DASAR PENYULUHAN
1. Adopsi
Pengertian adopsi dalam proses penyuluhan menurut Departemen Kehutanan (1996)
dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku baik yang berupa: pengetahuan
(cognitive), sikap (affective), maupun keterampilan (psycho motoric) pada diri
seseorang setelah menerima “inovasi” yang disampaikan penyuluh oleh masyarakat
sasarannya. Adopsi adalah suatu keputusan individu untuk menggunakan inovasi
sebagai sarana tindakan. Manifestasi dari bentuk adopsi ini dapat dilihat atau diamati
berupa tingkah laku, metoda, maupun peralatan dan teknologi yang dipergunakan
dalam kegiatan komunikasinya.
Dinyatakan oleh Rogers (1983) bahwa perubahan seseorang untuk mengadopsi suatu
perilaku yang baru tersebut terjadi dalam beberapa tahapan sebagai berikut:
a) Tahap kesadaran (awareness)
Pada tahap ini para petani akhirnya menjadi sadar bahwa inovasi itu sungguh
ada, diluar sana sungguh sudah ada perkembangan mengenai pertanian tapi
mereka belum cukup informasi tentang itu.
b) Tahap minat (interest)
Setelah mengetahui ada hal baru para petani mulai tertarik untuk mencobanya
dan mulai mencari banyak informasi mengenai hal tersebut.
c) Tahap penilaian (evaluation)
Pada tahap ini petani mulai melakukan penilaian terhadap teknologi yang baru
ia ketahui untuk dilihat dari kondisinya, manajemen, sumber daya, harapan,
dan memutuskan untuk menggunakannya atau tidak. Evaluasi adalah juga
untuk membuat suatu percobaan/pengendalian mental mengenai inovasi itu.
d) Tahap percobaan (trial)
Pada tahap ini petani terlibat dalam percobaan inovasi dikebun. Jika
keterangan sudah lengkap, minat untuk meniru besar, dan jika ternyata hasil
penilaiannya positif, maka dimulai usaha mencoba hal baru yang sudah
diketahuinya.
e) Tahap adopsi (adoption)
Pada tahap ini petani mengambil keputusan untuk mengadopsi teknologi
tersebut atau tidak. Jika petani memilih untuk mengadopsi teknologi tersebut
maka petani itu sudah memiliki keyakinan akan berhasil.
2. Faktor Yang Mendukung Kecepatan Adopsi
a) Sifat inovasi
b) Sifat sasarannya
dikemukakan oleh Rogers and
Shoemaker (1971)bahwa dalam setiap kelompok masyarakat terbagi menjadi 5
(lima) kelompok individu berdasarkan tingkat kecepatannya mengadopsi
sebagai berikut.
Kelompok perintis (innovator)
Pelopor/ orang-orang yang pertama dalam suatu wilayah tertentu yang
paling cepat mengadopsi suatu inovasi, memiliki rasa ingin tahu
tinggi/curiousity, cenderung indualis.
Kelompok pelopor (early adopter),
Orang yang cukup aktif dalam pembangunan desa, umur relatif muda,
pendidikan cukup tinggi, status sosial agak tinggi dan disegani oleh
anggota masyarakat.
Kelompok penganut dini (early mayority),
Golongan yang mudah terpengaruh bila hal baru telah disadari dan
diyakini keunggulannya.
Kelompok penganut lambat (late mayorty),
Orang yang lambat menerima inovasi, kedudukan ekonominya rendah,
dan kurang bersemangat dalam usahataninya.
Kelompok orang-orang kolot/naluri (laggard)
Kaum kolot/penolak, usia tua, statis dan pasif terhadap perubahan, dan
kurang rasional.
Halil, Warda. 2017. Peranan Komunikasi Dalam Proses Adopsi Inovasi Penyuluhan
Pertanian. Makassar. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan.
Martina. Zurian. 2016. Analisis Adopsi Inovasi Penyuluhan Pertanian Di Kabupaten Aceh
Utara Dalam Mendukung Kedaulatan Pangan. Agrisep 15(2):143-150.