Anda di halaman 1dari 5

Berikut manfaat teori belajar bagi guru professional :

1.    Sebagai pedoman/landasan bagi guru untuk melaksanakan proses pembelajaran


Pemanfaatan berbagai teori belajar bisa menjadi pedoman bagi guru untuk menentukan arah
pembelajaran. Ini dilakukan untuk mengembangkan seluruh potensi siswa dan menjadi
pedoman guru untuk melaksanakan pembelajran sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.
Mencari starategi pengajaran yang tepat serta memilih hal-hal yang bisa membantu
mengembangkan proses pembelajaran.
2.    Membantu guru memahami bagaimana siswa belajar
Sebuah kelas terdiri dari beragam siswa, masing-masing siswa dengan kemampuan dan
motivasi yang berbeda tentu memiliki cara belajar yang berbeda pula. Guru dapat mengetahui
dan membantu siswa belajar dengan memanfaatkan teori belajar. Pemanfaatan teori belajar
ini akan memberikan gambaran bagi guru untuk memilih teori belajar sesuai dengan keadaan
perbedaan kemampuan si anak. Teori belajar akan membantu guru untuk memahami
bagaimana anak belajar. Anak anak belajar dengan penguatan, dengan pengalaman, melalui
kondisi dan latihan, dan lain-lain. Dengan menguasai berbagai teori belajar akan membantu
guru menentukan sikap/tindakan yang tepat untuk membantu siswa belajar.

3.    Membantu guru untuk mewujudkan pembelajaran yang lebih efektif dan efisien.
Perbedaan kemampuan, keadaan dan sikap siswa bisa saja menjadi masalah dalam belajar,
namun sebaliknya semua itu harus mendapatkan penanganan yang baik dari guru, agar proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Jika guru telah memahami bagimana siswanya
belajar, maka ia sudah bisa menentukan bimbingan apa yang bisa ia lakukan untuk siswanya,
sehingga ini akan menambah keefektifan proses pembelajaran. Tindakan guru yang tepat
akan lebih menghemat waktu, sehingga siswa bisa belajar sesuai dengan tujuannya tanpa
membuang waktu, tenaga dan biaya, sehingga mewujudkan proses pembelajaran yang efektif
dan efisien.
4.    Membantu guru untuk merancang dan merencanakan proses pembelajaran
Pemanfaatan teori belajar tidak saja membantu siswa belajar, namun juga membantu guru
untuk merancang pembelajaran yang sesuai dengan perbedaan kemampuan dan
keanekaragaaman anak didiknya. Memilih metode, starategi, media yang tepat untuk
menyampaikan informasi dalam proses belajar pada anak didiknya.
5.    Menjadi panduan guru dalam mengelola kelas
Pengelolaan kelas yang baik tergantung pada kemampuan pendidik professional untuk
mengarahkan siswa untuk mengikuti arahnnya. Dengan memanfaatkan berbagai teori belajar
sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa, ini bisa menjadi panduan guru dalam
mengelola kelas, karena guru sudah mengetahui detail, bagaimana pribadi, sikap dan
kemampuan siswa. Guru bisa memilih tindakan yang cocok untuk membimbing siswa,
sehingga mempermudah guru mengelola kelas.
6.    Membantu guru mengevaluasi/ menilai proses pembelajaran, sikap guru serta hasil
belajar yang telah dicapai
Setiap proses pembelajaran tidak pernah luput dari kekurangan. Pendidik professional juga
memiliki berbagai keterbatasan dalam melakukan proses pembelajaran, karena itu perlu
diadakan evaluasi. Evaluasi ini dillakukan untuk melihat sejauh mana ketercapaian dan
keberhasilan tujuan pembelajaran yang telah dicapai. Hasilnnya dapat menjadi pedoman
untuk prmbelajaran yang berikutnya serta menjadi ajang perbaikan. Tidak saja dari segi hasil
belajar, pemanfaatan teori belajar juga membantu guru untuk menilai diri/introspeksi diri,
tindakan apa yang sudah dilakukan dengan baik, dan tindaakan apa pula yang mungkin perlu
diperbaiki guru di waktu mendatang.
7.    Membantu guru memberikan dukungan dan bantuan pada siswa agar siswa dapat
mencapai prestasi optimal dan kesuksesan belajar
Perbedaan kemampuan dan kepribadian siswa tentu membutuhkan penanganan yang berbeda.
Dengan pemanfaatan teori belajar, guru bisa menilai bagaimana siswanya belajar, sehingga
ini mempermudah guru untuk memberikan arahan dan bantuan serta masukan bagi siswanya
untuk terus mengembangkan potensi yang ada, mencapai prestasi yang diinginkan. Guru
tiada henti memberikan dukungan, semangat serta memotivasi siswa agar biasa mencapai
kesuksesan belajarnya.
8.    Membantu guru membangun karakter pada diri siswa
Pada dasarnya setiap siswa adalah individu yang baik, namun lingkungan dan bagaimana ia
menjalani kehidupannya ikut serta memberikan pengaruh untuk pembentukan karakter
seseorang. Dengan memanfaatkan teori belajar yang ada, ini dapat membantu guru untuk
terus menanamkan karakter diri yang baik bagi siswa. Dengan membantu proses belajarnya,
guru bisa menanamkan nilai-nilai, malalui reward, penguatan dan lain-lain.
Aliran teori-teori belajar yang dipakari oleh psikolog, antara lain :

Teori Belajar Behavioristik: Yang berasal dari Behavior yang artinya tingkah laku.

