makin kurus
 Batuk produktif bantu napas dan pola napas  Ketergantungan aktivitas sehari-
 Batuk darah tidak efektif. hari
 Sesak napas  Kurang nya pemenuhan istirahat
 Penurunan kemampuan dan tidur
 Pola napas tidak efektif  Kecemasan
batuk efektif
 Gangguan pertukaran  Kurangnya informasi
gas

 Ketidakefektifan bersihan  Perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan


jalan napas  Gangguan pemenuhan ADI (Activity Daily Living)
 Risiko tinggi sufokasi  Gangguan pemenuhan istirahat dan tidur
 Kecemasan
E. Komplikasi
1. Efusi pleura.
2. Pneumothoraks. (Arif Muttaqin, 2008)
F. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan fisik umum persistem dari observasi keadaan umum.
2. Pemeriksaan tanda-tanda vital.
3. B1 (Breathing)
Inspeksi : bentuk dada dan gerakan pernafasan. Sekilas pandang klien
dengan tb paru biasanya tampak kurus sehingga terlihat adanya
penurunan proposi diameter bentuk dada anteri posterior dibandingkan
proporsi diameter lateral.
Palpasi trakea.adanya pergeseran trakea menunjukan –meskipun tetapi
tidak spesifik-penyakit dari lobus atas paru pada tb paru yang disertai
adanya efusi pleura massif dan pneumotorak akan mendorong posisi
trakea kearah berlawan dari sisi sakit.
Getaran suara (Premitus Kokal). Getaran yang terasa ketika perawat
meletakkan tangannya di dada klien saat klien berbicara.
Perkusi: Pada klien dengan TB Paru minimal tanpa komplikasi,
biasanya akan didapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh
lapang paru.
Auskultasi: Pada klien dengan TB Paru didapatkan bunyi nafas
tambahan (Ronckhi) pada sisi yang sakit.
4. B2 (Blood)
Pada klien dengan TB Paru pengkajian yang didapatkan meliputi:
Inspeksi: Inspeksi tentang adanya parut dan keluhan kelemahan fisik.
Palpasi: Denyut nadi perifer melemah.
Perkusi: Batas jantung mengalami pergeseran pada TB Paru dengan
efusi pleura massif mendorong ke sisi sehat.
Auskultasi: Tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung tambahan
biasanya tidak didapatkan.
5. B3 (Brain)
Kesadaran biasanya composmetis ditemukan adanya sianosis perifer
apabila gangguan perkusi jaringan berat. Pada pengkajian objektif
klien tampak dengan wajah meringis, menangis, merintih, dan
menggeliat. Saat dilakukan pengkajian pada mata biasanya didapatkan
adanya konjungtiva anemis pada TB Paru dengan hemopetoe massif
dan kronis, dan sclera ikterik pada TB paru dengan gangguan fungsi
hati.
6. B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan.
Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria karena hal
tersebut merupakan tanda awal shok. Klien diinformasikan agar
terbiasa dengan urine yang berawarna jingga pekat dan berbau yang
menandakan fungsi ginjal masih normal sebagai eksresi karena minum
OAT terutama Rifampisis.
7. B5 (Bowel)
Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan, dan
penurunan berat badan.
8. B6 (Bone)
Aktifitas sehari-hari berkurang banyak pada klien TB Paru gejala yang
muncul antara lain: Kelemahan, kelelahan, insomnia, pola hidup
menetap, dan jadwal olahraga menjadi tidak teratur.
9. Serta pemeriksaan yang fokus pada B2 dengan pemeriksaan
menyeluruh sistem pernapasan. (Arif Muttaqin 2008)
G. Penatalaksanaan Medis
1. Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang
bergaul erat dengan penderita tuberkolosis paru BTA positif.
2. Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan masal terhapat kelompok-
kelompok populasi tertentu.
3. Vaksinasi BCG.
4. Kemoprofilaksis dengan menggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6-12
bulan dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri
yang masih sedikit.
5. Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang penyakit
tuberkolosis kepada masyarakat di tingkat puskesmas maupun
ditingkat rumah sakit oleh petugas pemerintah maupun petugas LSM
(missal nya perkumpulan, pemberitahuaan tuberkolosis paru
Indonesia-PPTI). (Arif Muttaqin, 2008)

H. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan
sekresi mukosa yang kental, hemoptisis, kelemahan, upaya batuk
buruk, dan edema tracheal/faringeal.
2. Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan
menurunya ekspansi paru sekunder terhadap penumpukkan cairan
dalam rongga pleura.
3. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran
alveolar-kapiler.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
keletihan, anoreksia, dipsnea, peningkatan metabolisme tubuh.
5. Gangguan pemenuhan kebutuhan tidur berhubungan dengan adanya
batuk, sesak nafas, dan nyeri dada.
6. Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari (ADL) berhubungan
dengan keletihan (Keadaan fisik yang lemah).
7. Cemas berhubungan dengan adanya ancaman kematian yang
dibayangkan (Ketidakmampuan untuk bernafas) dan prognosis
penyakit yang belum jelas.
8. Kurang pengetahuan kondisi, aturan pengobatan berhubungan dengan
kurang informasi tentang proses penyakit dan penatalaksaan
keperawatan di rumah sakit.
9. Resiko terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang resiko pantogen. (Arif Muttaqin, 2012)
I. Penatalaksaan Keperawatan

DATA NOC NIC


Hambatan pertukaran Setelah dilakukan Monitor Pernapasan
gas b.d keperawatan 1x24 jam 1. Monitor pola
Ketidakseimbangan pasien didapatkan napas.
ventilasi perfusi kriteria hasil: 2. Monitor hasil
- Pasien dapat pemeriksaan
mengatur ventilasi
tekanan pasial mekanik, catat
oksigen di darah peningkatan
arteri (PaO2) tekanan
- Klien dapat inspirasi.
mengatur 3. Posisikan
keseimbangan pasien miring
ventilasi dan ke samping,
perfusi sesuai indikasi
- Pasien dapat untuk
mengatur mencegah
tekanan parsial aspirasi.
karbondioksida
di dalam arteri
Ketidakefektifan Status pernafasan: Manajemen Batuk
bersihan jalan napas kepatenan jalan napas 1. Dukung pasien
b.d sekresi yang Kriteria hasil: menarik nafas
terhambat - Tidak ada suara berkali-kali.
nafas tambahan 2. Ajarkan klien
- Kemampuan batuk efektif.
pasien 3. Auskultasi
mengeluarkan bunyi napas.
sekresi 4. Kolaborasi
- Batuk berkurang dengan dokter
dalam
pemberian
(brondikudilato
r).
Ketidakefektifan pola Status pernafasan: Bantuan vetilasi
napas b.d ventilasi 1. Auskultasi
hiperventilasi Kriteria hasil: suara napas.
- Suara napas 2. Bantu dalam
tambahan perubahan
berkurang posisi.
- Pasien dalam 3. Ajarkan tekhnik
mengontrol relaxasi napas
frekuensi dalam.
pernapasan nya 4. Kolaborasi
- Pasien dapat dengan dokter
mengatur pemberian
pernapasan oksigen.
dengan bibir 5. Kolaborasi
mengerucut dengan dokter
dalam
pemberian
(bronkudilator)
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Medikal Edisi 8. Jakarta: EGC

2001

Brunner, Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta: EGC

2013

Chin James. 2006. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Jakarta: CV

Infomedika

Muttaqin Arif. 2012. Buku Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Pernafasan. Jakarta: Slemba Medika

Rab Tabrani. 2010. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai