Anda di halaman 1dari 14

NAMA : TIARA ADINDA CAHYANING SLAMET

NIM : P17220181007

PRODI : D3 KEPERAWATAN LAWANG

KELAS : 2A

LAPORAN PENDAHULUAN

HEART FAILURE (GAGAL JANTUNG)

A. Pengertian
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang
adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi (Smletzer, 2015)
Gagal jantung adalah suatu keadaan yang serius, dimana jumlah darah yang
dipompa oleh jantung setiap menitnya (cardiac output, curahjantung) tidak mampu
memenuhi kebutuhan normal tubuh akan oksigen dan zat-zat makanan. Kadang orang
salah mengartikan gagal jantung sebagai berhentinya jantung. Sebenarnya istilah gagal
jantung menunjukkan berkurangnya kemampuan jantung untuk mempertahankan beban
kerjanya.
Gagal jantung adalah sindrom klinis (sekumpulan tanda dan gejala) ditandai oleh
sesak nafas dan fatik (saat istirahat) atau saat aktivitas, yang disebabkan oleh kelainan
struktur / fungsi jantung (Panggabean, 2017).
CHF adalah suatu kondisi patofisiologi dicirikan adanya bendungan (kongesti) di
paru / sirkulasi sistemik karena jantung tidak mampu memompa darah yang beroksigen
secara cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan (Saputra, 2016).

B. Klasifikasi
Menurut derajat sakitnya:
1) Derajat 1: Tanpa keluhan – Anda masih bisa melakukan aktivitas fisik sehari-hari
tanpa disertai kelelahan ataupun sesak napas
2) Derajat 2: Ringan – aktivitas fisik ringan/sedang menyebabkan kelelahan atau
sesak napas, tetapi jika aktivitas ini dihentikan maka kluhan pun hilang

1
3) Derajat 3: Sedang – aktivitas fisik ringan/sedang menyebabkan kelelahan atau
sesak napas, tetapi keluhan akan hilang jika aktivitas dihentikan
4) Derajat 4: Berat – tidak dapat melakukan aktivitas fisik sehari-hari, bahkan pada
saat istirahat pun keluhan tetap ada dan semakin berat jika melakukan aktivitas.

Menurut lokasi terjadinya :

1) Gagal jantung kiri


Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel kiri tidak
mampu memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan tekanan dalam
sirkulasi paru menyebabkan cairan terdorong kejaringan paru. Manifestasi klinis
yang terjadi meliputi dispnu, batuk, mudah lelah, takikardi dengan bunyi jantung
S3, kecemasan dan kegelisahan.
2) Gagal jantung kanan
Bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti visera dan jaringan
perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan
volume darah dengan adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasi semua darah
yang secara normal kembali dari sirkulasi vena. Manifestasi klinis yang tampak
meliputi : edema akstremitas bawah yang biasanya merupakan pitting edema,
pertambahan berat badan, hepatomegali (pembesaran hepar), distensi vena leher,
asites (penimbunan cairan didalam rongga peritonium), anoreksia dan mual,
nokturia dan lemah.

C. Etiologi
Penyebab dari gagal jantung adalah :
- Kelainan Otot Jantung
Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari
penyebab kelainan fungsi otot mencakup arterosklerosis koroner, hipertensi
arterial dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi.
- Aterosklerosis Koroner

2
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot
jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark
miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
- Hipertensi Sistemik / Pulmonal
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertropi
serabut otot jantung.
- Peradangan dan Penyakit Miokardium
Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak
serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
- Penyakit jantung lain seperti stenosis katup semilunar, temponade perikardium,
perikarditis konstruktif, stenosis katup AV.
- Faktor sistemik seperti hipoksia dan anemia yang memerlukan peningkatan curah
jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia atau anemia juga
dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis dan abnormalitas 
elektrolit juga dapat menurunkan  kontraktilitas jantung.

D. Patofisiologi
Kelainan fungsi otot jantung disebabkan oleh aterosklerosis koroner, hipertensi
arterial dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi. Aterosklerosis koroner
mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung.
Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark Miokardium
biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Hipertensi sistemik/ pulmonal
(peningkatan afterload) meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya
mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut (hipertrofi miokard) dapat
dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas
jantung. Tetapi untuk alasan tidak jelas, hipertrofi otot jantung tadi tidak dapat berfungsi
secara normal, dan akhrinya terjadi gagal jantung. Peradangan dan penyakit miokarium
degeneratif berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung
merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun. Ventrikel kanan dan kiri
dapat mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal ventrikel kiri paling sering
mendahului gagal ventrikel kanan. Gagal ventrikel kiri murni sinonim dengan edema

3
paru akut. Karena curah ventrikel berpasangan/ sinkron, maka kegagalan salah satu
ventrikel dapat mengakibatkan penurunan perfusi jaringan.

