Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR OKSIGENASI


Dosen Pembimbing: Bu Aida Sri Rachmawati M.Kep

Disusun Oleh:
Naswa Salsabila Sofwan
E1914401025

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2020
I. Gangguan Kebutuhan Dasar Oksigenasi
A. Pengertian
Oksigenasi Merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling
mendasaryang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh,
mempertahankan hidup, dan aktivitas berbagai organ dam sel
tubuh..Keberadaan oksigen merupakan salah satu komponen gas dan
unsur vital dalam proses metabolisme dan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh ( Andarmoyo, sulistyo,
2012). Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup
oksigen (O2) setiap kali bernapas dari atmosfer.
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 ke dalam
sistem (kimia atau fisika). Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna
dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme
sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air.
Akan tetapi penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh
akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktifitas sel.
(Wahit Iqbal Mubarak, 2007).
B. Tujuan pemberian oksigenasi
Prosedur pemenuhan kebutuhan oksigen dapat dilakukan dengan
pemberian oksigen dengan menggunakan kanula dan masker,
fisioterapi dada, dan cara penghisapan lendir (suction).
Tujuan:
1. Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan
2. Untuk menurunkan kerja paru-paru
3. Untuk menurunkan kerja jantung
Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem
respirasi, kardiovaskuler, dan keadaan hematologi.
C. Anatomi Sistem Pernafasan
Bernapas membawa udara ke paru, dimana terjadi pertukaran
gas. Udara masuk ke paru melalui saluran pernapasan. Organ saluran
pernapasan atas terdiri dari mulut, hidung, dan pharing. Ketiganya
dihubungkan dengan nasopharing, yang membawa udara melalui
mulut dan hidung ke pharing. Organ saluran pernapasan bawah terdiri
dari trakhea, lobus bronkhus, segmen bronkhus, dan paru. Bronkhus
berlanjut ke bronkhiolus, yang menghubungkan jalan napas dengan
parenkhim paru. Pertukaran gas di paru terjadi di alveoli. Struktur
epitel berdinding tipis dihubungkan dengan kapiler. Oksigen masuk
alveoli menembus epitel, masuk darah menuju jantung dan dari
jantung ke jaringan tubuh.
D. Fungsi Sistem Pernafasan
Bernafas adalah pergerakan udara dari atmosfir ke sel tubuh dan
pengeluaran CO2 dari sel tubuh ke luar tubuh. Proses pernafasan
mencakup ventilasi, difusi, transportasi dan perfusi.
1. Ventilasi
Ventilasi adalah proses masuk dan ke luarnya udara di paru
sehingga pertukaran gas terjadi. Ventilasi mencakup kegiatan
bernafas atau inspirasi dan ekspirasi. Selama inspirasi, diafragma
dan otot intercostal eksternal berkontraksi, sehingga memperbesar
volume thorak dan menurunkan tekanan intrathorak. Pelebaran
dinding dada mendorong paru ekspansi, menyebabkan tekanan
jalan napas turun di bawah tekanan atmosfir, dan udara masuk
paru. Pada saat ekspirasi, diafragma dan otot intrcostal relaksasi,
menyebabkan thorak kembali bergerak ke atas ke ukuran lebih
kecil. Tekanan dada meningkat menyebabkan udara mengalir
keluar dari paru.
2. Difusi Gas
Difusi adalah proses dimana molekul (gas/partikel lain)
bergerak dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang
bertekanan rendah. Oksigen dan karbon dioksida berdifusi diantara
alveoli dan darah. Bernapas secara kontinyu menambah supply
oksigen paru, sehingga tekanan partial oksigen (PO2) di alveoli
relatif tinggi. Sebaliknya bernapas mengeluarkan karbon dioksida
dari paru, sehingga tekanan partial karbon dioksida (PCO2) di
alveoli rendah. Oksigen berdifusi dari alveoli ke darah karena PO2
lebih tinggi di alveoli daripada di darah kapiler. Karbon dioksida
berdifusi dari darah ke alveoli.
3. Transportasi dan Perfusi Gas
Oksigen ditransportasikan dari membrane kapiler alveoli paru
ke darah kemudian ke jaringan dan karbondioksida
ditransportasikan dari jaringan ke paru kembali. Oksigen diangkut
dalam darah melalui hemoglobin. Metabolisme meningkat maka
akan mengakibatkan peningkatan kebutuhan oksigen. Jumlah
oksigen yang disampaikan ke sel disebut perfusi gas.
E. Pola Pernafasan Normal

Rata-Rata
Kelompok Usia
Pernafasan/menit
Bayi Baru Lahir 30-60
1-5 tahun 20-30
6-10 tahun 18-26
10tahun-dewasa 12-20
Dewasa tua 60 tahun keatas 16-25

Pola pernafasan normal tergantung usia. Rata-Rata Pernafasan


Menurut Kelompok Usia.
F. Jenis Pernafasan
1. Pernafasan Eupnoe: pernafasan normal, tenang dan teratur.
2. Pernafasan Kussmaul: Pernafasan kadang-kadang cepat dan
kadang-kadang lambat sehingga frekuensi tidak teratur.
3. Pernafasan Cheyene stokes: Pernafasan kadang-kadang apnoe
(berhenti), frekuensi pernafasan di bawah 20x/menit.
4. Pernafasan Biot: Pernafasan yang tidak teratur iramanya dan
kadang-kadang diikuti apnoe.

II. Data Fokus


A. Anamnesa
1. Biodata pasien (umur, sex (jenis kelamin), pekerjaan, pendidikan)
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien
baik secara fisik maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan
perlu dikaji untuk mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap
terjadinya masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan dapat
berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang
masalahnya/penyakitnya.
2. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan
mengganggu oleh klien pada saat perawat mengkaji, dan
pengkajian tentang riwayat keluhan utama seharusnya mengandung
unsur PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala, dan
Time).
3. Riwayat perkembangan
a. Neonatus : 30 - 60 x/mnt
b. Bayi : 44 x/mnt
c. Anak : 20 - 25 x/mnt
d. Dewasa : 15 - 20 x/mnt
e. Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital
menurun
4. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang
mengalami masalah penyakityang sama.
5. Riwayat kesehatan
Masalah pernafasan yang pernah dialami :
a. Pernah mengalami perubahan pola pernafasan
b. Pernah batuk dengan sputum
c. Pernah mengalami nyeri dada
d. Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala
di atas
6. Riwayat penyakit pernafasan
a. Apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC
b. Bagaimana frekwensi setiap kejadian?
7. Riwayat Cardiovaskuler
a. Pernah mengalami penyakit jantung atau peredaran darah?
8. Riwayat social
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya,
misalnya: merokok, pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan,
faktor-faktor alergen dll.
9. Riwayat psikologis
Disini perawat perlu mengetahui tentang :
a. Perilaku/ tanggapan klien terhadap masalahnya/penyakitnya
b. Pengaruh sakit terhadap cara hidup
c. Perasaan klien terhadap sakit dan therapi
d. Perilaku / tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan
therapy
10. Riwayat spiritual
B. Pemeriksaan fisik
1. Hidung dan sinus
a. Inspeksi:Cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa
(warna, bengkak, eksudat, darah), kesimetrisan hidung.
b. Palpasi : Sinus frontalis, Sinus Maksilaris
2. Faring
Inspeksi: Warna, Simetris, Eksudat ulserasi, Bengkak
3. Trakhea
Palpasi: Dengan cara berdiri disamping kanan pasien,
letakkan jari tengah pada bagian bawah trakhea dan raba trakhea ke
atas, ke bawah dan ke samping sehingga kedudukan trakhea dapat
diketahui.
4. Thoraks
Inspeksi:Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah
pernapasan kronis klavikulanya menjadi elevasi ke atas.Bentuk
dada, pada bayi berbeda dengan orang dewasa. Dada bayi
berbentuk bulat/melingkar dengan diameter antero-posterior sama
dengan diameter tranversal (1:1). Pada orang dewasa perbandingan
diameter antero-posterior dan tranversal adalah (1:2). Beberapa
kelainan bentuk dada diantaranya:
a. Pigeon chest yaitu bentuk dada yang ditandai dengan diameter
tranversal sempit, diameter antero-posterior membesar dan
sternum sangat menonjol ke depan.
b. Funnel chest merupakan kelainan bawaan dengan ciri-ciri
berlawanan dengan pigeon chest, yaitu sternum menyempit ke
dalam dan diameter antero-posterior mengecil. Barrel chest
ditandai dengan diameter antero-posterior dan tranversal sama
atau perbandingannya 1:1.
Kelainan tulang belakang diantaranya:
a. Kiposis atau bungkuk dimana punggung melengkung/cembung
ke belakang
b. Lordosis yaitu dada membusung ke depan atau punggung
berbentuk cekung
c. Skoliosis yaitu tergeliatnya tulang belakang ke salah satu sisi
5. Pola napas
a. Eupnea yaitu pernapasan normal dimana kecepatan 16 - 24
x/mnt, klien tenang, diam dan tidak butuh tenaga untuk
melakukannya,
b. Tachipnea yaitu pernapasan yang cepat, frekuensinya lebih dari
24 x/mnt, atau bradipnea yaitu pernapasan yang lambat,
frekuensinya kurang dari 16 x/mnt
c. Apnea yaitu keadaan terhentinya pernapasan.

