Struktur Pasar Dan Perilaku Industri Semen Di Indonesia Tahun 2004-2005
Struktur Pasar Dan Perilaku Industri Semen Di Indonesia Tahun 2004-2005
Y. Sri Susilo
FE Universitas Atma Jaya Yogyakarta
ABSTRACT
The purpose of this research is to know and analyze the market structure and cement
industry behavior in Indonesia year 2004-2005. Data utilized is primary and secondary
data. Primary data are compiled through field survey, while secondary data are based on
data from Indonesian Cement Association, “Warta Semen dan Beton Indonesia”, and
“CIC Indocommercial”. The analysis instrument to determine the market structure is CRn
(Concentration Ratio n) and Hirchman-Herfindahl Index (HHI). Then, descriptive
analysis is utilized to analyze the cement industry behavior.
Based on ratio concentration method approach of four enterprises with highest
market segment (CR4), the market structure in the cement industry in Indonesia year 2004
and 2005 are classified as concentrated oligopoly, and oligopoly type 1 or full oligopoly
classification is fulfilled on ratio concentration method for the eight enterprises with
highest market segment (CR8) in 2004. Based on Hirchman-Herfindahl Index method, the
cement industry in Indonesia year 2004-2005 are classified as concentrated. Industry
conduct based on strategy to compete using strategy to compete with price and non-price
include the product development, promotion or advertising of product, and product
distribution.
Keywords: Market structure, behavior, concentration ratio, cement industry
pada tahun 2001 konsumsi semen sebesar Sumber: Indocommercial (2005: 5) dan
25.529.000 ton, tahun 2002 sebesar Trimuryono (2006: 10)
27.195.000 ton, tahun 2003 hanya meningkat Kenaikan dari pertumbuhan sektor
sedikit, yaitu sebesar 27.538.000 ton, tetapi konstruksi tersebut juga dipicu oleh
pada tahun 2004 terjadi peningkatan cukup perkembangan total dari kapasitas produksi
besar, yaitu sebesar 29.641.000 ton dan pada semen. Tabel 2 dapat dilihat tahun 1998 total
tahun 2005 sebesar 31.500.000 ton (Tabel 2). kapasitas produksi semen tercatat sebesar
Peningkatan yang terjadi pada berbagai segi 45.070.000 ton, kemudian ada kenaikan yang
ini dikarenakan semen tergolong bahan signifikan pada tahun 1999, yaitu sebesar
bangunan yang banyak digunakan pada 46.970.000 ton. Tahun 2000 perkembangan
berbagai jenis bangunan fisik. Periode tahun total kapasitas semen tetap sama pada tahun
2001–2005 tersebut pertumbuhan konsumsi sebelumnya, pada tahun 2001 mulai
semen rata-rata sebesar 5,48 persen, di mana menunjukkan kenaikan lagi, yaitu sebesar
pada periode tahun 2003–2004 mengalami 47.570.00 ton, dan pada empat tahun secara
pertumbuhan paling tinggi yaitu sebesar 7,64 berurutan menunjukkan kenaikan yang tetap,
persen. yaitu sebesar 47.870.000 ton.
Tabel 1. Konsumsi Semen di Indonesia, 2004- Jumlah perusahaan semen di Indonesia
2005 pada tahun 2004 terdapat sembilan perusahaan
yang eksis dan semuanya tergabung dalam
Tahun Konsumsi Semen Pertumbuhan
Asosiasi Semen Indonesia (ASI). Kepemilikan
(ton) (%)
sembilan perusahaan tersebut, terdiri atas dua
2001 25.529.000 -
kepemilikan, yaitu lima perusahaan
2002 27.195.000 6,75
pemerintah dan empat perusahaan swasta.
2003 27.538.000 1,10 Tahun 2005, jumlah perusahaan semen hanya
2004 29.641.000 7,64 terdapat delapan perusahaan yang beroperasi
2005 31.500.000 6,42 penuh. Satu perusahaan yang tidak beroperasi
Sumber: Indocommercial (2005: 16) dan tersebut adalah PT. Semen Andalas Indonesia
Trimuryono (2006: 10) dikarenakan pabriknya di Aceh terkena
musibah bencana alam pada akhir tahun 2004.
Dilihat dari segi jumlah produsennya,
Tabel 2. Total Kapasitas Produksi Semen di
perusahaan pemerintah cenderung mendo-
Indonesia, 2004-2005
minasi pasar tetapi dalam segi total kapasitas
Total Kapasitas Produksi produksi semen nasional, perusahaan swasta
Tahun
(ton) yang cenderung menguasai pasar
1998 45.070.000 (Indocommercial, 2005: 4).
1999 46.970.000
2000 46.970.000
2001 47.570.000
2002 47.870.000
2003 47.870.000
2004 47.870.000
2005 47.870.000
2007 Nugroho & Susilo 25
Dari Tabel 3 dapat dilihat, persaingan apakah industri semen di Indonesia?; (2)
tertinggi yang paling mendominasi pasar Bagaimanakah perilaku atau strategi yang
industri semen di Indonesia antarkepemilikan seharusnya dilakukan oleh perusahaan-
perusahaan pemerintah dan swasta adalah perusahaan dalam industri tersebut?
perusahaan PT. Semen Gresik Tbk dan PT.
