Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Ny. A DENGAN SYOK KARDIOGENIK

DI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah

Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah

Oleh

Tiara Adinda Cahyaning Slamet

P17220181007

KELOMPOK 7 A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

D III KEPERAWATAN LAWANG

April 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
SYOK KARDIOGENIK

Pengertian

Syok kardiogenik didefinisikan sebagai adanya tanda-tanda hipoperfusi jaringan yang


diakibatkan oleh gagal jantung rendah preload dikoreksi. Tidak ada definisi yang jelas dari
parameter hemodinamik, akan tetapi syok kardiogenik biasanya ditandai dengan penurunan
tekanan darah (sistolik kurang dari 90 mmHg, atau berkurangnya tekanan arteri rata-rata lebih
dari 30 mmHg) dan atau penurunan pengeluaran urin (kurang dari 0,5 ml/kg/jam) dengan laju
nadi lebih dari 60 kali per menit dengan atau tanpa adanya kongesti organ. Tidak ada batas yang
jelas antara sindrom curah jantung rendah dengan syok kerdiogenik.

Syok kardiogenik merupakan stadium akhir disfungsi ventrikel kiri atau gagal jantung kongestif,
terjadi bila ventrikel kiri mengalami kerusakan yang luas. Otot jantung kehilangan kekuatan
kontraktilitasnya,menimbulkan penurunan curah jantung dengan perfusi jaringan yang tidak
adekuat ke organ vital (jantung, otak, ginjal). Derajat syok sebanding dengan disfungsi ventrikel
kiri. Meskipun syok kardiogenik biasanya sering terjadi sebagai komplikasi MI, namun bisa juga
terajdi pada temponade jantung, emboli paru, kardiomiopati dan disritmia. (Brunner & Suddarth,
2001)

Syok kardiogenik adalah dyok yang disebabkan karena fungsi jantung yang tidak adekuat,
seperti pada infark miokard atau obstruksi mekanik jantung, manifestasinya meliputi
hipovolemia, hipotensi, kulit dingin, nadi yang lemah, kekacauan mental, dan kegelisahan.
(Kamus Kedokteran Dorland, 1998)

Etiologi

1) Gangguan kontraktilitas miokardium

2) Disfungsi ventrikel kiri yang berat yang memicu terjadinya kongesti paru dan/atau

hipoperfusi iskemik

3) Infark miokard akut ( AMI)

4) Komplikasi dari infark miokard akut, seperti: ruptur otot papillary, ruptur septum, atau
infark ventrikel kanan, dapat mempresipitasi (menimbulkan/mempercepat) syok
kardiogenik pada pasien dengan infark-infark yang lebih kecil

5) Valvular stenosis
6) Myocarditis ( inflamasi miokardium, peradangan otot jantung)

7) Cardiomyopathy (myocardiopathy, gangguan otot jantung yang tidak diketahui

penyebabnya)

8) Trauma jantung

9) Temponade jantung akut

10) Komplikasi bedah jantung

Patofisiologi

Tanda dan gejala syok kardiogenik mencerminkan sifat sirkulasi patofisiologi gagal jantung.
Kerusakan jantung mengakibatkan penurunan curah jantung, yang pada gilirannya menurunkan
tekanan darah arteria ke organ-organ vital. Aliran darah ke arteri koroner berkurang, sehingga
asupan oksigen ke jantung menurun, yang pada gilirannya meningkatkan iskemia dan penurunan
lebih lanjut kemampuan jantung untuk memompa, akhirnya terjadilah lingkaran setan.

Tanda klasik syok kardiogenik adalah tekanan darah rendah, nadi cepat dan lemah, hipoksia otak
yang termanifestasi dengan adanya konfusi dan agitasi, penurunan haluaran urin, serta kulit yang
dingin dan lembab.

Disritmia sering terjadi akibat penurunan oksigen ke jantung.seperti pada gagal jantung,
penggunaan kateter arteri pulmonal untuk mengukur tekanan ventrikel kiri dan curah jantung
sangat penting untuk mengkaji beratnya masalah dan mengevaluasi penatalaksanaan yang telah
dilakukan. Peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri yang berkelanjutan (LVEDP = Left
Ventrikel End Diastolik Pressure) menunjukkan bahwa jantung gagal untuk berfungsi sebagai
pompa yang efektif.

PATHWAY
Tanda dan Gejala

 Nyeri dada yang berkelanjutan, dyspnea (sesak/sulit bernafas), tampak pucat, dan
apprehensive (anxious, discerning, gelisah, takut, cemas)

 Hipoperfusi jaringan

 Keadaan mental tertekan/depresi

 Anggota gerak teraba dingin

 Keluaran (output) urin kurang dari 30 mL/jam (oliguria).

 takikardi (detak jantung yang cepat,yakni > 100x/menit)

 Nadi teraba lemah dan cepat, berkisar antara 90–110 kali/menit

 Hipotensi : tekanan darah sistol kurang dari 80 mmHg

 Diaphoresis (diaforesis, diaphoretic, berkeringat, mandi keringat, hidrosis, perspirasi)

 Distensi vena jugularis

 Indeks jantung kurang dari 2,2 L/menit/m2.


 Tekanan pulmonary artery wedge lebih dari 18 mmHg.

 Suara nafas dapat terdengar jelas dari edem paru akut

Pemeriksaan Penunjang

 EKG; mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpanan aksis, iskemia dan
kerusakan pola.

 ECG; mengetahui adanya sinus takikardi, iskemi, infark/fibrilasi atrium, ventrikel


hipertrofi, disfungsi penyakit katub jantung.

 Rontgen dada; Menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan mencerminkan dilatasi atau


hipertrofi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah atau peningkatan tekanan
pulmonal.

 Scan Jantung; Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan jantung.

 Kateterisasi jantung; Tekanan abnormal menunjukkan indikasi dan membantu


membedakan gagal jantung sisi kanan dan kiri, stenosis katub atau insufisiensi serta
mengkaji potensi arteri koroner.

 Elektrolit; mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi ginjal,
terapi diuretic.

 Oksimetri nadi; Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika CHF memperburuk
PPOM.

 AGD; Gagal ventrikel kiri ditandai alkalosis respiratorik ringan atau hipoksemia dengan
peningkatan tekanan karbondioksida.

 Enzim jantung; meningkat bila terjadi kerusakan jaringan-jaringan jantung,misalnya


infark miokard (Kreatinin fosfokinase/CPK, isoenzim CPK dan Dehidrogenase
Laktat/LDH, isoenzim LDH).

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Medis Syok Kardiogenik :

1. Pastikan jalan nafas tetap adekuat, bila tidak sadar sebaiknya dilakukan intubasi.

2. Berikan oksigen 8 – 15 liter/menit dengan menggunakan masker untuk


mempertahankan PO2 70 – 120 mmHg
3. Rasa nyeri akibat infark akut yang dapat memperbesar syok yang ada harus
diatasi dengan pemberian morfin.

4. Koreksi hipoksia, gangguan elektrolit, dan keseimbangan asam basa yang terjadi.

5. Bila mungkin pasang CVP.

6. Pemasangan kateter Swans Ganz untuk meneliti hemodinamik.

Konsep Teori Asuhan Keperawatan

ASUHAN KEPERAWATAN

Pada Pasien dengan Syok Kardiogenik

PENGKAJIAN

Pengkajian primer

 Airway : penilaian akan kepatenan jalan napas, meliputi pemeriksaan mengenai adanya
obstruksi jalan napas, adanya benda asing. Pada klien yang dapat berbicara dapat
dianggap jalan napas bersih. Dilakukan pula pengkajian adanya suara napas tambahan
seperti snoring.

 Breathing : frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu pernapasan, retraksi
dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi pengembangan paru, auskultasi suara napas,
kaji adanya suara napas tambahan seperti ronchi, wheezing, dan kaji adanya trauma pada
dada.

 Circulation : dilakukan pengkajian tentang volume darah dan cardiac output serta adanya
perdarahan. Pengkajian juga meliputi status hemodinamik, warna kulit, nadi.

 Disability : nilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi pupil.

Pengkajian sekunder

Pengkajian sekunder meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik. Anamnesis dapat menggunakan
format AMPLE (alergi, medikasi, past illness, last meal, dan environment). Pemeriksaan fisik
dimulai dari kepala hingga kaki dan dapat pula ditambahkan pemeriksaan diagnostik yang lebih
spesifik seperti foto thoraks,dll.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan pertukaran gas ditandai dengan
sesak nafas, peningkatan frekuensi pernafasan, batuk-batuk.

2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan aliran darah


sekunder akibat gangguan vaskuler ditandai dengan nyeri, cardiac out put menurun,
sianosis, edema (vena).