6. Kaji volume pernapasan


a. Hiperventilasi yaitu bertambahnya jumlah udara dalam paru-
paru yang ditandai dengan pernapasan yang dalam dan panjang
b. Hipoventilasi yaitu berkurangnya udara dalam paru-paru yang
ditandai dengan pernapasan yang lambat
7. Kaji sifat pernapasan
Apakah klien menggunakan pernapasan dada yaitu
pernapasan yang ditandai dengan pengembangan dada, ataukah
pernapasan perut yaitu pernapasan yang ditandai dengan
pengembangan perut
8. Kaji ritme/irama pernapasan yang secara normal adalah reguler
atau irreguler
a. Cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian menjadi
lambat dan kadang diselingi apnea
b. Kusmaul yaitu pernapasan yang cepat dan dalam, atau
pernapasan biot yaitu pernapasan yang ritme maupun
amplitodunya tidak teratur dan diselingi periode apnea
9. Kaji kesulitan bernapas klien
Apakah dispnea yaitu sesak napas yang dan kebutuhan
oksigen tidak terpenuhi, ataukah ortopnea yaitu kemampuan
bernapas hanya bila dalam posisi duduk atau berdiri
10. Kaji Bunyi Napas
a. Stertor/mendengkur yang terjadi karena adanya obstruksi jalan
napas bagian atas
b. Stidor yaitu bunyi yang kering dan nyaring dan didengar saat
inspirasi
c. Wheezing yaitu bunyi napas seperti orang bersiul
d. Rales yaitu bunyi yang mendesak atau bergelembung dan
didengar saat inspirasi
e. Ronchi yaitu bunyi napas yang kasar dan kering serta di dengar
saat ekspirasi
11. Kaji Batuk dan Sekresi
Apakah Klien Mengalami:
a. Batuk Produktif yaitu batuk yang diikuti oleh sekresi
b. Non Produktif yaitu batuk kering dan keras tanpa sekresi
c. Hemoptue yaitu batuk yang mengeluarkan darah
12. Status Sirkulasi
Dalam hal ini perlu dikaji Heart Rate/Denyut Nadi:
a. Takhikardi yaitu denyut nadi lebih dari 100 x/mnt, ataukah
b. Obradikhardi yaitu denyut nadi kurang dari 60 x/mnt.Juga
perlu dikaji tekanan darah
c. Hipertensi yaitu tekanan darah arteri yang Tinggi
d. Hipotensi yaitu tekanan darah arteri yang Rendah
13. Kaji tentang Oksigenasi Pasien
Apakah:
a. Anoxia yaitu Suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam
jaringan kurang
b. Hipoxemia yaitu Suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam
darah kurang
c. Hipoxia yaitu Berkurangnya persediaan oksigen dalam jaringan
akibat kelainan internal atau eksternal
d. Cianosis yaitu Warna kebiru-biruan pada mukosa membran,
kuku atau kulit akibat deoksigenasi yang berlebihan dari Hb
e. Clubbing finger yaitu Membesarnya jari-jari tangan akibat
kekurangan oksigen dalam waktu yang lama.
14. Palpasi:
Untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding dada, nyeri tekan,
massa, peradangan, kesimetrisan ekspansi dan taktil vremitus.
15. Taktil Vremitus
Vibrasi yang dapat dihantarkan melalui sistem
bronkhopulmonal selama seseorang berbicara. Normalnya getaran
lebih terasa pada apeks paru dan dinding dada kanan karena
bronkhus kanan lebih besar. Pada pria lebih mudah terasa karena
suara pria besar.
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Sputum
b. AGD
c. Darah: Hb, Leukosit
Ukuran-ukuran dalam analisa gas darah:
1) PH normal 7,35-7,45
2) Pa CO2 normal 35-45 mmHg
3) Pa O2 normal 80-100 mmHg
4) Total CO2 dalam plasma normal 24-31 mEq/l
5) HCO3 normal 21-30 mEq/l
6) Base Ekses normal -2,4 s.d +2,3
7) Saturasi O2 lebih dari 90%.
2. Patologi Anatomi
a. Rontgen dada : Untuk Melihat lesi paru pada penyakit TB,
mendeteksi adanya tumor, benda asing, pembengkakan paru,
melihat struktur yang abnormal
b. Fluoroskopi : Mengetahui Mekanisme kardiopulmonum, misal
kerja jantung,diafragma dan kontraksi paru
c. Bronkografi : Melihat visual bronkus sampai dengan cabang
bronkus
d. Angiografi ; Menegakan diagnosis tentang keadaan paru,
emboli atau tumor paru, aneurisma, emfisema
e. Endoskopi : Melalui Pengambilan sekret,biopsi jaringan,
pemeriksaan sitologi untuk melihat adanya tumor, letak
perdarahan; untuk teurapeutik misal mengambil benda asing
f. Radioisotop : Menilai lobus paru, melihat adanya emboli paru
g. Mediastinoskopi : Melihat Penyebaran tumor

