Anda di halaman 1dari 22

1

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Tuna Netra adalah orang yang tidak bisa melihat dengan kedua
matanya.  Orang yang buta biasanya memiliki kemampuan mendeteksi
benda-benda yang ada di sekitarnya dengan memaksimalkan kemampuan
pendengarannya lewat suara atau getaran yang didengarnya.  Selain buta
total, ada juga orang yang mengalami kebutaan parsial yang tidak dapat
mengidentifikasi tes menghitung jumlah jari dari jarak tiga meter, pada
penderita tuna netra Terjadi kerusakan susunan syaraf otak yang
berhubungan dengan penglihatan.

Dari kondisi-kondisi di atas, pada umumnya yang digunakan


sebagai patokan apakah seseorang termasuk tunanetra atau tidak ialah
berdasarkan pada tingkat ketajaman penglihatannya.

Tuna Rungu adalah orang yang tidak memiliki kemampuan


mendengar sebagaimana orang normal pada umumnya.  Orang yang
mempunyai cacat pendengaran yang belum parah masih bisa
menggunakan alat bantu pendengaran sehingga bisa kembali mendengar
dengan baik.
Berdasarkan literatur tersebut kami berinisiatif untuk membuat
sebuah alat yang dapat mengatasi masalah diatas berupa “Kacamata Pintar
Sebagai Pengganti Mata dan Telinga pada Penderita Tuna Netra dan Tuna
Rungu” .
1.2. Rumusan Masalah
Usulan program kreativitas mahasiswa karya cipta (PKM-KC)
dengan judul di atas dalam rangka memecahkan permasalahan:
a. Seperti apakah rancangan Kacamata Pintar Pengganti Mata Dan
Telinga Pada Penderita Tunanetra Dan Tunarungu ?
b. Apakah dalam penggunaan Kacamata Pintar Pengganti Mata Dan
Telinga Pada Penderita Tunanetra Dan Tunarungu tersebut dapat
membantu penderita tuna netra dan tuna rungu?
c. Bagaimanakah purwarupa dari Kacamata Pintar Pengganti Mata Dan
Telinga Pada Penderita Tunanetra Dan Tunarungu ?

1.3. Tujuan Kegiatan


2

Menghasilkan Kacamata Pintar Pengganti Mata Dan Telinga


Pada Penderita Tunanetra Dan Tunarungu yang mampu mengatasi
masalah pendengaran dan penglihatan pada penderita tuna netra dan tuna
rungu tanpa harus melakukan operasi atau pengobatan berat lainnya.
1.4. Luaran Yang Diharapkan
Luaran yang diharapkan dari progam kreatifitas mahasiswa ini
dapat diperoleh suatu desain dan prototipe dari Kacamata Pintar
Pengganti Mata Dan Telinga Pada Penderita Tunanetra Dan Tunarungu,
yang memiliki kualitas baik, menarik dan inovatif. Desain ini juga
diharapkan dapat digunakan oleh semua kalangan baik kalangan menengah
kebawah maupun kalangan menengah ke atas serta dapat diproduksi
masal.
1.5. Kegunaan Produk
Produk ini diharapkan dapat menjadi barang yang inovatif dan
dapat memberikan manfaat bagi manusia . Selain itu, produk ini
diharapkan dapat menjadi pelopor bagi teknologi kreatif untuk
berkembang di Indonesia dan Dunia.
3