3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme reflek
otot sekunder akibat gangguan viseral jantung ditandai dengan nyeri dada, dispnea,
gelisah, meringis.

4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan supley oksigen dan


kebutuhan (penurunan / terbatasnya curah jantung) ditandai dengan kelelahan,
kelemahan, pucat.

INTERVENSI dan IMPLEMENTASI

 pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pertukaran gas ditandai dengan sesak nafas,
gangguan frekwensi pernafasan, batuk-batuk

Tujuan : Setelah diberikan askep selama 3x 24 jam diharapkan pola nafas efektif

Kriteria hasil :

 Klien tidak sesak nafas

 Frekwensi pernafasan normal

 Tidak ada batuk-batuk

Intervensi :

1) Evaluasi frekwensi pernafasan dan kedalaman. Catat upaya pernafasan, contoh


adannya dispnea, penggunaan obat bantu nafas, pelebaran nasal

R/ Respon pasien berfariasi. Kecepatan dan upaya mungkin meningkat karena nyeri, takut,
demam, penurunan volume sikulasi (kehilangan darah atau cairan), akumulasi secret, hipoksia
atau distensi gaster. Penekanan pernapasan (penurunan kecepatan) dapat terjadi dari pengunaan
analgesik berlebihan. Pengenalan disini dan pengobatan ventilasi abnormal dapat mencegah
komplikasi

2) Auskultasi bunyi nafas. Catat area yang menurun atau tidak adannya bunyi nafas dan
adannya bunyi nafas tambahan, contoh krekels atau ronki
R/ Auskultasi bunyi napas ditujukan untuk mengetahui adanya bunyi napas tambahan

3) Kolaborasi dengan beriakan tambahan oksigen dengan kanula atau masker sesuai
indikasi

R/ Meningkatkan pengiriman oksigen ke paru-paru untuk kebutuhan sirkulasi, khususnya adanya


penurunan/ gangguan ventilasi

 Ketidakefektifan ferfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan aliran darah


sekunder akibat gangguan vaskuler ditandai dengan nyeri, cardiac out put menurun,
sianosis, edema (vena)

Tujuan : Setelah diberikan askep 3x24 jam diharapkan perfusi jaringan perifer efektif

Kriteria hasil :

 Klien tidak nyeri

 Cardiac out put normal

 Tidak terdapat sianosi

 Tidak ada edema (vena)

Intervensi :

1. Lihat pucat, sianosis, belang, kulit dingin, atau lembab. Catat kekuatan nadi perifer.

R/ Vasokontriksi sistemik diakibatkan karena penurunan curah jantung mungkin dibuktikan oleh
penurunan perfusi kulit dan penurunan nadi.

2. Dorong latihan kaki aktif atau pasif, hindari latihan isometrik

R/ Menurunkan statis vena, meningkatkan aliran balik vena dan menurunkan resiko
tromboflebis.

3. Kalaborasi

Pantau data laboratorium,contoh : GBA, BUN, creatinin, dan elektrolit

R/ Indikator perfusi atau fungsi organ

Beri obat sesuai indikasi: heparin atau natrium warfarin (coumadin)

R/ Dosis rendah heparin mungkin diberika secara profilaksis pada pasien resiko tinggi dapat
untuk menurunkan resiko trombofleblitis atau pembentukan trombusmural. Coumadin obat
pilihan untuk terapi anti koangulan jangka panjang/pasca pulang
 Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme refleks
otot sekunder akibat gangguan viseral jantung ditandai dengan nyeri dada, dispnea,
gelisah, meringis

Tujuan : Setelah diberikan askep selama 3x24 jam, diharapkan pasien merasa nyaman

Criteria hasil :

 Tidak ada nyeri

 Tidak ada dispnea

 Klien tidak gelisah

 Klien tidak meringis

Intervensi :

1. Pantau atau catat karekteristik nyeri, catat laporan verbal, petunjuk non verbal dan
repon hemodinamik ( contoh: meringis, menangis, gelisah, berkeringat,
mengcengkram dada, napas cepat, TD/frekwensi jantung berubah)

R/ Mengetahui tingkat nyeri agar dapat mengetahui perencanaan selanjutnya

2. Bantu melakukan teknik relaksasi, misalnya napas dalam perlahan, perilaku diskraksi,
visualisasi, bimbingan imajinasi

R/ Membantu dalam menurunan persepsi atau respon nyeri. Memberikan kontrol situasi,
meningkatkan perilaku positif.

3. Kolaborasi

Berikan obat sesuai indikasi, contoh: analgesik, misalnya morfin, meperidin (demerol)

R/ meskipun morfin IV adalah pilihan, suntikan narkotik lain dapat dipakai fase akut atau nyeri
dada beulang yang tidak hilang dengan nitrogliserin untuk menurunkan nyeri hebat, memberikan
sedasi, dan mengurangi kerja miokard. Hindari suntikan IM dapat menganggu indikator
diagnostik dan tidak diabsorsi baik oleh jaringan kurang perfusi

 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplay oksigen dengan


kebutuhan (penurunan atau terbatasnya curah jantung) ditandai dengan kelelahan,
kelemahan, pucat)

Tujuan : Setelah diberikan askep selama 3x24 jam, diharapkan pasien dapat melakukan aktifitas
dengan mandiri

Criteria hasil :
 Klien tidak mudah lelah

 Klien tidak lemas

 Klien tidak pucat

Intervensi :

1. Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila pasien
menggunakan vasolidator, diuretik, penyekat beta

R/ Hipertensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek obat (vasodilatasi),
perpindahan cairan, (diuretik) atau pengaruh fungsi jantung

2. Catat respon kardio pulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, disritmia, dispnea,
berkeringat, pucat

R/ Penurunan atau ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan volume sekuncup selama


aktivitas, dapat menyebabkan peningkatan segera pada frekwensi jantung dan kebutuhan
oksigen, juga meningkatkan kelelahan dan kelemahan

3. Kaji presipitator atau penyebab kelemahan, contoh pengobatan, nyeri, obat

R/ Kelemahan adalah efek samping dari beberapah obat (beta bloker, Trakuiliser dan sedatif).
Nyeri dan program penuh stress juga memerlukan energi dan menyebabkan kelemahan

4. Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas

R/ Dapat menunjukkan meningkatan dekompensasi jantung dari pada kelebihan aktivitas

5. Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi, selingi periode
aktivitas dengan periode istirahat

R/ Pemenuhan kebutuhan perawatan diri pasien tanpa mempengaruhi stress miokard atau
kebutuhan oksigen berlebihan

6. Kalaborasi

Impelementasikan program rehabilitasi jantung atau aktivitas

R/ Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindari kerja jantung atau komsumsi oksigen
berlebihan. Penguatan dan perbaikan fungsi jantung dibawah stress, bila disfusi jantung tidak
dapat membaik kembali
DAFTAR RUJUKAN

1. Rackley CE. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskular. Edisi 3. EGC. Jakarta. 2015.
Hal. 243-249

2. Trisnohadi HB. Penatalaksanaan Kedaruratan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Pusat


Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedoteran Universitas
Indonesia. 2016. Hal: 11-16

3. Purwadianto A, Sampurna B. Kedaruratan Medik Pedoman Penatalaksanaan Praktis.


Binarupa Aksara. Jakarta. 2015. Hal: 47-57

4. Kaligis RWM. Buku Ajar Kardiologi. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia.
Jakarta. 2002. Hal: 90-93

5. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 4.
EGC. Jakarta. 2008. Hal: 593-606
LAPORAN KASUS

ASUHAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Pasien Dengan Syok Kardiogenik

Oleh :

TIARA ADINDA CAHYANING SLAMET

NIM :

P17220181007
5

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


LAWANG JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES
KEMENKES MALANG TAHUN 2020
BIODATA

Nama : Ny. A
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 59 Tahun
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SMA
Alamat : Kediri

No. Regester : 11475041


Tanggal MRS : 11 April 2020
Tanggal Pengkajian : 12 April 2020

KESEHATAN KLIEN RIWAYAT

1. Keluhan Utama / Alasan Masuk Rumah Sakit :


Klien mengatakan dadanya terasa nyeri sangat tajam, terus menerus
A= Airways : Terdapat sekret dan ada suara napas tambahan snoring.
B= Breathing : Klien terlihat sesak nafas, RR: 28x/menit, terdapat suara tambahan whezzing,
tidak ada trauma dada, SPO2: 120%, menggunakan otot bantu nafas retraksi intercostalis,
menggunakan alat bantu nafas spontan breathing 10 L/menit
C= Circulation: tidak ada perdarahan, kulit kuning pucat, nadi cepat N: 120x/menit, akral dingin,
diaforesis (mandi keringat), CRT < 3 detik, irama reguler, HR: 159x/menit, TD: 60/40 mmHg,
MAP: 43 mmHg, konjungtiva anemis
D= Disability: kesadaran coma, GCS: E=1 M=1 V=1, ROM terbatas