4
PATHWAY

5
E. Tanda dan Gejala
- Sesak nafas ( dyspneu) : Peningkatan tekanan pengisian bilik kiri
menyebabkan transudasi cairan ke jaringan paru. Penurunan
compliance ( regangan ) paru menambah kerja nafas. Sensasi sesak
nafas juga disebabkan penurunan aliran darah ke otot pernafasan.
Awalnya , sesak nafas timbul saat betraktivitas ( dyspneu on
effort ) dan jika gagal jantung makin berat sesak juga timbul saat
beristirahat.
- Ortopneu ( sesak saat berbaring ) : Pada saat posisi berbaring,
maka terdapat penurunan aliran darah di perifer dan peningkatan
volume darah di sentral ( rongga dada ). Hal ini berakibat
peningkatan tekanan bilik kiri dan udema paru. Kapasitas vital
juga menurun saat posisi berbaring.
- Paroxysmal Nocturnal Dyspneu ( PND ) yaitu sesak tiba-tiba pada
malam   hari disertai batuk- batuk.
- Takikardi dan berdebar- debar yaitu peningkatan denyut jantung
akibat   peningkatan tonus simpatik.
- Batuk- batuk : Terjadi akibat udema pada bronchus dan penekanan
bronchus oleh atrium kiri yang dilatasi.Batuk sering berupa batuk
yang basah dan berbusa , kadang disertai bercak darah.
- Mudah lelah : Terjadi akibat curahjantung yang kurang yang
menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta
menurunnya pembuangan sisa katabolisme. Juga terjadi akibat
meningkatnya energi yang digunakan untuk bernafas dan insomnia
yang terjadi akibat distres pernafasan dan batuk.
- Sianosis : Penurunan tekanan oksigen di jaringan perifer dan
peningkatan ekstraksi oksigen mengakibatkan peningkatan
methemoglobin kira-kira 5 g / 100 ml sehingga timbul sianosis.
- Adanya suara jantung P2 , S3, S4 menunjukkan insufisiensi mitral
akibat  dilatasi bilik kiri atau disfungsi otot papilaris.

6
- Edema ( biasanya pitting edema ) yang dimulai pada kaki dan tumit
dan      secara bertahap bertambah ke atas disertai
penambahan berat badan.
- Hepatomegali ( pembesaran hepar ) : Terjadi akibat pembesaran vena
di hepar. Bila proses ini berkembang maka tekanan pada pembuluh
portal meningkat sehingga cairan terdorong keluar rongga abdomen
yang disebut asites.
- Anoreksia dan mual akibat pembesaran vena dan stasis vena di dalam
rongga abdomen
- Nokturia ( rasa  ingin kencing di malam hari )

F. Pemeriksaan Penunjang
 EKG (elektrokardiogram): untuk mengukur kecepatan dan keteraturan denyut
jantung
 Echokardiogram: menggunakan gelombang suara untuk mengetahui ukuran dan
bentuk jantung, serta menilai keadaan ruang jantung dan fungsi katup jantung.
Sangat bermanfaat untuk menegakkan diagnosis gagal jantung.
 Foto rontgen dada: untuk mengetahui adanya pembesaran jantung, penimbunan
cairan di paru-paru atau penyakit paru lainnya.
 Tes darah BNP: untuk mengukur kadar hormon BNP (B-type natriuretic peptide)
yang pada gagal jantung akan meningkat.

G. Penatalaksanaan
Menurut Mansjoer, prinsip penatalaksanaan heart failure adalah :
1. Tirah baring : Tirah baring mengurangi kerja jantung, meningkatkan tenaga
cadangan jantung dan menurunkan tekanan darah.
2. Diet : Pengaturan diet membuat kerja dan ketegangan otot jantung minimal.
Selain itu pembatasan natrium ditujukan untuk mencegah, mengatur dan
mengurangi edema
3. Oksigen : Pemenuhan oksigen akan mengurangi demand miokard dan membantu
memenuhi oksigen tubuh

7
4. Terapi Diuretik : Diuretik memiliki efek anti hipertensi dengan menigkatkan
pelepasan air dan garam natrium sehingga menyebabkan penurunan volume
cairan dan merendahkan tekanan darah.
5. Digitalis : Digitalis memperlambat frekuensi ventrikel dan meningkatkan
kekuatan kontraksi peningkatan efisiensi jantung. Saat curah jantung meningkat,
volume cairan lebih besar dikirim ke ginjal untuk filtrasi, eksresi dan volume
intravaskuler menurun.
6. Inotropik Positif : Dobutamin meningkatkan kekuatan kontraksi jantung (efek
inotropik positif) dan meningkatkan denyut jantung (efek kronotropik positif)
7. Sedatif : Pemberian sedative bertujuan mengistirahatkan dan member relaksasi
pada klien.
8. Pembatasan Aktivitas Fisik dan Istirahat : Pembatasan aktivitas fisik dan istirahat
yang ketat merupakan tindakan penanganan gagal jantung.

