Anda di halaman 1dari 14

Nama : Siti Rohmah

NPM : 2202171013
Mata Kuliah : Hygiene Industri
Tugas 8 : Radiasi

“RADIASI”

DEFINISI RADIASI
Radiasi adalah perpindahan kalor tanpa melalui medium perantara yang
merupakanbentuk gelombang elektromagnetik ( Prof. Dr. Mundilarto & Drs. Edi
Istiyono, M.Si:2007)
Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk
panas,partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya (foton) dari sumber
radiasi(Asriwati:2017)
Menurut Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Radiasi dapat dikatakan
sebagaipancaran energi yang melalui suatu ruang atau materi dalam bentuk
partikel, panas, ataugelombang elektromagnetik/cahaya (foton) dari sumber
radiasi.
Radiasi adalah perpindahan kalor dalam bentuk gelombnag elektromagnetik
seperticahaya tampak, gelombnag mikro, inframerah, dan sinar ultraviolet (Drs.
Bambang Ruwanto M.Si :2007)
Radiasi merupakan suatu proses pelepasan energi dari suatu obyek sebagai partikel
atau gelombang (Amsyari, 1989).
JENIS – JENIS RADIASI

Berdasarkan sumbernya radiasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi :


1. Radiasi alam berasal dari sinar kosmos, sinar gamma dari kulit bumi, peluruhan radom
dan thorium di udara, serta radionuklida yang ada dalam bahan makanan. Berikut
sumber radiasi dari alam :
Radiasi benda-benda langit Karena medan magnet bumi mempengaruhi radiasi ini,
maka orang di kutub menerima lebih banyak daripada yang ada di katulistiwa.
Selain itu orang yang berada di lokasi yang lebih tinggi akan menerima radiasi yang
lebih besar karena semakin tipis lapisan udara yang dapat bertindak sebagai
penahan radiasi. Jadi, orang yang berada di puncak gunung akan menerima radiasi
yang lebih banyak daripada yang di permukaan laut. Begitupula orang yang
bepergian dengan pesawat terbang juga menerima lebih banyak radiasi.
Radiasi dari kerak bumi Bahan radioaktif utama yang ada dalam kerak bumi adalah
Kalium-40, Rubidium-87, unsur turunan dari Uranium-238 dan turunan Thorium-
232. Besarnya radiasi dari kerak bumi ini berbeda-beda karena konsentrasi unsur-
unsur di tiap lokasi berbeda, tetapi biasanya tidak terlalu berbeda jauh. Penelitian di
Perancis, Jerman, Italia, Jepang dan Amerika Serikat menunjukkan bahwa kira-kira
95 persen populasi manusia tinggal di daerah dengan tingkat radiasi rerata dari
bumi antara 0,3–0,6 milisievert (mSv ) per tahun. Sekitar 3 persen populasi dunia
menerima dosis 1 mSv per tahun atau lebih.
2. Radiasi buatan adalah radiasi yang timbul karena atau berhunbungan dengan aktivitas
manusia, seperti penyinaran dengan sinar-X di bidang medis (radiodiagnostik dan
radioterapi), radiasi diperoleh di pembangkit tenaga nuklir, radiasi yang diperoleh di
bidang industri dll. Berikut sumber radiasi dari buatan :
Radiasi dari tindakan medik Dalam bidang kedokteran radiasi digunakan sebagai
alat pemeriksaan (diagnosis) maupun penyembuhan (terapi). Pemindai sinar-X atau
Roentgen merupakan alat diagnosis yang paling banyak dikenal dan dosis radiasi
yang diterima dari roentgen ini merupakan dosis tunggal (sekaligus) terbesar yang
diterima dari radiasi buatan manusia. Tindakan medik ini menyumbang 96%
paparan rata-rata radiasi buatan pada manusia sehingga jumlah dan jenis sinar-X
yang diterima harus dibatasi. Mesin pemindai sinar-X, mammografi dan CT
(Computerized Axial Tomography) Scanner meningkatkan dosis radiasi buatan pada
manusia. Untuk kepentingan tindakan medik yang menggunakan cobalt-60, dinding
kamar tempat penggunaan zat radioaktif jenis ini harus memiliki ketebalan
khusus.Dalam sekali penyinaran sinar-X ke dada, seseorang dapat menerima dosis
radiasi total sejumlah 35-90 hari jumlah radiasi yang diterima dari alam.
Penyinaran sinar-X untuk pemeriksaan gigi memberikan dosis total kira-kira 3 hari
jumlah radiasi yang diterima dari alam. Penyinaran radiasi untuk penyembuhan
kanker nilai dosisnya kira-kira ribuan kali dari yang diterima dari alam. Meskipun
dosis radiasi yang diterima dari kedokteran ini cukup tinggi, orang masih mau
menerimanya karena nilai manfaatnya jauh lebih besar daripada resikonya.
Radiasi dari reaktor nuklir Banyak orang beranggapan bahwa tinggal di sekitar
pembangkit listrik tenaga nuklir akan menyebabkan terkena radiasi yang tinggi.
Meskipun di dalam reaktor terdapat banyak sekali unsur radioaktif, tetapi sistem
keselamatan reaktor membuat jumlah lepasan radiasi ke lingkungan sangat kecil.
Dalam kondisi normal, seseorang yang tinggal di radius 1-6 km dari reaktor
menerima radiasi tambahan tak lebih daripada 0,005 milisievert per tahun. Nilai ini
jauh lebih kecil daripada yang diterima dari alam (kira-kira 2 milisievert per tahun)
atau 1/400 nilai radiasi dari alam.

Radiasi terdiri dari beberapa jenis dan setiap jenis radiasi tersebut memiliki panjang
gelombang masing-masing. Ditinjau dari massanya radiasi dapat dibagi menjadi radiasi
elektromagnetik dan radiasi partikel. Radiasi elektromagnetik ialah radiasi yang tidak
memiliki massa. Radiasi ini terdiri dari gelombang radio, gelombang mikro, inframerah,
cahaya tampak, sinar-X, sinar gamma dan sinar kosmik. Radiasi partikel ialah radiasi
berupa partikel yang memiliki massa, misalnya partikel beta, alfa dan neutron.

Bila ditinjau dari “muatan listriknya” radiasi dapat dibagi menjadi radiasi pengion dan
radiasi non-pengion. Radiasi pengion ialah radiasi yang apabila menumbuk atau menabrak
sesuatu akan muncul partikel bermuatan listrik yang disebut ion. Peristiwa terjadinya ion
ini disebut ionisasi, Ion ini kemudian akan menimbulkan efek atau pengaruh pada bahan,
termasuk benda hidup.

Radiasi pengion disebut juga radiasi atom atau radiasi nuklir. Termasuk ke dalam radiasi
pengion ialah sinar-X, sinar gamma, sinar kosmik, serta partikel beta, alfa dan neutron.
Partikel beta, alfa dan neutron dapat menimbulkan ionisasi secara langsung.

Meskipun tidak memiliki massa dan muatan listrik, sinar-X, sinar gamma dan sinar kosmik
juga termasuk ke dalam radiasi pengion karena dapat menimbulkan ionisasi secara tidak
langsung. Radiasi non-pengion ialah radiasi yang tidak dapat menimbulkan ionisasi.
Termasuk ke dalam radiasi non-pengion ialah gelombang radio, gelombang mikro,
inframerah, cahaya tampak dan ultraviolet.

Secara garis besar radiasi digolongkan antara lain:


1) Radiasi Ionisasi
Beberapa jenis radiasi memiliki energi yang cukup untuk mengionisasi partikel. Secara
umum, hal ini melibatkan sebuah elektron yang ‘terlempar’ dari cangkang atom
elektron, yang akan memberikan muatan (positif). Hal ini sering mengganggu dalam
sistem biologi, dan dapat menyebabkan mutasi dan kanker. Jenis radiasi umumnya
terjadi di limbah radioaktif peluruhan radioaktif dan sampah.Tiga jenis utama radiasi
ditemukan oleh Ernest Rutherford, Alfa, Beta, dan sinar gamma. Radiasi tersebut
ditemukan melalui percobaan sederhana, Rutherford menggunakan sumber radioaktif
dan menemukan bahwa sinar menghasilkan memukul tiga daerah yang berbeda. Salah
satu dari mereka menjadi positif, salah satu dari mereka bersikap netral, dan salah satu
dari mereka yang negatif. Dengan data ini, Rutherford menyimpulkan radiasi yang
terdiri dari tiga sinar. Beliau memberi nama yang diambil dari tiga huruf pertama dari
abjad Yunani yaitu alfa, beta, dan gamma. Radiasi pengion dapat dibagi menjadi dua
bagian menurut jenisnya :
Radiasi Eksterna Adalah sumber radiasi yang terletak diluar tubuh pasien atau
pasien mendapat pajanan radiasi dari luar tubuhnya yang dapat mengenai
seluruh tubuh (penyinaran total) ataupun mengenai sebagian tubuh saja
(penyinaran parsial). Radiasi eksternal ada yang dimanfaatkan untuk keperluan
diagnosa biasanya digunakan sumber radiasi sinar-X yang dibangkitkan pada
tegangan 40 kV-150 kV, sedangkan untuk keperluan terapi selain digunakan
sinar gamma dari radioisotope Cobalt dan Cessium
Radiasi Interna Adalah sumber radiasi yang dimasukkan ke dalam tubuh pasien.
Sumber radiasi yang diperlukan adalah radioisotope non toksik yang
mempunyai waktu paruh pendek dan aktivitas rendah, misalnya Tc 99 atau I-
131. Radiasi interna kebanyakan untuk keperluan diagnosa.

2) Radiasi Non-Ionisasi
Radiasi non-ionisasi, sebaliknya, mengacu pada jenis radiasi yang tidak membawa
energy yang cukup perfoton untuk mengionisasi atom atau molekul. Ini terutama
mengacu pada bentuk energi yang lebih rendah dari radiasi elektromagnetik (yaitu,
gelombang radio, gelombang mikro, radiasi terahertz, cahaya inframerah, dan cahaya
yang tampak). Dampak dari bentuk radiasi pada jaringan hidup hanya baru-baru ini
telah dipelajari. Alih-alih membentuk ion berenergi ketika melewati materi, radiasi
elektromagnetik memiliki energi yang cukup hanya untuk mengubah rotasi, getaran
atau elektronik konfigurasi valensi molekul dan atom. Namun demikian, efek biologis
yang berbeda diamati untuk berbagai jenis radiasi non-ionisasi
Radiasi Neutron adalah jenis radiasi non-ion yang terdiri dari neutron bebas.
Neutron ini bisa mengeluarkan selama baik spontan atau induksi fisi nuklir,
proses fusi nuklir, atau dari reaksi nuklir lainnya. Ia tidak mengionisasi atom
dengan cara yang sama bahwa partikel bermuatan seperti proton dan elektron
tidak (menarik elektron), karena neutron tidak memiliki muatan. Namun,
neutron mudah bereaksi dengan inti atom dari berbagai elemen, membuat
isotop yang tidak stabil dan karena itu mendorong radioaktivitas dalam materi
yang sebelumnya non-radioaktif. Proses ini dikenal sebagai aktivasi neutron.
Radiasi elektromagnetik. Radiasi elektromagnetik mengambil bentuk
gelombang yang menyebar dalam udara kosong atau dalam materi. Radiasi EM
memiliki komponen medan listrik dan magnetik yang berosilasi pada fase saling
tegak lurus dan ke arah propagasi energi. Radiasi elektromagnetik
diklasifikasikan ke dalam jenis menurut frekuensi gelombang,jenis ini termasuk
(dalam rangka peningkatan frekuensi):gelombang radio,gelombang
mikro,radiasi terahertz, radiasi inframerah, cahaya yang terlihat, radiasi
ultraviolet,sinar-Xdansinar gamma. Dari jumlah tersebut,gelombang radio
memiliki panjang gelombang terpanjang dansinar gamma memiliki gelombang
terpendek. Sebuah jendela kecilfrekuensi, yang disebut spectrum yang dapat
dilihat atau cahaya, yang dilihat dengan mata berbagai organisme, dengan
variasi batas spektrum sempit ini. EM radiasi membawa energi dan momentum,
yang dapat disampaikan ketika berinteraksi dengan materi.
Cahaya adalah radiasi elektromagnetik dari panjang gelombang yang terlihat
oleh mata manusia (sekitar 400-700 nm), atau sampai 380-750 nm. Lebih luas
lagi, fisikawan menganggap cahaya sebagai radiasi elektromagnetik dari semua
panjang gelombang, baik yang terlihat maupun tidak.
Radiasi termal adalah proses dimana permukaan benda memancarkan energi
panas dalam bentuk gelombang elektromagnetik. radiasi infra merah dari
radiator rumah tangga biasa atau pemanas listrik adalah contoh radiasi termal,
sepertipanas dan cahaya yang dikeluarkan oleh sebuah bola lampu pijar
bercahaya.
Radiasi termal dihasilkan ketika panas dari pergerakan partikel bermuatan
dalam atom diubah menjadi radiasi elektromagnetik. Gelombang frekuensi yang
dipancarkan dari radiasi termal adalah distribusi probabilitas tergantung hanya
pada suhu, dan untuk benda hitam asli yang diberikan oleh hukum radiasi
Planck. hukum Wien memberikan frekuensi paling mungkin dari radiasi yang
dipancarkan, dan hukum Stefan-Boltzmannmemberikan intensitas panas.
DAMPAK RADIASI
Berdasarkan jenis sel:
a) Efek genetik, adalah efek yang dirasakan oleh keturunan dari individu yang terkena
paparan radiasi.
b) Efek somatik adalah efek radiasi yang dirasakan oleh individu yang terpapar radiasi.
Waktu yang dibutuhkan sampai terlihatnya gejala efek somatik sangat bervariasi
sehingga dapat dibedakan atas efek segera dan efek tertunda.Efek segera adalah
kerusakan yang secara klinik sudah dapat teramati pada individu dalam waktu
singkat setelah individu tersebut terpapar radiasi, seperti epilasi (rontoknya
rambut), eritema (memerahnya kulit), luka bakar dan penurunan jumlah sel darah.
Kerusakan tersebut terlihat dalam waktu hari sampai mingguan pasca iradiasi.
Sedangkan efek tertunda merupakan efek radiasi yang baru timbul setelah waktu
yang lama (bulanan/tahunan) setelah terpapar radiasi, seperti katarak dan kanker.

Berdasarkan dosis radiasi (untuk kepentingan proteksi radiasi),


Efek deterministik adalah efek yang disebabkan karena kematian sel akibat paparan
radiasi, sedangkan
efek stokastik adalah efek yang terjadi sebagai akibat paparan radiasi dengan dosis
yang menyebabkan terjadinya perubahan pada sel.

Berikut efek radiasi pada sebagian organ tubuh akibat pajanan radiasi eksterna (dari luar
tubuh) yang terjadi secara akut:
Sistem Pembentukan Darah
Dosis sekitar 0,5 Gy pada sumsum tulang sudah dapat menyebabkan penekanan
proses pembentukan komponen sel darah sehingga jumlahnya mengalami
penurunan. Pada dosis yang lebih tinggi, individu terpajan mengalami kematian
sebagai akibat dari infeksi karena menurunan jumlah sel darah putih (limfosit dan
granulosit) atau dari pendarahan yang tidak dapat dihentikan karena menurunnya
jumlah trombosit. Efek stokastik pada sumsum tulang adalah leukemia dan kanker
sel darah merah. Berdasarkan pengamatan pada para korban bom atom di
Hiroshima dan Nagasaki, leukemia merupakan efek stokastik tertunda pertama
yang terjadi setelah pajanan radiasi seluruh tubuh dengan masa laten sekitar 2
tahun dengan puncaknya setelah 6 – 7 tahun.
Kulit
Efek deterministik pada kulit bervariasi dengan besarnya dosis. Pajanan radiasi
sekitar 2-3 Gy dapat menimbulkan efek kemerahan (eritema) sementara yang
timbul dalam waktu beberapa jam. Beberapa minggu kemudian, eritema akan
kembali muncul sebagai akibat dari hilangnya sel-sel basal pada epidermis. Dosis
sekitar 3 – 8 Gy menyebabkan terjadinya kerontokan rambut (epilasi) dan
pengelupasan kering (deskuamasi kering) dalam waktu 3 – 6 minggu setelah
pajanan radiasi. Pada dosis yang lebih tinggi, 12 – 20 Gy, akan mengakibatkan
terjadinya pengelupasan kulit disertai dengan pelepuhan dan bernanah (blister)
serta peradangan akibat infeksi pada lapisan dalam kulit (dermis) sekitar 4 – 6
minggu kemudian. Kematian jaringan (nekrosis) dalam waktu 10 minggu
pemajanan radiasi dengan dosis lebih besar dari 20 Gy, sebagai akibat dari
kerusakan yang parah pada pembuluh darah. Bila dosis yang di terima sekitar 50 Gy,
nekrosis akan terjadi dalam waktu yang lebih singkat yaitu sekitar 3 minggu.
Mata
Mata terkena pajanan radiasi baik akibat dari radiasi lokal (akut atau protraksi)
maupun pajanan radiasi seluruh tubuh. Lensa mata merupakan bagian dari struktur
mata yang paling sensitif terhadap radiasi. Terjadinya kekeruhan atau hilangnya
sifat transparansi lensa mata sudah mulai dapat dideteksi setelah pajanan radiasi
yang relatif rendah yaitu sekitar 0,5 Gy dan bersifat akumulatif. Dengan demikian
tidak seperti efek deterministik pada organ lainnya, katarak tidak akan terjadi
beberapa saat setelah pajanan, tetapi setelah masa laten antara 6 bulan sampai 35
tahun, dengan rerata sekitar 3 tahun.
Paru
Paru dapat terkena pajanan radiasi secara eksterna dan interna. Efek deterministik
berupa pneumonitis biasanya mulai timbul setelah beberapa minggu atau bulan.
Efek utama adalah pneumonitis interstisial yang dapat diikuti dengan terjadinya
fibrosis sebagai akibat dari rusaknya sel sistim vaskularisasi kapiler dan jaringan
ikat, yang dapat berakhir dengan kematian. Kerusakan sel yang mengakibatkan
terjadinya peradangan akut paru ini biasanya terjadi pada dosis 5 – 15 Gy.
Perkembangan tingkat kerusakan sangat bergantung pada volume paru yang
terkena radiasi dan laju dosis. Hal ini juga dapat terjadi setelah inhalasi partikel
radioaktif dengan aktivitas tinggi dan waktu paro pendek. Efek stokastik berupa
kanker paru. Keadaan ini banyak dijumpai pada para penambang uranium. Selama
melakukan aktivitasnya, para pekerja menginhalasi gas Radon-222 secara
berkesinambungan sebagai hasil luruh dari uranium. Di dalam paru, radon selama
proses peluruhannya sampai mencapai bentuk stabil yaitu timbal, akan melepaskan
partikel alpa yang sangat berbahaya sebagai sumber pajanan radiasi interna.
Sistem Pencernaan
Bagian dari sistim ini yang paling sensitif terhadap radiasi adalah usus halus.
Kerusakan pada saluran pencernaan menimbulkan gejala mual, muntah, diare, dan
gangguan sistem pencernaan dan penyerapan makanan. Dosis radiasi yang tinggi
dapat mengakibatkan kematian karena dehidrasi akibat muntah dan diare yang
parah. Efek stokastik yang timbul berupa kanker pada epitel saluran pencernaan.

PENGUKURAN RADIASI
Pengukuran radiasi dapat menggunakan alat ukur radiasi dosimeter personal yaitu alat
pencatat dosis radiasi yang mampu merekam dosis akumulasi yang diterima oleh setiap
individu pekerja radiasi. Terdapat tiga macam dosimeter personal yang banyak digunakan
saat ini yaitu: dosimeter saku (pen / pocket dosemeter) , film badge, Thermoluminisence
Dosemeter (TLD).