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dalam TINJAUAN PUSTAKA
selisih jumlah yang cukup jauh, yaitu sebesar
1. Paradigma Struktur-Perilaku-Kinerja
7.450.000 ton atau 16 persen. PT. Semen
Gresik Tbk sebagai perusahaan pemerintah Pada tahun 1950-an dan 1960-an,
yang terbesar tetap masih kalah bersaing organisasi industri mulai muncul sebagai studi
terhadap perusahaan swasta yang menduduki empirik yang berpusat pada paradigma S-C-P
peringkat kedua terbesar dengan selisih (Structure – Conduct – Performance) atau S-
1.500.000 ton atau 3 persen. PT. Semen C-P Paradigm. Sesuai dengan studi tersebut,
Cibinong mengalami perubahan nama model eksogen dari struktur pasar (seperti
perusahaan menjadi PT. Semen Holcim yang oligopoli) menentukan model endogen dari
diganti pada tahun 2005. perilaku (seperti kolusi) yang kemudian juga
menentukan kinerja (seperti keuntungan
Dengan jumlah mencapai sembilan peru-
tinggi). Struktur pasar menentukan perilaku
sahaan, maka dapat diperkirakan persaingan
seperti strategi perusahaan, penelitian, dan
dalam industri semen cukup ketat. Persaingan
pengembangan. Perilaku pada akhirnya akan
tersebut terutama pada perusahaan-perusahaan
menentukan kinerja seperti keuntungan atau
yang mempunyai kapasitas produksi yang
efisiensi (Jacobson & O’Callaghan, 1996: 9).
besar. Untuk melihat derajat persaingan
tersebut, maka studi untuk menentukan Chamberlin adalah tokoh dari Harvard
struktur pasar perlu dilakukan (lihat misalnya School yang merumuskan teori dasar untuk
Besanko et al., 2000; Shepherd, 1990; Caves, mempelajari struktur, perilaku, dan kinerja.
1967). Di samping itu untuk mempertajam Awalnya, Chamberlin (1933) dan Robinson
analisis perlu dilakukan studi mengenai (1934) mengembangkan model persaingan
strategi yang dilakukan atau perilaku monopolistik yang mengandung unsur
(conduct) perusahaan untuk mampu bersaing monopoli dan persaingan sempurna disertakan
dan bertahan di pasar. Berdasarkan argumen- dalam penelitian (Lipczynski & Wilson, 2001:
tasi tersebut, maka perumusan masalah dalam 4). Penelitian tersebut untuk mengetahui
studi ini adalah: (1) termasuk struktur pasar hubungan antara struktur industri, harga,
26 Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia Januari
keuntungan, dan sebagainya. Chamberlin dan elastisitas harga penawaran serta kondisi
mengasumsikan bahwa di dalam persaingan permintaan yang meliputi ukuran industri, cara
monopolistik setiap perusahaan berusaha distribusi, dan elastisitas harga permintaan.
untuk mendapatkan keuntungan yang Kondisi ini akan mengakibatkan efek pada
maksimal. Adanya perilaku perusahaan untuk struktur industri. Kondisi dasar dari penawar-
mendapatkan keuntungan yang maksimal, an dan permintaan dalam suatu industri terse-
maka ekuilibrium dalam jangka panjang akan but akan mempengaruhi struktur dan pada
menunjukkan bahwa harga sama dengan biaya akhirnya juga menentukan perilaku dan kiner-
rata-rata. Bila dalam persaingan monopolistik ja perusahaan (Lipczynski & Wilson, 2001: 7).
terdapat perusahaan yang berusaha mengga-
bungkan diri untuk mendapatkan keuntungan 2. Studi Terkait
lebih besar dan menguasai harga pasar, maka Penelitian yang dilakukan oleh Santosa &
pemerintah harus ikut campur tangan untuk Rifai (2005) adalah mencari hubungan antara
mencegah terjadinya perilaku monopoli dalam rasio konsentrasi dan kinerja di industri rokok
pasar (Jacobson & O’Callaghan, 1996: 9-10). kretek. Metode pengukuran yang digunakan
Dari penelitian Chamberlin tersebut adalah metode Ordinary Least Square (OLS).
merupakan keunggulan dari pendekatan S-C-P Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat
bila diasumsikan secara berurutan dari struktur konsentrasi CR4 secara signifikan berpengaruh
ke perilaku ke kinerja. Keunggulan positif terhadap kinerja. Dengan demikian jika
pendekatan tersebut kemudian dikembangkan pasar semakin terkonsentrasi, maka semakin
lebih jauh oleh Mason (1939) dan Bain (1956) meningkatkan kinerja. Hasil ini mendukung
(Clarke, 1994: 4). Dalam studinya, Mason pendapat bahwa industri rokok bersifat padat
menekankan bahwa pentingnya struktur pasar karya. Dari teori SCP, kinerja industri rokok
dan obyek kondisi pasar lainnya merupakan kretek di Indonesia disebabkan oleh struktur
kunci untuk mengidentifikasi pola umum dari oligopolis yang berkonsentrasi tinggi. Salah
perilaku dalam pasar. Studi yang dilakukan satu pembentuk stuktur ini adalah regulasi
oleh Bain (1959) lebih menekankan pada pemerintah di bidang cukai dan PP Nomor
hambatan masuk ke dalam industri, di mana 81/1999.
konsentrasi pasar dan diferensiasi produk
Selanjutnya Ariani & Susilo (2003)
merupakan unsur penting dari struktur pasar
melakukan studi mengenai struktur pasar dan
(Clarke, 1994: 5).
perilaku dalam industri mobil di Indonesia.
