Anda di halaman 1dari 14

Nama : Siti Rohmah

NPM : 2202171013
Mata Kuliah : Hygiene Industri
Tugas 9 : Pencahayaan

“PENCAHAYAAN”

DEFINISI PENCAHAYAAN
 Menurut Kepmenkes No. 1405/MENKES/SK/XI/2002, pencahayaan adalah jumlah
penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan
secara efektif
 Menurut Ahli (Petty et.al, 1967) . Pencahayaan (iluminasi) adalah kepadatan dari
suatu berkas cahaya yang mengenai suatu permukaan
 Menurut SNI Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Buatan Pada Bangunan
Gedung Tahun 2000. Pencahayaan adalah sebagai jumlah cahaya yang jatuh pada
sebuah bidang permukaan.

SIFAT – SIFAT CAHAYA


Cahaya memiliki beberapa sifat yaitu :
 Cahaya dapat merambat lurus
 Cahaya dapat dipantulkan
 Cahaya dapat menembus benda bening
 Cahaya dapat dibiaskan
 Cahaya daapt diuraikan

FAKTOR – FAKTOR PENCAHAYAAN


A. Faktor yang Dapat Mempengaruhi Pencahayaan
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pencahayaan di ruangan termasuk
ditempat kerja adalah:
 Desain sistem pencahayaan
Faktor ini berpengaruh terhadap penyebaran cahaya ke seluruh ruangan.
Dengan desain yang baik dapat dihindarinya sudut atau bagian ruangan yang
gelap.
 Distribusi cahaya
Faktor ini berpengaruh terhadap penyebaran cahaya. Jika distribusi sumber
cahaya tidak merata, maka akan menimbulkan sudut dan bagian ruangan yang
gelap.
 Pemantulan cahaya
Pemantulan cahaya dari langit-langit tergantung dari warna dan finishing.
Pemantulan cahaya ini tidak berlaku pada sistem pencahayaan langsung, tetapi
sangat penting pada pencahayaan tidak langsung.
 Ukuran ruangan
Ruangan yang luas akan lebih efisien dalam pemanfaatan caaya daripada ruang
yang sempit.
 Utilitas cahaya
Utilitas cahaya adalah presentase cahaya dari sumber cahaya yang secara nyata
mencapai dan menerangi benda-benda yang diterangi.
 Pemeliharaan desain dan sumber cahaya
Apabila pemeliharaan desain dan sumber cahaya tidak baik, misalnya penuh
debu, maka akan mempengaruhi pencahayaan yang dihasilkan.
B. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Pencahayaan
Menurut Roger L. Brauer (1990), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas
pencahayaan antara lain:
a) Sifat cahaya, sifat cahaya ditentukan oleh dua hal, yaitu kuantitas atau
banyaknya cahaya yang jatuh pada suatu permukaan yang menyebabkan
terangnya permukaan tersebut dan kualitas atau sifatcahaya yang menyangkut
warna, arah cahaya dan difusi cahaya serta jenis dan tingkat kesilauan.
- Kuantitas cahaya, Kuantitas pencahayaan bergantung pda jenis pekerjaan
yang akan dilakukan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pencahayaan
yang baik akan memberikan kemudahan dalam menyelesaikan tugas-tugas
pekerja. Intesitas cahaya yang dibutuhkan tergantung dari tingkat ketelitian,
bagian yang diamati, warna obyek, kemempuan untuk memantulkan cahaya
dan tingkat kecerahan. Untuk melihat suatu benda yang berwarna gelap
serta kontras antara obyek dan sekitarnya buruk, maka membutuhkan
intesitas cahaya yang tinggi. Sedangkan untuk melihat obyek atau benda
yang berwarna cerah serta kontras antara obyek dan sekitarnya cukup baik,
maka intesitass cahaya yang dibutuhkan tidak terlalu tinggi. Kekuatan
