Anda di halaman 1dari 2

Assalamu’alaikum..

Pada kesempatan kali ini saya akan memberikan review saya terhadap sebuah judul film
yang berjudul Parasite, sebagai salah satu tugas mata kuliah Pendidikan IPS.
Film ini menurut saya sangat cocok untuk direview sesuai request ibu Dana, karena film ini
sarat dengan nilai-nilai sosial, terutama yang sering kita jumpai dalam masyarakat kita.
Bagaimana review lengkap saya tentang film ini? Silahkan disimak…

Parasite​ mencatat sejarah dunia perfilman kala menjadi film Asia pertama yang menang Film
Terbaik ajang ​Oscar​. Predikat tersebut memang layak diberikan bagi film garapan sutradara
Bong Joon-ho​ itu.

Sebelum melenggang ke ajang penghargaan film tertinggi di dunia ini, Parasite sendiri telah
mencatat sejumlah prestasi yang menunjukkan taringnya sebagai salah satu karya terbaik.

Cerita Parasite berfokus pada keluarga Ki-taek, beranggotakan empat orang pengangguran
dengan masa depan suram.

Suatu hari, Ki-woo, anak laki-laki tertua di keluarga itu direkomendasikan oleh kawannya yang
merupakan mahasiswa dari universitas bergengsi untuk menjadi guru les dengan bayaran
mahal.

Tawaran itu lantas membuka secercah harapan Ki-woo dan keluarga untuk mengantongi
penghasilan tetap. Dengan penuh restu serta harapan besar dari keluarga, Ki-woo--berbekal
dokumen mahasiswa palsu--pun menuju ke rumah keluarga Park untuk wawancara.

Setibanya di rumah pemilik perusahaan IT global tersebut, Ki-woo bertemu dengan Yeon-kyo,
nyonya muda di rumah itu. Setelah pertemuan itu, serangkaian kejadian dimulai.

Selama hampir separuh film, Bong membawa penonton lebih dulu larut dan akrab dengan tiap
karakter. Penonton juga diajak menikmati humor penuh satire disajikan dengan sangat mulus,
lewat karakter, gambar-gambar kontradiktif tapi simpel, serta dialog.

Contoh sederhananya saat Yeon-kyo ingin melangsungkan pesta ulang tahun mendadak untuk
anak bungsunya, Da-song. Saat Ki-taek--yang kini sudah 'berhasil' menjadi sopir--mengantar
dan membantunya berbelanja persiapan pesta, Yeon-kyo mensyukuri cuaca dan langit cerah
berkat hujan semalam suntuk.

Di sudut kota lain, hujan yang disyukuri itu sudah merendam rumah Ki-taek, hingga ia dan
ratusan warga lain harus mengungsi di sebuah stadion olahraga.

Joon-ho berhasil pula membangun konflik dengan pelan, halus. Ia tak perlu membuat garis tegas
hitam-putih, benar-salah atau jahat-baik.

Keluarga Park memang kaya, tapi tak serta merta mereka menjadi jahat karenanya--mungkin
naif dan tak peduli.

Sebaliknya, meski sudah menipu, keluarga Ki-taek digambarkan sangat manusiawi. Mereka
kompak, ceria di tengah kemelaratan, dan saling cinta.
Begitu penonton kian terbawa akan alur cerita yang terasa sederhana, Joon-ho tiba-tiba
mengirimkan "serangan" bertubi-tubi.

Laju cerita kian intens, mencekam juga menimbulkan pertanyaan-pertanyaan akan nasib tiap
karakter dan laju cerita, seperti dibawa bermain roller coaster.

Tak heran jika Bong mendapat apresiasi berkat caranya mengemas dan mengeksekusi cerita
dengan menarik, bahkan meninggalkan decak kagum.

Bukan hanya dari kekuatan cerita, tapi Joon-ho dan tim produksi pun menyeimbangkan karya
ini dengan sinematografi serta musik scoring yang luar biasa.

Apresiasi patut diberikan juga kepada Hong Kyun-pyo selaku Director of Photography beserta
Jung Jae-il, Choi Tae-young dan Kang Hye-young selaku tim pengarah musik dan penata
efek.

Kehebatan Parasite ini tak lepas juga dari aksi para pemain yang membuat terkesima. Tanpa
semua itu, mungkin film Parasite tak bisa sehidup seperti di dunia nyata. ​(has)

Anda mungkin juga menyukai