Mason (1939) dan Bain (1956) adalah Riset berdasarkan data tahun 1999 dengan
tokoh yang pertama menggunakan studi sumber data dari CIC Indocommercial. Alat
empiris dari teori S-C-P untuk memban- analisis yang digunakan CR4 dan analisis
dingkan antarjenis industri (Carlton & Perloff, strategi bersaing serta ”lima kekuatan per-
2005: 246). Dari studi tersebut menghasilkan saingan” dari Porter (1980). Hasil penelitian
bahwa ada hubungan antara struktur, perilaku, itu menunjukkan bahwa untuk struktur pasar
dan kinerja serta terdapat kemungkinan ada terdapat bentuk perusahaan oligopoli ketat
hubungan lain bahwa perilaku dan kinerja juga yang berdasarkan pada data kapasitas produk-
akan mempengaruhi struktur. Dari studi si, data kapasitas produksi tiap agen tunggal,
empirik yang dilakukan oleh Mason dan Bain data penjualan jenis kendaraan niaga, dan data
berdasarkan pengujian hipotesis, maka penjualan jenis kendaraan sedan. Sedangkan
terbentuklah dasar dari paradigma S-C-P. strategi yang diterapkan pada industri mobil
Pada Gambar 1, struktur pasar dibentuk tersebut adalah strategi bersaing bukan harga,
dari dua kondisi dasar, yaitu kondisi pena- baik berupa promosi dan iklan, pelayanan
waran yang meliputi bahan baku, teknologi, purna jual, dan pengembangan produk.
2007 Nugroho & Susilo 27
Struktur
Konsentrasi
Ukuran perusahaan
Kondisi masuk-keluar
Diferensiasi produk
Integrasi vertikal
Kebijakan pemerintah
Kebijakan kompetisi
Peraturan-peraturan
Perilaku
Kebijakan objektif
Strategi pemasaran
Kebijakan harga
Penelitian dan pengembangan
Kinerja
Pencapaian keuntungan
Efisiensi
Kualitas produk
Kemajuan teknis
Sumber: Lipczynski dan Wilson (2001: 7)
samping itu mereka juga melakukan strategi kemudian akan diikuti oleh pesaing-pesaing
bersaing melalui promosi dan iklan. Melalui dekatnya seperti Yamaha dan Suzuki.
strategi tersebut diharapkan bahwa produk
pasta gigi yang sebenarnya homogen menjadi METODE PENELITIAN
lebih terdiferensiasi di mata konsumen.
Studi yang dilakukan oleh Forgey, et al., 1. Sumber Data
(1997) adalah untuk melengkapi bukti empirik Data yang digunakan dalam penelitian ini
yang berhubungan dengan tingkat konsentrasi merupakan data primer dan data sekunder.
pasar jasa properti di Texas. Studi tersebut Data primer diperoleh dengan melakukan
menggunakan data pada tahun 1992-1995, survei dan wawancara. Wawancara dilakukan
dengan alat analisis yaitu Koefisien Gini, HHI, kepada penjual serta pembeli semen di Kota
dan CRN. Hasil dari penelitian tersebut Yogyakarta dan sekitarnya2. Sampel menca-
ditemukan bahwa secara relatif terdapat kea- kup 20 penjual/pedagang semen serta 20
daan yang tidak seimbang pada pendistri- pembeli semen3. Metode pengambilan sampel
busian penjualan. Melalui metode Koefisien dengan convenience sampling (Kuncoro,
Gini, penjualan perusahaan dan jasa 2003: 119). Selanjutnya data sekunder yang
perusahaan terjadi peningkatan. Pada metode dikumpulkan meliputi data jumlah produksi
HHI terjadi penurunan tingkat konsentrasi. semen (sebagai angka terdekat/proxy dari
Berdasarkan metode Rasio Konsentrasi, tidak angka penjualan), dan jumlah perusahaan yang
ada bukti bahwa perusahaan tersebut terdapat dalam industri semen di Indonesia
meningkatkan pangsa pasarnya. Sebaliknya, tahun 2004-2005.
disarankan adanya keunggulan teknologi dan
Data sekunder yang diperoleh dari Warta
peningkatan persaingan, tingkat konsentrasi
Semen dan Beton Indonesia, Asosiasi Semen
kemungkinan akan menurun.
Indonesia (ASI), dan CIC Indocommercial.
Selanjutnya studi yang dilakukan oleh Tahun pengamatan adalah tahun 2004-2005
Susilo (1996) terhadap industri sepeda motor yang merupakan data terbaru yang diperoleh
di Indonesia memperoleh kesimpulan bahwa untuk mengetahui perkembangan industri
industri tersebut termasuk ke dalam struktur semen di Indonesia.
pasar persaingan monopolistik atau oligopoli
longgar. Produk sepeda motor termasuk 2. Alat Analisis
produk yang terdiferensiasi baik dari kategori
Penelitian ini difokuskan untuk
bebek, sport dan skuter maupun dari volume
mengetahui konsentrasi pasar terutama dalam
atau kapasitasnya. Dalam kategori yang sama,
mendukung kajian struktur pasar dan perilaku
persaingan antarproduk lebih pada pelayanan
dalam industri semen di Indonesia. Untuk
purna jual bukan pada persaingan harga.
keperluan tersebut, maka alat analisis struktur
Mereka juga aktif untuk melakukan
pengembangan produk. Data yang digunakan 2
dalam studi tersebut adalah data tahun 1994, Di Kota Yogyakarta dan sekitarnya produk semen yang
beredar adalah Semen Tiga Roda (Indocement), Semen
sedangkan alat analisis yang digunakan adalah Holcim, dan Semen Gresik. Ketiga merek semen
CR4. Hasil studi juga menyimpulkan bahwa tersebut diproduksi oleh tiga perusahaan terbesar yang
adanya aksi dan reaksi (conjectural variation) dapat dianggap sebagai market leader. Dengan kondisi
demikian maka survei di Kota Yogyakarta dan
di antara mereka. Aksi dan reaksi dapat sekitarnya relatif dapat mewakili secara umum
dilihat misalnya jika pemimpin pasar (market persaingan industri semen di Indonesia.
