Anda di halaman 1dari 5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka
Kerangka teori ini digunakan sebagai perbandingan terhadap jawaban rumusan masalah
yang sudah ada.

Artikel dari Abu Yusuf yang berjudul ‘’Hukum keislaman kencing bayi laki laki dan perempuan’’

Pendapat dari ulama ulama yang membedakan membagi najis menjadi dua, yaitu najis
mughalazhah (besar/berat) dan mukhaffah (ringan) Dan dari pembedaan dan pembagian ini ada yang
berkaitan Ilmu pengetahuan modern telah mengungkap sebuah rahasia di antara beberapa rahasia di balik
pembedaan antara air kencing bayi laki-laki dan bayi perempuan, dan menetapkan bahwasanya di sana
ada perbedaan di antara keduanya Adapun pada laki-laki keberadaan bakteri jauh lebih rendah pada hari-
hari pertama usianya. Bakteri yang terdapat pada urin bayi tersebut di antaranya bakteri E. coli
(Escherichia Coli), staphylococcus,difteri, bakteri streptokokus, jamur candida, dan lain-lain.Perbedaan
pengikatan bakteri ini disebabkan karena saluran kencing perempuan lebih pendek dari pada saluran pada
laki-laki, di samping sekresi kelenjar prostat yang ada pada laki-laki, yang berperan untuk membunuh
kuman. Oleh karena itu urin bayi lakilaki yang belum memakan makanan tidak mengandung bakteri
berbahaya. Dan sebagai akibat dari perbedaan anatomi system pembuangan urin pada perempuan dan
laki-laki, maka perempuan lebih rentan terhadap kontaminasi bakteri dibandingkan laki-laki

B. Kerangka Teoritik
1. Definisi Najis
Pengertian najis secara etimologis, “najis” berarti sesuatu yang dapat mengotori.
Sedangkan secara terminologis atau menurut syara’, “najis” adalah sesuatu yang kotor yang dapat
menghalangi keabsahan shalat selama tidak ada yang meringankan (rukhshah).
2. Pembagian Najis
Menurut hadits dari Aisyah dan Ummi Qais bahwa membersihkan air kencing anak kecil
laki-laki yang belum makan makanan (susu tidak dinamakan makanan), cukup dengan
memercikkan air tidak perlu membasuh kain yang dikencingi itu dengan meratakan air hingga air
itu mengalir ke tempat yang lain, (dengan menumpahkan air hingga air itu mengalir). Demikian
cara membasuh kencing anak laki-laki yang belum memakan makanan yang dimaksud oleh hadits
dari Aisyah dan Ummi Qais.

Dan dalam tulisan ini, kami akan membawakan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam yang membedakan antara air kencing bayi laki-laki (yang masih menyusu) dan bayi
perempuan(yang masih menyusu). Dan kami akan membawakan sejumlah perkataan ulama
dalam masalah ini. Dan juga kami akan mengetengahkan suatu eksperimen ilmiah modern yang
dilakukan dalam masalah ini.

3.Hadits-Hadits Nabi Yang Membedakan Antara Air Kencing Bayi Laki-Laki Dan Bayi
Perempuan

Kencingnya seorang bayi atau anak-anak adalah suatu hal yang banyak terlihat dan t
erjadi berulang-ulang di setiap keluarga dan rumah. Oleh sebab itu datang sejumlah hadits Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam dalam masalah ini. Dari Ummu Qais binti Mihshan radhiyallahu
‘anha:
‫ال على‬//‫“أنها أتت بابن لها صغير لم يأكل الطعام إلى رسول هللا صلى هللا عليه وسلم فأجلسه رسول هللا صلى هللا عليه وسلم في حجره فب‬
.287 :‫ برقم‬،238 /1 ‫ وأخرجه مسلم‬،221 :‫ برقم‬،90 /1 ‫ثوبه فدعا بماء فنضحه ولم يغسله” أخرجه البخاري في صحيحه‬

” Bahwa dia datang membawa anak laki-lakinya yang masih kecil yang belum memakan
makanan (masih menyusu) kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Lalu Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam mendudukkannya (bayi tersebut) di pangkuan beliau, kemudian
anak itu kencing di baju beliau. Lalu beliau meminta air, kemudian memercikinya (dengan air)
dan tidak mencucinya.” (HR. al-Bukhari dalam Shahihnya no. 221 dan Muslim no. 287)

Dan dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:

‫ه‬/‫له” أخرج‬//‫اه ولم يغس‬//‫ه إي‬/‫اء فأتبع‬//‫دعا بم‬/‫ه ف‬/‫ال على ثوب‬/‫بي فب‬//‫أتي بص‬/‫ ف‬,‫دعو لهم‬//‫بيان في‬//‫“كان النبي صلى هللا عليه وسلم يؤتى بالص‬
.5994 :‫ برقم‬،2338 /5 ‫البخاري في صحيحه‬