Dalam pengukurannya, alat ukur radiasi mengkonversikan radiasi menjadi:


Cara pulsa (pulse mode)
Cara pulsa Setiap radiasi yang mengenai alat ukur akan dikonversikan menjadi
sebuah pulsa listrik. Bila kuantitas radiasi yang mengenai alat ukur semakin tinggi
maka jumlah pulsa listrik yang dihasilkannya semakin banyak. Sedang energi dari
setiap radiasi yang masuk sebanding dengan tinggi pulsa yang dihasilkan. Jadi
semakin besar energinya semakin tinggi pulsanya. Tinggi pulsa yang dihasilkan
dapat dihitung dengan persamaan. Informasi yang dihasilkan oleh alat ukur cara
pulsa ini adalah jumlah pulsa (cacahan) dalam selang waktu pengukuran tertentu
dan tinggi pulsa listrik. Jumlah pulsa sebanding dengan kuantitas radiasi yang
memasuki detektor, sedangkan tinggi pulsa sebanding dengan energi radiasi.
Kelemahan alat ukur cara pulsa di atas adalah adanya kemungkinan tidak
tercacahnya radiasi karena kecepatan konversi. Untuk dapat mengubah sebuah
radiasi menjadi sebuah pulsa listrik dibutuhkan waktu konversi tertentu. Bila
kuantitas radiasi yang akan diukur sedemikian banyaknya sehingga selang waktu
antara dua buah radiasi yang berurutan lebih cepat daripada waktu konversi alat,
maka radiasi yang terakhir tidak akan tercacah.

Cara arus (current mode)


Pada cara arus, radiasi yang memasuki detektor tidak dikonversikan menjadi pulsa
listrik melainkan rata-rata akumulasi energi radiasi per satuan waktunya yang akan
dikonversikan menjadi arus listrik. Semakin banyak kuantitas radiasi per satuan
waktu yang memasuki detektor, akan semakin besar arusnya. Demikian pula bila
energi radiasi semakin besar, arus yang dihasilkannya semakin besar. Alat ukur
radiasi cara arus dapat mengeliminasi kerugian cara pulsa karena yang akan
ditampilkan di sini bukan informasi setiap radiasi yang memasuki detektor
melainkan integrasi dari jumlah muatan yang dihasilkan oleh radiasi tersebut dalam
satu satuan waktu. Proses konversi pada cara pengukuran arus ini tidak dilakukan
secara individual setiap radiasi melainkan secara akumulasi. Informasi yang
ditampilkan adalah intensitas radiasi yang memasuki detektor. Kelemahan cara ini
adalah ketidakmampuannya memberikan informasi energi dari setiap radiasi,
sedangkan keuntungannya proses pengukurannya jauh lebih cepat daripada cara
pulsa. Sistem pengukur yang digunakan dalam kegiatan proteksi radiasi, seperti
survaimeter dan monitor radiasi biasanya menerapkan cara arus (current mode).
PENGENDALIAN PAPARAN RADIASI
Sistem Manajemen Keselamatan Radiasi
Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir No.8 tahun 2011 tentang
Keselamatan Radiasi Dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan
Intervensial, keselamatan radiasi sinar-X memiliki beberapa elemen penting yang
diaplikasikan sebagai dasar terbentuknya Sistem Manajemen Keselamatan Radiasi
(SMKR) diantaranya : Personil atau pekerja radiasi yang bekerja Di Instalasi Radiologi
Diagnostik dan Intervensional, yang sesuai dengan pesawat sinar-X yang digunakan dan
tujuan penggunaan antara lain :
a) Dokter Spesialis Radiologi adalah dokter dengan spesialisasi dibidang radiologi
yang menggunakan radiasi pengion dan non pengion untuk membuat diagnosis dan
melakukan terapi intervensi
b) Fisikawan Medis merupkan tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dalam
bidang fisika medik dan klinik dasar
c) Petugas Proteksi Radiasi yang ditunjuk oleh Pemegang Izin dan oleh BAPETEN
dinyatakan mampu melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dengan proteksi
radiasi.
d) Radiografer, tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dengan diberikan tugas,
wewenang, dan tanggung jawab secara penih melakukan kegiatan Radiologi
Diagnostik dan Intervensional.
e) Pelatihan Proteksi Radiasi, yang diselenggarakan oleh pihak pemegang izin, yang
paling kurang mencakup materi :
1. Peraturan perundang-undangan ketenaganukliran
2. Sumber radiasi dalam pemanfaatan tenaga nuklir
3. Efek biologi radiasi
4. Satuan dan besaran radiasi
5. Prinsip proteksi dan keselamatan radiasi
6. Alat ukur radiasi
7. Tindakan dalam keadaan darurat
Pemantulan kesehatan
dilakukan untuk pekerja radiasi yang dimulai dari sebelum bekerja, selama bekerja, dan
akan memutuskan hubungan kerja. Sedikitnya pemeriksaan kesehatan dilakukan secara
berkala sekali dalam satu tahun. Pemantulan kesehatan bagi pekerja pelaksanaannya
dapat melalui pemeriksaan kesehatan konselin dan atau penata laksanaan kesehatan
