Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN PADA AN.

P DENGAN FEBRIS
RI RUANG CENDANA RSUD KAYEN PATI

Disusun Oleh :

Nama : Aprilia Marga Riyanti

Kelas : 3B (S1 Keperawatan)

NPM : 1020183059

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


TAHUN AJARAN 2020/2021
A. PENGERTIAN

Febris merupakan suatu keaadan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat peningkatan pusat
pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada anak merupakan akibat dari perubahan
pada pusat panas (termogulasi) di hipotalamus penyakit – penyakit yang ditandai dengan adanya
demam dapat menyerang system tubuh. Selain itu demam mungkin berperan dalam meningkatkan
perkembangan imunitas spesifik dan non spesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan
terhadap infeksi. (Sodikin,2012)

Febris/Demam adalah kenaikan suhu tubuh diatas variasi sirkadian yang normal sebagai
akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam hipotalamus anterior
(Issaelbacher, 2014). Demam adalah kenaikan suhu karena adanya perubahan pusat termoregulasi
hipotalamus. (Berhman, 2013)

Demam merupakan suatu keaadan suhu tubuh diatasnormal sebagai akibat peningkatan
pusat pengatur suhu di hipotalamus.Sebagian besar demam pada anak merupakan akibat dari
perubahan padapusat panas (termogulasi) di hipotalamus penyakit – penyakit yangditandai dengan
adanya demam dapat menyerang system tubuh. Selain itudemam mungkin berperan dalam
meningkatkan perkembangan imunitasspesifik dan non spesifik dalam membantu pemulihan atau
pertahananterhadap infeksi.Sebagian besar kondisi febris yang terjadi pada bayi serta
anakdisebabkan oleh virus, dan anak sembuh tampa terapi spesisfik. (Sodikin, 2012)

B. ETIOLOGI

a. Suhu lingkungan.
b. Adanya infeksi.
c. Pneumonia.
d. Malaria.
e. Otitis media.
f. Imunisasi

C. MANIFESTASI KLINIS
1. Suhu lebih tinggi dari 37,8C-40C
2. Hangat pada sentuhan
3. Menggigil
4. Dehidrasi
5. Kehilangan nafsu makan
6. Peningkatan frekuensi pernafasan
7. Kulit kemerahan
D. PATHOFISIOLOGI
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak terhadap
infeksi atau zat asing yang masuk kedalam tubuhnya .Bila ada infeksi atau zat asing yang masuk
kedalam tubh akan merangsang system pertahanan tubuh dengan dilepaskannya pirogen.Pirogen
adalah zat penyebab demam ada yang berasl dari dlam tbuh (pirogen endogen) dan luar tubuh
(pirogen eksogen)yan bisa berasal dari infeksi atau mikoorganisme atau merupakan reaksi
immunologic terhadap benda asing (non infeksi). Zat pirogen ini dapat berupa protein pecahan
protein dan zat lain terutama toksin polisakardia yag dilepas oleh bakteri toksik yang dihasilkan dari
regenerasi jaringan tubh menyebabkan demam selama keadaan sakit.
Mekanisme demam dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap pirogen. Pada
mekanisme ini bakteri atau pecahan jarinan akan difagositosis oleh leukosit darah makrofag
jaringan dan limfosit pembunuh bergranula besar. Seluruh sel ini selannjutnya mencerna
hail pemecahan bakteri kedalam cairan tubuh yang disebut juga zat piroge leukosit
Pirogen selanjutnya membawaa pesan melalui alat penerima (reseptor)yang terdapat
pada tubuh yang disampaikan ke pusat pengatur panas dihipotalamus. Dalam hipotalamu
piroge ini akan dirangsang pelepasan aam arakidonat serta mengakinbatkan peningkaan
produksi progstaglandin(PGEZ). Ini menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh dengan
cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar
keringat.pegeluaran panas menurun terjadilah ketidakseimbangan pembentukkan dan
pengluaran panas. Inilah yang menimbulkan demam pada anak .Suhu yang tinggi ini akan
meerangang aktivittas “tentara” tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T) untk mmerangi zat
asing tersebut dengan meningkatkan preteolisis yang menghasilkan asam amino yang
berperan dalam pembentukan antibody atau system kekebalan tubuh.
E. PATHWAY
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Uji coba darah


