Anda di halaman 1dari 13

NAMA : ARLIN NUSI

NIM : 431418065
KELAS : B, PENDIDIKAN BIOLIGI
Resume
1) Jelaskan kedudukan modifikasi dan variasi dalam konsep evolusi
Teori seleksi alam Darwin menjadi kerangka dasar teori evolusi modern.
Eksperimen dan pengamatan yang dilakukan oleh Darwin menunjukkan bahwa
organisme dalam suatu populasi bervariasi, dan beberapa variasi tersebut terwariskan
dan dapat diseleksi secara alami. Namun, Darwin tidak dapat menjelaskan sumber
variasi ini. Sama seperti para ilmuwan sebelumnya, Darwin beranggapan bahwa sifat-
sifat terwariskan ini merupakan akibat dari penggunaan ataupun ketidakgunaan organ
tertentu, dan sifat yang didapatkan selama hayat organisme tersebut dapat diwariskan
kepada keturunannya. Ia mengambil contoh burung unta yang mendapatkan
makanannya di daratan. Kaki burung unta menjadi lebih kuat oleh karena digunakan
secara terus menerus dan sayap yang jarang digunakan pada akhirnya membuat
burung unta tidak dapat terbang. Kesalahpahaman ini disebut "pewarisan karakter
yang didapatkan" dan merupakan bagian dari teori transmutasi spesies yang diajukan
oleh Jean-Baptiste Lamarck pada tahun 1809. Pada akhir abad ke-19, teori ini
menjadi apa yang dikenal sebagai Lamarckisme. Darwin mengembangkan sebuah
teori yang dia sebut sebagai pangenesis untuk menjelaskan bagaimana karakteristik
yang didapatkan selama hidup organisme dapat diwariskan. Pada tahun 1880-an,
eksperiman August Weismann mengindikasikan bahwa perubahan yang diakibatkan
oleh penggunaan ataupun ketidakgunaan terus menerus organ tertentu tidak dapat
diwariskan, dan Lamarckisme secara perlahan ditinggalkan.
Informasi yang hilang yang diperlukan untuk menjelaskan sifat-sifat
terwariskan ini dijawab oleh hasil kerja Gregor Mendel pada bidang genetika.
Eksperimen Mendel dengan beberapa generasi tumbuhan kacang polong
menunjukkan bahwa pewarisan bekerja dengan memisahkan dan mengacak informasi
pewarisan semasa pembentukan sel kelamin dan merekombinasi informasi tersebut
semasa pembuahan. Hal ini mirip dengan pengocokan kartu, dengan organisme
tertentu mendapatkan campuran acak dari setengah set kartu yang berasal dari satu
pihak orang tua, dan setengah sisanya berasal dari pihak lainnya. Mendel menyebut
informasi ini sebagai faktor; namun pada zaman sekarang informasi ini dikenal
dengan nama gen. Gen adalah satuan dasar hereditas organisme hidup. Ia
mengandung informasi-informasi yang akan menentukan perkembangan fisik dan
perilaku organisme.
Gen terbuat dari DNA, yakni molekul panjang yang membawa informasi.
Informasi ini disimpan dalam urutan nukleotida dalam DNA, sama seperti urutan
huruf-huruf dalam suatu kata yang membawa informasi. Gen sama seperti instruksi
pendek yang terdiri dari "huruf-huruf" alfabet DNA. Apabila digabungkan bersama,
keseluruhan set gen ini akan memberikan informasi yang cukup untuk membangun
dan menjalankan suatu organisme. Instruksi yang terdapat pada DNA ini dapat
berubah oleh karena mutasi. Dalam sel, gen dibawa oleh kromosom yang merupakan
kumpulan DNA. Adalah perombakan pada kromosom yang mengakibatkan
kombinasi unik gen pada keturunan.
