Anda di halaman 1dari 5

PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO, CORPORATE

GOVERNANCE DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP PENCEGAHAN


KECURANGAN

(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2019)

PROPOSAL

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi mata kuliah Metodelogi Penelitian

SATYA DEA PRAWIRA

1171002046

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS BAKRIE
JAKARTA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pada umumnya dalam akuntansi dikenal dua jenis kesalahan yaitu error (kekeliruan)
yang mengandung unsur ketidaksengajaan dan fraud (kecurangan) yang biasanya memang
sengaja dilakukan demi mendapatkan keuntungan pribadi. Dalam fraud tree yang
digambarkan oleh Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) menyebutkan bahwa
fraud dikelompokkan dalam tiga jenis berdasarkan perbuatan yaitu: Kecurangan Laporan
Keuangan (Financial Statement Fraud), Penyalahgunaan Aset (Asset Misappropriation) dan
Korupsi (Corruption). Menurut Teori Fraud Triangle yang diciptakan pleh Donald R.
Cressey (1953) yang diperkenalkan dalam literatule professional pada SAS No. 99
menyebutkan bahwa fraud bisa terjadi karena adanya tekanan, kesempatan dan rasionalisasi.
Dalam dunia akuntansi kecurangan masih sangat sering terjadi setiap tahunnya. Kecurangan
ini terjadi pada laporan keuangan yang mencakup beberapa modusnya seperti pemalsuan,
penghilangan, mark-up dan penerapan prinsip akuntansi yang salah. Peristiwa ini
membuktikan bahwa regulasi dan standar akuntansi belum mampu mencegah kecurangan
yang terjadi pada laporan keuangan. Laporan keuangan digunakan umtuk mengambil
keputusan bagi pihak internal dan eksternal. Penelitian ini membahas tentang kecurangan
pada laporan keuangan.
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No 13/28/DPNP tanggal 09 Desember 2011,
fraud (kecurangan) adalah tindakan penyimpangan atau pembiaran yang sengaja dilakukan
untuk mengelabui, menipu atau memanipulasi bank, nasabah, atau pihak lain, yang terjadi di
lingkungan Bank dan/atau menggunakan sarana Bank sehingga mengakibatkan bank,
nasabah, atau pihak lain menderita kerugian dan/atau pelaku fraud (kecurangan) memperoleh
keuntungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Karyono (2013 4-5) fraud
merupakan kecurangan yang mengandung makna suatu penyimpangan dan perbuatan
melanggar hukum (illegal act), yang dilakukan dengan sengaja untuk tujuan tertentu
misalnya menipu atau memberikan gambaran keliru (mislead) kepada pihak-pihak lain, yang
dilakukan oleh orang-orang baik dari dalam maupun luar organisasi. Kecurangan dirancang
untuk memanfaatkan peluang-peluang secara tidak jujur, yang secara langsung maupun tidak
langsung merugikan pihak lain.
Dari definisi tersebut dapat dibuktikan dengan beberapa kasus selama beberapa tahun
terakhir, seperti kasus kecurangan yang terjadi pada Lookers, salah satu perusahaan dealer
mobil Inggris di Inggris dan Irlandia. Berita yang dikutip dari www.complianceweek.com
menyebutkan bahwa setlah menunda selama delapan bulan, laporan keuangan yang telah di
audit [ada tahun 2019 mengungkapkan bahwa dealer mobil Inggris Lookers telah merugi
sebesar £ 45,5 juta atau Rp 724,5 miliar (Kurs Rp. 15.924,39) yang disebabkan kecurangan
akuntansi yang dilakukan oleh mantan karyawan perusahaan tersebut. Perusahaan juga
menungkapkan telah menyisihkan £ 10,4 juta atau Rp 165,6 miliar untuk potensi denda oleh
Financial Conduct Authority (FCA). Menurut laporan tahunan yang telah diterbitkan pada
tanggal 25 November, laba dibesarkan sebesar £ 25,5 juta atau Rp 406 miliar selama
beberapa tahun, termasuk £ 10, 9 juta atau Rp 173,5 miliar rupiah pada tahun 2019.Selain itu
Lookers juga mengungkapkan kekurangan sebesar £ 21,8 juta atau Rp 347 miliar, di mana £
8,3 juta atau Rp 132 miliar terkait dengan laporan keuangan pada tahun 2019 yang
sebelumnya tidak dilaporkan dan £ 13,5 juta atau Rp 214 miliar terkait dengan laporan
keuangan pada tahun-tahun sebelumnya. Setelah itu ditemukannya kecurangan yang
berjumlah sekitar £ 327.000 atau Rp 5 miliar selama beberapa tahun terakhir yang dilakukan
oleh salah satu orang yang kini menjadi subjek penyelidikan kriminal yang tidak
diidentifikasi namanya oleh pihak Lookers.