pekerja yang mendapat paparan radiasi berlebih.
Peralatan proteksi radiasi, terdiri dari 6 macam peralatan, yaitu ;
Apron/celemek : yang setara dengan 0,2 mm (nol koma dua milimeter) Pb, atau 0,25
mm Pb untuk Penggunaan pesawat sinar-X Radiologi Diagnostik, dan 0,35 mm Pb, atau
0,5 mm Pb untuk pesawat sinar-X Radiologi Intervensional. Dengan menggunakannya
maka sebagian besar dari tubuh dapat terlindungi dari bahaya radiasi.
Tabir radiasi/shielding portable : Tabir yang harus dilapisi dengan bahan yang setara
dengan 1 mm Pb. Ukuran tabir adalah sebagai berikut : tinggi 2 m, dan lebar 1 m, yang
dilengkapi dengan kaca intip Pb yang setara dengan 1 mm Pb, digunakan pada saaat
pekerja melakukan mobile X-ray diruangan intensive care.
Kacamata Pb ini terbuat dari timbal dengan daya serat setara dengan 1 mm Pb, yang
digunakan untuk melindungi lensa mata.
Sarung tangan Pb yang digunakan untuk fluoroskopi harus memberikan kesetaraan
atenuasi paling kurang 0,25 mm Pb pada 150 kVp (seratus lima puluh kilovoltage peak).
Proteksi ini harus dapat melindungi secara keseluruhan, mencakup jari dan
pergelangan tangan.
Pelindung tiroid : yang terbuat dari karet timbal, terbuat dari bahan yang setara dengan
1mm Pb, digunakan untuk melindungi daerah tyroid yang tidak tertutup body
apron/celemek. Dan menurut penelitian memperlihatkan bahwa bila pekerja
melakukan fluoroskopi maka daerah tyroid merupakan daerah kedua tertinggi setelah
gonad yang sensitif menerima dosis radiasi.
Gonad apron : setara dengan 0,2 mm Pb atau 0,25 mm Pb untuk penggunaan pesawat
sinar-X Radiologi Diagnostik, dan 0,35 mm Pb, atau 0,5 mm Pb untuk pesawat sinar-X
Radiologi Intervensional. Proteksi ini harus dengan ukuran dan bentuk yang sesuai
untuk mencegah gonad secara keseluruhan dari paparan berkas utama. Menurut
penelitian daerah ini merupakan daerah yang paling sensitif terkena paparan radiasi.
Pemantulan, dosis radiasi yang selanjutnya disebut dosis adalah jumlah radiasi yang
terdapat dalam medan radiasi atau jumlah energi radiasi yang diserap atau diterima
oleh materi yang dilaluinya. Untuk pekerja radiasi adalah dosis efektif sebesar 20
mSv/th rata-rata selama 5 tahun atau dosis efektif sebesar 50 mSv/th dalam satu tahun
tertentu. pemantauan dosis radiasi bagi pekerja dapat menggunakan TLD (Termo
Luminescence Dosimeter) atau yang lebih sering digunakan yaitu film badge.
Pemantulan dosis radiasi dilakukan setiap bulan sekali dengan mengirim ke Balai
Pengamanan Fasilitas Kesehatan, hasil laporan dari dosis tersebut nantinya jadi bahan
evaluasi dan didokumentasikan kurang lebih 30 tahun lamanya terhitung sejak pekerja
telah memutuskan hubungan kerja. Untuk pemantulan dosis paparan radiasi
menggunakan survey meter, alat ini dalam penggunaan pesawat sinar-X radiologi
diagnostik tidak dipersyaratkan.
Rekaman/Dokumentasi, merupakan dokumen yang menyatakan hasil yang dicapai atau
memberi bukti pelaksanaan kegiatan dalam pemanfaatan tenaga nuklir. Penyimpanan
dokumen dilakukan dalam jangka waktu minimal tiga puluh tahun, terhitung sejak
tanggal pemberhentian pekerja yang bersangkutan.