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penglihatan
Efisiensi daya lihat/penglihatan (visual) manusia (yaitu, seberapa
baik seseorang dapat menggunakan penglihatan/sight) dipengaruhi oleh
dua faktor, ketajaman penglihatan (acuity) dan bidang penglihatan
(peripheral vision). Ketajaman penglihatan dimaksudkan seberapa baik
seseorang dapat melihat dari berbagai jarak. Bidang penglihatan
dimaksudkan terhadap lebar dan tinggi bidang penglihatan seseorang. Para
spesialis penglihatan (visual) mengkategori-sasikan individu penyandang
gangguan penglihatan ke dalam dua sub kelompok, low vision dan
kebutaan/ketunanetraan (blindness). Low vision (dapat pula disebut
tunanetra setengah berat/partially sighted) merujuk kepada mereka yang
memiliki ketajaman penglihatan lebih besar dari 20/200 tetapi tidak lebih
besar dari 20/70 pada mata yang terbaik setelah pembetulan/koreksi.
Kebutaan dimaksudkan bagi orang-orang yang memiliki ketajaman visual
20/200 atau lebih buruk, dan bidang penglihatan tidak lebih besar dari 20º,
pada mata yang terbaik setelah koreksi yang paling baik. Kebutaan
pendidikan (educational blindness) dapat diartikan sebagai suatu
ketidakmampuan siswa untuk menggunakan penglihatan sebagai suatu
saluran penting dari belajar. Tujuan dari definisi tersebut adalah untuk
menjamin bahwa anak tersebut menerima program instruksional yang
selayaknya serta akomodasi terkait.
Di Hong Kong, gangguan penglihatan juga telah didefinisikan ke
dalam dua kategori luas: kebutaan (blindness) dan low vision. Untuk
menyesuaikan dengan kecenderungan atau trend yang mendunia dalam
pengklasifikasian gangguan penglihatan, pemerintah telah menggunakan
definisi-definisi berikut untuk memfasilitasi pemberian pelayanan:
1. Kebutaan berat (total blindness): mereka yang tidak memiliki fungsi
visual, yakni tidak memperoleh persepsi cahaya.
2. Low vision:
a. Kelompok low vision berat: mereka yang memilikik ketajaman
penglihatan antara 6/120 hingga 6/1990, gerakan tangan dan
persepsi cahaya atau mereka yang memiliki bidang penglihatan
yang sempit di mana diameter bidang paling lebar kurang dari 20
derajat tanpa memperhatikan ketajaman penglihatan pusat.
b. Kelompok low vision sedang (moderate): mereka dengan
ketajaman penglihatan antara 6/60 hingga 6/95.
c. Kelompok low vision ringan (mild): mereka dengan ketajaman
penglihatan antara 8/18 hingga 6/48.
4

Ketajaman penglihatan pusat yang disebutkan di atas merujuk


kepada mata yang lebih baik setelah menggunakan kaca mata koreksi
(Hong Kong 1990 Review dari Program Rehabilitasi, Bagian 5.1).
2.2. Pendengaran
Indera pendengaran merupakan salah satu indera manusia yang
berfungsi untuk mengenali berbagai macam bunyi menentukan lokasi
sumber bunyi. Indera pendengaran merupakan indera yang sangat penting
bagi manusia karena tidak hanya diperlukan untuk komunikasi antara
sesama manusia namun juga untuk mengenali kondisi sekitar tubuh. Bunyi
itu sendiri merupakan suatu getaran yang berasal oleh benda yang
menimbulkan suatu gelombang. Gelombang tersebut akan menghasilkan
bunyi, baik yang bernada tinggi ataupun bernada rendah. Manusia dapat
mendengarkan bunyi antara 20 Hz sampai dengan 20 ribu Hz.1
Organ yang berperan untuk fungsi pendengaran adalah telinga.
Telinga selain berfungsi untuk pendengaran juga berfungsi untuk
keseimbangan. Secara anatomis telinga terbagi menjadi telinga luar (auris
externa), telinga tengah (auris media) dan telinga dalam (auris interna).
Telinga luar berperan seperti mikrofon yaitu mengumpulkan bunyi dan
meneruskannya melalui saluran telinga (canalis acusticus externus)
menuju telinga tengah dan telinga dalam. Getaran yang sampai ke telinga
dalam selanjutnya akan diubah menjadi rangsang listrik yang selanjutnya
akan dikirim ke pusat pendengaran di otak.2-4 2. Gangguan pada telinga
dapat menyebabkan penurunan fungsi pendengaran yaitu ketajaman
pendengaran yang bersifat ringan yang bersifat sementara sampai dengan
terjadinya ketulian yang bersifat permanen. Ada 2 jenis ketulian yaitu tuli
hantara dan tuli sensorineural. Tuli hantaran disebabkan oleh kelainan
pada telinga luar dan tengah, sedangkan tuli sensorineural disebabkan oleh
kelainan pada telinga dalam.2
Adanya halangan masuknya bunyi dari luar menuju telinga tengah
dapat menyebabkan penurunan ketajaman pendengaran dan penentuan
lokalisasi bunyi. Penentuan lokalisasi bunyi merupakan salah fungsi indera
pendengaran yang sangat penting karena berkaitan dengan faktor
keselamatan diri.2
Faktor yang menjadi penghalang masuknya bunyi dari luar untuk masuk
ke dalam telinga tengah dapat bersifat internal maupun eksternal. Faktor
internal adalah faktor yang berasal dari telinga sendiri, misalnya adalah
serumen. Serumen adalah hasil produksi kelenjar sebasea, kelenjar
seruminosa, epitel kulit yang terlepas dan partikel debu. Serumen dapat
menumpuk pada saluran telinga sehingga menimbulkan gangguan
pendengaran berupa tuli konduktif. Selain faktor internal, dijumpai adanya
5

faktor eksternal yang dapat menyebabkan gangguan penghantaran bunyi


ke telinga tengah, misalnya pemakaian seperti topi, helm ataupun busana
seperti jilbab yang menutupi telinga. Hasil penelitian sebelumnya oleh
Abel et al pada penggunaan helm militer menjumpai bahwa penggunaan
helm militer yang menutup telinga menurunkan ketajaman pendengaran
dan kemampuan lokalisasi bunyi. Penurunan ketajaman pendengaran
diperberat dengan penggunaan sumbat telinga (ear plug) bersamaan
dengan penggunaan helm militer. Hasil penelitian Tudor et al pada helm
ski menjumpai adanya penurunan ketajaman pendengaran antara 2-8
kiloHz, di mana frekuensi tersebut merupakan tingkatan frekuensi bunyi
tanda bahaya yang digunakan pada lokasi ski.

2.3. Kacamata

Kacamata pertama kali ditemukan sekitar 3000 tahun yang lalu


oleh bangsa di kota tua Niniwe, dimana pada waktu itu fungsinya adalah
sebagai kaca pembesar. Bahan yang digunakan juga bukanlah lensa kaca
melainkan batu Kristal. Perkembangan kacamata kemudian baru melesat
pada abad XII di Cina dan Eropa.
Dalam waktu singkat, kacamata mulai di produksi dengan kualitas
lensa sederhana dan pemakaiannya cukup merepotkan. Pada waktu itu,
kacamata hanya terdiri atas dua lensa yang disambung tanpa tangkai dan
ditempelkan di batang hidung. Sang pemakai juga harus terus
memeganginya. Karena pemasangan yang rumit dan tidak praktis itulah,
kacamata menjadi tidak diminati.
Berbagai cara kemudian dilakukan untuk membuat kacamata
nyaman dipakai. Ada yang memasang rantai kecil pada kedua sisi
kacamata dan diikatkan di bagian belakang kepala, seperti kacamata
perenang, ada lagi yang mengaitkan kacamata pada topi. Ini pun
merepotkan, bahkan mengganggu, terutama saat harus membaca di dalam
ruangan atau membuka topi untuk memberi salam. Hingga pada akhirnya,
tercetuslah ide untuk memasang tangkai sehingga kacamata itu dapat
dikaitkan di telinga. 
Tahun 1784, Benjamin Franklin berhasil menemukan kacamata
bifokus yang memiliki lensa cembung dan lensa cekung dalam satu
bingkai. Pada tahun 1908 dan 1910 barulah dikenal lensa cembung cekung
yang benar-benar menyatu dalam satu lensa. Materi lensa pun turut
berkembang menjadi lensa kaca dan plastik. 
Banyak kalangan percaya, ide lensa yang menempel langsung pada
bola mata itu konon sudah ada sejak tahun 1508 dari catatan dan gambaran
6

serta sketsa yang dibuat Leonardo Da Vinci. Di dalam buku catatannya,


ditemukan banyak sketsa tentang kacamata yang langsung bisa dikenakan
pada bola mata. Ada pula yang beranggapan bahwa lensa kontak digagas
oleh Rene Descartes pada tahun 1636 dimana ia membuat hydriascope,
gelas yang diisi air untuk menetralkan kekuatan kornea mata. 
  Perkembangan lensa kontak pun kemudian sangat beragam di
berbagai negara. Seperti di Perancis pada tahun 1888, lensa kontak
digunakan sebagai alat kesehatan yang hanya dipakai oleh beberapa orang
saja. Awalnya lensa kontak terbuat dari kaca dan menutupi seluruh bagian
depan mata. Untunglah, pada 1938 ditemukan lensa kontak plastik dan
satu dekade kemudian mulai dikenal lensa kontak yang hanya menutupi
kornea dan dapat dipakai hingga 16 jam per hari. 
  Di tahun 1950 hingga 1960-an, lensa kontak dijual dengan harga
yang sangat mahal dan mudah rusak. Baru setelah itu, di tahun 1990-an,
dibuat lensa kontak dengan harga yang lebih terjangkau dan menggunakan
bahan penghantar oksigen sehingga jauh lebih nyaman untuk pemakaian
sehari-hari. (TR)
2.4. Mikrochip

Penemuan chip mikro atau biasa disebut microchip ini merupakan


revolusi teknologi informasi. Karena komponen ini memungkinkan
informasi yang sangat banyak bisa disimpan secara murah dan efisien.
Sebenarnya cara kerja microchip sama dengan peralatan elektronik
generasi sebelumnya. Ada komponen-komponen dasar elektronik seperti
resistor, kapasitor, transistor, dioda, rectifier yang dihubungkan oleh kawat
dengan disolder. Makin banyak jumlah komponen dasarnya, maka makin
tinggi kinerjanya makin hebat hasilnya. Makin tinggi hasil yang
diharapkan, maka casing-nya akan makin besar lantaran jumlah komponen
dasarnya bisa ribuan. Komponen dasar dalam microchip sudah merupakan
satu kesatuan yang bisa langsung digunakan.
7

BAB 3

METODE PELAKSANAAN

3.1. Metode Pelaksanaan

Dalam pelaksanaannya, program ini ditunjukkan dalam diagram


sebagai berikut:

Merumuskan
Ide

Mulai

Study
Literatur

Desain
Awal

Desain
Lanjutan

Cek
Fungsional

Cek
Kualitas

Selesai
8

Adapun Penjelasannya adalah sebagai berikut:


1. Merumuskan ide, kami memikirkan masalah dan ide penyelesaian
pada masalah tersebut.
2. Mulai, kami memulai pembuatan produk yang dimulai dari pembuatan
desain dan diakhiri dengan mencoba efek dari produk
3. Study literature, kami melakukan pencarian dan pembelajaran
referensi-referensi dan teori-teori yang berkaitan dengan alat sebagai
acuan dasar dalam pembuatan awal
4. Desain awal, kami membuat desain awal produk berupa gambaran
kasar mengenai gambaran hasil akhir produk.
5. Desain lanjutan, kami membuat desain lanjutan dari desain awal guna
menyempurnakan kekurangan pada desain sebelumnya.
6. Cek fungsional, kami melakukan proses pengecekan alata apakah tiap
komponennya bekerja dan berfungsi dengan baik.
7. Cek kwalitas, kami melakukan pengecekan kualitas terhadapa apa
yang kami buat, apakah telah memenuhi standar dan seperti yang
kami harapkan.
8. Selesai atau tahap finishing produk, baik itu penyempurnaan model,
warna dan lainnya guna memperindah dan menarik perhatian.
3.2. Anggaran Biaya
No Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)
1 Peralatan Penunjang 1.576.000

2 Bahan Habis Pakai 7.924.000


3 Perjalanan 1.800.000

4 Lain lain 1.200.000


Jumlah 12.500.000

3.3. Jadwal Kegiatan

No Kegiatan Bulan ke-1 Bulan ke-2 Bulan ke-3

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Study
literature
2 Persiapan alat
dan bahan
3 Desain bentuk
9

chasing
4 Desain
rangkaian dan
komponen
elektonika
5 Perakitan
chasing dan
penyusunan
rangkaian
6 Finising
rangkaian
7 Cek fungsional
dan kwalitas
8 Pengambilan
data
9 Pembuatan
laporan
10

BAB 4
PEMBAHASAN
4.1. Rancangan Produk

Ada banyak penyandang disabilitas yang masuk ke dalam


klasifikasi tunarungu di dunia. Penyandang disabilitas merupakan istilah
yang digunakan bagi mereka yang memiliki beberapa ganggunan baik
bersifat fisik atau mental. Penyandang disabilitas merupakan orang yang
memiliki beberapa fungsi bagian tubuh atau mental yang tidak lengkap.
Tuna rungu atau orang dengan memiliki hambatan dalam hal penglihatan
merupakan salah satu klasifikasi disabilitas fisik. Karena berkurangnya
fungsi penglihatan, maka sebagian besar tunanetra memiliki fungsi indra
lainnya seperti pendengaran dan lainnya untuk dimaksimalkan. Ada dua
klasifikasi tunanetra atau buta, yakni buta total ataupun mereka yang
masih memiliki sedikit penglihatan atau kerap disebut low vision. Ada
banyak penyandang tunanetra yang tidak menyerah begitu saja dengan
kekurangan fisiknya tersebut.

Selain itu, perkembangan teknologi pun dapat membantu mereka


menyerap berbagai akses yang sebelumnya tidak dapat
mereka akses. Perkembangan teknologi terbaru saat ini menunjukkan
bahwa semakin banyak hal yang dapat para tunanetra akses. Kami berniat
membuat produk berupa kacamata pintar yang dapat menggantikan fungsi
mata yang kami gabungkan dengan alat bantu pendengaran agar dapat pula
digunakan oleh penderita tuna rungu.

Kacamata yang kami beri nama Kacamata Pintar Pengganti Mata


dan Telinga pada Penderita Tuna Netra dan Tuna Rungu ini akan
mengarahkan ke dalam sistem bionik mata yang digabungkan dalam
bentuk digital dan teknologi biomedikal. Kacamata ini dipasangi kamera
digital kecil diluar dan juga didukung dengan sensor pergerakan mata yang
akan mengarahkan kamera di dalam kacamata. Sedangkan untuk bagian
luar terdapat prosesor digital dan juga transmitter nirkabel.

Namun, para penyandang tunanetra yang hendak menggunakan


kacamata ini harus melakukan proses implantasi pada bagian dekat otak
terlebih dahulu. Implan kecil tersebut akan digunakan untuk menerima
sinyal wireless dan langsung merangsang visualisasi pada otak. Kamera
digital yang terpasang pada kacamata ini akan mengambil gambar-gambar
kemanapun Anda menggerakkannya. Selain itu, prosesor yang terdapat di
bagian samping perangkat ini berguna agar dapat memodifikasi gambar
yang dihasilkan kamera dan kemudian transmitter nirkabel akan
11

menghadirkan visualisasi melalui chip yang telah diimplantasi pada bagian


otak. Chip tersebutlah yang mampu merangsang otak menggunakan sinyal
elektrik agar dapat mengintepretasikan dalam bentuk visual.

Adapun untuk melakukan implant chip kedalam kepala perlu


dilakukan pembedahan. Sebagian area dari tengkoran kepala para calon
pengguna kacamata ini akan hilang. Chip yang digunakan akan
ditempatkan pada bagian permukaan kortek otak. Sedangkan area kecil
yang telah hilang tersebut sejatinya dapat disembuhkan secara alami dan
tetap dilakukan perawatan untuk menghindari infeksi. Atau bisa ditutup
dengan tengkorak buatan yang tentunya cocok dengan struktur tengkorak
pada awalnya.

Kacamata ini menggunakan alogaritma yang akan


mentransformasikan data gambar yang diambil menggunakan kamera
menjadi pola-pola yang ditransmisikan oleh hasil implantasi otak agar
mendapatkan visualisasi yang nyata..

Hasil awal yang kami harapkan adalah melalui teknologi tersebut,


sedikitnya para penyandang disabilitas dapat melihat pergerakan, cahaya,
bentuk serta ukuran walau dalam visi yang terbatas. Teknologi bionik
merupakan perkembangan teknologi terbaru yang mampu menggantikan
sebagian bagian tubuh yang telah rusak.

Setelah kacamata selesai, kami berinovatif untuk menambahkan


alat bantu pendengaran yang tentunya dapat bermanfaat bagi penderita
tunarungu. Alat bantu dengar merupakan sebuah alat elektronik yang
memiliki fungsi untuk dapat membantu pendengaran bagi manusia,
khususnya bagi yang mengalami penyakit gangguan pendengaran agar
dapat membuat pendengarannya lebih baik serta bisa berkomunikasi lebih
baik.
Cara kerja alat bantu dengar sendiri ialah dengan mengeraskan
suara yang ada di area sekitar, sehingga dengan hasil suara yang keras
tersebut bisa membantu telinga yang kurang pendengaran, fungsi dari alat
pengerasan suara tersebut lebih difokuskan pada suara percakapan, oleh
karenanya orang yang memiliki gangguan pendengaran bisa terbantu agar
dapat meng-artikan suara dari percakapan pada lawan bicara.
Tehnologi terbaru dari sebuah alat bantu dengar sudah bisa
mengenali suara percakapan. Sehingga suara yang telah dikeraskan hanya
difokuskan pada suara percakapannya saja, sementara suara – suara
lainnya selain dari percakapan akan diredam, untuk tidak menjadi sebuah
Noise yang bisa mengganggu suara dari percakapan. Alat bantu dengar
12

terbaru juga ada yang memiliki fungsi yang bisa digabungkan atau
dihubungkan dengan perangkat lain, misal menghubungkan dengan
perangkat telepon genggam, komputer, pesawat televisi, radio dan lain –
lain dengan penambahan perangkat yang disediakan khusus. Nah, disini
kami menghubungkannya dengan kacamata pintar yang telah dibuat.

Komponen – komponen utama dari Alat Bantu dengar yaitu:


1. MIC atau Micropon Merupakan suatu komponen alat jenis transduser
yang dapat mengubah energy – energi akustik atau gelombang suara
menjadi sebuah sinyal listrik.
2. Amplifier memiliki fungsi agar memproses sinyal listrik atau
gelombang suara yang dihasilkan oleh mic agar selanjutnya sinyal
listrik atau gelombang suara dapat diperbesar kemudian selanjutnya
sinyal yang selesai diperbesar akan diproses oleh Receiver.
3. Receiver sendiri memiliki fungis untuk dapat mengubah sinyal listrik
atau gelombang suara menjadi sebuah suara yang sudah
dikeraskan. Receiver tersebut bisa di analogikan seperti
halnya speaker.
4. Baterai memiliki fungsi untuk bisa mengalirkan energi listrik agar
dapat menjalankan komponen komponen diatas, yaitu Mic, Amplifier
serta Receiver.

Sistem kerja alat bantu dengar yaitu dengan mengandalkan energy


dari Baterai yang berkerja sebagai sebuah power supply. Apabila dipakai
selama 8 jam perhari, satu baterai bisa bertahan kurang lebih sampai
dengan 2 minggu. Sistem kerja dari alat bantu dengar yaitu berawal ketika
ada sebuah suara, misalkan ada suara lonceng berbunyi maka oleh
komponen MIC akan menangkap suara itu kemudian akan di proses
dengan mengubah energi akustik atau gelombang suara menjadi sebuah
sinyal listrik, yang kemudian akan dilanjutkan prosesnya oleh Amplifier
kemudian diamplifier tersebut akan memproses sinyal listrik atau
gelombang suara yang telah dihasilkan dari Mic untuk selanjutnya
kemudian sinyal listrik atau gelombang suara akan diperbesar kemudian
selanjutnya sinyal yang telah di perbesar tersebut akan diproses oleh
receiver. Kemudian di dalam receiver sinyal listrik gelombang suara itu
oleh receiver dirubah menjadi suara akustik yang telah diperbesar oleh
receiver ini bisa di analogikan seperti Speaker, jadi suara yang telah di
dengar akan sama persis dengan sumber bunyi, serta suara tersebut
tentunya telah di perbesar karena proses Amplifikasi Alat bantu dengar.

Kami menyisipkan semua komponen alat bantu pendengaran pada


lengan kacamata, sehingga ketika kacamata digunakan dan lengan
13

kacamata berada tepat diatas telinga komponen alat bantu pendengaran


akan berfungsi sebagaimana mestinya, yaitu sebagai alat bantu
pendengaran, adapun komponen berupa pengeras dan pengecil suara
(volume) juga akan kami sisipkan pada lengan kacamata, sehingga tercipta
teknologi canggih dan modis, tanpa terlihat jika orang yang
menggunakannya adalah penyandang disabilitas.

Dalam kacamata ini kami tidak hanya menyisipkan alat bantu


pendengaran pada salah satu lengan kacamata saja, melainkan pada kedua
lengannya, tentunya ini akan lebih efisien jika dibandingkan dengan hanya
disalah satu sisi saja.

4.2. Manfaat Bagi Pengguna Kacamata

Pada umumnya, penyandang disabilitas tentunya akan kesulitan


melakukan pekerjaan-pekerjaan atau aktivitas sehari-hari Karena
keterbatasannya, bagi penderita tunanetra, mereka sulit untuk melihat
sekitar sehingga banyak aktivitas yang terhambat, sedangkan untuk tuna
penderita tunarungu, mereka sulit berinteraksi dengan orang-orang sekitar,
sehingga hubungan sosialnya akan menurun, mereka hanya bisa
berkomunikai dengan kerabat terdekat yang mengerti cara agar penderita
tunarungu ini memahami apa yang mereka katakan, dan masih banyak lagi
hal-hal yang mungkin terjadi dikarenakan keterbatasan tersebut.

Dengan adanya kacamata pintar ini, maka penderita tunanetra dan


tunarungu akan sangat terbantu, bagi penderita tunanetra, kacamata ini
dapat membuat mereka melihat area sekitar, baik itu bentuk, warna, dan
pergerakan walaupun masih terbatas, sedangkan untuk penderita tunarungu
akan terbantu pada pendengaran mereka sehingga mereka bisa kembali
berinteraksi dengan sekitar dan melakukan aktivitas bersama orang lain
lagi, untuk orang yang menderita keduanya juga akan terbantu dalam segi
penglihatan dan juga pendengarannya.

4.3. Purwarupa Kacamata Pintar

Kami membuat purwarupa dengan menampilkan komponen-


komponen utama produk ini, pada purwarupa kali ini kami menyajikan
gambar dari 2 sisi yaitu sisi depan dan juga sisi belakang :
14

1. Tampak Depan
15

2. Tampak Belakang
16

BAB 5
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Dari uraian pada bab sebelumnya kami dapat menarik beberapa
kesimpulan :
a. Rancangan produk kami adalah berupa kacamata dengan fungsi
menggantikan mata dan telinga
b. Manfaat sangat dirasakan bagi orang yang telah menggunakan kacamata
pintar tersebut
c. Dengan biaya yang tidak terlalu mahal kami dapat membuat purwarupa
produk tersebut
5.2. Saran
Setelah kami menyelesaikan proposal ini kami menyarankan agar
anggaran biaya yang disediakan bagi orang yang membuat sebuah karya, baik
itu produk ataupun jasa sebaiknya lebih banyak, karena dengan anggaran
yang lebih banyak maka akan tercipta pula produk yang lebih berkualitas
17

DAFTAR PUSTAKA
Alaydrus Mudrik. 2011. Antena Prinsip & Aplikasi. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Winoto Ardi. 2006. Belajar Mikrokontroler Atmel AVR ATtiny 2313.
Yogyakarta: Grava Media
Sherwood Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
http://kacamatasale.com/2012/09/15/sejarah-penemuan-kacamata-dan-
perkembanganya/
http://www.optikmelawai.com/kacamata-lensa/sejarah-kacamata-dan-
lensa-kontak.html
journal.unair.ac.id/download-fullpapers-k36ee846dde72full.pdf
18

Lampiran 1 (Biodata ketua dan anggota kelompok)


KETUA PELAKSANA PROGRAM
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Rizky Fajar Imam Asshiddiq
2 Jenis Kelamin Laki laki
3 Program Studi Pendidikan Dokter
4 NIM 21601101067
5 Tempat dan Tanggal lahir Mamuju, 7 April 1999
6 E-mail imam.rizky34@gmail.com
7 Nomor Telepon/HP 082155697746

B. Riwayat Pendidikan

SD SMP SMA
Nama Institusi SDN 1 Mamuju SMPN 2 Mamuju SMAN 5 Parepare
Jurusan IPA

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratandalam pengajuan Hibah PKM-KC Tahun anggaran 2016.

Malang, 21 November 2016


Penggusul,

(Rzky Fajar Imam Asshiddiq)

ANGGOTA KELOMPOK 1

A. Identitas Diri
19

1 Nama Lengkap Nur Kamilah


2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program Studi Pendidikan Dokter
4 NIM 21601101052
5 Tempat dan Tanggal lahir Sangkulirang, 7 April 1997
6 E-mail kmilahnur@gmail.com
7 Nomor Telepon/HP 082357494999

B. Riwayat Pendidikan

SD SMP SMA
Nama Institusi SDN 006 SMPN 1 SMAN 3
Sangkuliriang Sangkuliriang Samarinda
Jurusan IPA

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratandalam pengajuan Hibah PKM-KC Tahun anggaran 2016.

Malang, 21 November 2016


Penggusul,

(Nur Kamilah)

ANGGOTA KELOMPOK 2

A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Rahmadani Alfitra Santri
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program Studi Pendidikan Dokter
4 NIM 21601101057
20

5 Tempat dan Tanggal lahir Rasau Jaya, 17 Januari 1999


6 E-mail rafitsa2@gmail.com
7 Nomor Telepon/HP 08982531069

B. Riwayat Pendidikan

SD SMP SMA
Nama Institusi SDN 8 SMPN 2 SMAN 1
Sukandana Sukandana Sukandana
Jurusan IPA

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratandalam pengajuan Hibah PKM-KC Tahun anggaran 2016.

Malang, 21 November 2016


Penggusul,

(Rahmadani Alfitra Santri)

Lampiran 2 (justifikasi anggaran kegiatan)


1. Peralatan Penunjang

Material Kwantitas Harga Keterangan


satuan (Rp)

Digital Multitester 2 buah 614.000

Solder 2 buah 250.000

Tang lancip 1 buah 45.000

Obeng 1 set 45.000


21

Toolbox 1 set 550.000

Kabel roll kecil 1 buah 35.000

Tang rifet 1 buah 37.000

SUB TOTAL (Rp) 1.576.000

2. Bahan Habis Pakai

Material Kwantitas Harga Keterangan


satuan
(Rp)

Papan microchip 3 buah 250.000

Transmitter nirkabel 20 buah 40.000

Camera mikro 3 buah 1.139.200

Alat bantu pendengaran 2 buah 400.000

Resistor 160 ohm 20 buah 2.000


(optional)

Kapasitor 20 buah 2.500

kapasitor keramik 20 buah 2.700

BatteryUltraFire 18650 40 buah 30.000


4800mAh 3.7V
Power level 4 buah 85.000

Kabel USB universal 4 buah 35.000

Switch ON/OFF 5 buah 4.500

lem 4 buah 15.000

Mur baut 1 kantong 100.000

Kabel 1 rol 150.000

7.924.000

3. Perjalanan

Material Justifikasi Harga Keterangan


22

Perjalanan satuan (Rp)

Sewa mobil Ke 1 kali 750.000


bererapa Toko
komponen
elektonika di luar
kota
ke Toko material 1 kali 400.000

Sewa mobil ke toko 1 kali 650.000


peralatan elektronik
di luar kota
SUB TOTAL 1.800.000
(Rp)

4. Lain lain

Material Justifikasi Kwantitas Harga Keterangan


Permakaian satuan (Rp)

ATK 1 kali 1 set 85.000

Kertas 1 kali 1 rim 75.000

Tinta 1 kali 1 set 90.000

Publikasi 800.000

Seminar 1 kali 3 orang 150.000

SUB TOTAL (Rp) 1.200.000

Total (Keseluruhan) 12.500.000

Anda mungkin juga menyukai