3
leader), yaitu produsen Honda melakukan Produk semen relatif homogen dan produk yang beredar
di Kota Yogyakarta dan sekitarnya hanya tiga merek
promosi dengan modus tertentu, aksi tersebut sehingga jumlah sampel yang terbatas (20 penjual/
pedagang dan 20 konsumen) menurut peneliti cukup
representatif.
2007 Nugroho & Susilo 29
pasar yang digunakan adalah Rasio Konsen- terdapat satu perusahaan yang menguasai
trasi atau Concentration Ratio (CRN) dan pangsa pasar dan perbedaannya hanya pada
Indeks Herfindahl-Hirschman atau tingkat penguasaan pangsa pasar. Selain itu
Herfindahl-Hirschman Index (HHI). juga terdapat bentuk struktur pasar yang
Sedangkan analisis perilaku menggunakan jumlah perusahaan dalam skala besar dalam
pendekatan analisis persaingan harga (price penguasaan pangsa pasar, hal ini akan menjadi
competition strategy) dan persaingan bukan sebuah persaingan yang ketat antarperusahaan
harga (non-price competition strategy). dalam suatu industri seperti pasar oligopoli,
pasar monopolistik, dan pasar persaingan
2.1. Rasio Konsentrasi (CRN) sempurna.
Rasio konsentrasi atau Concentration
2.2. Indeks Herfindahl-Hirschman (HHI)
Ratio mengukur proporsi dari keseluruhan
total penjumlahan penjualan dalam industri Indeks Herfindahl-Hirschman atau
berdasarkan perusahaan yang terbesar. Rasio Herfindahl-Hirschman Index mengukur
konsentrasi dirumuskan sebagai berikut tingkat konsentrasi pasar yang meliputi semua
(Lipczynski & Wilson, 2001: 108): perusahaan dalam suatu industri yang sama.
N Indeks Herfindahl-Hirschman dapat dirumus-
CRN = Xi kan sebagai berikut (Heather, 2002: 46):
i 1
di mana:
H= ( Si
S )2
N = jumlah perusahaan yang dipilih di mana:
berdasarkan peringkat penjualan Si = jumlah penjualan dalam industri dari
terbesar. perusahaan i
Xi = jumlah prosentase pangsa pasar S = total penjualan dalam industri.
dalam industri dari perusahaan i.
i = 1, 2, 3,…,N. Indeks Herfindahl-Hirschman merupakan
alat analisis tingkat konsentrasi untuk menghi-
Metode ini mempunyai keunggulan dalam langkan kesenjangan hasil yang ditunjukkan
menganalisis tingkat konsentrasi pasar yang dari CRN. Penggunaan HHI diperlukan dalam
hanya berdasarkan kelompok perusahaan yang penelitian ini untuk memperoleh suatu
memiliki pangsa pasar tertinggi. Berdasarkan deskripsi yang akurat. Hasil yang ditunjukkan
rumus di atas, pada dasarnya nilai N antara 3, oleh HHI identik polanya dengan pendekatan
4, 8, 10, 20, atau 50. Biasanya metode yang CRN, namun HHI dinilai lebih akurat dalam
sering digunakan dalam penelitian untuk mengategorikan tingkat konsentrasi. Nilai
mencari pangsa pasar adalah CR4 dan CR8. HHI tertinggi adalah 10.000 (HHI = 10.000).
Dalam penelitian ini akan digunakan metode
Indeks ini dilakukan dengan cara
CR3, CR4, dan CR8. Dari hasil pengukuran
menguadratkan pangsa pasar dari setiap
rasio konsentrasi kemudian dapat diklasifi-
perusahaan pada industri tertentu. Dengan
kasikan ke dalam bentuk struktur pasar yang
menguadratkan pangsa pasar dari semua
berdasarkan kriteria dari Shepherd (1990: 14).
perusahaan, perusahaan yang lebih besar
Pengklasifikasian bentuk struktur pasar diberikan banyak kontribusi di dalam data.
lebih ditekankan pada tingkat penguasaan Berdasarkan rumus di atas kemudian dapat
pangsa pasar dan jumlah perusahaan dalam diklasifikasikan untuk menentukan tingkat
suatu industri. Pada bentuk struktur pasar konsentrasi pasar menurut kriteria dari HHI
monopoli dan perusahaan dominan mempu- dan kebijakan antitrust Amerika Serikat
nyai karakteristik tersendiri, yaitu hanya seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.
30 Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia Januari
Tabel 4. HHI dan Kebijakan Antitrust industri semen dilakukan secara deskriptif.