Contoh pada demam dengue terdapat leuopenia pada hari ke-2 atau hari ke-3.
Pada DBD dijumpai trombositopenia dan hemokonsenrasi. Masa pembekuan
masih normal, masa pendarahan biasanya memanjang, dapat ditemukan
penurunan faktor II,V,VII,IX, dan XII. Pada pemeriksaan kimia darah tampak
hipoproteinemia,hiponarremia, hipokloremenia,SGOT,serum glutamit piruvat,
ureum, dan pH darah mungkin meningkat, reversealkali menurun.
2. Pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi perukaan atasu sinar tembus rutin
Contoh pada DBD air seni mungkin ditemukan albuminuria ringan
3. Dalam tahap melalui biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat
dilakukan pemeriksaan seperti anginografi,aortografi atau limfangiografi
4. Ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Secara Fisik
a) Mengawasi kondisi klien dengan : Pengukuran suhu secara berkala setiap 4-6
jam. Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau mengigau.
Perhatikan pula apakah mata anak cenderung melirik ke atas atau apakah anak
mengalami kejang-kejang. Demam yang disertai kejang yang terlalu lama
akan berbahaya bagi perkembangan otak, karena oksigen tidak mampu
mencapai otak. Terputusnya suplai oksigen ke otak akan berakibat rusaknya
sel-sel otak. Dalam keadaan demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi
berupa rusaknya fungsi intelektual tertentu.
b) Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
c) Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
d) Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke otak
yang akan berakibat rusaknya sel – sel otak.
e) Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak –banyaknya
Minuman yang diberikan dapat berupa air putih, susu (anak diare
menyesuaikan), air buah atau air teh. Tujuannnya adalah agar cairan tubuh
yang menguap akibat naiknya suhu tubuh memperoleh gantinya.
f) Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
g) Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha. Tujuannya untuk
menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya suhu tubuh
dipermukaan tubuh ini dapat terjadi karena panas tubuh digunakan untuk
menguapkan air pada kain kompres. Jangan menggunakan air es karena justru
akan membuat pembuluh darah menyempit dan panas tidak dapat keluar.
Menggunakan alkohol dapat menyebabkan iritasi dan intoksikasi (keracunan).
h) Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat suam-suam
kuku. Kompres air hangat atau suam-suam kuku maka suhu di luar terasa
hangat dan tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu diluar cukup panas.
Dengan demikian tubuh akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak
supaya tidak meningkatkan pengatur suhu tubuh lagi. Di samping itu
lingkungan luar yang hangat akan membuat pembuluh darah tepi di kulit
melebar atau mengalami vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori kulit
terbuka sehingga akan mempermudah pengeluaran panas dari tubuh.