2. Riwayat Penyakit Sekarang :


Keluarga klien mengatakan klien sempat tidak sadarkan diri dirumah, lalu keluarga klien
membawa klien ke RS dengan menggunakan mobil, klien tiba di RS pukul 17.22 WIB langsung
dibawa ke IGD. Saat pengkajian di IGD didapatkan hasil TTV sebagai berikut: TD: 170/100
mmHg, N: 75x/menit, RR: 19x/menit, S: 36,70C, keluarga klien mengatakan klien sempat tidak
sadarkan diri dirumah, kaki tidak bisa digerakan, lemas, mual, muntah, lalu perawat IGD
memasangkan infus ditangan kanan klien dengan cairan RL 20 Tpm, dan memasangkan O2
Masker, memasangkan DC dan mendapatkan terapi obat omeprazol, ondansentron, citicolin,
mecobalamin dan ceftriaxone. Pukul 17.30 WIB klien sempat kejang 2x lama kejang 30 detik
kemudian apneu didapatkan TTV TD: 60/40 mmHg, N: 120x/menit, RR: 28x/Menit, S: 34,70C,
klien dipindahkan ke ruang resusitasi lalu dilakukan tindakan RJP dan Bagging selama 3 siklus
didaptkan RR: 18x/Menit, N: 70x/Menit, TD: 109/70 mmHg, klien kembali sadar. Karena
kondisi ini klien tidak dapat melakukan aktifitasnya secara mandiri, klien memerlukan bantuan
dari oranglain. Sedangkan hal yang meringankan klien adalah saat klien tirah baring dan tidak
beraktifitas.

3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu :


Keluarga klien mengatakan sebelumnya klien memang sudah sering keluar masuk RS, tetapi
sebelumnya belum pernah sampai kejang dan sampai seperti ini (apneu). Klien juga mempunyai
riwayat tekanan darah tinggi atau Hipertensi, dan juga penyakit ginjal (CVD). Klien tidak ada
alergi apapun, tidak ada ketergantungan obat-obatan maupun minum-minuman keras, klien juga
tidak merokok.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga :


Keluarga tidak memiliki penyakit menurut atau menular.

POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI


A. POLA TIDUR/ISTIRAHAT :
1. Waktu tidur: 21.00
2. Waktu Bangun : 04.30
3. Masalah tidur: Sering terbangun karena sesak nafas
4. Hal-hal yang mempermudah tidur : Saat letih
5. Hal-hal yang mempermudah Klien terbangun : Tidak Ada
B. POLA ELIMINASI :
1. BAB: 1-2x/hari konsistensi normal
2. BAK: 2-3x/hari warna kuning
3. Kesulitan BAB/BAK : Tidak Ada
4. Upaya/ Cara mengatasi masalah tersebut : -

C. POLA MAKAN DAN MINUM :


1. Jumlah dan jenis makanan : 3x/hari 1 porsis dewasa = nasi + 1auk pauk

2. Waktu Pemberian Makan : pagi, siang, malam

3. Jumlah dan Jenis Cairan : 7-8 gelas/hari = air putih, kopi

4. Waktu Pemberian Cairan : Saat haus

5. Pantangan : Tidak Ada

6. Masalah Makan dan Minum : Tidak Ada


a. Kesulitan mengunyah : -
b. Kesulitan menelan: -
c. Mual dan Muntah: -
d. Tidak dapat makan sendiri : -
7. Upaya mengatasi masalah : Tidak Ada

D. KEBERSIHAN DIRI/PERSONAL HYGIENE :


1. Pemeliharaan Badan :
Pasien mandi 2x/hari keramas 2hari 1x dilakukan secara mandiri
2. Pemeliharaan Gigi dan Mulut :
Pasien menggosok gigi 2x/hari dilakukan secara mandiri
3. Pemeliharaan Kuku :
Pasien memotong kukunya 1x/minggu dilakukan secara mandiri

Prodi D-III Kep. Lawang (Hal. 2)