Semakin seseorang diberikan penguatan dalam belajar, ia akan semakin menunjukkan


tingkah laku yang sesuai dengan informasi yang ia dapatkan.

Bila teori behavioristik inidikaitkan dengan pembelajaran, tingkahlaku ini merupakan wujud
capaian atau hasil belajar.

Teori behavioristik mulanya, teori belajar psikologi yang muncul sejak 1940-an sampai
sampai dengan awal 1950 dan John B. Watson dianggap sebagai pelapor.

Teori Belajar Kognitif : Yang berarti berfikir, arti dari kognitif itu sendiriadalah tindakan
mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.

Bila teori kognitif ini dikaitkan dengan pembelajaran, dengan kognitif semua melibatkan
pikiran karena dengan belajar individu tersebut sengan memikirkan sesuatu untuk merubah
tingkah laku yang terjadi, lebih menekankan pada perkembangan berfikir peserta didik.
Prof.Dr. Ratna Wilis Dahar,M.Sc dalam bukunya yang berjudul Teori-Teori Belajar
mengemukakan pembagian teori belajar menjadi 2 bagian, yaitu teori belajar sebelum abad
20 dan teori belajar yang berkembang pada abad 20.
Teori belajar sebelum abad ke-20 dikembangkan tanpa dilandasi eksperimen melainkan hasil
dari pengalaman, orientasinya filosofis atau spekulatif. Teori yang berkembang pada saat itu
adalah:
- Teori disiplin mental dengan tokohnya adalah Plato dan Ariestoteles. Proses belajar
menekankan pada melatih atau mendisiplinkan mental siswa. Contohnya pada saat belajar
membaca, siswa mulai diperkenalkan dengan daftar kata-kata menggunakan kartu-kartu
kemudian di-drill sampai bisa.
- Teori perkembangan alamiah (natural unfoldment) , tokohnya adalah J.J. Rosseau (1712-
1778); Henrich Pestalozzi (1746-1827), dan seorang berkebangsaan Jerman bernama
Frederich Froebel (1782-1852) yang merupakan pelopor kindergarten pada masa itu. Contoh
penerapannya adalah dengan memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi
anak, guru lebih mementingkan perkembangan kematangan (maturational development)
daripada menanamkan suatu keterampilan tertentu. Guru-guru akan menunggu hingga siswa
menyatakan keinginannya untuk belajar membaca,misalnya, sebelum mereka mencoba
mengajar siswa-siswa ini membaca. Teori ini merupakan teori pendukung dalam
pembelajaran di taman kanak-kanak dan PAUD di banyak negara , termasuk Indonesia.
- Teori Apersepsi, tokohnya adalah Johann Friedrich Herbart (1776-1841) yang
mengemukakan tentang teori tabula rasa mengenai pikiran. Belajar merupakan suatu proses
terasosiasinya gagasan-gagasan baru dan gagasan –gagasan lama yang sudah membentuk
pikiran (mind). Para pengikut teori ini akan mengajar siswa membaca misalnya, mulai
dengan abjad dan berusaha agar siswa dapat mengenal dan mengucapkan setiap huruf.
Kemudian mereka akan mengatakan bagaimana huruf-huruf itu digabung-gabungkan untuk
membuat kata-kata, bagaimana huruf-huruf membuat bunyi, bagaimana bunyi menjadi
bersatu, dan bagaimana huruf-huruf hidup dan huruf-huruf mati berperan. Dengan kata lain,
guru akan memberikan aturan-aturan pada siswa. Lalu guru ini akan membicarakan benda-
benda atau makhluk-makhluk hidup yang telah dikenal siswa, misalnya kucing, anjing, kuda
dan lain-lain. Kemudian guru akan menuliskan kata k u d a, dan menerangkan, bahwa kata ini
menggambarkan kuda. Guru ini berkeinginan terutama untuk membuat pelajaran membaca
itu menarik, dan berusaha agar para siswa memperoleh gagasan-gagasan yang benar dari
membaca. Teori ini berlawanan dengan teori disiplin mental dan perkembangan alamiah
merupakan suatu asosiasionisma mental yang dinamis didasarkan pada premis fundamental
bahwa tidak ada gagasan bawaan sejak lahir (bawaan), apapun yang diketahui seseorang
datang dari luar dirinya.

Teori belajar yang berkembang pada abad 20 dikelompokkan menjadi dua keluarga yaitu
keluarga perilaku yang meliputi teori-teori stimulus-respons (S-R) conditioning, dan keluarga
Gestalt-field yang meliputi teori-teori kognitif.
Perilaku menurut teori behaviorisme ialah hal-hal yang berubah dan dapat diamati. Perilaku
terbentuk dengan adanya ikatan asosiatif antara stimulus dan respon (S-R). Manusia
berperilaku pada dasarnya mencari kesenangan yang sekaligus menghindari hal-hal yang
menyakitkan, dan perilaku pada dasarnya ditentukan oleh lingkungan sesuai dengan pola
stimulus respon yang terjadi. Proses belajar terjadi dengan adanya tiga komponen pokok,
yaitu stimulus, respon dan akibat. Stimulus adalah sesuatu yang datang dari lingkungan yang
dapat membangkitkan respon individu. Respon menimbulkan perilaku jawaban atas stimulus.
Sedangkan akibat adalah sesuatu yang terjadi setelah individu merespon baik yang bersifat
positif maupun negatif.
Teori belajar humanisme memandang bahwa perilaku manusia ditentukan oleh faktor internal
dirinya dan bukan oleh kondisi lingkungan ataupun pengetahuan. Menurut teori belajar
humanisme, aktualisasi diri merupakan puncak perkembangan individu. Kebermaknaan
perwujudan dirinya itu bahkan bukan saja dirasakan oleh dirinya sendiri, tetapi juga oleh
lingkungan sekitarnya. Teori belajar humanisme ini yakin bahwa motivasi belajar harus
datang dari dalam diri individu.
Tokoh-tokoh yang berkaitan dengan teori perilaku ini adalah Ivan Petrovich Pavlov (1849-
1936), E.L.Thorndike, E.R Guthrie, B.F. Skinner, R.M. Gagne, A.Bandura, dan beberapa
lainnya.

Menurut teori gestalt-field, belajar merupakan suatu proses perolehan atau perubahan insight,
outlooks, harapan-harapan atau pola-pola berfikir. Para ahli teori ini yakin bahwa perilaku
yang tidak Nampak adalah mungkin untuk dipelajari dengan cara ilmiah, seperti pemikiran-
pemikiran (thoughts). Karena teori ini memusatkan perhatian dan menganalisa proses-proses
kognitif, maka prinsip-prinsip dan kesimpulan-kesimpulan yang mereka sarankan disebut
teori-teori kognitif.
Para teoriwan belajar kognitif berpandangan bahwa proses belajar pada manusia melibatkan
proses pengenalan yang bersifat kognitif. Menurut mereka, cara belajar orang anak berbeda
dengan cara belajar orang dewasa. Proses belajar orang dewasa melibatkan kemampuan
kognitif yang lebih tinggi dibandingkan dengan proses belajar anak.

Banyak ahli psikologi kognitif yang mempelajari bagaimana terjadinya belajar dan
menyarankan bagaimana seharusnya mengajar di lakukan. Diantaranya adalah Jerome Bruner
(1966) yang mengemukakan model penemuan (discovery learning), David Ausubel (1968)
yang mengemukakan toeri belajar bermakna, dan Robert Gagne (1970) serta Jean Piaget yang
terkenal dengan teori kognitifnya yang sangat mempengaruhi dunia pendidikan.

Bruner mengemukakan bahwa inti dari belajar adalah bagaimana cara orang memilih,
mempertahankan dan mentransformasikan informasi secara aktif. Bruner menganggap bahwa
belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan
dengan sendirinya memberikan haasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari
pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang
benar-benar bermakna dan menunjukkan beberapa kebaikan, yaitu : pengetahuan tersebut
bertahan lama/mudah diingat, belejar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik
dari hasil belajar lainnya dan yang terakhir adalah secara keseluruhan belajar penemuan dapat
meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berfikir secara bebas. Secara
keseluruhan belajar penemuan melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk
menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain

Ausubel mengklasifikasikan belajar ke dalam dua dimensi. Dimensi pertama menyangkut


cara materi atau informasi diterima peserta didik dan dimensi kedua, menyangkut cara
bagaimana peserta didik dapat mengaitkan informasi atau materi pelajaran dengan struktur
kognitif yang telah ada. Jika peserta didik menghubungkan informasi atau materi pelajaran
baru dengan konsep-konsep atau hal lainnya yang telah ada dalam struktur kognitifnya, maka
terjadilah yang disebut dengan belajar bermakna.
Menurut Piaget, setiap individu mengalami tingkat-tingkat perkembangan intelektual mulai
dari tahap sensori motor (0-2 tahun), pra-operasional (2-7tahun), operasional konkret (7-
11tahun), dan operasional formal (11tahun ke atas). Melalui penelitiannya, kini kita dapat
memahami bagaimana individu belajar melalui schemata-skemata yang terbentuk di dalam
fikirannya, melalui akomodasi dan asimilasi sehingga mencapai ekuilibrasi di setiap tahapan
perkembangannya.

Anda mungkin juga menyukai