Walaupun mutasi pada DNA adalah acak, seleksi alam bukanlah proses acak
yang bergantung pada kebetulan. Lingkungan menentukan probabilitas keberhasilan
reproduksi. Hasil akhir seleksi alam adalah organisme yang dapat beradaptasi
terhadap lingkungan. Seleksi alam tidak mempunyai tujuan akhir, dan evolusi tidak
seperlunya membuat organisme menjadi lebih kompleks, lebih cerdas, ataupun lebih
canggih. Sebagai contoh, kutu merupakan keturunan dari serangga ordo mecoptera
yang bersayap, dan ular adalah kadal tidak lagi memerlukan kaki, walaupun fiton
masih mempunyai struktur kecil kaki yang tersisa dari nenek moyangnya. Organisme
yang ada di dunia hanyalah merapakan varian makhluk hidup yang berhasil
beradaptasi terhadap lingkungan.
Perubahan lingkungan yang cepat biasanya akan menyebabkan kepunahan.
Dari kesemuaan spesies yang pernah ada di Bumi, 99,9 persennya telah punah. Sejak
dimulainya kehidupan di Bumi, terdapat lima kepunahan massal besar-besaran yang
telah mengakibatkan penurunan keberagaman spesies secara besar dan tiba-tiba.
Kepunahan massal yang paling akhir, kejadian kepunahan Kapur–Tersier, terjadi 65
juta tahun yang lalu. Ia mendapatkan perhatian yang lebih besar daripada kejadian
kepunahan lainnya karena telah menyebabkan kepunahan
2) Jelaskan hubungan yang terjadi antara lingkungan dengan makhluk hidup
yang menyangkut pengaruh lingkungan terhadap makhluk hidup
Pengertian tentang lingkungan hidup manusia atau sering disebut lingkungan
hidup, sebenarnya berakar dari penerapan ekologi. Lingkungan merupakan
penelaahan terhadap sikap dan perilaku manusia dengan tanggungjawab dan
kewajibannya dalam mengelola lingkungan hidup. Sikap dan perilaku ini sangat
diperlukan sehingga memungkinkan kelangsungan peri kehidupan secara keseluruhan
serta kesejahteraan manusia dan mahluk hidup lainnya. Pengertian lingkungan hidup
menurut UU Nomor 23 Tahun 1997, adalah sistem kehidupan yang merupakan
kesatuan ruang dengan segenap benda, keadaan, daya dan mahluk hidup termasuk
manusia dengan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan
kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya.
Paradigma ilmu lingkungan (environmental science) adalah metode ilmiah
guna menghadapi kehidupan manusia yang kompleks di bawah tatanan alam semesta,
sehingga merupakan kombinasi hukum manusia dan hukum alam berdasarkan teori,
perangkat dan aplikasinya mengacu pada komponen nilai kemanusiaan melalui
keterampilan profesional dan sistematika ilmiah (Armour dan Lang 1975;
Soerjani:1997). Atas dasar pengertian ini, ilmu lingkungan merupakan ilmu
pengetahuan murni yang monolitik. Selanjutnya dalam penerapannya ilmu
lingkungan yang mengatur sikap atau perilaku manusia dapat bersifat lintas disiplin
menurut persoalan lingkungan yang dihadapi. Ilmu lingkungan dapat berorientasi
lintas disiplin dengan ekonomi, sosiologi, kesehatan, psikologi, geografi, geologi dan
sebagainya. Botani atau ilmu tumbuhan adalah contoh kemurnian ilmu pengetahuan
yang dalam aplikasinya dapat merupakan ilmu kehutanan, ilmu pertanian dan ilmu
perkebunan yang bersifat metadisiplin serta disiplin.
Ilmu lingkungan, sebagaimana umumnya ilmu pengetahuan yang lahir dari
pemikiran para ilmuwan, pemerhati masalah lingkungan berlangsung sesuai dengan
dinamikanya ilmu pengetahuan. Sumbangan baru bagi perkembangan ilmu
pengetahuan berupa karya akademik (tertulis, terucapkan maupun tertayangkan)
sebagai hasil studi/penelitian mendalam.
Ilmu lingkungan terkait erat dengan pengelolaan sumberdaya termasuk materi,
manusia dan kompetensinya akan teknologi, seni dan budaya. Karena itu penelitian
ilmu lingkungan mencakup metodologi baik kuantitatif maupun kualitatif.