” Pernah dibawa kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beberapa bayi laki-laki, lalu
beliau mendo’akan mereka. Lalu dibawa kepada beliau seorang bayi laki-laki (yang masih
menyusu), kemudian bayi itu kencing di baju beliau. Kemudian beliau meminta air, kemduian
menuangkannya (memercikkan) ke baju yang terkena kencing tersebut dan tidak mencucinya.”
(HR. al-Bukhari no. 5994)

Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari Abi as-Samh radhiyallahu ‘anhu:

‫حيح أبي داود‬//‫اني في ص‬//‫ وصححه األلب‬،376 :‫ برقم‬،156 //1 ‫“يغسل من بول الجارية ويرش من بول الغالم” أخرجه أبو داود في سننه‬
.362 :‫ برقم‬،75 /1

” Air kencing bayi perempuan dicuci, sedangkan air kencing bayi laki-laki cukup disiram
(diperciki air).” (HR. Abu Dawud dalam Sunan Abu Dawud dan dishahihkan oleh al-Albani
dalam Shahih Sunan Abi Dawud no. 362)

Dari ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anha berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:

،76 //1 ‫نده‬/‫د في مس‬/‫ه أحم‬/‫ا أخرج‬/‫ل بولهم‬/‫ا غس‬/‫إذا طعم‬/‫ا ف‬/‫ا لم يطعم‬/‫ هذا م‬:‫ قال قتادة‬,”‫ وبول الجارية يغسل‬,‫“بول الغالم ينضح عليه‬
‫ وصحح إسناده شعيب األرنؤوط في تعليقه على المسند‬،563 :‫برقم‬

” Air kencing bayi laki-laki (dibersihkan dengan) disiram/diperciki air dan air kencing bayi
perempuan dicuci.” Qatadah rahimahullah berkata:” Ini kalau keduanya belum memakan
makanan, sedangkan jika sudah memakan makanan maka dicuci air kencing dari keduanya.”
(HR. Ahmad dalam Musnad beliau no. 563, dan sanadnya dinyatakan shahih oleh Syu’aib al-
Arna’uth dalam Ta’liq beliau terhadap al-Musnad)

Dari Ummi Kurzin al-Khuza’iyyah radhiyallahu ‘anha berkata:

/6 ‫نده‬//‫د في مس‬//‫ه أحم‬//‫ل” أخرج‬//‫ه فغس‬//‫أمر ب‬//‫ وأتي بجارية فبالت عليه ف‬,‫“أتي النبي صلى هللا عليه وسلم بغالم فبال عليه فأمر به فنضح‬
‫ صحيح لغيره‬:‫ وقال شعيب في تعليقه على المسند‬،27517 :‫ برقم‬،440

” Pernah didatangkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam seorang anak laki-laki (bayi),
lalu ia mengencingi beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian beliau memerintahkan
(mengambil air) lalu dipercikinya (bekas kencing tersebut). Dan pernah didatangkan kepada
beliau seorang anak (bayi) perempuan lalu mengencinginya, kemdian ia memerintahkan
(mengambil air) lalu dicucinya. (HR Ahmad di dalam Musnad beliau no. 2751. Syu’aib al-
Arna’uth dalam Ta’liq beliau terhadap al-Musnad berkata: Shahih Lighairihi)

Dan masih banyak lagi hadits-hadits yang semakna.

4.Perkataan Para Ulama Seputar Hadits-Hadits Ini

Dalam sebagian lafazh hadits Ummu Qais binti Mihshan radhiyallahu ‘anha disebutkan:

”‫“بابن لها صغير لم يأكل الطعام‬

“(dia datang) Dengan membawa anaknya yang masih kecil dan belum memakan makanan.” (al-
Muwatha’ karya imam Malik rahimahullah)

Dan maksudnya adalah bahwa dia (bayi tersebut) belum mengonsumsi sesuatu selain ASI. Ibnu
Hajar rahimahullah berkata:” Yang dimaksud dengan makanan adalah selain ASI yang ia minum
(dari ibunya), kurma yang ditahnik-kan kepadanya dan madu yang dijilatnya untuk pengobatan
dan lain-lain. Maka seakan-akan yang dimaksud adalah bahwa dia belum diberi nutrisi dengan
selain ASI secara mandiri.” (Fathul Bari 1/326)

