Oleh
P17220181007
KELOMPOK 7 A
JURUSAN KEPERAWATAN
April 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
SYOK KARDIOGENIK
Pengertian
Syok kardiogenik merupakan stadium akhir disfungsi ventrikel kiri atau gagal jantung kongestif,
terjadi bila ventrikel kiri mengalami kerusakan yang luas. Otot jantung kehilangan kekuatan
kontraktilitasnya,menimbulkan penurunan curah jantung dengan perfusi jaringan yang tidak
adekuat ke organ vital (jantung, otak, ginjal). Derajat syok sebanding dengan disfungsi ventrikel
kiri. Meskipun syok kardiogenik biasanya sering terjadi sebagai komplikasi MI, namun bisa juga
terajdi pada temponade jantung, emboli paru, kardiomiopati dan disritmia. (Brunner & Suddarth,
2001)
Syok kardiogenik adalah dyok yang disebabkan karena fungsi jantung yang tidak adekuat,
seperti pada infark miokard atau obstruksi mekanik jantung, manifestasinya meliputi
hipovolemia, hipotensi, kulit dingin, nadi yang lemah, kekacauan mental, dan kegelisahan.
(Kamus Kedokteran Dorland, 1998)
Etiologi
2) Disfungsi ventrikel kiri yang berat yang memicu terjadinya kongesti paru dan/atau
hipoperfusi iskemik
4) Komplikasi dari infark miokard akut, seperti: ruptur otot papillary, ruptur septum, atau
infark ventrikel kanan, dapat mempresipitasi (menimbulkan/mempercepat) syok
kardiogenik pada pasien dengan infark-infark yang lebih kecil
5) Valvular stenosis
6) Myocarditis ( inflamasi miokardium, peradangan otot jantung)
penyebabnya)
8) Trauma jantung
Patofisiologi
Tanda dan gejala syok kardiogenik mencerminkan sifat sirkulasi patofisiologi gagal jantung.
Kerusakan jantung mengakibatkan penurunan curah jantung, yang pada gilirannya menurunkan
tekanan darah arteria ke organ-organ vital. Aliran darah ke arteri koroner berkurang, sehingga
asupan oksigen ke jantung menurun, yang pada gilirannya meningkatkan iskemia dan penurunan
lebih lanjut kemampuan jantung untuk memompa, akhirnya terjadilah lingkaran setan.
Tanda klasik syok kardiogenik adalah tekanan darah rendah, nadi cepat dan lemah, hipoksia otak
yang termanifestasi dengan adanya konfusi dan agitasi, penurunan haluaran urin, serta kulit yang
dingin dan lembab.
Disritmia sering terjadi akibat penurunan oksigen ke jantung.seperti pada gagal jantung,
penggunaan kateter arteri pulmonal untuk mengukur tekanan ventrikel kiri dan curah jantung
sangat penting untuk mengkaji beratnya masalah dan mengevaluasi penatalaksanaan yang telah
dilakukan. Peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri yang berkelanjutan (LVEDP = Left
Ventrikel End Diastolik Pressure) menunjukkan bahwa jantung gagal untuk berfungsi sebagai
pompa yang efektif.
PATHWAY
Tanda dan Gejala
Nyeri dada yang berkelanjutan, dyspnea (sesak/sulit bernafas), tampak pucat, dan
apprehensive (anxious, discerning, gelisah, takut, cemas)
Hipoperfusi jaringan
Pemeriksaan Penunjang
EKG; mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpanan aksis, iskemia dan
kerusakan pola.
Elektrolit; mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi ginjal,
terapi diuretic.
Oksimetri nadi; Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika CHF memperburuk
PPOM.
AGD; Gagal ventrikel kiri ditandai alkalosis respiratorik ringan atau hipoksemia dengan
peningkatan tekanan karbondioksida.
Penatalaksanaan
1. Pastikan jalan nafas tetap adekuat, bila tidak sadar sebaiknya dilakukan intubasi.
4. Koreksi hipoksia, gangguan elektrolit, dan keseimbangan asam basa yang terjadi.
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Pengkajian primer
Airway : penilaian akan kepatenan jalan napas, meliputi pemeriksaan mengenai adanya
obstruksi jalan napas, adanya benda asing. Pada klien yang dapat berbicara dapat
dianggap jalan napas bersih. Dilakukan pula pengkajian adanya suara napas tambahan
seperti snoring.
Breathing : frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu pernapasan, retraksi
dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi pengembangan paru, auskultasi suara napas,
kaji adanya suara napas tambahan seperti ronchi, wheezing, dan kaji adanya trauma pada
dada.