Metodologi kuantitatif berlandaskan pemikiran positivisme, terhadap fakta kehidupan
dengan realitas objektif, disamping asumsi teoritik lainnya. Sedangkan metodologi
kualitatif berdasarkan paradigma fenomenologi dengan objektivitas situasi atau
keadaan tertentu yang dialami dalam kehifupan. Karena itu penelitian ilmu
lingkungan menggunakan kedua metodologi baik kuantitatif maupun kualitatif secara
berimbang. Pada umumnya kesimpulan penelitiannya lebih diarahkan pada
perumusan kualitatif yang operasional atas dasar perumusan kuantitatif (Moleong
2004).
Ilmu lingkungan mengajarkan pada manusia sebagai pengelola lingkungan
hidup dengan sebaik dan searif mungkin agar mendasarkannya pada berbagai ciri
pokok ilmu lingkungan yang perlu mendasari penelitian guna mengungkapkan
penelusuran yang linear (garis lurus) dari masalah yang dihadapi sampai kebijakan
yang perlu dirumuskan dan dipatuhi.

1. Masalah lingkungan harus dirumuskan secara jelas apa yang dipersoalkan (what),
mengapa sesuatu yang dipersoalkan terjadi (why) dan bagaimana mengatasinya
(how).
2. Dalam mengatasi suatu masalah lingkungan perlu dicermati sebab takibatnya,
sehingga pengelolaan lingkungan perlu didasarkan dengan tindakan preventif
sebelum menggapai tindakan represif atau kuratif, walaupun kegagalan tindakan
preventif akhirnya memerlukan tindakan kuratif. Makna hidup adalah kesehatan, jadi
mengupayakan kesehatan adalah tindakan preventif, kalau terpaksa tidak sehat perlu
diatasi secara represif atau kuratif (pengobatan)
3. Pengelolaan lingkungan ditujukan kepada prilaku dan pembuatan yang ramah
lingkungan dalam semua sektor tindakan; jadi istilah lingkungan tidak boleh diobral
sehingga maknanya menjadi kabur atau bahkan hilang artinya. Teknologi harus
ramah lingkungan jadi tidak perlu ada teknologi lingkungan atau teknik lingkunga,
karena teknologi atau teknik itu sudah harus ramah lingkungan, jadi tidak ada
teknologi tidak lingkungan. Demikian pula dengan kesehatan lingkungan, cukup
kesehtan saja tanpa tambahan lingkungan. Perilaku ekonomi itu juga ramah
lingkungan, artinya hemat sumberdaya (tenaga, pikiran, materi dan waktu dengan
makna atau hasil kegitan yang optimal) jadi sebenarnya tidak perlu menggunakan
istilah ekonomi lingkungan karena ekonomi sendiri sudah harus ramah lingkungan.
Ekonomi juga berarti hemat harus menyimpan atau menabung dan berbagi adil bagi
siapapun yang juga memerlukannya.
4. Lingkungan di mana manusia melangsungkan kehidupan itu sudah diciptakan
sangat baik, indah dan bermakna, jadi yang perlu diatur adalah paham, sikap dan
perilaku hidup kita sesuai dengan Amanat Tuhan yang menciptakan semuanya di
Alam Semesta ini.
Akhirnya dipertegas perlunya ketegaran dalam menggunakan istilah
lingkungan hidup dan ilmu lingkungan agar dijaga untuk tidak rancu dengan
pengertian tentang ekologi atau ekologi manusia agar pengertian masing-masing tidak
menjadi kabur karena oversold (Soerianegara 1979).
3) Berikan contoh hubungan yang terjadi pada soal no.2 di atas
Hukum favorite races atau spesies unggulan berawal dari bukti-bukti evolusi
yaitu rekombinasi dan seleksi alam Variasi idividu.
1. Rekombinasi dan seleksi alam
Ekosistem adalah suatu sistem yang terbentuk oleh adanya hubungan timbal balik
antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Di dalam ekosistem terdapat dua komponen
penting, yaitu komponen biotik dan komponen abiotik.
Komponen biotik meliputi semua makhluk hidup yang hidup di dalam suatu
ekosistem. Contoh bunga, serangga, rumput, pohon, kadal, sapi, fungi, ikan dan
mikroorganisme. Setiap jenis ekosistem tersusun atas komponen biotik yang berbeda-beda.