E. POLA KEGIATAN/AKTIVITAS LAIN :

DATA PSIKOSOSIAL
A. Pola Komuniasi : Tidak terkaji

B. Orang yang paling dekat dengan Klien : Anak

C. Rekreasi : Interaksi dengan orang sekitar


Hobby : melakukan aktivitas apapun
Penggunaan waktu senggang : Menata-nata rumah

D. Dampak dirawat di Rumah Sakit : Tidak terkaji

E. Hubungan dengan orang lain / Interaksi social : Tidak terkaji

F. Keluarga yang dihubungi bila diperlukan : Anak

A. Ketaatan Beribadah : Sholat 5 waktu

B. Keyakinan terhadap sehat / sakit : Pasien selalu menahan rasa sakitnya dan tidak pernah
melakukan pemeriksaan karena merasa bahwa dirinya sehat dan tidak sakit

C. Keyakinan terhadap penyembuhan : Tidak terkaji

PEMERIKSAAN FISIK
A. Kesan Umum / Keadaan Umum : lemah, pasien nampak pucat, diaforesis, sulit bernapas,
oliguri
B. Kesadaran : Coma, GCS : E: 1 M:1 V: 1

C. Tanda-tanda Vital
Suhu Tubuh : 39,8 C Nadi : 159x/menit
Tekanan darah : 60/40 mmHg Respirasi : 28x/menit
Tinggi badan : 150 cm Berat Badan : 55 kg

D. Pemeriksaan Kepala dan Leher :


1. Kepala dan rambut

Prodi D-III Kep. Lawang (Hal. 3)


a. Bentuk Kepala : Simetris
Ubun-ubun : Normal, Tidak ada benjolan
Kulit kepala : Bersih
b. Rambut : Normal
Penyebaran dan keadaan rambut : Merata
Bau : Tidak Ada
Warna : Hitam ke putihan
c. Wajah : Simetris
Warna kulit : Kuning pucat
Struktur Wajah : Normal

2. M a t a
a. Kelengkapan dan Kesimetrisan : Lengkap dan simetris

b. Kelopak Mata ( Palpebra ) : Normal

c. Konjunctiva dan sclera : konjungtiva anemis, sclera ikterik

d. Pupil : tidak terkaji

e. Kornea dan Iris : tidak terkaji

f. Ketajaman Penglihatan / Virus : tidak terkaji

g. Tekanan Bola Mata : tidak terkaji

3. H I d u n g
a. Tulang Hidung dan Posisi Septum Nasi : Simetris

b. Lubang Hidung : Bersih, tidak ada sekret/kotoran

c. Cuping Hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung

4. Telinga
a. Bentuk Telinga : Simetris, Normal
Ukuran Telinga : Normal
Ketegangan telinga : Tidak ada
b. Lubang Telinga : Bersih, tidak ada serumen

c. Ketajaman pendengaran : tidak terkaji

5. Mulut dan Faring :


a. Keadaan Bibir : Mukosa kering, tidak ada stomatitis/sariawan

b. Keadaan Gusi dan Gigi : Gigi lengkap, bersih, tidak ada stomatitis pada gusi

Prodi D-III Kep. Lawang (Hal. 4)


c. Keadaan Lidah : bersih, warna lidah putih
6. Leher:
a. Posisi Trakhea : Simetris
b. Tiroid : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
c. Suara : jelas
d. Kelenjar Lymphe : Tidak ada pembesaran kelenjar lymphe
e. Vena Jugularis : Tidak ada bendungan vena jugularis
f. Denyut Nadi Coratis: teraba

D. Pemeriksaan Integumen ( Kulit ) :


a. Kebersihan : Bersih
b. Kehangatan : Akral dingin
c. Warana : Pucat
d. Turgor : Elastis
e. Tekstur : Kasar
f. Kelembapan : Kulit kering.
g. Kelainan pada kulit : Tidak ada

E. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak :


a. Ukuran dan bentuk payudara :
Ukuran normal, bentuk simetris

b. Warna payudara dan Areola :


Sawo matang, aerola berwarna coklat gelap

c. Kelainan-kelainan Payudara dan Putting :


Tidak Ada

d. Axila dan Clavicula :


Tidak ada benjolan

F. Pemeriksaan Thorak / Dada :


1. Inspeksi Thorak
a. Bentuk Thorak : Simetris.
……………………………………………………………..
……………………………………………………………..
b. Pernafasan
- Frekuensi : 28x/menit
- Irama : reguler
c. Tanda-tanda kesulitan bernafas : .
tidak terkaji
.
2. Pemeriksaan Paru
a. Palpasi getaran suara ( vokal Fremitus ) : tidak terkaji

b. Perkusi : Sonor

c. Auskultasi
- Suara nafas :
lemah

Prodi D-III Kep. Lawang (Hal. 5)