Kasus fraud pada laporan keuangan juga terjadi pada salah satu perusahaan yang
terdaftar di BEI, yaitu PT Tiga Pilar Food Tbk (AISA) Berita yang dimuat pada website
www.kontan.id menyebutkan bahwa pada tanggal 23 Maret 2019, lembaga akuntan public
Ernst & Young (EY) sudah mengelarkan audit soal dugaan pelanggaran oleh manajemen
lama AISA. Terdapat beberapa poin penting yang dibeberkan oleh EY terkait pembanding
antara data internal dengan laporan keuangan 2017 yang telah diaudit. Poin-poin antaranya
yang pertama dugaan overstatement sebesar Rp 4 triliun pada akun piutang usaha, persediaan,
dan aset tetap Grup AISA dan sebesar Rp 662 miliar pada penjualan serta Rp 329 miliar pada
EBITDA Entitas Food. Kemudian terdapat dugaan aliran dana sebesar Rp 1,78 triliun dengan
skema dari Grup AISA kepada pihak-pihak yang diduga terafiliasi dengan manajemen lama
antara lain dengan menggunakan pencairan pinjaman AISA dari beberapa bank, pencairan
deposito berjangka, transfer dana di rekening Bank, dan pembiayaan beban pihak terafiliasi
pleh Grup AISA. Terkait hubungan dan transaksi dengan pihak terafiliasi, tidak ditemukan
adanya pengungkapan (disclosure) secara memadai kepada para pemangku kepentingan
(stakeholder) yang relevan. Hal ini berpotensi melanggar Keputusan Ketua Badan Pengawas
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan No. KEP-412/BL/2009 Tentang Transaksi Afiliasi dan
Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu.

Penelitian ini mereplikasi penelitian yang dilakukan oleh Sanusi, Sutrisno dan
Suwiryo mengenai Pengaruh Corporate Governance Dan Kualitas Audit Terhadap
Pencegahan Kecurangan. Kebaruan dalam penelitian ini berupa penambahan variabel lain
yaitu Manajemen Laba Alasan penambahan variabel Manajemen Laba adalah

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah yang dikemukakan oleh peneliti adalah
sebagai berikut:

1. Seberapa besar pengaruh penerepan prinsip corporate governance terhadap


pencegahan kecurangan?
2. Seberapa besar pengaruh keefektifan pengendalian internal terhadap pencegahan
kecuragan?
3. Seberapa besar pengaruh keahlian profesional terhadap pencegahan kecurangan?
1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk menguji:

1. Pengaruh penerapan prinsip corporate governance terhadap pencegahan


kecurangan.
2. Pengaruh keefektifan pengendalian internal terhadap kecurangan.
3. Pengaruh keahlian profesional terhadap pencegahan kecurangan.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan dan tambahan
pengetahuan dalam bidang akuntansi khususnya auditing dan akuntansi perilaku terkait
dengan penerapan prinsip corporate governance, keefektifan pengendalian internal, dan
keahlian profesional terhadap pencegahan terjadinya kecurangan.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pihak
perusahaan untuk melakukan langkah-langkah untuk menghindarkan perusahaan
dari terjadinya fraud pada suatu perusahaan, yaitu dengan menerapkan prinsip good
corporate governance, keefektifan pengendalian internal, dan keahlian profesional
terhadap pencegahan terjadinya kecurangan.

b. Pengguna Laporan Keuangan Perusahaan


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan pengguna laporan
keuangan mengenai faktor-faktor yang dapat mencegah kecurangan serta digunakan
sebagai bahan pertimbangan pihak pengguna laporan keuangan untuk mengambil
keputusan dengan bijak.
c. Pemerintah Indonesia
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
pemerintah dalam membuat kebijakan atau regulasi regulasi baru mengenai tindakan
preventif dan represif baik dengan cara persuasif atau koersif terkait kecurangan yang
terjadi di berbagai instansi.

Anda mungkin juga menyukai