intesitas pencahayaan (iluminasi) bergantung pada jarak antara sumber
cahaya dengan bidang pantul, maka akan semakin lemah kekuatan iluminasi
cahaya yang dipantulkan atau dapat dikatanakan bahwa kekuatan iluminasi
berbanding terbalik dengan kuadrat jarak sumber cahaya dengan bidang
pantul (hukum kuadrat terbalik). Hukum kuadrat terbalik mendefinisikan
hubungan antara pencahayaan dari sumber titik dan jarak. Rumus ini
menyatakan bahwa intesitass cahaya persatuan luas berbanding terbalik
dengan kuadrat jarak dari sumbernya.
- Kualitas cahaya
Adapun kualitas pencahayaan dipengaruhi oleh lingkungan penglihatan di
antaranya kesilauan (glare), penyebaran cahaya, arah cahaya, warna,
kecerlangan (brightness) yang akan memberikan efek pada kemampuan
untuk melihat dengan mudah dan teliti. Sumber-sumber cahaya yang cukup
jumlahnya sangat berguna dalam mengatur pencahayaan secara baik.
Pencahayaan dengan berbagai lampu misalnya sangat tepat bagi pekerja
yang menggambarkan di atas permukaan mata, sedangkan pencahayaan satu
arah digunakan untuk mengerjakan bagian-bagian kecil. Pengelolaan dari
kalitas cahaya yang rendah akan menimbulkan ketidaknyamanan dan
kecelakaan kerja, misalnya glare dapat menyebabkan kelelahan (fatigur),
kehilangan efektivitasn penglihatan dan mengurangi produktivitas.
Penggunaan warna di tempat kerja dimasukkan untuk dua hal, yaitu
menciptakan kontras warna dengan maksud untuk tangkapan mata dan
pengadaan lingkungan psikologis yang optimal. Warna penerangan untuk
suatu ruangan dan komposisi sprektumnya sangat penting dalam
membandingkan dan mengkombinasikan warna-warna. Warna-warna dalam
lingkungan kerja sebagai akibat dari pencahayaan menentukan rupa
lingkungan tersebut. Menurut OSHA (1998), penggunaan warna-warna cerah
dalam lingkungan kerja dapat membantu untuk membuar obyek terlihat
lebih jelas dan dapat manimbulkan kesan ruangan menjadi lebih luas, selain
itu acara psikologis juga dapat meningkatkan gairah kerja.
b) Sifat lingkungan, sifat lingkungan ditentukan oleh derajat terang (brightness),
nilai pantulan (reflectance value) serta distribusi cahaya (lighting distribution).
Menurut Ching (1987) juga mengatakan bahwa ketinggian dan kualitas
permukaan langit-langit akan mempengaruhi derajat cahaya di dalam ruang.
- Derajat terang, Kemampuan seseorang untuk dapat melihat obyek dengan
jelas bergantung pada perbedaan derajat terang obyek tersebut. Mata
berfungsi secara optimal apabila derajat teranngn dalam daerah penglihatan
kia relatif sama.
- Nilai pantulan, Nilai pantulan adalah perbandingan antara sumber cahaya
datang dengan cahaya yang dipantulkan. Nilai pantulan bergantung pada
jenis permukaan pantul, warna dan kemampuan untuk memantulkan cahaya
dari dinding-dinding, langit-langit, lantai, dan peralatan kerja akan
menentukan pola derajat terang. Dinding-dinding, lantai dan langit-langit
yang ber warna gelap dapat menurunkan efektivitas dari instalasi
penerangan sebanyak 50%.
- Distribusi cahaya (lighting distribution)
Distribusi cahaya merupakan unit penyabaran yang tterdiri dari lampu dan
peralatan untuk mendistribusikan serta mengendalikan cahaya. Perlatan
penerangan perlu dipasang berdasarkan karakteristik distribusi cahaya yang
dikehendaki.

DISTRIBUSI PENYEBARAN PENCAHAYAAN


Berdasarkan cara distribusi cahayanya, pencahayaan dapat dibedakan menjadi lima
macam, yaitu :
a. Distribusi pencahayaan langsung (direct lingting)
Pada sistem pencahayaan langsung, sebanyak 90-100% cahaya diarahkan secara
langsung ke benda-benda, yang perlu diterangi. Sistem ini paling efektif dalam
mengatur pencahayaan . akan tetapi sistem ini memiliki kelemahan, yaitu dapat
menimbulkan bayangan serta kesilauan yang dapat mengganggu, baik karena
penyinaran langsung maupun karena pantulan cahaya. Untuk mendapatkan efek
yang optimal, disarankan langit-langit, dinding serta benda-benda yang ada dalam
ruangan perlu diberi warna cerah agar tampak menyegarkan.
b. Distribusi pencahayaan semi langsung
Pada sistem pencahayaan semi langsung, sebanyak 60-90% cahaya diarahkan
langsung kepada benda-benda yang perlu diterangi, sedangkan sisanya akan
dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Sistem pencahayaan ini dapat mengurangu
kelemahan sistem pencahayaan langsung.
c. Distribusi pencahayaan difus (general diffuse lighting)
Pada sistem pencahayaan difus, sebanyak 40-60% cahaya diarahkan kepada
permukaan yang perlu diterangi, selebihnya lagi menerangi langit0langit dan
dinding untuk kemudian dipantulkan. Pada sistem ini, nilai pantulan dari langit-
langit harus tinggi agar cahaya yang dipantulkan ke bawah cukup banyak. Namun
masih ada masalah bayangan dan kesilauan dalam sistem pencahayaan ini.
d. Distribusi pencahayaan semi tidak langsung (semi indirect lighting)
Pada sistem pencahayaan semi tidak langsung, sebanyak 60-90% cahaya diarahkan
ke langit-langit dan dinding bagian atas dan sisanya ke bawah. Dengan demikian,
langit-langit memerlukan perhatian lebih dengan dilakukannya pemeliharaan yang
lebih baik. Pada sistem pencahayaan ini praktis tidak ada masalah bayangan dan
kesilauan juga dapat dikurangi.
e. Distribusi pencahayaan tidak langsung (indirect lighting)
Pada sistem pencahayaan tidak langsung, sebanyak 90-100% cahaya diarahkan ke
langit-langit dan dinding bagian atas kemudian dipantulkan untuk menerangi
seluruh ruangan. Agar seluruh langit-langit dapat dijadikan sumber cahaya, maka
diperlukan pemeliharaan yang baik. Kelebihan dari sistem pencahayaan ini adalah
tidak menimbulkan bayangan dan kesilauan, sedangkan kelemahannya yaitu dapat
mengurangi efesiensi cahaya total yang jatuh pada permukaan kerja

JENIS – JENIS LAMPU


1. Lampu LED
Jenis lampu yang pertama dan saat ini sangat banyak digunakan adalah
lampu LED. Lampu LED atau disebut juga sebagai Light Emitting Diode merupakan
lampu yang sumber cahayanya berasal dari dioda. Lampu jenis ini tidak
menggunakan filamen dan menjadikannya sangat hemat daya dan memiliki waktu
pemakaian yang sangat panjang.
Kumpulan dioda lampu akan dirakit menjadi sebuah rangkaian dan dibentuk
menjadi sebuah lampu LED yang utuh. Lampu LED sangatlah terang dan bisa
digunakan untuk berbagai kebutuhan dan menjadikannya sebagai sebuah lampu
yang sangat fleksibel bagi siapa saja. Karena ukurannya yang sangat beragam, lampu
LED juga bisa digunakan sebagai penerangan dari kendaraan bermotor karena
pancaran cahayanya yang terang. Meskipun demikian, lampu ini memiliki
kekurangan yaitu cahayanya sulit untuk difokuskan dan lebih berpendar dari lampu
biasa.
2. Lampu Pijar
Lampu pijar adalah generasi awal dari lampu yang ada saat ini. Lampu ini
masih menggunakan tungsten yang dipanaskan agar bisa menghasilkan keluaran
cahaya. Pada bagian dalamnya, filamen tingsten tersebut umumnya dicampurkan
dengan gas nitrogen atau berada dalam ruangan vakum. Semakin tinggi voltase dari
lampu pijar maka akan mengeluarkan panas yang berlebih ketika digunakan.
Kelebihan utama dari lampu pijar adalah cocok untuk digunakan dengan dimmer
untuk mengatur tingkat terang dari lampunya. Lampu pijar bisa dimanfaatkan
untuk di rumah Anda agar bisa menciptakan kesan tradisional atau klasik pada rum
3. Lampu Neon
Salah satu lampu yang bisa dikreasikan agar memiliki warna-warna yang
menarik adalah lampu neon. Sesuai dengan namanya, lampu ini berisikan gas argon
atau neon yang bisa menghasilkan warna yang berbeda. Gas yang terdapat di dalam
lampu ini akan menyala ketika terdapat aliran listrik yang melewati gas tersebut.
Ketika lampu neon sudah menyala maka daya listrik yang dibutuhkannya akan
berkurang dan menjadikannya lebih hemat daya. Lampu neon banyak diaplikasikan
sebagai lampu hias yang memiliki warna menarik
4. Lampu Neon Kompak
Selain lampu neon yang biasa terdapat juga sebuah lampu neon kompak yang
berukuran lebih kecil. Lampu ini diberi nama compact fluorescent light dan
memiliki bentuk yang hampir sama dengan lampu pijar. Dalam pengoperasiannya,
lampu ini sedikit berbeda dengan lampu pijar yang membutuhkan panas sedangkan
lampu ini menggunakan aliran listrik agar gas di dalamnya bisa menyala.
5. Lampu HID
Lampu HID atau disebut juga sebagai high intensity discharge adalah salah
satu lampu yang banyak digunakan untuk daerah yang membutuhkan penerangan
lebih. Lampu ini bisa menghasilkan cahaya yang jauh lebih terang jika dibandingkan
dengan lampu pijar dan lampu pendar biasa. Kekurangan dari lampu ini adalah
membutuhkan daya yang lebih besar agar bisa menyala dan perlu dipanaskan
terlebih dahulu agar bisa menyala dengan terang.
Lampu HID juga banyak diaplikasikan pada kendaraan yang menginginkan
lampu kendaraannya menjadi lebih terang daripada lampu bawaan dari pabrik.
Meskipun demikian, lampu ini memiliki kekurangan yaitu harganya yang jauh lebih
mahal daripada lampu yang lainnya
6. Lampu Halogen
Lampu halogen adalah salah satu lampu yang memiliki ukuran kompak dan
lebih mudah dalam pengaplikasiannya. Di dalam lampu ini terdapat sebuah filamen
yang terbuat dari tungsten dan terbungkus dalam gas halogen seperti bromin atau
iodin. Gas halogen tersebut akan membuat lampu ini menjadi lebih terang sekaligus
meningkatkan daya tahan dari lampu jenis ini.
7. Lampu Pendar
Lampu pendar atau fluorescent lamp adalah salah satu jenis lampu yang
menggantikan keberadaan dari lampu pijar. Lampu jenis ini sangat diminati karena
membutuhkan daya yang jauh lebih rendah untuk menghasilkan pancaran cahaya
yang sama dengan lampu pijar. Selain itu juga pancaran sinar dari lampu ini jauh
lebih lembut dan tidak tajam untuk mata Anda. Kekurangan dari lampu ini adalah
tidak bisa digunakan bersamaan dengan dimmer.
Lampu pendar umumnya digunakan untuk lampu pada rumah karena
harganya yang murah dan bisa dibeli di mana saja dengan mudah. Selain itu juga
umur dari lampu ini termasuk cukup lama sehingga akan aman untuk digunakan
dalam jangka panjang.