Amerika Serikat Analisis deskriptif memberikan gambaran
Terkonsentrasi pola-pola yang konsisten dalam data, sehingga
(Bila indeks HHI sebesar 1800-HHI) hasilnya dapat dipelajari dan ditafsirkan secara
Menantang jika indeks naik singkat dan penuh makna (Kuncoro, 2003).
lebih dari 50 poin melalui penggabungan Dalam analisis deskriptif dilakukan
(merger) interpretasi atas data dan hubungan yang ada
Cukup Terkonsentrasi dalam penelitian tersebut.
(Bila indeks HHI sebesar 1000-1800)
Menantang jika indeks naik 3.3. Tahapan Riset/Penelitian
lebih dari 100 poin melalui penggabungan Adapun tahapan-tahapan dalam melaku-
Tidak Terkonsentrasi kan penelitian ini, antara lain:
(Bila indeks HHI sebesar 0-1000) 1) Survei Literatur. Tahap ini adalah penca-
Tidak ada tantangan untuk melakukan rian referensi yang terkait dengan
penggabungan penelitian.
Sumber: Heather (2002: 47)
2) Pengumpulan Data. Tahap ini adalah
Jika angka berkisar antara 0 dan 1000, ini pengumpulan data primer dengan
dipandang sebagai industri yang tidak melakukan survei dan wawancara.
terkonsentrasi, dan oleh sebab itu pengga- 3) Perhitungan Rasio dan Indeks. Tahap ini
bungan di antara dua perusahaan tidak akan adalah melakukan perhitungan dengan
menantang. Jika indeks berkisar antara 1000 metode rasio konsentrasi (CRN) dan
dan 1800, keadaan ini disebut sebagai industri metode indeks Herfindahl-Hirschman
yang cukup terkonsentrasi. Jadi, pihak-pihak (HHI).
berwenang melihat hasil dari penggabungan
apakah HHI meningkat lebih dari 100 poin 4) Analisis Data. Tahap ini adalah melakukan
atau tidak. Jika benar, maka penggabungan analisis data yang telah ada untuk
tersebut akan menjadi tantangan. Jika indeks mendapatkan hasil dan pembahasan dari
suatu industri sudah lebih dari 1800, penelitian.
penggabungan tersebut menantang meskipun 5) Pelaporan Hasil Riset. Tahap ini adalah
hanya menaikkan indeks tidak lebih dari 50 tahap untuk melaporkan hasil penelitian
poin (Heather, 2002: 47). yang telah didapatkan.
6) Presentasi dan Revisi. Tahap ini adalah
2.3. Perilaku melakukan presentasi hasil riset dan
Perilaku dapat dilihat dari strategi ber- melakukan revisi berdasarkan koreksi dan
saing maupun strategi perusahaan, namun saran yang masuk.
analisis lebih difokuskan pada strategi ber-
saing (competitive strategy) (Ariani & Susilo, HASIL DAN PEMBAHASAN
2003: 94). Untuk mengamati perilaku perusa- 1. Struktur Pasar
haan lebih jauh, pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini, yaitu analisis persaingan Secara teoretis terdapat empat jenis
harga dan persaingan bukan harga (Douglas & struktur pasar, yaitu persaingan sempurna,
Callan, 1995; Koutsoyiannis, 1983). monopoli, persaingan monopolistik, dan
oligopoli. Empat jenis struktur pasar tersebut
Untuk menganalisis perilaku, dalam hal
didasarkan pada karakteristik pasar yang
ini persaingan harga dan persaingan bukan
meliputi jumlah dan ukuran distribusi para
harga, dari perusahaan-perusahaan dalam
pembeli dan penjual, hambatan masuk, serta
2007 Nugroho & Susilo 31
tingkat diferensiasi produk (Susilo & Ariani, keempat diduduki oleh perusahaan PT. Semen
2003: 24-25). Padang. Keempat perusahaan tersebut
Dalam struktur pasar terdapat berbagai merupakan produsen yang termasuk kelompok
elemen, salah satunya adalah pangsa pasar. pertama dengan pangsa pasar tertinggi yang
Pangsa pasar merupakan indikator yang cukup memiliki potensi untuk menguasai pasar
penting untuk menentukan derajat kekuatan dalam industri semen.
pasar. Selain itu pangsa pasar juga dapat Pangsa pasar tertinggi untuk produksi
menentukan jenis struktur pasar di dalam semen pada tahun 2005 masih diduduki oleh
suatu industri. Penentuan jenis struktur pasar PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk., yaitu
tersebut dapat digunakan berbagai macam sebesar 31,35 persen dengan produksi sebesar
metode pengukuran yang telah diakui yang 10.634.630 ton. Peringkat kedua dan ketiga
hanya memerlukan variabel utama yaitu juga sama diduduki oleh perusahaan PT.
pangsa pasar. Semen Gresik Tbk. dan PT. Semen Holcim.
Pada Tabel 5 dapat dilihat, berdasarkan Peringkat keempat diduduki oleh perusahaan
pangsa pasarnya industri semen di Indonesia PT. Semen Padang.
terbagi menjadi beberapa kelompok. Dari pangsa pasar industri semen pada
Kelompok pertama adalah perusahaan yang tahun 2005 ada perubahan posisi yang dimulai
memiliki pangsa pasar lebih dari 10 persen. dari PT. Semen Bosowa Maros pada peringkat
Kelompok kedua adalah perusahaan yang keenam, kemudian disusul oleh PT. Semen
memiliki pangsa pasar kurang dari 10 persen Baturaja, dan PT. Semen Kupang. Perubahan
dan di atas 1 persen. Kelompok ketiga adalah ini terjadi karena PT. Semen Andalas
perusahaan yang memiliki pangsa pasar Indonesia mengalami kerusakan pada
kurang dari 1 persen. pabriknya yang disebabkan oleh bencana alam
Pangsa pasar tertinggi untuk produksi yang terjadi pada akhir tahun 2004 dan
semen pada tahun 2004 diduduki oleh PT. diperkirakan akan beroperasi kembali pada
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk., yaitu tahun 2007. Dengan ini berarti hanya terdapat
sebesar 30,79 persen dengan produksi sebesar delapan perusahaan yang beroperasi penuh
10.232.073 ton. Peringkat kedua dan ketiga pada tahun 2005, namun justru ada
diduduki oleh perusahaan PT. Semen Gresik peningkatan dari jumlah produksi, yaitu
Tbk. dan PT. Semen Cibinong. Peringkat sebesar 33.916.980 ton.
Pada Tabel 6, dalam industri semen terjadi Dengan adanya ekspor-impor, secara oto-
adanya ekspor-impor yang dilakukan oleh matis akan mengakibatkan pada perubahaan
setiap perusahaan. Dengan adanya kegiatan jumlah produksi dan pangsa pasarnya. Dari
ekspor-impor, maka perusahaan yang melaku- sembilan perusahaan yang tergabung dalam
kan ekspor semen akan dikurangi jumlah ASI, pada tahun 2004 semua perusahaan
produksinya. Karena data impor setiap melakukan ekspor kecuali PT. Semen
perusahaan tidak diketahui, maka dapat Baturaja. Pada tahun 2005 terjadi perubahan
ditambahkan ke dalam salah satu perusahaan. dalam melakukan pengeksporan semen yang
Dalam perhitungan ini impor akan hanya dilakukan oleh lima perusahaan saja.
ditambahkan pada PT. Indocement Tunggal Pada Tabel 7 dapat dilihat, bahwa terjadi
Prakarsa Tbk. perubahan pada jumlah produksi dan pangsa
Xi
nilai pangsa pasar sisanya dikuasai oleh
CR3 = perusahaan lainnya. Rasio untuk empat
i 1
perusahaan dengan pangsa pasar tertinggi
CR3 = 68,70% (CR4) adalah sebesar 86,02 persen, sedangkan
4 13,98 persen nilai pangsa pasar sisanya
CR4 = Xi
i 1
dikuasai oleh perusahaan lainnya. Rasio untuk
delapan perusahaan dengan pangsa pasar
tertinggi (CR8) adalah sebesar 100 persen.
CR4 = 81,23%
34 Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia Januari
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, ment Tunggal Prakarsa Tbk., PT. Semen
berarti industri semen di Indonesia pada tahun Gresik Tbk., PT. Semen Holcim (d/h PT.
2004 berdasarkan total produksi termasuk Semen Cibinong), dan PT. Semen Padang.
dalam kategori struktur pasar oligopoli pekat
dengan perhitungan CR4 sebesar 81,23 persen, 1.2. Indeks Herfindahl-Hirschman
sedangkan pada tahun 2005 juga tergolong Indeks Herfindahl-Hirschman atau
oligopoli pekat dengan perhitungan CR4 Herfindahl-Hirschman Index mengukur
sebesar 86,02 persen (lampiran Tabel A). tingkat konsentrasi pasar yang meliputi semua
Dalam struktur oligopoli pekat ditandai perusahaan dalam suatu industri yang sama
dengan empat perusahaan terbesar yang (Heather, 2002: 46). Metode kedua ini dilaku-
menguasai 60 hingga 100 persen pangsa pasar. kan untuk memperkuat hasil dari perhitungan
Pada bentuk struktur pasar seperti ini, maka rasio konsentrasi karena rasio tersebut tidak
terdapat peluang terjadinya kolusi di dalam memberikan cukup perhatian untuk peru-
persaingan melalui strategi persaingan harga sahaan yang lebih besar. Metode HHI ini
(Shepherd, 1990: 14). digunakan karena menjadi dasar kebijakan
Pada klasifikasi oligopoli menurut kriteria antitrust Amerika Serikat. Adapun hasil
Bain, bila salah satu kriteria tidak terpenuhi, perhitungan untuk tahun 2004 sebagai berikut:
(
maka klasifikasinya digeser hingga semua
kriteria dari jenis oligopoli yang diamati H= Si
S )2
terpenuhi (Khurniawan, 2003: 94). Dari hasil
H = 1936,8362
perhitungan di atas, struktur pasar industri
semen di Indonesia pada tahun 2004 tergolong Berdasarkan perhitungan di atas, nilai indeks
memiliki jenis oligopoli tipe 1 atau oligopoli H adalah sebesar 1936,8362. Ini berarti,
penuh dengan tingkat konsentrasi penguasaan industri semen di Indonesia pada tahun 2004
pangsa pasar sebesar 99,72 persen terhadap terkonsentrasi4. Perhitungan untuk tahun 2005
pengamatan delapan perusahaan (lampiran sebagai berikut:
Tabel B). Pada klasifikasi ini, disyaratkan
delapan kelompok perusahaan tersebut harus
H= ( Si
S )2
memiliki tingkat konsentrasi ± 99 persen. H = 2202,6893
Pada tahun 2005 tidak dapat diklasifikasikan
Berdasarkan perhitungan di atas, nilai
karena semua kriteria dari Bain tidak
indeks H adalah sebesar 2202,6893. Ini
terpenuhi.