H. Konsep Teori Asuhan Keperawatan

ASUHAN KEPERAWATAN
Pada Pasien dengan Gagal Jantung (Heart Failure)

PENGKAJIAN
a. Aktivitas dan istirahat
Kelemahan, kelelahan, ketidakmampuan untuk tidur (mungkin di dapatkan
Tachycardia dan dispnea pada saat beristirahat atau pada saat beraktivitas).
b. Sirkulasi
- Mempunyai riwayat IMA, Penyakit jantung koroner, CHF, Tekanan darah
tinggi, diabetes melitus.Tekanan darah mungkin normal atau meningkat,
nadi mungkin normal atau terlambatnya capilary refill time, disritmia
- Suara  jantung , suara jantung tambahan S3 atau S4mungkin mencerminkan
terjadinya kegagalan jantung/ ventrikel kehilangan kontraktilitasnya
- Murmur jika ada merupakan akibat dari insufisensi katub atau muskulus
papilaris yang tidak berfungsi

8
- Heart rate mungkin meningkat atau menglami penurunan (tachy atau bradi
cardia)
- Irama jantung mungkin ireguler atau juga normal
- Edema: Jugular vena distension, odema anasarka, crackles mungkin juga
timbul dengan gagal jantung.Warna kulit mungkin pucat baik di bibir dan
di kuku.
c. Eliminasi
Bising usus mungkin meningkat atau juga normal.
d. Nutrisi
Mual, kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit, berkeringat banyak,
muntah dan perubahan berat badan.
e. Hygiene perseorangan
Dispnea atau nyeri dada atau dada berdebar-debar pada saat melakukan aktivitas.
f. Neoru sensori
Nyeri kepala yang hebat, Changes mentation.
g. Kenyamanan
- Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan beristirahat
atau dengan nitrogliserin
- Lokasi nyeri dada bagian depan substerbnal yang mungkin menyebar
sampai ke lengan, rahang dan wajah
- Karakteristik nyeri dapat di katakan sebagai rasa nyeri yang sangat yang
pernah di alami
- Sebagai akibat nyeri tersebut mungkin di dapatkan wajah yang
menyeringai, perubahan pustur tubuh, menangis, penurunan kontak mata,
perubahan irama jantung, ECG, tekanan darah, respirasi dan warna kulit
serta tingkat kesadaran. 
h. Respirasi
- Dispnea dengan atau tanpa aktivitas, batuk produktif, riwayat perokok
dengan penyakit pernafasan kronis
- Pada pemeriksaan mungkin di dapatkan peningkatan respirasi, pucat atau
cyanosis, suara nafas crakcles atau wheezes atau juga vesikuler

9
- Sputum jernih atau juga merah muda/ pink tinged
i. Interaksi social
Stress, kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tak terkontrol.
j. Pengetahuan
Riwayat di dalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung, diabetes, stroke,
hipertensi, perokok.
k. Studi diagnostic
- ECG menunjukan: adanya S-T elevasi yang merupakan tanda dri iskemi,
gelombang T inversi atau hilang yang merupakan tanda dari injuri, dan
gelombang Q yang mencerminkan adanya nekrosis
- Enzym dan isoenzym pada jantung:  CPK-MB meningkat dalam 4-12 jam,
dan mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT dalam 6-12 jam
dan mencapai puncak pada 36 jam
- Elektrolit: ketidakseimbangan yang memungkinkan terjadinya penurunan
konduksi jantung dan kontraktilitas jantung seperti hipo atau hiperkalemia
- Whole blood cell: leukositosis mungkin timbul pada keesokan hari setelah
serangan
- Analisa gas darah:  Menunjukan terjadinya hipoksia atau proses penyakit
paru yang kronis atau akut
- Kolesterol atau trigliseid: mungkin mengalami peningkatan yang
mengakibatkan terjadinya arteriosklerosis
- Chest X ray: mungkin normal atau adanya cardiomegali, CHF, atau
aneurisma ventrikuler
- Echocardiogram: Mungkin harus di lakukan guna menggambarkan fungsi
atau kapasitas masing-masing ruang pada jantung
- Exercise stress test:  Menunjukan kemampuan jantung beradaptasi
terhadap suatu stress/ aktivitas.

DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN RENCANA TINDAKAN

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan jantung

10
Tujuan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasiendi harapkan mampu
menunjukan adanya penurunan rasa nyeri dada, menunjukan adanya penuruna
tekanan dan cara berelaksasi.
Rencana:
- Monitor dan kaji karakteristik dan lokasi nyeri
- Monitor tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, kesadaran)
- Anjurkan pada pasien agar segera melaporkan bila terjadi nyeri dada
- Ciptakan suasana lingkungan yang tenang dan nyaman
- Ajarkan dan anjurkan pada pasien untuk melakukan tehnik relaksasi
- Kolaborasi dalam
- Pemberian oksigen
- Obat-obatan (beta blocker, anti angina, analgesic)
- Ukur tanda vital sebelum dan sesudah dilakukan pengobatan dengan
narkosa.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen, adanya jaringan yang nekrotik dan iskemi pada miokard.
Tujuan: setelah di lakukan tindakan perawatan pasienmenunnjukan peningkatan
kemampuan dalam melakukan aktivitas (tekanan darah, nadi, irama dalam batas
normal) tidak adanya angina.
Rencana:
- Catat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum, selama dan sesudah
melakukan aktivitas
- Anjurkan pada pasien agar lebih banyak beristirahat terlebih dahulu
- Anjurkan pada pasien agar tidak “ngeden”  pada saat buang air besar
- Jelaskan pada pasien tentang tahap- tahap aktivitas yang boleh dilakukan
oleh pasien
- Tunjukan pada pasien tentang tanda-tanda fisiki bahwa aktivitas melebihi
batas.
3. Resiko terjadinya penurunan cardiac output berhubungan dengan perubahan
dalam rate, irama, konduksi jantung, menurunya preload atau peningkatan SVR,
miocardial infark.

11
Tujuan: tidak terjadi penurunan cardiac output selama di lakukan tindakan
keperawatan.
Rencana:
- Lakukan pengukuran tekanan darah (bandingkan kedua lengan pada posisi
berdiri, duduk dan tiduran jika memungkinkan)
- Kaji kualitas nadi
- Catat perkembangan dari adanya S3 dan S4
- Auskultasi suara nafas
- Dampingi pasien pada saat melakukan aktivitas
- Sajikan makanan yang mudah di cerna dan kurangi konsumsi kafeine
- Kolaborasi dalam: pemeriksaan serial ECG, foto thorax, pemberian obat-
obatan anti disritmia.
4. Resiko terjadinya penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
tekanan darah, hipovolemia
Tujuan: selama dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi penurunan perfusi
jaringan
Rencana:
- Kaji adanya perubahan kesadaran
- Inspeksi adanya pucat, cyanosis, kulit yang dingin dan penurunan kualitas
nadi perifer
- Kaji adanya tanda Homans (pain in calf on dorsoflextion), erythema,
edema
- Kaji respirasi (irama, kedalam dan usaha pernafasan)
- Kaji fungsi gastrointestinal (bising usus, abdominal distensi, constipasi)
- Monitor intake dan out put
- Kolaborasi dalam: Pemeriksaan ABG, BUN, Serum ceratinin dan
elektrolit.
5. Resiko terjadinya ketidakseimbangan cairan excess berhubungan dengan
penurunan perfusi organ (renal), peningkatan retensi natrium, penurunan plasma
protein.

12
Tujuan: tidak terjadi kelebihan cairan di dalam tubuh pasienselama dalam
perawatan.
Rencana:
- Auskultasi suar nafas (kaji adanya crackless).
- Kaji adanya jugular vein distension, peningkatan terjadinya edema.
- Ukur intake dan output (balance cairan).
- Kaji berat badan setiap hari.
- Najurkan pada pasien untuk mengkonsumsi total cairan maksimal 2000
cc/24 jam.
- Sajikan makan dengan diet rendah garam.
- Kolaborasi dalam pemberian deuritika.

IMPLEMENTASI

Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan oleh perawat terhadap


pasien.

EVALUASI

Evaluasi dilaksanakan berdasarkan tujuan dan outcome.

13
DAFTAR RUJUKAN

1. Carpenitto, Lynda Juall. 2007. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, edisi 10.
Jakarta: EGC
2. Doenges E. Marlynn.2010. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta
3. Gray, H. 2002. Lecture Note Kardiology. Erlangga
4. Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem
Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika

14

Anda mungkin juga menyukai