III. Analisis Data


A. Patofisologi
Spora C. tetani masuk ke dalam tubuh melalui luka. Spora
yang masuk ke dalam tubuh tidak berbahaya sampai dirangsang
oleh beberapa faktor (kondisi anaerob), sehingga berubah menjadi
bentuk vegetatif dan berbiak dengan cepat tetapi hal ini
tidak mencetuskan reaksi inflamasi. Gejala klinis sepenuhnya
disebabkan oleh toksin yang dihasilkan oleh sel vegetatif yang
sedang tumbuh. C. tetani menghasilkan dua eksotoksin, yaitu
tetanospasmin dan tetanolisin. Tetanolisin menyebabkan hemolisis
tetapi tidak berperan dalam penyakit ini. Gejala klinis tetanus
disebabkan oleh tetanospasmin. Tetanospasmin melepaskan
pengaruhnya di keempat sistem saraf: (1) motor end plate di otot
rangka, (2) medula spinalis, (3) otak, dan (4) pada beberapa kasus,
pada sistem saraf simpatis. Setalah pelapasan toksik yang
mengakibatkan regitasi otot rangka, sehingga menurunkan
ekspansi dada yang mengakibatkan peningkatan RR sehingga
terjadi gangguan oksigenasi.
Trauma pada tulang rangka yang multiple yang
menyebabkan hail chest sehingga menyebabkan pernapsan
paradoksal terjadi gangguan oksigenasi jika tidak terasai maka
akan terjadi hipoksia tubuh mengonpensasi dengan perpasan yang
dalam dan freakuensi yang cepat serta dipnea.

B. Pathway

C. Etiologi
1. Faktor Fisiologi
a. Menurunnya kemampuan mengikatO 2 seperti pada anemia
b. Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada
Obstruksi saluran pernafasan bagian atas
c. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun yang
mengakibatkan terganggunya oksigen(O2)
d. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam
luka, dll
e. Kondisi yang mempengaruhi pergerakkan dinding dada seperti
pada kehamilan, obesitas, muskulur sekeletal yang abnormal,
penyakit kronis seperti TBC paru.
2. Faktor Perilaku
a. Nutrisi, misalnya gizi yang buruk menjadi anemia sehingga
daya ikat oksigen
b. berkurang.
c. Exercise, exercise akan meningkatkan kebutuhan Oksigen.
d. Merokok, nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh
darah perifer dan
e. koroner
f. Alkohol dan obat-obatan menyebankan intake nutrisi /Fe
mengakibatkan
g. penurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan depresi pusat
pernafasan.
h. kecemasan ; menyebabkan metabolisme meningkat.
3. Perubahan-Perubahan fungsi jantung yang memengaruhi
kebutuhan oksigenasi:
a. Gangguan kondiksi seperti distritmia (takikardia/bradikardia).
b. Perubahan cardiac output, menurunnya cardiac output seoerti
pada pasien dekom menimbulkan hipoksia jaringan.
c. Kerusakan fungsi katup seperti pada stenosis, obstruksi,
regurgitasi darah yang mengakibatkan ventrikel bekerja lebih
keras.
d. Myocardial iskhemial infark mengakibatkan kekurangan
pasokan darah dari arteri koroner ke miokardium.

IV. Diagnosa Keperawatan


A. Bersihan jalan nafas tidak efektif
B. Gangguan pertukaran gas
C. Pola nafas tidak efektif

V. Intervensi Keperawatan
A. Bersihan jalan nafas tidak efektif
1. Latihan batuk efektif (I.01006)
Observasi
a. Identifikasi kemampuan batuk
b. Monitor adanya retensi sputum
c. Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas
d. Monitor input dan output cairan
Terapeutik
a. Atur posisi semi-fowler ataufowler
b. Pasang perlak dan bengkokdipangkuan pasien
c. Buang sekret pada tempatsputum
Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedurbatuk efektif
b. Anjurkan tarik napas dalammelalui hidung selama 4 detik,
ditahan selama 2 detik,kemudiankeluarkan dari mulutdengan
bibir mencucu(dibulatkan) selama 8 detik.
c. Anjurkan mengulangi tariknapas dalam hingga 3 kali
d. Anjurkan batuk dengan kuatlangsung setelah tarik napas dalam
yang ke-3
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberianmukolitik atau ekspektoran, jika perlu
2. Manajemen jalan napas (I.01011)
Observasi
a. Monitor pola napas (frekuensi,kedalaman, usahanapas)
b. Monitor bunyi napastambahan (gurgling, mengi, wheezing,
ronkhi kering)
c. Monitor sputum (jumlah,warna, aroma)
Terapeutik
a. Pertahankan kepatenan jalannapas dengan head-tilt
(jawthrustjika curiga traumaservikal)
b. Posisikan semi-fowler ataufowler
c. Berikan minum hangat
d. Lakukan fisioterapi dada, jikaperlu
e. Lakukan pengisapan lendirkurang dari 15 detik
f. Lakukan hiperoksigenasisebelum pengisapanendotrakeal
g. Lakukan sumbatan bendapadat dengan forsep McGill
h. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
a. Anjurkan asupan cairan2000ml/hari, jika tidak adakontra
indikasi
b. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberianbronkodilator, ekspektoran,mukolitik,
jika perlu
3. Pemantauan Respirasi (I.01014)
Observasi
a. Monitor frekuensio, irama, kedalaman dan upaya napas
b. Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
kusmaul, Cheyne-Stokes, Biot ataksik).
c. Monitor adanya sumbatan jalan napas.
d. Auskultasi bunyi napas
e. Monitor saturasi oksigen
f. Monitor nilai AGD
g. Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik
a. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien.
b. Dokumentasi hasilpemantauan
Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
b. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
B. Gangguan Pertukaran Gas
1. Terapi Oksigen (I.01026)
Observasi:
a. Monitor kecepatan aliran oksigen
b. Monitor posisi alat terapi oksigen
c. Monitor aliran oksigen secara periodic dan pastikan fraksi yang
diberikan cukup
d. Monitor efektivitas terapi oksigen (mis. Oksimetri, analisa gas
darah), jika perlu
e. Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat makan
f. Monitor tanda tanda hipoventilasi
g. Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan atelektasis
h. Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
i. Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen
Terapeutik:
a. Besihkan secret pada mulut, hidung dan trakea , jika perlu
b. Pertahankan kepatenan jalan nafas
c. Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen
d. Berikan oksigen tambahan jika perlu
e. Tetap berikan oksigen saat pasien di transportasi
f. Gunaskan perangkat oksigen yang sesuai dengan tingkat
mobilitas pasien
Edukasi
a. Ajarkan poasien dan keluiarga cara menggunakan oksigen
dirumah
Kolaborasi
a. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
b. Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan / tidur
2. Pemantauan Respirasi (I.01014)
Observasi
a. Monitor frekuensio, irama, kedalaman dan upaya napas
b. Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
kusmaul, Cheyne-Stokes, Biot ataksik).
c. Monitor adanya sumbatan jalan napas.
d. Auskultasi bunyi napas
e. Monitor saturasi oksigen
f. Monitor nilai AGD
g. Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik
a. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien.
b. Dokumentasi hasilpemantauan
Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
b. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
C. Pola Nafas Tidak Epektif
1. Manajemen jalan napas (I.01011)
Observasi
a. Monitor pola napas (frekuensi,kedalaman, usahanapas)
b. Monitor bunyi napastambahan (gurgling, mengi, wheezing,
ronkhi kering)
c. Monitor sputum (jumlah,warna, aroma)
Terapeutik
a. Pertahankan kepatenan jalannapas dengan head-tilt
(jawthrustjika curiga traumaservikal)
b. Posisikan semi-fowler ataufowler
c. Berikan minum hangat
d. Lakukan fisioterapi dada, jikaperlu
e. Lakukan pengisapan lendirkurang dari 15 detik
f. Lakukan hiperoksigenasisebelum pengisapanendotrakeal
g. Lakukan sumbatan bendapadat dengan forsep McGill
h. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
a. Anjurkan asupan cairan2000ml/hari, jika tidak adakontra
indikasi
b. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberianbronkodilator, ekspektoran,mukolitik,
jika perlu
2. Pemantauan Respirasi (I.01014)
Observasi
a. Monitor frekuensio, irama, kedalaman dan upaya napas
b. Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
kusmaul, Cheyne-Stokes, Biot ataksik).
c. Monitor adanya sumbatan jalan napas.
d. Auskultasi bunyi napas
e. Monitor saturasi oksigen
f. Monitor nilai AGD
g. Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik
a. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien.
b. Dokumentasi hasilpemantauan
Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
b. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
VI. Bukti Evidence Based Practice
A. Pelaksanaan Pemberian Terapi Oksigen Pada Pasien Gangguan Sistem
Pernafasan. Arief Bachtiar et al, (2015). Jurnal Terapan, Vol 1. No.2
B. Sasono Mardiano. (2013). Pengaruh Latihan Batuk Efektif Terhadap
Frekuensi Pernafasan Pasien TB Paru Di Instalansi Rawat Inap
Penyakit Dalam Rumah Sakit Pelabuhan Palembang. Jurnal Harapan
Bangsa Vol. 1 No.2
C. Devi Listiani et al (2020). Pengaruh Batuk Efektif Terhadap
Pengeluaran Sputum Pada TBC di Wilayah Kerja Puskesmas Tes Kab.
Lebong. CHMK nursing Scientific Journal. Vol 4 No 2.

VII. SOP (Standar Operasional Prosedur) Pemberian Oksigen dan Batuk


Efektif
A. SOP (Standar Operasional Prosedur) Pemberian Oksigen
1. Pengertian
Terapi Oksigen adalah salah satu tindakan untuk
meningkatkan tekanan parsial oksigen pada inspirasi yang dapat
dilakukan dengan menggunakan Nasal Kanul,Simple Sask,RBM
masak dan NRBM Mask.
2. Tujuan
a. Untuk mempertahankan PaO2> 60 mmHg atau Sa02>90 % dan
mencegah dan mengatasi hipoksia jaringan dan beban kerja
kardiorespirasi yang berlebih (Perry & Potter,2006)
b. Meningkatkan bersihan napas klien
c. Mencegah infeksi
d. Meningkatkan rasa nyaman pada klien
3. Indikasi
a. Klien anoksia atau hipoksia
b. Klien hiposemia
c. Kelumpuhan alat-alat pernafasan
d. Selama dan sesusah dilakukan norcose umum
e. Mendapat trauma paru
f. Tiba-tiba menunjukan tanda-tanda shok,
dispneu,cyanosis,apne.
g. Dalam keadaan koma
4. Persiapakan Alat
a. Selang Oksigen
b. Nasal kanul untuk mengalirkan oksigen dengan kecepatan
aliran 1-6 L/menit yang digunakan
c. Humidiefer
d. Water Steril
e. Tabung Oksigen dengan Flowmeter
f. Plester dan Gunting Plester
g. Cooton Bud
5. Prosedur
a. Tahap Pra Interaksi
1) Mengidentifikasi kebutuhan oksigen klien. Yaitu mengukur
respirate rate dalam 1 menit, dan mengukur saturasi oksigen
2) Cuci tangan
3) Persipkan Perlatan
b. Tahap Orientasi
1) Ucapkan salam kepada klien, serta panggil nama pasien
untuk meningkatkan keakraban dan kepercayaan
2) Jelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan dan
beritahukan informasi tindakan. Baik ketidaknyamanan dan
manfaatnya
3) Berikan Kesempatan pada pasien untuk bertanya tentang
tindakan yang akan dilakukan
4) Jika klien tidak mau diberikan tindakan, jelaskan kembali
manfaat dan bahaya yang akan timbul, jika masih menolak
sebaiknya minta tanda tangan untuk persetujuan penolakan
tindakan.
c. Tahap Kerja
1) Atur posisi pasien dalam posisi Semi Fowler
2) Hubungkan nasal kanul dengan flowmeter pada tabung
oksigen
3) Bila hidung klien kotor, bersihkan lubang hidung pasien
dengan cotton bud atau tisu
4) Cek fungsi flowmeter dengan memutar pengatur
konsentrasi oksigen dan mengamati adanya gelembung
udara dalam humidiefer
5) Cek aliran oksigen dengan cara mengalirkan oksigen
melalui nasal kanul kepunggung tangan perawat
6) Pasang nasal kanul kelubang hidung klien dengan tepat
7) Tanyakan pada pasien apakah aliran oksigen terasa atau
tidak
8) Atur pengikat nasal kanul dengan benar, lalu eratkan selang
baik kebelakang kepala atau mengikat ketelinga dan dagu .
Jangan terlalu kencang dan jangan terlalu longgar
9) Pastikan nasal kanul terpasang dengan aman
10) Atur aliran oksigen sesuai dengan program
11) Kaji respon pasie terhadap tindakan yang telah
dilakukan,pengkajian dilakukan setelah 15-30 menit dari
pemasangan Hal-hal yang perlu dikaji yaitu gerakan dada,
RR, Kenyamanan, Saturasi Oksigen. Setelah 30 menit
pemasangan, periksa kembali aliran dan cairan humidiefer,
pastikan dalam tabung humidiefer terisi air
12) Kaji pasien secara berkala untuk mengetahui adanya
hypoxia,cemas,gelisah.
13) Kaji juga apakah terdapat iritasi pada hidung pasien.
Berikan cairan ataupun pelumas, untuk melemaskan
membrane mukosa.
14) Alat-alat dikembalikan ketempat semula
d. Tahap Terminasi
1) Evaluasi Kembali pasien setelah dilakukan tindakan,
tanyakan juga bagaimana respon pasien setelah diberikan
tindakan
2) Dokumentasikan hasil tindakan
3) Kontrak dengan pasien untuk tindakan yang akan dilakukan
selanjutnya
4) Beresken peralatan dan akhiri kegiatan dengan salam
5) Cuci tangan kembali setelah selesai tindakan
B. SOP (Standar Operasional Prosedur) Batuk Efektif
1. Pengertian
Batuk Efektif adalah latihan mengeluarkan secret yang
terakumulasi di saluran pernafasan dengan cara dibatukkan
2. Tujuan
a. Meningkatkan mobilisasi secret
b. Mencegah resiko tinggo retensi sekresi
c. Mengeluarkan sputum untuk pemeriksaan diagnostic
d. Membebaskan jalan napas dari akumulasi secret
e. Mengurangi sesak napas akibat akumulasi secret
3. Indikasi
a. Pasien dengan tirah baring lama
b. Pasien dengan Hipoventilasi
c. Pasien dengan peningkatan produksi sputum
d. Pasien dengan tidak efektif
e. Pasien dengan mobilisasi secret tertahan (atelektaksis, abses
paru, pneumonia, post operative)
f. Pasien neuerologi dengan kelemahan umum dan gangguan
menelan dan batuk
4. Perisiapan Alat
a. Bengkok
b. Tissu
c. Perlak/Handuk Kecil
d. Air Minum Hangat
e. Sputum pot berisi desinfektan
5. Prosedur
a. Tahap Pra-Interkasi
1) Persiapkan catatan perawatan dan catatan medis pasien
2) Kaji Kebutuhan Pasien
3) Siapkan Peralatan
4) Kaji Inspirasi dan validasi serta eksplorasi perasaan pasien
b. Tahap Orientasi
1) Ucapkan salam kepada klien, serta panggil nama pasien
untuk meningkatkan keakraban dan kepercayaan
2) Jelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan dan
beritahukan informasi tindakan. Baik ketidaknyamanan dan
manfaatnya
3) Berikan Kesempatan pada pasien untuk bertanya tentang
tindakan yang akan dilakukan
c. Tahap Kerja
1) Cuci tangan
2) Menjaga Privasi pasien
3) Mempersiapkan pasien
4) Atur posisi semi fowler ditempat tidur atau duduk di kursi
5) Meminta pasien meletakan suhu tangan di dada dan satu
tangan di abdomen
6) Melatih pasien melakukan napas perut (menarik napas
dalam melalui hidung hingga 3 hitungan, jaga mulut tetap
tertutup)
7) Meminta pasien merasakan mengembangnya abdomen
(cegah lengkung pada punggung)
8) Meminta pasien menahan napas hingga 3 hitungan
9) Meminta menghembuskan napas perlahan dalam 3 hitungan
( lewat mulut, bibir seperti meniup)
10) Meminta pasien merasakan mengempisnya abdomen dan
kontraksi dari otot
11) Memasang perlak/ alas dan bengkok (dipangkuan pasien
bila duduk atau dekat mulut bila tidur miring)
12) Meminta pasien untuk melakukan napas dalam 2 kali, yang
ke 3 : inspirasi tahan napas dan batukan dengan kuat
13) Menampung secret dalam sputum pot
14) Bersihkan mulut pasien dengan tissu
15) Merapikan pasien
16) Dokumentasikan hari,tanggal, jam dan respon klien
d. Tahap Terminasi
1) Rapikan peralatan
2) Observasi respon pasien setelah tindakan
3) Cuci tangan
4) Dokumentasikan hasil dan tindakan yang dilakukan

VIII. Prinsip-Prinsip Etik


A. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu
mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang
dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri,
memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus
dihargai oleh orang lain. Otonomi merupakan hak kemandirian dan
kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek
profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak
klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.
B. Berbuat baik (Beneficience)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik.
Kebaikan, memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan,
penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh
diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan,
terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.
C. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil
terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan
kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam prkatek profesional ketika
perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek
dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan
kesehatan.
D. Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan
psikologis pada klien.
E. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini
diperlukan oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan
kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat
mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang
untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi
akurat, komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman
dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya
kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan
dirinya selama menjalani perawatan.
F. Menepati janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya
dan menepati janji serta menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan,
adalah kewajiban seseorang perawat untuk mempertahankan komitmen
yang dibuatnya kepada pasien.
G. Karahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien
harus dijaga privasinya. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen
catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan
klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut
kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuan. (Geoffry
hunt. 1994)

DAFTAR PUSTAKA
Sutrisna, Chomang. PATHWAY OKSIGENASI.
https://www.scribd.com/document/358662295/PATHWAY-Oksigenasi
Oni, Oni. ASKEP Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi.
https://www.academia.edu/36038589/ASKEP_Pemenuhan_Kebutuhan_Oksigena
si
https://www.academia.edu/search?utf8=%E2%9C
%93&q=Laporan+Pendahuluan+pendahuluan+pemenuhan+kebutuhan+oksigenas
i
https://academia.edu/36038589/ASKEP_Pemenuhan_Kebutuhan_Oksigenasi
`

Anda mungkin juga menyukai