Circulation : dilakukan pengkajian tentang volume darah dan cardiac output serta adanya
perdarahan. Pengkajian juga meliputi status hemodinamik, warna kulit, nadi.
Pengkajian sekunder
Pengkajian sekunder meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik. Anamnesis dapat menggunakan
format AMPLE (alergi, medikasi, past illness, last meal, dan environment). Pemeriksaan fisik
dimulai dari kepala hingga kaki dan dapat pula ditambahkan pemeriksaan diagnostik yang lebih
spesifik seperti foto thoraks,dll.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan pertukaran gas ditandai dengan
sesak nafas, peningkatan frekuensi pernafasan, batuk-batuk.
3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme reflek
otot sekunder akibat gangguan viseral jantung ditandai dengan nyeri dada, dispnea,
gelisah, meringis.
pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pertukaran gas ditandai dengan sesak nafas,
gangguan frekwensi pernafasan, batuk-batuk
Tujuan : Setelah diberikan askep selama 3x 24 jam diharapkan pola nafas efektif
Kriteria hasil :
Intervensi :
R/ Respon pasien berfariasi. Kecepatan dan upaya mungkin meningkat karena nyeri, takut,
demam, penurunan volume sikulasi (kehilangan darah atau cairan), akumulasi secret, hipoksia
atau distensi gaster. Penekanan pernapasan (penurunan kecepatan) dapat terjadi dari pengunaan
analgesik berlebihan. Pengenalan disini dan pengobatan ventilasi abnormal dapat mencegah
komplikasi
2) Auskultasi bunyi nafas. Catat area yang menurun atau tidak adannya bunyi nafas dan
adannya bunyi nafas tambahan, contoh krekels atau ronki
R/ Auskultasi bunyi napas ditujukan untuk mengetahui adanya bunyi napas tambahan
3) Kolaborasi dengan beriakan tambahan oksigen dengan kanula atau masker sesuai
indikasi
Tujuan : Setelah diberikan askep 3x24 jam diharapkan perfusi jaringan perifer efektif
Kriteria hasil :
Intervensi :
1. Lihat pucat, sianosis, belang, kulit dingin, atau lembab. Catat kekuatan nadi perifer.
R/ Vasokontriksi sistemik diakibatkan karena penurunan curah jantung mungkin dibuktikan oleh
penurunan perfusi kulit dan penurunan nadi.
R/ Menurunkan statis vena, meningkatkan aliran balik vena dan menurunkan resiko
tromboflebis.
3. Kalaborasi
R/ Dosis rendah heparin mungkin diberika secara profilaksis pada pasien resiko tinggi dapat
untuk menurunkan resiko trombofleblitis atau pembentukan trombusmural. Coumadin obat
pilihan untuk terapi anti koangulan jangka panjang/pasca pulang
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme refleks
otot sekunder akibat gangguan viseral jantung ditandai dengan nyeri dada, dispnea,
gelisah, meringis
Tujuan : Setelah diberikan askep selama 3x24 jam, diharapkan pasien merasa nyaman
Criteria hasil :
Intervensi :
1. Pantau atau catat karekteristik nyeri, catat laporan verbal, petunjuk non verbal dan
repon hemodinamik ( contoh: meringis, menangis, gelisah, berkeringat,
mengcengkram dada, napas cepat, TD/frekwensi jantung berubah)
2. Bantu melakukan teknik relaksasi, misalnya napas dalam perlahan, perilaku diskraksi,
visualisasi, bimbingan imajinasi
R/ Membantu dalam menurunan persepsi atau respon nyeri. Memberikan kontrol situasi,
meningkatkan perilaku positif.
3. Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi, contoh: analgesik, misalnya morfin, meperidin (demerol)
R/ meskipun morfin IV adalah pilihan, suntikan narkotik lain dapat dipakai fase akut atau nyeri
dada beulang yang tidak hilang dengan nitrogliserin untuk menurunkan nyeri hebat, memberikan
sedasi, dan mengurangi kerja miokard. Hindari suntikan IM dapat menganggu indikator
diagnostik dan tidak diabsorsi baik oleh jaringan kurang perfusi
Tujuan : Setelah diberikan askep selama 3x24 jam, diharapkan pasien dapat melakukan aktifitas
dengan mandiri
Criteria hasil :
Klien tidak mudah lelah
Intervensi :
1. Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila pasien
menggunakan vasolidator, diuretik, penyekat beta
R/ Hipertensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek obat (vasodilatasi),
perpindahan cairan, (diuretik) atau pengaruh fungsi jantung
2. Catat respon kardio pulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, disritmia, dispnea,
berkeringat, pucat
R/ Kelemahan adalah efek samping dari beberapah obat (beta bloker, Trakuiliser dan sedatif).