Komponen biotik di ekosistem hutan hujan tropis antara lain katak, burung, pohon dan
berbagai jenis tumbuhan. Berbeda dengan jenis-jenis komponen biotik di ekosistem gurun
yang meliputi kaktus, rumput dan ular.
Komponen abiotik terdiri atas komponen tidak hidup yang meliputi fisik dan
keadaan lingkungan. Misal cahaya, temperatur, udara, angin, air, batu dan tanah.
Jadi dalam ekosistem terdapat dua komponen penting yaitu makhluk hidup atau
biotik dan benda tidak hidup atau abiotik yang keduanya saling berinteraksi satu sama lain.
Berdasarkan peranannya, komponen biotik dibedakan menjadi tiga macam yaitu produsen,
konsumen dan dekomposer.
Produsen adalah organisme yang mampu menghasilkan makanannya sendiri melalui
proses fotosintesis. Misalnya tumbuhan. Tanpa produsen semua jenis hewan tidak dapat
bertahan hidup.
Konsumen adalah organisme yang mendapatkan makanan dari produsen. Itu
sebabnya semua jenis hewan berperan sebagai konsumen. Berdasarkan cara memperoleh
makanannya konsumen dibedakan menjadi tiga, yaitu herbivora, karnivora dan

omnivora.
Dekomposer berperan menguraikan bahan organik menjadi bahan anorganik
yang akan digunakan sebagai unsur hara bagi produsen seperti tumbuhan.
Organisme yang berperan sebagai dekomposer yaitu bakteri dan fungi.
Komponen-komponen biotik yang terdapat di dalam ekosistem akan menyusun
satuan-satuan makhluk hidup, yaitu individu, populasi dan komunitas.
4) Jelaskan hubungan yang terjadi antara lingkungan dengan makhluk hidup
yang menyangkut pengaruh makhluk hidup terhadap lingkungan
Manusia mempengaruhi lingkungan hidupnya, dengan mengusahakan
sumber daya dan lingkungannya untuk mempertahankan diri dan jenisnya,
sebaliknya, manusia juga dipengaruhi oleh lingkungannya. Interaksi antara manusia
dengan lingkungan hidupnya tidak hanya ditentukan oleh jenis dan jumlah sumber
daya hayati dan non-hayati, tetapi juga oleh kondisi dan sifat sumber daya. Selain itu
juga oleh perilaku dan kebudayaan manusia yang ikut menentukan bentuk dan
intensitas interaksi antara manusia dengan lingkungannya.
Dalam ekosistem, manusia adalah salah satu dari unsur lain baik hayati
maupun non-hayati yang tidak terpisahkan. Karena itu kelangsungan hidup manusia
tergantung pula pada kelestarian ekosistemnya. Namun karena kemampuan berpikir
manusia dengan perilakunya yang melebihi kemampuan biota lainnya maka manusia
menjadi faktor yang penting. Manusia harus dapat menjaga keserasian hubungan
timbal-balik antara manusia dengan lingkungannya sehingga keseimbangan
ekosistem tidak terganggu. Manusia diharapkan menjadi pelestari lingkungan.
Manusia memiliki daya nalar yang memungkinkannya dapat
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di samping itu kemampuan
manusia menciptakan lingkungan buatan yang berbeda dengan lingkungan
alaminya, sehingga terjadi perubahan ekosistem alami menjadi ekosistem buatan.
Perkembangan alam pikiran manusia memungkinkan adanya penguasaan atas
tatanan lingkungan hidup melalui pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni. Akan tetapi jika penataan lingkungan hidup tidak berlangsung
dengan baik maka akan terjadi penurunan kualitas hidup dan perubahan kualitas
lingkungan.
5) Berikan contoh hubungan yang terjadi pada soal no.4 di atas
A. Simbiosis
Hubungan antarmakhluk hidup yang khas disebut simbiosis. Di alam dikenal
tiga macam kehidupan simbiosis yaitu simbiosis mutualisme, simbiosis parasitisme,
dan simbiosis komensalisme.
1. Simbiosis mutualisme
Simbiosis mutualisme adalah hubungan antara dua jenis makhluk hidup yang
saling menguntungkan.