Adapun makna ‫ النضح‬adalah memercikan dengan air. Al-Khaththabi rahimahullah berkata:” An-
Nadh (memercikan) adalah melewatkan (mengalirkan) air di atas suatu benda dengan cara yang
halus tanpa disertai gosokan dan menekannya. Sedangkan al-Ghusl (mencuci) dilakukan dengan
adanya tekanan dan perasan.” (Syarh Sunnah karya al-Baghawai 2/84-85)

5.Pembedaan Antara Air Kencing Bayi Laki-Laki Dan Perempuan Ditinjau Dari
Penemuan Ilmiah Modern

Penelitian ilmiah modern –yang dilakukan di bidang ini- mengungkapkan adanya perbedaan
antara urin (air kencing) bayi anak dan bayi perempuan. Dan salah satu penelitian tersebut adalah
penelitian yang dilakukan oleh Ashil Muhammad Ali dan Ahmad Muhammad Shalih dari
Universitas Dohuk, Irak. Dan kesimpulan penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

Telah selesai proses pengkajian persentase keberadaan bakteri dalam urin/air kencing bayi dalam
masa menyusu dan bayi yang baru lahir, di mana mereka mengumpulkan sampel urin bayi secara
acak yang berjumlah 73 bayi (35 perempuan dan 38 laki-laki). Mereka
mengklasifikasikan/mengelompokkan mereka ke dalam empat kelompok umur; umur di bawah
satu bulan, umur satu bulan sampai dua bulan, kemudan (dari dua bulan) sampai tiga bulan dan
kemudian lebih dari tiga dengan kemungkinan meningkatnya konsumsi makanan. Sampel d
ikumpulkan dan diangkut langsung untuk diperiksa secara laboratoris dan proses terus berlanjut
selama beberapa bulan, dengan mempertimbangkan kemungkinan tingkat maksimum sterilisasi
dan menghindari kontaminasi.

Dan kajian tersebut menggunakan metode yang digunakan Dr. Hans Christian Gram, yang
ditemukan pada tahun 1884 dalam pewarnaan bakteri (metode Gram staining), yang mana warna
ungu menunjukkan bakteri Gram positif dan warna merah untuk negative. Semua sampel yang
diuji dengan memilih bidang bakteri mikroskopis untuk menghitung jumlah bakteri dengan
menggunakan standar pembesaraan 100 kali lipat. Dan ditemukan bahwa semua Gram negatif,
dan diklasifikasikan bahwa ia masuk sebagai bakteri Escherichia Coli.
Dan hasilnya adalah sebagai berikut:

Pertama: Pada kelompok usia nol sampai 30 hari, prosentase keberadaan bakteri dalam urin bayi
perempuan 95,44% lebih banyak dibandingkan pada urin bayi laki-laki, di mana jumlah bakteri di
bidang mikroskopis untuk urin bayi perempuan mencapai 41,9 sedangkan pada bidang yang sama
untuk bayi laki-laki hanya berjumlah 2 saja.

Kedua: Pada kelompok umur (dari satu bulan sampai dua bulan) prosentase keberadaan bakteri
dalam urin bayi perempuan 91,48% lebih banyak dibandingkan pada urin bayi laki-laki, di mana
jumlah bakteri di bidang mikroskopis untuk urin bayi perempuan mencapai 24,1 sementara
jumlah dalam bayi laki-laki hanya 2,25.

Ketiga: Pada kelompok usia 2-3 bulan, prosentase keberadaan bakteri dalam urin bayi
perempuan 93,69% lebih banyak dibandingkan pada urin bayi laki-laki, di mana jumlah bakteri di
bidang mikroskopis untuk urin bayi perempuan mencapai 24,1 sementara jumlah pada kasus bayi
laki-laki hanya 1,6.

Keempat: Pada kelompok usia lebih dari 3 bulan, prosentase bakteri dalam urin bayi perempuan
69% lebih banyak dibandingkan pada urin bayi laki-laki, di mana jumlah bakteri di bidang
mikroskopis untuk urin bayi perempuan 13,9 sementara dalam kasus urin bayi laki-laki
jumlahnya 6,8.

Dan di antara perbandingan di antara jenis yang sama ki cermati bahwa prosentase jumlah bakteri
pada perempuan (urin bayi perempuan) terus menurun dengan bertambahnya usia, di mana
prosentase tersebut pada kelompok usia kurang dari satu bulan adalah 41,9. Sedangkan pada
kelompok usia di atas tiga bulan kita cermati bahwa prosentasenya turun menjadi 13,9 bertolak
belakang dengan apa yang diamati pada laki-laki. Di mana prosentase bakteri dalam kelompok
usia kurang dari dua bulan lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah yang ada pada kelompok
usia di atas tiga bulan ( yaitu 6,8).

Dan kita simpulkan dari hal ini bahwa prosentase bakteri pada perempuan adalah tinggi sejak
hari-hari awal usianya, tanpa melihat perkembangan usia dan terlepas dari apakah ia sudah mulai
mengonsumsi makanan atau tidak. Adapun laki-laki maka keberadaan bakteri jauh lebih rendah
pada hari-hari pertama usianya. Dan prosentase ini mulai meningkat secara bertahap dengan
berlalunya waktu, terutama ketika melewati bulan ketiga dari usianya, yang mana meningkatnya
kemungkinan mulai peningkatan prosentase tersebut dengan mengonsumsi makanan Dan dalam
penelitian lain, Dr Shalahuddin Badr menetapkan bahwa di sana ada beda antara urin bayi laki-
laki yang masih menyusu dengan urin perempuan. Dan kesimpulan penelitian ini adalah sebagai
berikut:

Ilmu pengetahuan pada hari ini menetapkan bahwa urin mengandung bakteri pathogen dalam
jumlah yang besar, yang menyebabkan penularan banyak jenia penyakit ganas. Di antara bakteri
ini adalah:

Bakteri E. coli (Escherichia Coli), staphylococcus, difteri, bakteri streptokokus, jamur candida,
dan lain-lain. Oleh sebab itu wajib mencuci, membersihkan tubuh dan pakaian dari urin ini
sehingga tidak terkena penyakit yang disebakan oleh salah satu dari jenis bakteri pathogen ini.
Ilmu pengetahuan telah membuktikan bahwa urin anak yang baru lahir adalah steril, dan tidak ada
bakteri jenis apapun di dalamnya, tapi kemudian setelah itu ia membawa bakteri, dan kebanyakan
kontaminasi bakteri berasal dari saluran pencernaan.

Dan Dr Shalahuddin dalam penelitiannya menegaskan bahwa urin bayi laki-laki yang masih
menyusu, yang hanya mengonsumsi ASI saja (susu alami) tidak mengandung bakteri jenis
apapun. Sementara pada bayi perempuan yang masih menyusu mengandung beberapa jenis
bakteri, dan dia mengembalikan hal ini kepada perbedaan jenis kelamin.

Karena saluran kencing perempuan lebih pendek daripada saluran pada laki-laki, di samping
sekresi kelenjar prostat yang ada pada laki-laki, yang berperan untuk membunuh kuman. Oleh
karena itu urin bayi laki-laki –yang belum memakan makanan- tidak mengandung bakteri
berbahaya. Dan sebagai akibat dari perbedaan anatomi sistem pembuangan urin pada perempuan
dan laki-laki, maka perempuan lebih rentan terhadap kontaminasi bakteri dibandingkan laki-laki.
Maka suatu hal yang mudah untuk berpindahnya bakteri ke kandung kemih pada wanita, terutama
bakteri yang berpindah dari ujung sistem pencernaan dan berhubungan dengan saluran kemih.
Dan kebanyakan bakteri tersebut adalah bakter coliform.

Dan dengan melihat sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam maka terlihat jelas bahwa urin
perempuan mengandung bakteri penyebab infeksi, oleh karena itu harus dicuci. Hal itu karena s
truktur anatomi sistem pembuangan urin, dan kecilnya saluran kemih jika dibandingkan dengan
sistem pada laki-laki.

Ilmu pengetahuan hari ini telah mengungkap bahwa menyusui bayi dengan selain ASI, seperti
susu formula atau dengan makanan lainnya, baik yang alami maupun buatan menyebabkan
terjadinya kontaminasi urin, dimana ASI mencegah keberadaan bakter coliform dalam urinnya.
Dan di sana ada beberapa jenis sukrosa di dalam ASI yang mencegah menempelnya bakteri
tersebut sel epitel di dalam sistem kemih, yang menyebabkan tidak terjadinya kontaminasi urin
dengan bakteri coliform, dan dengan demikian urin menjadi steril (Diringkas dari British Medical
Journal)

Maka sisi keajaibannya adalah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengetahui hal
tersebut semenjak 14 abad yang, padahal di zaman beliau shallallahu ‘alaihi wasallam belum ada
mikroskop dan alat-alat penelitian canggih yang lainnya. Ini semakin menguatkan iman kita akan
kebenaran ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, danbahwasanya yang beliau bawa
adalah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan juga membuktikan kepada Barat dari kalangan
orang kafir dan orang-orang yang kagum pada mereka bahwa ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam adalah wahyu dari Allah, bukan karangan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka
tidaklah kalian beriman? Wallahu Ta’ala A’lam.

Anda mungkin juga menyukai