Anda di halaman 1dari 5

a.

Penatalaksanaan hipotermia

Penatalaksanaa hipotermia yang dapat dikerjakan

dengan cara nonfarmakologis dan farmakologis.tehnik

nonfarmakologis bisa dilakukan dengan cara pencegahan

proses redistribusi yang menyebabkan hipotermia, antara

lain seperti pemberian selimut hangat. Redistribusi panas

terjadi saat vasodilatasi yang disebabkan oleh tindakan

anastesi, sehingga panas dapat berpindah dari inti suhu

tubuh ke perifer.

b. Penanganan hipotermia

Hipotermia post operasi sangat merugikan bagi pasien

yang menjalani operasi. Hipotermia post operasi dapat

menyebabkan disritmia jantung, memperpanjang

penyembuhan luka operasi, menggigil, dan penurunan

tingkat kenyamanan pasien. Intervensi yang efektif

penghangat untuk tubuh membantu pasien dalam

mempertahankan normotermia. Penghangat aktif untuk

tubuh yang mengalami hipotermia post operasi dapat

mengurangi kecemasan dan dapat meningkatkan kenyaman

bagi pasien. Intervensi penghangat tubuh ini bahkan dapat

mengurangi keluhan nyeri pada pasien yang sudah

melakukan pembedahan post operasi (Marta, 2013).


Penggunaan cairan hangat juga dapat menangani

kejadian menggigil atau hipotermia telah dan terbukti secara

ilmiah keefektifannya (Shaw et al., 2017). Studi menjelaskan

bahwa pemberian cairan intravena hangat dapat mencegah

kejadian hipotermia sehingga tidak terjadi menggigil pada

pasien yang btelah melakukan pembedahan atau tindakan

operasi. (Cobb et al., 2016).

2. Tinjauan Umum Tentang Post Operasi

Post operasi merupakan masa yang rawan dalam

menghadapi terjadinya komplikasi post operasi, selama masa ini

pasien berada diruangan pemulihan serta dilakukan observasi,

terhadap fungsi sirkulasi, respirasi,dan kesadaran. Pada masa

ini tubuh pasien akan mengalami pemulihan dari anastesi yang

menurunkan metabolisme dan suhu tubuh (Potter dan Perry,

2010).

a. Gangguan post operasi

1. Nyeri

Nyeri adalah suatu gambaran sensasi dan emosi

yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan

pada pasien post operasi, nyeri dapat berasal dari bekas

sayatan proses pembedahan atau tindakan operasi.


2. Mual muntah

Respon mual muntah pasca operasi di karenakan

akibat dari anastesi , faktor intubasi ( stimulasi pada

aferen mekanoreseptor faring sehinggga menyebabkan

terjadinya mual muntah), anastesi yang digunakan lebih

dalam atau dorongan lambung selama pernafasan

menggunakan face mask dapat menjadi faktor mual dan

muntah

3. Hipotermi

Gangguan metabolisme dapat mempengaruhi

kejadian hipotermi, selain itu juga karena efek obat-

obatan yang digunakan. General anestesi juga dapat

memengaruhi ketiga elemen termoregulasi yang terdiri

atas elemen input aferen, pengaturan sinyal di daerah

pusat dan juga respons eferen, serta juga dapat

menghilangkan proses adaptasi yang mengganggu

mekanisme fisiologi lemak kulit pada fungsi

termoregulasi yaitu menggeser batas ambang untuk

respons proses vasokonstriksi, menggigil, vasodilatasi

dan juga berkeringat.


4. Infeksi luka operasi

Infeksi luka pasca operasi salah satu masalah utama

dalam tindakan pembedahan dan infeksi dapat

menghambat proses penyembuhan luka sehingga

menyebabkan angka morbiditas dan mortalitas

bertambah besar yang menyebabkan terjadinya lama

hari perawatan.

3. Tinjauan Umum Tentang Usia

Harahap (2014), menyebutkan bahwa pasien lanjut usia

(lansia) termasuk ke dalam golongan usia yang sangat rentan

terjadinya hipotermi , usia lansia merupakan risiko tinggi untuk

terjadi hipotermi pada periode perioperatif. General anestesi

yang dilakukan pada pasien usia lansia dapat menyebabkan

pergeseran pada ambang batas termoregulasi dengan derajat

yang lebih besar dibandingkan dengan pasien yang berusia

muda.

Golongan usia lansia merupakan faktor risiko urutan ke 6

(enam) sebagai penyebab hipotermi perioperatif. Selain lansia,

Morgan & Mikhail (2013), menyebutkan bahwa pasien pediatrik,

balita, dan anak . Mereka juga memiliki risiko yang sangat tinggi

untuk terjadi mengalamai hipotermi komplikasi pasca operasi.

Usia salah satu faktor yang penting, pasien anak

mempunyai luas permukaan tubuh per kilogram berat badan


lebih luas dibandingkan pasien dewasa. Umur sangatlah

mempengaruhi metabolisme tubuh akibat dari mekanisme

hormonal sehingga dapat memberikan efek tidak langsung

terhadap suhu inti tubuh. (Suanda, 2014).

Sedangkan, pada orang dewasa pengaturan panas dari

produksi dan kehilangan panas relatif stabil. Pengaturan ini

dilakukan oleh hipotalamus. Hipotalamus yang terletak diantara

hemisfer serebral, yang mengatur suhu inti tubuh. Suhu

lingkungan sangat penting untuk kenyamanan atau setara

dengan set point maka hipotalamus berespon sangat ringan dan

sedikit, sehingga suhu akan mengalami terjadinya perubahan

yang ringan dan relatif stabil, hubungan antara produksi dan

pengeluaran panas harus di jaga dan di pertahankan. Hubungan

diregulasi melalui mekanisme neurologis dan kardiovaskuler.

Penurunan suhu tubuh terjadi karena sel syaraf di hipotalamus

anterior yang menjadi lebih panas melebihi set point (Guyton &

Hall, 2008 dalam I made suindrayasa 2017)

4. Tinjaun Umum Tentang Lama Operasi

Menurut Suanda (2014) Orang yang terpapar suhu

lingkungan yang dingin akan mengalami terjadinya kehilangan

panas dari tubuhnya dalam jumlah yang banyak melalui

beberapa mekanisme pengeluaran panas. Pada pasien

pembedahan atau pasien operasi, akan terpapar suhu ruangan

Anda mungkin juga menyukai