berarti, industri semen di Indonesia pada tahun
Bila dilihat dari penelitian industri semen 2005 terkonsentrasi. Menurut kriteria dari HHI
pada tahun 2002 yang dilakukan oleh Silalahi dan kebijakan antitrust Amerika Serikat,
(2003) dengan melihat dari kapasitas produksi ditandai dengan indeks lebih dari 1800. Indeks
dan pangsa pasarnya, dapat dihasilkan bahwa H sebesar 1936,8362 (tahun 2004) dan sebesar
struktur pasarnya adalah oligopoli pekat. Pada
penelitian ini, industri semen pada tahun 4
Menurut Pasaribu (2006), industri semen sangat
2004-2005 juga dihasilkan bahwa struktur terkonsentrasi disebabkan oleh: (1) kebutuhan modal
pasarnya oligopoli pekat. Jadi bila yang relatif besar (capital intensive) menciptakan
dibandingkan, bahwa tidak ada perubahan dari hambatan untuk munculnya pesaing baru (new
entrants). (2) Sifat dari produk semen yang berat dan
struktur pasar industri semen dari kedua hasil memerlukan tempat sehingga biaya transportasi menjadi
riset tersebut. Dari struktur pasar industri mahal. Oleh karena itu, pasar domestik merupakan
semen yang oligopoli tersebut juga dapat pasar utama produsen semen, bukan pasar ekspor. (3).
Gelombang globalisasi membawa dampak pada industri
dilihat 4 (empat) perusahaan saja yang semen Indonesia, di mana dua produsen dunia telah
menguasai pangsa pasar, yaitu PT. Indoce- memiliki saham di PT. Indocemen Tunggal Prakarsa
dan PT. Semen Holcim Indonesia.
2007 Nugroho & Susilo 35
2202,6893 (tahun 2005) ini berarti pengga- berpeluang untuk bersaing dengan perusa-
bungan perusahaan akan menantang untuk haan-perusahaan lain karena terjadi kenaikan
dilakukan bila indeks naik lebih dari 50 poin. harga dan akan meningkatkan keuntungannya
Dengan adanya penggabungan, maka ada sehingga mendapatkan kekuatan monopoli
peluang bagi perusahaan-perusahaan kecil yang dapat menguasai pasar. Adanya kolusi
ataupun perusahaan-perusahaan besar dapat juga menyebabkan terjadinya pengingkaran
bergabung untuk mendapatkan pangsa pasar janji kerja sama (cheating) karena setiap
dan keuntungan yang lebih besar. perusahaan pasti ingin mendapatkan keun-
tungan lebih besar dengan menaikkan batasan
2. Perilaku output yang telah ditentukan dalam perjanjian
Berdasarkan pendekatan S-C-P, struktur kerja sama.
pasar akan mempengaruhi perilaku perusahaan Bila tindakan untuk berkolusi terlalu
dalam suatu industri. Dari hasil analisis, berisiko, maka setiap perusahaan akan
struktur pasar industri semen di Indonesia memilih untuk bersaing satu sama lain. Di
pada tahun 2004-2005 adalah oligopoli pekat, dalam struktur pasar oligopoli khususnya
sehingga dapat dianalisis perilaku dari produk-produk homogen akan terjadi
masing-masing perusahaan dalam menghadapi keterkaitan reaksi. Artinya, jika salah satu
persaingan.5 Perilaku dapat dilihat dari strategi perusahaan menaikkan harganya, perusahaan
bersaing. Dalam strategi bersaing, penelitian lain otomatis ikut menaikkan harga dan juga
ini akan menggunakan pendekatan strategi sebaliknya. Di sinilah terjadi apa yang disebut
bersaing harga dan strategi bersaing bukan dengan perilaku yang saling menyesuaikan di
harga. antara perusahaan yang dapat dibuat tidak
tertulis (gentlemen’s agreement). Hal ini
2.1. Strategi Bersaing Harga terjadi pada industri semen karena sifat
barang-barang yang homogen hampir tidak
Pada industri yang memiliki struktur pasar
terdapat persaingan kualitas6. Barang yang
oligopoli, secara teoretis perusahaan yang
homogen pada umumnya mempunyai kualitas
menguasai pasar atau pemimpin pasar (market
yang hampir sama, sehingga strategi harga
leader) dapat merintis untuk membangun
seperti ini lebih diandalkan bagi setiap
kolusi. Jika memilih untuk bersaing, maka
perusahaan (Silalahi, 2003: 3-6).
akan bersaing dengan amat ketat (Susilo &
Ariani, 2003: 28). Hal ini sesuai dengan Sebagai pemimpin pasar tentu saja setiap
kriteria dari Shepherd (1990), yaitu pada kebijakan yang dilakukan oleh PT.
struktur pasar oligopoli pekat memungkinkan Indocement Prakarsa Tunggal Tbk (market
terjadinya kolusi. leader) akan dipantau bahkan diikuti pesaing-
pesaingnya (follower). Secara umum, produk
Tindakan kolusi adalah menerapkan
dari perusahaan tersebut dianggap lebih
strategi perusahaan dalam menaikkan harga
unggul, sedangkan perusahaan lainnya akan
dengan pembatasan output. Pada umumnya,
mengikuti langkah-langkah yang diambil dari
tindakan kolusi pada industri semen memiliki
kebijakan perusahaan besar. Pada perusahaan-
keunggulan dan kelemahan. Bila kolusi
perusahaan kecil, mereka lebih cenderung
terjadi, perusahaan-perusahaan besar akan
menjual produknya dengan harga yang rendah
5 6
Dengan kondisi struktur pasar yang terkonsentrasi pada Hasil survei terhadap 20 pembeli, mereka mengenal dua
3–4 perusahaan terbesar, beberapa pihak menduga jenis semen yaitu semen warna abu-abu dan semen
industri semen terdapat indikasi monopoli (Anonim, warna putih. Untuk jenis semen abu-abu bagi mereka
2004) dan berpotensi terbentuknya kartel (Pasaribu, merupakan produk yang homogen, meskipun secara
2006). Selanjutnya jika benar-benar terjadi maka akan teknis semen warna abu-abu terdiri dari empat jenis
terjadi eksploitasi harga yang merugikan konsumen. (lihat Aly, 2006).
36 Jurnal Ekonomi & Bisnis Indonesia Januari
di daerah sekitarnya seperti PT. Semen salah satu perusahaan mematok harga tertentu,
Baturaja dan PT. Semen Kupang. maka akan diikuti oleh perusahaan lain dengan
Pada Tabel 8 menunjukkan beberapa toko selisih harga yang tidak terlalu tajam.
di Yogyakarta yang menjual berbagai merek
semen. Beberapa toko hampir ada kesamaan 2.2. Strategi Bersaing Bukan Harga
dalam menjual produk semen, yaitu Semen Strategi bersaing bukan harga diterapkan
Tiga Roda, Semen Gresik, dan Semen Holcim. suatu perusahaan bila tidak dapat bersaing
Menurut beberapa penjual, ketiga produk dalam persaingan harga. Strategi bersaing
semen tersebut memang dianggap produk bukan harga menekankan pada persaingan
yang berkualitas dan mempunyai daya tahan produk perusahaan dan dilakukan agar tidak
yang lebih kuat daripada produk semen terjadinya kecenderungan perilaku monopoli
lainnya. Selain itu ketiga produk semen dalam suatu industri. Bentuk-bentuk strategi
tersebut telah mempunyai faktor merek yang ini dapat dibagi dalam tiga kelompok, yaitu
terkenal selama beberapa tahun bagi para pengembangan produk, promosi atau iklan,
konsumennya sehingga konsumen lebih dan distribusi.
cenderung menggunakan ketiga produk semen
tersebut. 2.2.1. Pengembangan Produk
Harga semen di Yogyakarta tergolong Pada strategi pengembangan produk,
kompetitif karena tidak ada produk yang setiap perusahaan akan berusaha untuk
mematok harga yang cukup tajam7. Pada mengembangkan produknya dengan menggu-
persaingan harga semen jenis semen portland nakan teknologi. Dengan adanya teknologi
pozolan (PPC), harga Semen Gresik dan yang baru dan semakin canggih, maka
Semen Holcim adalah sama dan selisih perusahaan akan memiliki keunggulan pada
Rp500,00 dengan Semen Tiga Roda, hal ini produknya untuk bersaing dengan produk
dilakukan oleh PT. Indocement Tunggal perusahaan lainnya. Dalam industri semen,
Prakarsa Tbk. yang satu-satunya memproduksi pengembangan produk yang dilakukan oleh
semen putih (white cement) di antara setiap perusahaan adalah pada jenis-jenis
perusahaan lainnya dengan patokan harga semen seperti semen portland pozolan, semen
Rp55.000,00 per sak. Sebelumnya, pada tahun portland putih, semen portland campur, semen
2005 harga eceran semen pada bulan Januari masonry, dan semen portland komposit
di Pulau Jawa berkisar sekitar Rp30.500,00 (http://id.wikipedia.org/wiki/semen)8. Keba-
per sak dan bulan-bulan berikutnya harga nyakan perusahan-perusahaan semen lebih
bergerak naik mencapai Rp40.000,00 per sak cenderung mengembangkan jenis-jenis semen
pada akhir tahun (Trimuryono, 2006: 12). portland pozolan karena jenis semen tersebut
Persaingan harga semen yang terjadi di sering digunakan dalam pembangunan infra-
Yogyakarta tersebut terjadi karena adanya struktur seperti perumahan, gedung, dan
program peduli bencana alam gempa untuk fasilitas umum. Setiap perusahaan bersaing
membantu masyarakat dalam pembangunan untuk mengembangkan semen portland
rumah, gedung, dan fasilitas umum lainnya pozolan dengan berbagai campuran agar
yang telah rusak terkena gempa serta per- menjadi semen yang terkuat dan terkokoh.
saingan tersebut merupakan adanya aksi yang
saling bergantungan satu sama lain, yaitu bila
8
Aly (2006) menyebutkan jenis produk semen yang
diproduksi di lingkungan Asosiasi Semen Indonesia
7
Harga semen sedikit naik karena adanya dorongan (ASI) adalah: (1) Oil Wet Cement (OWC); (2) Super
kenaikan permintaan, karena dana rekonstruksi untuk Mansory Cement (SMC); (3) White Cement (WC); (4)
korban gempa bumi telah dapat dicairkan dan Portland Pozzoland Cement (PPC); dan (5) Porland
digunakan. Composite Cement (PCS).
2007 Nugroho & Susilo 37
LAMPIRAN
Keterangan:
Metode pengukuran konsentrasi yang digunakan Bain adalah metode CR 3, CR4, CR8, dan CR20.