Nyeri dan program penuh stress juga memerlukan energi dan menyebabkan kelemahan
5. Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi, selingi periode
aktivitas dengan periode istirahat
R/ Pemenuhan kebutuhan perawatan diri pasien tanpa mempengaruhi stress miokard atau
kebutuhan oksigen berlebihan
6. Kalaborasi
R/ Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindari kerja jantung atau komsumsi oksigen
berlebihan. Penguatan dan perbaikan fungsi jantung dibawah stress, bila disfusi jantung tidak
dapat membaik kembali
DAFTAR RUJUKAN
1. Rackley CE. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskular. Edisi 3. EGC. Jakarta. 2015.
Hal. 243-249
4. Kaligis RWM. Buku Ajar Kardiologi. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia.
Jakarta. 2002. Hal: 90-93
5. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 4.
EGC. Jakarta. 2008. Hal: 593-606
LAPORAN KASUS
ASUHAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Pasien Dengan Syok Kardiogenik
Oleh :
NIM :
P17220181007
5
Nama : Ny. A
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 59 Tahun
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SMA
Alamat : Kediri
DATA PSIKOSOSIAL
A. Pola Komuniasi : Tidak terkaji
B. Keyakinan terhadap sehat / sakit : Pasien selalu menahan rasa sakitnya dan tidak pernah
melakukan pemeriksaan karena merasa bahwa dirinya sehat dan tidak sakit
PEMERIKSAAN FISIK
A. Kesan Umum / Keadaan Umum : lemah, pasien nampak pucat, diaforesis, sulit bernapas,
oliguri
B. Kesadaran : Coma, GCS : E: 1 M:1 V: 1
C. Tanda-tanda Vital
Suhu Tubuh : 39,8 C Nadi : 159x/menit
Tekanan darah : 60/40 mmHg Respirasi : 28x/menit
Tinggi badan : 150 cm Berat Badan : 55 kg
2. M a t a
a. Kelengkapan dan Kesimetrisan : Lengkap dan simetris
3. H I d u n g
a. Tulang Hidung dan Posisi Septum Nasi : Simetris
4. Telinga
a. Bentuk Telinga : Simetris, Normal
Ukuran Telinga : Normal
Ketegangan telinga : Tidak ada
b. Lubang Telinga : Bersih, tidak ada serumen
b. Keadaan Gusi dan Gigi : Gigi lengkap, bersih, tidak ada stomatitis pada gusi
b. Perkusi : Sonor
c. Auskultasi
- Suara nafas :
lemah
- Suara Tambahan :
wheezing
3. Pemeriksaan Jantung
a. Inspeksi dan Palpasi
- Pulpasi : Tidak ada benjolan
- Ictus Cordis : Tidak nampak
b. Perkusi :
- Batas-batas Jantung :
Kanan atas : sic II Linea para sternalis dextra
Kanan bawah : sic IV Linea para sternalis dextra
Kiri atas : sic II Linea para sternalis sinistra
Kiri bawah : sic IV Linea media clavicularis sinistra
c. Aukultasi
- Bunyi Jantung I: Penurunan intensitas
- Bunyi Jantung II: split paradoksikal
- Bunyi Jantung III : Gallop (sering terdengar)
- Bunyi Jantung IV : Gallop
- Bising/murmur : murmur mid sistolik atau late siistolik apikal bersifat sementara
- Frekuensi Denyut Jantung : 159x/menit
G. Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi
- Bentuk Abdomen : Simetris
- Benjolan/massa : Tidak ada benjolan
b. Auskultasi
- Peristaltik Usus : 8x/menit
c. Palpasi
- Tanda nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan
c. Perenium : normal
J. Pemeriksaan Neorologi
1. Tingkat kesadaran ( secara kwantitatif )/ GCS : coma GCS E: 1 M:1 V: 1
6. Refleks :
a) Refleks Fisiologis: tidak terkaji
PEMERIKSAAN PENUNJANG
5. Lain – lain :-
Infus RL 20 Tpm IV
Injeksi omeprazol 1x40mg IV
Injeksi ondansentron 2x4mg/2ml IV
Injeksi mecobalamin 2x500mcg/ml IV
Injeksi citicolin 2x500mg IV
Injeksi ceftriaxone 2x1g IV
Perawat,
TIARA ADINDA C S
NIM : P17220181007
edema edema(vena)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TERATASI
NO TGL RUMUSAN DIAGNOSA TTD
TGL
jaringan dan spasme selama 1x8 jam 4. kolaborasi pemberian obat 2. mempercepat
meringis