- Suara Ucapan :
tidak terkaji

- Suara Tambahan :
wheezing

3. Pemeriksaan Jantung
a. Inspeksi dan Palpasi
- Pulpasi : Tidak ada benjolan
- Ictus Cordis : Tidak nampak

b. Perkusi :
- Batas-batas Jantung :
Kanan atas : sic II Linea para sternalis dextra
Kanan bawah : sic IV Linea para sternalis dextra
Kiri atas : sic II Linea para sternalis sinistra
Kiri bawah : sic IV Linea media clavicularis sinistra

c. Aukultasi
- Bunyi Jantung I: Penurunan intensitas
- Bunyi Jantung II: split paradoksikal
- Bunyi Jantung III : Gallop (sering terdengar)
- Bunyi Jantung IV : Gallop
- Bising/murmur : murmur mid sistolik atau late siistolik apikal bersifat sementara
- Frekuensi Denyut Jantung : 159x/menit

G. Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi
- Bentuk Abdomen : Simetris
- Benjolan/massa : Tidak ada benjolan

b. Auskultasi
- Peristaltik Usus : 8x/menit

- Bunyi Jantung Anak/BJA : Tidak terkaji

c. Palpasi
- Tanda nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan

- Benjolan /massa : Tidak ada benjolan

- Tanda-tanda Ascites: Tidak Ada

- Hepar: Tidak Ada


- Lien : Tidak ada

- Titik Mc. Burnen : Tidak ada


d. Pekusi
- Suara Abdomen : Timpani

- Pemeriksaan Ascites: Tidak ada ascites

H. Pemeriksaan Kelamin dan Daerah Sekitarnya


1. Genetalia
a. Rambut pubis : Normal, bersih
b. Meatus Urethra : Normal
c. Kelainan-kelainan pada Genetalia Eksterna dan Daerah Inguinal : Tidak Ada kelainan
Prodi D-III Kep. Lawang (Hal. 6)
2. Anus dan Perineum
a. Lubang Anus : Normal
b. Kelainan-kelainan pada anus : Tidak ada kelainan

c. Perenium : normal

I. Pemeriksaan Muskuloskeletal ( Ekstrimis )


a) Kesimestrisan otot : lemah

b) Pemeriksaan Oedema: terjadi edema pada ekstremitas

c) Kekuatan otot : kekuatan menggenggam lemah

d) Kelainan-kelainan pada ekstrimitas dan kuku : kuku sianosis

J. Pemeriksaan Neorologi
1. Tingkat kesadaran ( secara kwantitatif )/ GCS : coma GCS E: 1 M:1 V: 1

2. Tanda-tanda rangsangan Otak ( Meningeal Sign ) : Tidak

3. Tingkat kesadaran ( secara kwantitatif )/ GCS : coma GCS E: 1 M:1 V: 1

4. Fungsi Motorik : tidak terkaji

5. Fungsi Sensorik : tidak terkaji

6. Refleks :
a) Refleks Fisiologis: tidak terkaji

a) Refleks Patologis: tidak terkaji

K. Pemeriksaan Status Mental


a. Kondisi emosi/Perasaan : tidak terkaji

b. Orientasi : tidak terkaji

c. Proses berfikir ( ingatan, atensi, keputusan, perhitungan ) : tidak terkaji

d. Motifikasi ( kemampuan ) : tidak terkaji

Prodi D-III Kep. Lawang (Hal. 7)


e. Persepsi : tidak terkaji

f. Bahasa : Indonesia dan jawa

PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Diagnosa Medis : Syok kardiogenik

B. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang Medis :


1. Laboratorium : Tidak Ada

2. Rontgen: Tidak ada

3. ECG: Tidak ada

4. USG: Tidak Ada

5. Lain – lain :-

PENATALAKSANAAN DAN TERAPI

Infus RL 20 Tpm IV
Injeksi omeprazol 1x40mg IV
Injeksi ondansentron 2x4mg/2ml IV
Injeksi mecobalamin 2x500mcg/ml IV
Injeksi citicolin 2x500mg IV
Injeksi ceftriaxone 2x1g IV

Malang, 2 April 2020.