Pengendalian paparan radiasi eksternal dan internal dilakukan dengan cara :


Pemantauan dosis radiasi perorangan
Pemantauan dosis radiasi perorangan dilakukan secara eksternal dan internal.
Pemantauan eksternal dilakukan dengan menggunakan dosimeter perorangan.
Pemantauan internal dilakukan secara in-vivo dan/atau in-vitro. Kriteria personel
yang dipantau:
1) Pekerja radiasi yang mendapat pemantauan dosis adalah pekerja radiasi yang
diperkirakan menerima dosis efektif pertahun > 1 mSv.
2) Pekerja radiasi yang bekerja di medan radiasi tinggi harus menggunakan
dosimeter tambahan misalnya dosimeter saku yang dapat dibaca langsung.
3) Kelompok tamu atau pengunjung yang akan memasuki daerah kerja
pengendalian menggunakan sekurang-kurangnya satu dosimeter perorangan.
4) Pemantauan dosis radiasi internal diutamakan diberikan kepada pekerja radiasi
yang menangani sumber radiasi terbuka dengan potensi kontaminasi internal
dan diperkirakan akan menerima dosis terikat efektif pertahun > 3/10 NBD
rata-rata tahunan pekerja radiasi.
5) Pemantauan dosis radiasi internal terhadap pekerja radiasi lainnya tidak
diperlukan, kecuali untuk konfirmasi atau jika terjadi kecelakaan yang diduga
terjadi kontaminasi radiasi internal.

Pengendalian daerah kerja


Pengendalian daerah kerja dilakukan dengan pembagian daerah kerja, pemantauan
paparan radiasi dan/atau kontaminasi radioaktif menggunakan alat ukur radiasi.
Paparan radiasi eksternal dapat dikendalikan dengan cara sebagai berikut:
a) menggunakan sumber radiasi sesuai kebutuhan;
b) menjaga jarak sejauh mungkin dari sumber radiasi;
c) pengaturan waktu kerja;
d) menggunakan perisai radiasi yang sesuai;
e) melaksanakan pemantauan daerah kerja secara rutin dan memasang tanda
bahaya radiasi yang sesuai

Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaan kesehatan awal sebelum bekerja dilaksanakan untuk menilai
kesehatan pekerja dan kesesuaiannya untuk melaksanakan pekerjaan yang
ditugaskan padanya, dan juga untuk mengidentifikasi pekerja mana yang memiliki
kondisi yang mungkin memerlukan tindakan keselamatan selama bekerja.
Pemeriksaan kesehatan selama bekerja secara berkala dimaksudkan untuk
memastikan bahwa tidak ada kondisi klinik yang dapat mempengaruhi kesehatan
pekerja yang timbul pada saat bekerja dengan radiasi. Sifat pemeriksaan berkala ini
juga didasarkan pada tipe pekerjaan yang dilaksanakan, umur dan status kesehatan,
dan perilaku kesehatan pekerja. Rentang waktu pelaksanaan pemeriksaan
kesehatan seperti ini umumnya sama frekuensinya dengan program pemantauan
kesehatan lainnya. Selain itu, frekuensi pemeriksaan kesehatan didasarkan pada
kondisi kesehatan dan tipe pekerjaan. Jika karakter pekerjaan menimbulkan potensi
kerusakan kulit karena radiasi, terutama di tangan, maka daerah kulit diperiksa
secara berkala.

Anda mungkin juga menyukai