Contoh :
1. hubungan serangga dan tumbuhan berbunga.
Serangga seperti kupu-kupu, lebah, dan kumbang mengambil nektar dari
bunga untuk makanannya, serangga membantu proses penyerbukan pada bunga.
2. Kerbau dengan burung jalak
Jalak mendapat keuntungan berupa kutu sebagai makanan, sedangkan
kerbau merasa nyaman karena tidak gatal. Satu lagi keuntungan yang diperoleh
kerbau, yaitu adanya peringatan akan bahaya. Burung jalak akan segera terbang jika
mengetahui adanya ancaman.
3.Buaya dengan burung Clover
Burung clover membersihkan kotoran dan sisa makanan di mulut buaya,
sementara burung clover mendapatkan makanan.
4.Tumbuhan dengan cacing
Tumbuhan sangat terbantu oleh adanya cacing tanah yang yang membuat
lubang-lubang di dalam tanah. Air dan udara yang diperlukan tumbuhan menjadi
lebih mudah meresap dan diserap oleh akar. Sebaliknya cacing tanah mendapatkan
makanan dari daun-daun kering berguguran yang kemudian membusuk.
5. jamur dengan ganggang
Ganggang mampu berfotosintesis untuk menyediakan makanan bagi
ganggang tersebut dan bagi jamur. Jamur menyediakan sarana untuk
berfotosintesis, yaitu sebagai penyedia air dan karbon dioksida. Simbiosis
mutualisme antara jamur dan ganggang akan membentuk lumut kerak.
6. burung tertentu yang memangsa ulat yang berada di daun-daun suatu
tumbuhan.
selain mendapatkan makanan, Burung tersebut membantu tumbuhan karena
daunnya tidak menjadi santapan ulat.
7. Akar tanaman polong – polongan dengan bakteri Rhizobium radicicola
2. Simbiosis komensalisme
Simbiosis komensalisma adalah hubungan ketergantungan antara makhluk
hidup, di mana satu pihak diuntungkan namun pihak yang lain tidak dirugikan.
Contohnya adalah sebagai berikut:
A. Ikan remora dengan ikan hiu.
Ikan-ikan kecil yang disebut remora, menempel pada tubuh ikan hiu. Remora
mendapatkan sisa-sisa makanan dari ikan hiu. Selain itu, remora dapat bepergian ke
manapun tanpa takut dimangsa oleh ikan-ikan besar lain. Hiu tidak diuntungkan
maupun dirugikan.
B. Anggrek dan berbagai jenis paku-pakuan hidup menumpang pada tumbuhan lain.
Anggrek dan paku-pakuan mendapatkan tempat hidup yang dapat
terjangkau sinar matahari yang membantu mereka berfotosintesis. Tumbuhan yang
ditumpangi tidak diuntungkan maupun dirugikan.
3. Simbiosis parasitisme
Simbiosis parasitisma adalah hubungan ketergantungan yang hanya
menguntungkan salah satu pihak. Contohnya adalah sebagai berikut:
A.Benalu yang hidup di pohon inang.
Selain menumpang hidup, benalu juga mengambil makanan dari tumbuhan
inang yang ditumpanginya. Akibatnya tumbuhan yang ditumpangi mengalami
kerugian karena kehilangan zat-zat makanan dan pertumbuhannya terganggu.
B.Tumbuhan tali putri yang menumpang pada tumbuhan lain.
Tumbuhan tali putri tidak bisa membuat makanan sendiri. Tumbuhan ini
menghisap zat-zat makanan dari tumbuhan yang ditumpanginya sehingga
menghambat pertumbuhan inangnya.