DAMPAK PEKERJA AKIBAT PENCAHAYAAN BURUK


Pencahayaan yang tidak didesain dengan baik akan menimbulkan gangguan atau
kelelahan penglihatan selama kerja. Menurut Zaenab (2012) pengaruh pencahayaan yang
kurang memenuhi syarat akan mengakibatkan kelelahan mata sehingga berkurangnya
daya dan efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di
sekitar mata dan kerusakan indra mata. Selanjutnya pengaruh kelelahan pada mata
tersebut akan bermuara kepada penurunan performansi kerja, termasuk kehilangan
produktivitas, kualitas kerja rendah, banyak terjadi kesalahan dan kecelakan kerja
meningkat.
Pemakaian komputer dewasa ini semakin luas di segala bidang, baik di perkantoran
maupun di kehidupan pribadi seseorang. Namun, pemakaian komputer secara berlebihan
akan meningkatkan resiko gangguan kerja. Lamanya penggunaan komputer dianjurkan
tidak lebih dari 4 jam sehari apabila melebihi waktu tersebut, mata cenderung mengalami
kelelahan. Kelelahan mata meningkat apabila kualitas dan kuantitas pecahayaan di ruang
kerja tersebut kurang baik (Maryamah, 2011).
Salah satu contoh yang sering terjadi di masyarakat khususnya di tempat kerja
terkait pencahayaan adalah pencahayaan pada layar monitor atau pekerjaan yang selalu
berhadapan langsung dengan komputer setiap hari. Salah satu penyakit yang diakibatkan
oleh pencahayaan yang buruk pada pengguna komputer adalah gangguan penglihatan atau
computer vision syndrome (CVS) atau dikenal dengan sindrom penglihatan komputer.
1. Computer Vision Syndrome (CVS)
CVS merupakan sindroma gangguan mata akibat penggunaan komputer dalam
jangka waktu yang lama. Selain itu CVS didefinisikan juga sebagai suatu kondisi
sementara akibat memfokuskan mata pada layar komputer untuk berlarut-larut,
tanpa gangguan dari periode waktu. CVS terjadi 64% sampai 90% dari pekerja
kantor. Gangguan ini sangat mungkin tidak menyebabkan kerusakan mata
permanen. Tetapi, dapat mempengaruhi kenyamanan pengguna komputer
Izquerdo, (2010) dalam Azkadina (2012). Menurut penelitian yang dilakukan
Kusumawaty, dkk pada tahun 2012 pada karyawan BNI Kota Makassar menyatakan
bahwa makin lama penggunaan komputer dengan pencahayaan yang buruk maka
makin berat gejala CVS yang terjadi. Selain itu Saputro, 2013 dalam penelitian
terhadap karyawan BPS (Badan Pusat Statistik) Provinsi Jawa Tengah menyatakan
bahwa ada hubungan antara intensitas pencahayaan ruang, intensitas pencahayaan
lokal, jarang pandang dan durasi penggunaan komputer terhadap kejadiab CVS
dengan masing-masing ρ value < 0,005.
2. Gejala CVS
Menurut Affandi, 2005 terdapat beberapa gejala yang terjadi pada seseorang yang
menderita CVS, antara lain:
a) Mata tegang
Mata tegang adalah salah satu istilah kabur yang memiliki arti yang berbeda-
beda bagi banyak orang. Istilah yang dipakai oleh spesialis mata untuk mata
tegang adalah asthenopia, istilah itu sendiri adalah istilah yang kabur. Di dalam
lingkungan pemakaian komputer, mata tegang dapat disebabkan oleh kondisi
lingkungan dan penglihatan yang berbeda-beda.
b) Sakit kepala
Sakit kepala adalah keluhan “tidak nyaman” lainnya dan keluhan itu sering
menjadi sebab utama mengapa orang menjalani pemeriksaan mata. Para
pengguna komputer lebih besar kemungkinannya mengalami sakit kepala jenis
otot tegang.
c) Penglihatan kabur
Tajam penglihatan adalah kemampuan untuk membedakan antara dua titik
yang berbeda pada jarak tertentu. Bila pandangan diarahkan ke suatu titik yang
jaraknya < 6 meter, mekanisme pemfokusan mata untuk menambah kekuatan
fokus mata dan mendapatkan bayangan yang jelas di retina harus diaktifkan.
Kemampuan mata untuk merubah daya fokusnya disebut akomodasi, yang
berubah tergantung usia. Suatu bayangan yang tidak tepat terfokus di retina
akan kelihatan kabur.
d) Mata kering dan mengalami iritasi
Permukaan depan mata diliputi oleh suatu jaringan yang mengandung kelenjar
yang menghasilkan air, mukus dan minyak. Ketiga lapisan itu disebut air mata
yang membatasi permukaan mata dan mempertahankan kelembaban yang
diperlukan agar mata dapat berfungsi dengan normal.
e) Sakit pada leher dan punggung
Pada situasi kantor, penglihatan pekerja agak terhalang dan harus
menyesuaikan posisi tubuh untuk mengurangi beban pada sistem penglihatan.
f) Kepekaan terhadap cahaya
Mata dirancang untuk terangsang oleh cahaya dan mengontrol jumlah cahaya
yang masuk ke dalam mata. Faktor lingkungan kerja yang paling mengganggu
adalah kesilauan. Ketidaknyamanan mata karena kesilauan terutama
disebabkan perbedaan terang cahaya pada lapangan pandang. Sebaiknya
sumber cahaya yang sangat terang dihilangkan dari lapangan pandang dan
diusahakan mendapat pencahayaan yang relatif merata. Seseorang akan
menghadapi risiko yang lebih besar mengalami silau yang mengganggu bila
sumber cahaya lebih terang dan lebih dekat ke titik perhatian.
g) Penglihatan Ganda
Ketika melihat sebuah objek yang jaraknya dekat, otot mata
mengkonvergensikan kedua mata ke arah hidung. Konvergensi memungkinkan
kedua mata untuk mempertahankan peletakan kedua bayangan pada tempat
yang setara di kedua retina. Bila kemampuan untuk tetap mengunci posisi
kedua mata hilang, mata akan tak searah dan tertuju ke titik yang berbeda.
Ketika kedua mata mentransmisikan bayangan tersebut maka akan terjadi
penglihatan ganda.
DASAR PERUNDANGAN TERKAIT PENCAHAYAAN
 Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No. 7 Tahun 1964, Tentang syarat-syarat
kesehatan, kebersihan dan pencahayaan di tempat kerja.
 standar AS 1680 untuk Interior Lighting' yang mengatur intensitas pencahayaan sesuai
dengan jenis dan sifat pekerjaannya
 KepMenKes RI No. 1405/MenKes/SK/XI/2002 penetuan intensitas cahaya di ruang
kerja
 Peraturan Menteri Perburuhan No. 70 Tahun 2964, kebutuhan penerangan di tempat
kerja ditentukan berdasarkan area atau jenis kegiatannya.