Perawat,

TIARA ADINDA C S
NIM : P17220181007

Prodi D-III Kep. Lawang (Hal. 8)


ANALISA DATA

Nama Pasien : Ny. A


Umur : 59 Tahun
No. Reg. : 11475041

DATA PENUNJANG MASALAH ETIOLOGI

Ds: keluarga klien


mengatakan dingin, dan was-
was
Do: Keadaan umum tidak perubahan kontraktilitas
baik, klien tidak sadar Penurunan curah jantung miokardial/ perubahan
TD : 60/40 mmHg inotropik
N : 159x/menit
S : 39,8 C
RR : 28x/menit
Ds: keluarga klien
mengatakan dadanya sangat
nyeri,terasa sesak sekali, was
was Nyeri akut Agen cidera biologis
Do: skala nyeri 8. Nyeri tajam,
terus menerus

Ds: keluarga klien


mengatakan klien tidak sadar Gangguan aliran darah

Do: klien kejang 2x lama sekunder akibat gangguan

kejang <30 detik, Ketidakefektifan perfusi vaskuler ditandai dengan

S: 39,8 C, jaringan perifer nyeri, cardiac out put

sianosis, nadi tidak teraba, menurun, sianosis,

edema edema(vena)
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. A


Umur : 59 Tahun
No. Reg. : 11475041

TERATASI
NO TGL RUMUSAN DIAGNOSA TTD
TGL

Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d


Gangguan aliran darah sekunder akibat
11 April
1 gangguan vaskuler ditandai dengan nyeri, 12 April 2020
2020
cardiac out put menurun, sianosis,
edema(vena)

11 April Penurunan curah jantung b.d perubahan


2 12 April 2020
2020 kontraktilitas miokardial/ perubahan inotropik

Nyeri akut b.d trauma jaringan dan spasme


11 April reflek otot sekunder akibat gangguan viseral
3 12 April 2020
2020 jantung ditandai dengan nyeri dada, dispnea,
gelisah, meringis
PRIORITAS MASALAH

Nama Pasien : Ny. A


Umur : 59 Tahun
No. Reg. : 11475041

NO TGL DAFTAR MASALAH TT

Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d Gangguan aliran


11 April
1 darah sekunder akibat gangguan vaskuler ditandai dengan
2020
nyeri, cardiac out put menurun, sianosis, edema(vena)

11 April Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas


2
2020 miokardial/ perubahan inotropik

Nyeri akut b.d trauma jaringan dan spasme reflek otot


11 April
3 sekunder akibat gangguan viseral jantung ditandai dengan
2020
nyeri dada, dispnea, gelisah, meringis
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. A


Umur : 59 Tahun
No. Reg. : 11475041

NO DX.KEP TUJUAN INTERVENSI RASIONAL TT


Setelah dilakukan 1. kaji KU klien 1. memantau kondisi
tindakan keperawatan 2. Monitor TTV klien
Ketidakefektifan selama 1x8 jam 3. kolaborasi pemberian obat 2. mempercepat
perfusi jaringan perifer diharapkan perfusi penyembuhan
b.d Gangguan aliran jaringan perifer klien
darah sekunder akibat efektif dengan kriteria
1 gangguan vaskuler hasil :
ditandai dengan nyeri, 1. tekanan sistol dan
cardiac out put diastol dalam rentang
menurun, sianosis, yang diharapkan
edema(vena) 2.tidak sianosis
3.tidak edema
4.nadi kembali teraba
Setelah dilakukan 1. kaji KU klien 1. memantau kondisi
tindakan keperawtan 2. Monitor TTV klien
selama 1x8 jam 3. Catat bunyi jantung 2. mempercepat
diharapkan penurunan 4. Palpasi nadi perifer penyembuhan
Penurunan curah
curah jantung dapat 5. pantau adanya output urine
jantung b.d perubahan
teratasi dengan kriteria 6. berikan oksigen tambahan
2 kontraktilitas
hasil :
miokardial/ perubahan
1. TTV normal
inotropik

Setelah dilakukan 1. kaji KU klien 1. memantau kondisi

Nyeri akut b. d trauma tindakan keperawatan 2. monitor TTV klien

jaringan dan spasme selama 1x8 jam 4. kolaborasi pemberian obat 2. mempercepat

reflek otot sekunder diharapkan klien nyeri penyembuhan

akibat gangguan viseral berkurang, kembali sadar


3 dengan kriteria hasil :
jantung ditandai
dengan nyeri dada, 1.klien kembali sadar

dispnea, gelisah, 1. 2.nyeri berkurang

meringis

Anda mungkin juga menyukai