C.Kutu kepala dengan kulit kepala manusia
D.Jamur panu dengan kulit manusia
Menurut E. Haeckel, ekologi adalah suatu keseluruhan pengetahuan yang
berkaitan dengan hubungan. Hubungan total atau organisme dengan lingkungannya,
baik yang bersifat organik (biotik) maupun anorganik (abiotik). Pengertian lain
dikemukakan oleh Andrewartha (1961) yang menyatakan, ekologi adalah studi
ilmiah mengenai saling hubungan yang menentukan distribusi organisme dan
kelimpahannya (abundance). Dalam Webster’s Unabridges Dictionary, ekologi
diartikan sebagai “totalitas atau pola hubungan lingkungan (environment)”. Yang
dimaksudkan dari definisi di atas yaitu “The summation of all biotic (living) and
abiotic (non living) factors that surround and pottencially influence an organism
(organism habitat)”. Dapat disimpulkan bahwa lingkungan adalah keseluruhan faktor
biotik (hidup) dan abiotik (tak hidup) yang terdapat di sekeliling organisme (makhluk
hidup) dan berpotensi memengaruhi organisme tertentu atau disebut juga habitat
organisme. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa lingkungan
terdapat dua macam yaitu lingkungan biotik dan lingkungan abiotik. Lingkungan
biotik adalah keseluruhan organisme yang berpotensi memengaruhi kehidupan
organisme yang lain, sedangkan lingkungan abiotik adalah keseluruhan unsur tak
hidup baik bersifat fisika maupun kimia (fisika-kimia) yang berpotensi mengenali
kehidupan organisme tertentu. Faktor fisika antara lain suhu, cahaya, angin,
gelombang air laut, arus air, tingkat kejernihan perairan, kelembaban udara dan
sebagainya; sedangkan faktor kimia antara lain kandungan nutrisi tanah, keasaman
(pH), kadar oksigen baik yang terdapat di udara maupun yang terdapat dalam air,
kadar karbondioksida dan sebagainya. Faktor-faktor abiotik (sebagai contoh) yang
disebutkan di atas akan memengaruhi distribusi dalam kelimpahan organisme.
Lingkungan organisme dapat juga dimaknai sebagai habitat, yaitu tempat
hidup alamiah suatu organisme di alam. Jadi, habitat suatu organisme dapat
dipandang sebagai “alamat” organisme tersebut di alam. Misalnya, habitat ikan mas
adalah air tawar, habitat ikan bandeng adalah air payau, dan habitat harimau adalah
hutan. Dalam ekologi dikenal pula istilah relung (niche:nisia), yakni sesuatu yang
spesifik yang mendukung kehidupan suatu populasi organisme di dalam ekosistem.
Dilihat dari segi tempat hidup, relung menyatakan tempat hidup yang spesifik dalam
suatu habitat. Sebagai contoh, ikan lele dan ikan mujair sama-sama hidup dalam
habitat kolam air tawar. Namun demikian, ikan lele cenderung hidup di dasar kolam
sedangkan ikan mujair cenderung hidup di dekat permukaan air. Peluang juga dapat
dikaitkan dengan status fungsional (baca : peran). Suatu organisme dalam suatu
ekosistem, misalnya apakah sebagai produsen, konsumen tingkat tiga atau sebagai
pengurai. Akhirnya, relung juga berkaitan dengan kebiasaan makan, perilaku
reproduksi, dan lain-lainnya. Dengan demikian, relung suatu organisme menyangkut
seluruh aspek biologi dari organisme yang bersangkutan.
REFERENSI
Adrian M. S.R.D., R.D. Owen and R.S. Edgar. 1965. General Genetics. W H.
Freeman and Company
Brown, T.A. 1990. Gene cloning, 2nd edition. Champman and Hall, London.
Chapman, A.B. 1985. General and Quantitative Genetics. Elsevier Science
Publishers. Tokyo.
Carroll, SB; Grenier, J; Weatherbee, SD (2000), From DNA to Diversity: Molecular
Genetics and the Evolution of Animal Design (edisi ke-2nd Edition),
Oxford: Blackwell Publishing, ISBN 1-4051-1950-0
Cartono, 2005. Biologi Umum Untuk Perguruan Tinggi LPTK. Bandung :
Penerbit Prisma Press.
Jumhana, N. 2006. Konsep Dasar Biologi. Bandung: UPI PRESS
Kimball, Jw. Biologi. Jilid 3. Edisi kelima. Alih bahasa Soetarmi, S dan Sugiri, N.
Jakarta : Erlangga.
Sri, Y.M. 2006, Konsep Dasar IPA. Bandung : UPI PRESS

Anda mungkin juga menyukai