CARA PENGUKURAN DAN ALAT UKUR PENCAHAYAAN


Intensitas cahaya diartikan sebagai ukuran daya yang dipancarkan oleh suatu
sumber cahaya dari arah tertentu per satuan sudut. Intensitas cahaya merupakan salah
satu alat ukur besaran pokok yang dalam Satuan Internasional, satuan intensitas cahaya
adalah Candela (Cd). Berikut ini adalah beberapa alat ukur intensitas cahaya untuk
mengetahui tingkat pencahayaan ruangan :
1) Light Meter/ Lux Meter
Cahaya merupakan energi berbentuk gelombang elektromagnetik, memiliki panjang
gelombang sekitar 380 – 750. Cahaya dapat dilihat oleh mata manusia atau kasat mata.
Besarnya intensitas cahaya dapat diukur menggunakan light meter.
Light Meter biasanya digunakan di bidang fotografi, yaitu untuk menentukan
eksposur yang tepat untuk mengambil foto. Alat ini terdiri atas rangkaian elektronik
digital atau analog, sehingga memungkinkan fotografer untuk mendapatkan gambar
dengan hasil yang maksimal. Berikut ini adalah bagian – bagian dari Lux Meter.
• Tombol On/Off : digunakan untuk menyalakan atau mematikan alat.
• Layar panel : layar yang menampilkan hasil pengukuran.
• Tombol range : tombol kisaran ukuran.
• Zero Adjust VR : digunakan untuk mengkalibrasi alat.
• Sensor cahaya : bagian untuk mengoreksi/ mengukur cahaya.
2) Goniophotometer
Alat ukur intensitas cahaya selanjutnya yaitu Goniofotometer. Alat ini digunakan
untuk mengukur cahaya yang dipancarkan dari sebuah benda pada sudut yang
berbeda. Ganiofotometer dapat digunakan untuk mengukur distribusi intensitas,
koordinat warna, fluks cahaya, dan temperatur warna. Alat pengukur intensitas cahaya
ini banyak digunakan dalam industri otomotif, seperti alat ukur kebisingan.
Penggunaan ganiofotometer telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir melalui
pengenalan sumber lampu LED, yang banyak mengarah ke sumber cahaya. Distribusi
spasial cahayanya tidak homogen.
3) Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah pengukur intensitas cahaya pada panjang gelombang
tertentu dan melewati sebuah materi. Prinsip kerjanya yaitu dengan mengukur jumlah
cahaya berdasarkan interaksi materi dengan cahaya yang ditembakkan. Jenis cahaya
yang bisa diukur ialah inframerah, ultraviolet, dan cahaya tampak, sedangkan materi
dapat berupa atom atau molekul. Cahaya sebagian akan diserap, kemudian sisanya
akan dilewatkan.
Cahaya yang diserap akan muncul nilai absorbansinya sebanding dengan
konsentrasi larutan pada kuvet. Ada dua jenis spektrofotometer yaitu
spektrofotometer single-beam dan spektrofotometer double-beam. Keduanya berbeda
dalam hal pemberian cahaya, di mana pada single-beam, cahaya melewati hanya satu
arah sehingga hanya nilai absorbansi dari larutan yang dimasukkan yang diperoleh.
Pada double-beam nilai blanko dapat diukur bersama dengan larutan yang diinginkan
dalam sekali proses yang sama.
4) Alat Ukur Intensitas Cahaya Ruangan LX-90
Pengukur intensitas cahaya ruangan LX-90 digunakan sebagai pengukur intensitas
cahaya ruangan dengan rentang pengukuran mulai 0 hingga 100.000 lux. Di dalamnya
terdapat probe diode terpisah dengan alat utamanya, memiliki kabel perpanjangan
yang fleksibel sehingga mudah dalam membaca hasil pengukurannya, meskipun
berada pada tempat yang sulit dijangkau.
LX-90 banyak digunakan untuk sinematografi dan desain tata cahaya untuk
menentukan tingkat cahaya optimal sebuah pementasan. Seperti alat ukur kelembaban
udara, alat ini juga banyak digunakan pada ruangan seperti tempat kerja, rumah sakit,
pabrik,laboratorium dan tempat lainnya