2. Obat-obatan Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di
hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin
dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus
direndahkan kembali menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas
diatas normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi.
Petunjuk pemberian antipiretik:
a. Bayi 6 – 12 bulan : ½ – 1 sendok the sirup parasetamol
b. Anak 1 – 6 tahun : ¼ – ½ parasetamol 500 mg atau 1 – 1 ½ sendokteh sirup
parasetamol
c. Anak 6 – 12 tahun : ½ 1 tablet parasetamol 5oo mg atau 2 sendok the sirup
parasetamol.
Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan dengan air atau
teh manis. Obat penurun panas in diberikan 3 kali sehari. Gunakan sendok takaran
obat dengan ukuran 5 ml setiap sendoknya.
H. PENGKAJIAN
1. Pola Persepsi Kesehatan
Ketidaktahuan klien tentang informasi dari penyakit yang dideritanya.
Secara umum, hipertiroid ini adalah akibat dari hiperaktifnya kelenjar tiroid
dalam mamproduksi hormone tiroid. Penyakit ini termasuk dalam autoimun
yang menghasilkan antibody yang dapat meningkatkan produksi hormone
tiroid secara bebas. Kurangnya pengetahuan klien tentang penyebab dan
factor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertiroid.
2. Pola Nutrisi Metabolik
Kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat,
makan banyak, kurus, makannya sering, kehausan, mual dan muntah.
3. Pola Eliminasi
Urine dalam jumlah banyak, urin encer berwarna pucat dan kuning,
perubahan dalam feses ( diare ), sering buang air besar dan terkadang diare,
keringat berlebihan, berkeringat dingin.
4. Pola Aktivitas
Latihan sensitivitas meningkat, otot lemah, gangguan koordinasi,
kelelahan berat, palpitasi, nyeri dada, Bicaranya cepat dan parau, gangguan
status mental dan perilaku, seperti: bingung, disorientasi, gelisah, peka
rangsang, delirium, psikosis, stupor, koma, tremor halus pada tangan, tanpa
tujuan, beberapa bagian tersentak sentak, hiperaktif refleks tendon dalam
(RTD). frekuensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea, edema paru (pada
krisis tirotoksikosis), Jari tangan gemetar (tremor), Jantung berdebar cepat,
denyut nadi cepat, seringkali sampai lebih dari 100 kali per menit Rasa capai,
Otot lemas, terutama lengan atas dan paha, Ketidaktoleranan panas
Pergerakan-pergerakan usus besar yang meningkat Gemetaran Kegelisahan;
agitasi.
5. Pola Istirahat Dan Tidur
Pasienmengalami Insomnia atau tidak sehingga sulit untuk
berkonsentrasi
6. Pola Kognitif Perseptual
Ada kekhawatiran karena pusing, kesemutan, gangguan penglihatan,
penglihatan ganda, gangguan koordinasi, Pikiran sukar berkonsentrasi.
7. Pola Persesdi Diri
Gangguan citra diri akibat perubahan struktur anatomi, mata besar
(membelalak = exophthalmus), keluhan lain pada mata (spt nyeri,peka
cahaya,kelainan penglihatan dan conjunctivitis), kelenjar gondok membesar
(struma nodosa), kurus., kulit yang seperti beludru halus, rambut halus dan
tipis, Rambut rontok.
8. Pola Peran
Hubungan Nervus, tegang, gelisah, cemas, mudah tersinggung. Bila
bisa menyesuaikan tidak akan menjadi masalah dalam hubungannya dengan
anggota keluarganya.
9. Pola Seksualitas
Reproduksi penurunan libido, hipomenore, amenore dan impoten,
Haid menjadi tidak teratur dan sedikit, Kehamilan sering berakhir dengan
keguguran, Bola mata menonjol, dapat disertai dengan penglihatan ganda
(double vision).
10. Pola Koping
Toleransi stress Mengalami stres yang berat baik emosional maupun
fisik. Emosi labil (euforia sedang sampai delirium), depresi.
11. Pola Nilai Kepercayaan
Tergantung pada kebiasaan, ajaran dan aturan dari agama yang dianut
oleh individu

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermia berhubungan dengan Proses Infeksi Penyakit
2. Resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake
yang kurang dan kehilangan volume cairan aktif

J. INTERVENSI KEPERAWATAN

Dx Kep Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1 Setelah dilakukan tindakan 1.Monitor tanda- 1.Untuk
keperawatan selama 2x24jam tanda vital mengetahui
diharapkan suhu tubuh pasien 2.Berikan kompres keadaan umum
dapat kembali normal dengan hangat pada dahi, pasien
KH : lipatan paha, dan 2.Untuk
1. Suhu tubuh dalam aksila pasien menurunkan
rentang normal 3.Anjurkan pasien demam
2. Nadi dan RR dalam menggunakan 3.Untuk mencegah
rentang normal pakaian yang terjadinya
3. Tidak ada perubahan menyerap keringat menggigil pada
warna kulit dan tidak 4.Kolaborasi pasien
pusing dengan dokter
untuk pemberian
analgetik

2 Setelah dilakukan tindakan 1.Monitor status 1.Untuk


keperawatan selama 2x24jam hidrasi pada pasien mengetahui
diharapkan kebutuhan cairan 2.Lakukan keadaan umum
dan elektrolit pasien pemasangan infus pasien
terpenuhi dengan KH : 3. Anjurkan pasien 2.Untuk
1. Tidak ada tanda-tanda minum sedikit mengurangi tanda-
dehidrasi sering tanda hidrasi pada
2. Tidak ada rasa haus 4.Kolaborasi pasien
yang berlebihan dengan tim medis 3.Untuk mengatasi
3. Turgor kulit dan masalah
mukosa bibir lembab kekurangan volume
cairan
K. PENGGUNAAN REFERENSI
Nurarif & Amin Huda.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda.Yogyakarta: Mediaction.
Nanda International.2018.Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai