Anda di halaman 1dari 10

SPO

Pengukuran GCS Dan Reflek Patologis

Di susun Oleh :

SULIHA

NIM: 1821016

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH


SURABAYA

PRODI DIII KEPERAWATAN PARALEL

TH. 2020/2021
SOP PEMERIKSAAN GLASGOWS COMA SCALE (GCS)
.
1. Definisi
Memeriksakan tingkat kesadaran pasien dengan menggunakan Skala Koma Glasgow,
prognosis, serta mengklasifikasikan derajat cedera kepala
2. Indikasi
Dilakukan pada kondisi pasien sadar maupun tidak sadar untuk mendapatkan:
a. Mendapatkan data obyektif
b. Evaluasi perkembangan pasien
3. Persiapan Alat
Alat tulis
4. Prosedur Kerja

NO ASPEK YANG DINILAI


1 Tahap pra-interaksi
a. Melakukan verifikasi data sebelumnya
b. Mencuci tangan
c. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar

2 Tahap orientasi
a. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan kepada keluarga / klien
c. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan

3 Tahap kerja
a. Mengatur posisi klien : supinasi
b. Menempatkan diri disebelah kanan pasien, bila mungkin
c. Memeriksa reflek membuka mata dengan benar
d. Memeriksa reflek verbal dengan benar
e. Memeriksa reflek motorik dengan benar
f. Menilai hasil pemeriksaan
 Membuka Mata : 
Spontan                                                             4
Dengan perintah                                                3
Dengan rangsang nyeri                                     2
Tidak berespon                                                  1
Berorientasi                                                    5
Bicara membingungkan                                4
Kata - kata tidak tepat                                    3
Suara tidak dapat dimengerti                          2
Tidak berespon                                                1

 Respon Motorik
Dengan perintah                                                6
Melokalisasi nyeri                                             5
Menarik area nyeri                                            4
Fleksi abnormal                                                 3
Ekstensi                                                             2
Tidak berespon                                                  1

4 Terminasi
a. Melakukan evaluasi tindakan
b. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
c. Berpamitan dengan pasien
d. Membereskan alat – alat
e. Mencuci tangan
f. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMERIKSAAN

REFLEKS PATOLOGI

1. Definisi
Reflek Patologis merupakan reflek yang terjadi karena adanya gangguan atau kerusakan
sistem saraf pusat.
2. Indikasi
Dilakukan pada kondisi pasien sadar maupun tidak sadar untuk mendapatkan ada atau
tidaknya kelainan sistem saraf.
3. Persiapan Alat
Reflek Hammer
4. Prosedur Kerja

NO ASPEK YANG DINILAI


1 Tahap pra-interaksi
a. Cek catatan perawat/medis tentang kondisi klien
b. Persiapan perawat dan lingkungan
c. Siapkan alat-alat

2 Tahap orientasi
a. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan kepada keluarga / klien
c. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan

3 Tahap kerja
a. Mengatur posisi klien : supinasi
b. Menempatkan diri disebelah kanan pasien, bila mungkin
c. Melakukan pemeriksaan:

1. Reflek Babinski:
Posisi : Pasien diposisikan berbaring terlentang dengan kedua kaki diluruskan,
posisi tangan kiri pemeriksa memegang pergelangan kaki pasien agar
kaki tetap pada tempatnya
Cara: Lakukan penggoresan telapak kaki bagian lateral dari posterior ke
anterior
Respon: Positif apabila terdapat gerakan dorsofleksi ibu jari kaki dan
pengembangan jari kaki lainnya

Reflek Babinski

2. Reflek Chaddok
Cara: Penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar maleolus lateralis
dari posterior ke anterior
Respon: Positif apabila ada gerakan dorsofleksi ibu jari, disertai pengembangan
jari-jari kaki lainnya (reflek seperti babinski).

Reflek Chaddok

3. Reflek Schaeffer
Cara: Menekan tendon achilles.
Respon: Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari kaki, disertai
mekarnya (fanning) jari-jari kaki lainnya.

4. Reflek Oppenheim
Cara: Penggoresan atau pengurutan dengan cepat krista anterior tibia dari
proksiml ke distal
Respon: Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari kaki, disertai
mekarnya (fanning) jari-jari kaki lainnya.

Reflek Oppenheim

5. Reflek Gordon
Cara: Memberi penekanan pada musculus gastrocnemius (otot betis)
Respon: Amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari kaki, disertai
mekarnya (fanning) jari-jari kaki lainnya.

Reflek Gordon

6. Ankle Clonus
Posisi: Pasien tidur terlentang atau setengah duduk
Cara: Lutut dalam posisi fleksi, dan dengan cara manual lakukan gerakan
dorsofleksi secara kejut
Respon: Positif bila terjadi gerakan dorsi/plantar fleksi yang terus menerus
7. Knee Clonus
Posisi: Pasien dalam posisi duduk di tepi bed
Cara: Dilakukan ketukan dengan reflek hammer pada tendon patella
Respon: Positif bila terjadi terjadi gerakan fleksi/ekstensi yang terus menerus
pada lututnya
8. Refleks Hoffmann-tromer
a) Tangan pasein ditumpu oleh tangan pemeriksa
b) Ujung jari tangan pemeriksa yang lain disentilkan ke ujung jari tengah
tangan penderita
c) Hasil positif: fleksi jari yang lain dan adduksi ibu jari.

Refleks Hoffman

Refleks Tromner
9. Refleks Grasping
a) Gores palmar dengan telunjuk jari pemeriksa diantara ibujari dan telunjuk.
b) Hasil positif: Maka timbul genggaman dari jari penderita, menjepit jari
pemeriksa. Jika reflek ini ada maka penderita dapat membebaskan jari
pemeriksa.
10. Refleks nouting
Ketukan hammer pada tendo insertio m. Orbicularis oris maka akan
menimbulkan reflek menyusu. Menggaruk bibir dengan tongue spatel akan
timbul reflek menyusu. Normal pada bayi, jika positif pada dewasa akan
menandakan lesi UMN bilateral
11. Mayer reflek
Fleksikan jari manis di sendi metacarpophalangeal, secara halus normal akan
timbul adduksi dan aposisi dari ibu jari. Absennya respon ini menandakan lesi
di tractus pyramidalis.
12. Refleks Rossolimo-Mendel Bechterew
Refleks Rossolimo diperiksa dengan cara melakukan ketukan palu refleks pada
telapak kaki di daerah basis jari-jari pasien.

Refleks Rossolimo

Refleks Mendel-Bechterew diperiksa dengan menggunakan palu refleks


pada daerah dorsum pedis basis jari-jari kaki pasien. Refleks Rossolimo-
Mendel Bechterew positif jika timbul fleksi plantar jari-jari kaki nomor 2
sampai nomor 5.

4 Terminasi
a. Melakukan evaluasi tindakan dan jelaskan temanya
b. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
c. Berpamitan dengan pasien
d. Membereskan alat – alat
e. Mencuci tangan
f. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

DAFTAR PUSTAKA

American College of Surgeons. 2012. Head Injury. Advanced Trauma Life Support Student
Course Manual (Ninth Edition). Chicago. USA.

Amorim RLO, Andrade AF, Paiva WS, Faleiro RM., Monteiro R., Teixeira MJ. 2014.
Management of Diffuse Lesions in Traumatic Brain Injury in Brazil. Austin Neurosurgery,
1(3), 1–4.

Amyot F, Arciniegas DB, Brazaitis MP, Curley KC, Diaz-Arrastia R, Gandjbakhche A, et al.
2015. A Review of the Effectiveness of Neuroimaging Modalities for the Detection of
Traumatic Brain Injury. Journal of Neurotrauma, 32(22), 1693–721.

Åstrand R, Romner B. 2012. Classification of Head Injury. In Management of Severe


Traumatic Brain Injury. Vol. 8, pp. 11–17.

Mardiani, Elita. 2006. Faktor-faktor Risiko Prenatal dan Perinatal Kejadian Cerebral Palsy
(Studi Kasus di YPAC Semarang). http://eprints.undip.ac.id/15503/1/Elita_Mardiani.pdf.
Diakses pada 12 Mei 2012

Silaban, Dalton dkk. 2010. Ensefalitis Toksoplasmosis pada Penderita HIV-AIDS.


repository.usu.ac.id/handle/123456789/18382. Diakses pada 12 Mei 2012.

Pearce, Evelyn. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Gramedia, Jakarta,

Campbell, Neil A dkk. 2004. BIOLOGI. Erlangga, Jakarta

Pearce,E. 2006, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis Gramedia, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai