Upaya pencegahan kuman udara dapat dilakukan dengan desinfeksi. Desinfeksi ruang
dapat dilakukan dengan penyinaran UV, ozon dan pengkabutan. Desinfeksi dengan pengkabutan
ini biasanya sering dilakukan karena biaya yang murah. Desinfeksi ini biasanya dengan
menggunakan bahan desinfektan 1%. Pelaksanaan desinfeksi ini hendaknya dilakukan secara
periodik, hal ini karena angka kuman dapat bertambah oleh adanya aktifitas pelayanan pasien.
Selain itu, faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban dan pencahayaan juga dapat
mempengaruhi.
Salah satu upaya dalam pencegahan adalah dengan menggunakan bilik disenfektan yang
menggunakan cairan disenfektan yang tepat dan aman bagi tubuh manusia.
1. Pemotongan besi
2. Penyambungan besi dengan metode las
3. Pemasangan alat pompa disenfektan
4. Pemasangan humidifier
5. Pemasangan penutup bilik
Pada tanggal 3 April 2020 ini telah diterbitkan Surat edaran Direktur Jenderal
Kesehatan Masyarakat Nomor 375 tahun 2020 tentang Penggunaan Bilik Desinfeksi Dalam
Rangka Pencegahan Penularan COVID-19. Surat edaran ini dimaksudkan untuk menjadi
pertimbangan kembali bagi pemerintah daerah dan masyarakat dalam penggunaan bilik
desinfeksi dalam rangka pencegahan penularan COVID-19. Berikut beberapa hal yang harus
dipertimbangkan menurut Surat Edaran tersebut.
1. Desinfeksi adalah proses menghilangkan sebagian besar atau semua mikroorganisme
patogen kecuali spora bakteri yang terdapat di permukaan benda mati (non-biologis,
seperti pakaian, dinding) (Centers for Disease Control and Prevention, CDC).
Desinfeksi dilakukan terhadap permukaan (lantai, dinding, peralatan, dan lain-lain),
ruangan, pakaian, dan Alat Pelindung Diri (APD).
2. Bilik desinfeksi yang sekarang banyak digunakan di masyarakat untuk mendesinfeksi
permukaan tubuh yang tidak tertutup, pakaian dan barang-barang yang digunakan atau
dibawa oleh manusia. Berdasarkan informasi dari lapangan, berbagai macam cairan
desinfektan yang digunakan untuk bilik desinfeksi ini diantaranya adalah diluted
bleach (larutan pemutih/natrium hipoklorit), klorin dan sejenisnya, etanol 70%, amonium
kuarterner (seperti benzalkonium klorida), hidrogen peroksida (H20 2) dan sebagainya.
Desinfektan tersebut merupakan desinfektan yang digunakan untuk mendesinfeksi
ruangan dan permukaan, seperti lantai, perabot, peralatan kerja, pegangan tangga atau
eskalator, moda transportasi, dan lain-lain.
3. Menurut WHO, menyemprotkan desinfektan ke tubuh dapat berbahaya untuk
membran mukosa (misal: mata, mulut) sehingga berpotensi menimbulkan risiko terhadap
kesehatan dan merusak Pajanan desinfektan langsung ke tubuh secara terus-menerus
dapat menyebabkan iritasi kulit dan iritasi pada saluran pernafasan. Selain itu,
penggunaan desinfektan jenis larutan hipoklorit pada konsentrasi tinggi dapat
mengakibatkan kulit terbakar parah.
Memang benar menurut WHO, menyemprotkan desinfektan ke tubuh dapat berbahaya
untuk membran mukosa (misal: mata, mulut) sehingga berpotensi menimbulkan risiko terhadap
kesehatan dan merusak. Namun, peneliti bidang kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI) Joddy Arya Laksmono menjelaskan penggunaan disinfektan tidak boleh sembarangan.
Salah satu bahan yang sering digunakan untuk campuran dalam membuat cairan disinfektan
adalah pemutih pakaian. Dia menjelaskan sesuai saran WHO sangat tidak dianjurkan untuk
mencampurkan seluruh bahan disinfektan dalam satu wadah.
Anjuran WHO adalah gunakan bahan aktif pemutih pakaian dengan konsentrasi 0,05%
atau 1 bagian pemutih untuk 100 bagian air dan tidak dicampur oleh bahan lainnya. Jadi dia
menyarankan untuk menggunakan cairan disinfektan yang aman dan pembuatannya sesuai
takaran. Selain itu tidak ada pencampuran bahan disinfektan lain.
Penggunaan bilik
"Kalau kita bicara tentang bilik disinfektan, maka ada dua hal yang perlu diedukasi kepada
masyarakat. Pertama adalah desain bilik disinfektannya itu sendiri dan cairan disinfektannya
yang digunakan," kata dia.
Joddy melanjutkan, fungsi dari bilik disinfektan adalah untuk sterilisasi. Sementara itu
bagian-bagian yang perlu disterilisasi adalah setiap permukaan benda, misalnya pada APD,
gagang pintu, keran air, ponsel, toilet, saklar lampu, wastefel dan lain sebagainya.
Idealnya waktu kontak atau pemakaian untuk bilik disinfektan (chamber) ini
maksimum 10 detik. Hal itu berdasarkan hasil uji laju antimikroba dari sodium hipoklorit yang
dapat mematikan mikroba patogen dalam 10 detik.
Dia menyarankan untuk tidak terlalu sering menggunakan cairan disinfektan. Itu karena
di tubuh manusia atau pun di permukaan tubuh terdapat mikroba-mikroba serta enzim-enzim
baik yang sangat dibutuhkan untuk metabolisme tubuh. (Nur Fitriatus Shalihah). Dilansir oleh
kontan.co.id.
Pendekatan ergonomi yang digunakan pada pembuatan bilik disinfektan (chamber) ini
adalah anthropometri. Anthropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan
dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Anthropometri secara luas digunakan untuk
pertimbangan ergonomis dalam suatu perancangan (desain) produk maupun sistem kerja (seperti
perancangan fasilitas atau perlengkapan/perkakas kerja) yang akan memerlukan interaksi
manusia. Aspek-aspek ergonomi dalam suatu proses rancang bangun fasilitas marupakan faktor
yang penting dalam menunjang peningkatan pelayanan atau aktivitas produksi. Setiap desain
produk, baik produk yang sederhana maupun produk yang sangat komplek, harus berpedoman
kepada antropometri pemakainya. Untuk dimensi yang digunakan pada bilik ini, diperlukan
ukuran yang sesuai.
Selain anthropometri, pendekatan ergonomi display juga diperlukan pada produk ini.
Displai adalah sebuah alat untuk menginformasikan sebuah obyek, kejadian (event) status atau
situasi melalui panca indera kepada manusia. Displai menurut Purnomo (2004) merupakan
bagian dari lingkungan yang perlu memberi informasi yang diterima indera manusia secara
langsung maupun tidak langsung untuk memperlancar tugas-tugas pekerja. Tujuan displai di
industri, yaitu menyediakan informasi yang cukup tentang status atau kondisi alat/equipment
tersebut.
Bab II
Concept Design
1. Variabilitas keacakan/random
2. Variasi ukuran dimensi tubuh
3. Variasi jenis kelamin
4. Variasi kelompok umur
5. Variasi suku bangsa/etnis
6. Variasi jenis pekerjaan/latihan
7. Faktor tubuh
8. Faktor nutrisi & kondisi lingkungan
B. Display
Efektifitas Displai :
2.1.1.1 Anthropometri
(Format Tabel 1 untuk data anthropometri dan dimensi pengukuran anthropometri).
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Pengukuran Dimensi Anthropometri
*Hasil nilai (cm) untuk pengukuran variabel dimensi yang sudah umum diukur, seperti:
tinggi badan, berat badan
2.1.1.2Display
a. Display Bilik
Dengan didapatnya nilai rata-rata tinggi badan tersebut, maka desain ukuran yang
diperlukan dalam produk bilik disinfektan ini, sebagai berikut :
Gambar 2.1 Dimensi Bilik Disinfektan
Untuk penutup pada sisi bilik, menggunakan terpal transparan. Hal ini bertujuan agak
mempermudah dalam penglihatan / visual manusia. Juga terpal transparan dapat mempermudah
sirkulasi pencahayaan dan menjaga suhu dalam bilik tersebut.
b. Display Humidifier
Agar ruangan bilik dapat di kontrol kelembapan dan agar tidak ruangan pengap sebab
ruangan tertutup maka bisa kiata tambahkan humidifer yang berguna sebagai pengharum
sekaligus penjaga kelembapan ruangan bilik disenfektan
Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan, maka produk bilik disinfektan ini sudah sesuai
dengan konsep ergonomi. Dengan adanya pendekatan anthropometri dan display. Dengan adanya
produk ini dapat membantu dan memudahkan manusia untuk terhindar dari virus, bakteri
ataupun kuman yang menempel pada tubuh. Pembuatannya berdasarkan saran dari WHO tentang
penggunaan bilik disenfekatan yang mana bilik disenfektan akan lebih baik jika menggunakan
metedo uap air dibandingkan dengan air nya langsung sebab tidak membuat perih di mata
ataupun air yang bisa saja tertelan oleh penggunanya. Perancangan bilik disenfektan juga
disesuaikan dengan kondisi tubuh masyarakat pada umumnya bisa digunakan oleh anak-anak
hingga orang dewasa tapi kami tidak menyarankan penggunaan untuk balita.
Bab III
Final Result
Hasil browsing di internet, didapat beberapa contoh bilik disenfektan yang agak mirip dengan desain
bentuk yang dinginkan. Biasanya desain seperti ini digunakan oleh masyarakat pada umumnya.
Bahan yang biasa digunakan adalah besi dan terpal bening sebagai penutup.
Bab IV
Kesimpulan