CARA PENGENDALIAN PENCAHAYAAN DI TEMPAT KERJA


Di bawah ini akan diberikan secara garis besar langkah-langkah pengendalian
masalah pencahayaan di tempat kerja, yaitu:
 Modifikasi sistem pencahayaan yang sudah ada seperti:
a) Menaikkan atau menurunkan letak lampu didasarkan pada objek kerja
b) Merubah posisi lampu
c) Menambah atau mengurangi jumlah lampu
d) Mengganti jenis lampu yang lebih sesuai, seperti, mengganti
e) lampu bola menjadi lampu neon, dll
f) Mengganti tudung lampu
g) Mengganti warna lampu yang digunakan dll.
 Modifikasi pekerjaan seperti:
a) Membawa pekerjaan lebih dekat ke mata, sehingga objek dapat dilihat dengan jelas
b) Merubah posisi kerja untuk menghindari bayang-bayang,
c) pantulan, sumber kesilauan dan kerusakan penglihatan
d) Modifikasi objek kerja sehingga dapat dilihat dengan jelas. Sebagai contoh:
memperbesar ukuran huruf dan angka padatombol-tombol peralatan kerja mesin.
 Pemeliharaan dan pembersihan lampu.
a) Penyediaan pencahayaan local
b) Penggunaan korden dan perawatan jendela dll.

Sebagai tambahan pertimbangan dalam upaya mengatasi masalah pencahayaan di


tempat kerja, Sanders & McCormick (1987) dan Grandjean (1993) memberikan pedoman
untuk desain sistem pencahayaan yang tepat di tempat kerja dengan cara sebagai berikut :
a. Menghindari penempatan arah cahaya langsung dalam lapangan penglihatan tenaga
kerja
b. Menghindari penggunaan cat yang mengkilat (glossy paint) pada mesin atau meja
dan tempat kerja.
c. Menggunakan cahaya difusi (cahaya merata) untuk menyediakan atmosfer
pekerjaan terbaik
Menggunakan lebih banyak lampu dengan daya kecil, daripadamenggunakan lampu
sedikit dengan daya besar. Menghindari lokasi pencahayaan dalam 300 dari garis normal.
Menghindari sumber cahaya berkedip (flicker)

Anda mungkin juga menyukai