Anda di halaman 1dari 3

Nama : Rangga danar jaya

Kelas : 1PPA

Absen : 04

Nim : 062040210369

Omnibus Law dan Pancasila

Belakangan ini kita disibukkan dengan kehebohan Omnibus Law yang kadang disebut juga sebagai
Undang-undang Cipta Kerja. Polemik yang terjadi tidak main-main karena telah memakan banyak
korban dan juga kerusakan fasilitas umum yang dengan susah payah dan biaya mahal dibangun untuk
kepentingan masyarakat luas.

Mengutip laporan Antara, ribuan massa aksi penolak UU Ciptaker menggelar longmarch yang menutup
Jalan Salemba dan Kramat Raya, Jakarta Pusat pada hari ini, Kamis (8/10/2020). Hingga Kamis siang,
sekitar pukul 13.30 WIB, jalan Salemba Raya dari simpang tiga Rumah Sakit St Carolus sudah tertutup
oleh massa yang menolak pengesahan UU Ciptaker.

Unjuk rasa tersebut pecah pada tangga 8 oktober 2020 dan beberapa orang di aman kan di polda metro
jaya pada jumaat 9 oktober 2020 karena di duga terlibat kericuhan pada hari sebelum nya.Omnibus Law
ini yang logikanya harus didukung bersama, ternyata telah pula menumbuhkan arus besar perlawanan
dari pihak yang menentangnya.

tanggung-tangung karena mereka yang menentang adalah bukan hanya rakyat biasa seperti yang
terkuak dipermukaan sebagai pendemo yang ternyata belum pernah membaca Omnibus Law akan
tetapi juga banyak kaum cerdik pandai dan para akademisi yang mengemukakan ketidak-setujuannya.

Kedua belah pihak selalu mendasari alasan dan analisis masing-masing yang sama yaitu untuk atau demi
kesejahteraan rakyat. Sebuah alasan yang sama dan sebangun, sebuah modal besar bagi dapat
terselenggaranya dengan mudah dialog dan atau komunikasi dan sayangnya tidak pernah terjadi.

Seiring dengan itu pasti sudah dapat dipahami pula oleh para akademisi dan kalangan cerdik cendikia,
profesor, doktor dan lain sebagainya bahwa mekanisme mencari kesalahan orang lain adalah sebuah
kegiatan yang jauh dari sebuah proses menyelesaikan persoalan atau problem solving.

Apalagi untuk penyelesaian masalah berkait dengan upaya mensejahterakan rakyat kita sendiri.
Perangkat komunikasi dalam mekanisme prosedur dan tata cara mengelola pemerintahan pun
sebenarnya sudah tersedia.

Demikianlah yang terjadi terbentuknya 2 kelompok elit negeri yang berbeda pendapat “sangat tajam”
dalam melihat Omnibus Law. Landasan pembenarannya selalu saja bahwa dalam “demokrasi perbedaan
pendapat adalah hal yang biasa”.
Tanpa kita sadari sangat berlainan dengan kalangan elit, maka perbedaan (pendapat) di kalangan akar
rumput adalah sesuatu yang dengan mudah digiring pada persoalan hidup dan mati. Implementasi dan
wujud nyata dari hal ini adalah demo di lapangan untuk menentang Omnibus Law yang rawan bagi
terjadinya kontak fisik dan destruktif anarkis kemudian terjadi.

Dalam demo besar-besaran menentang Omnibus Law ternyata hasilnya seperti sangat mudah diduga,
telah membawa korban dan kerusakan yang tidak main-main. Sebuah kegiatan yang sama sekali tidak
menghasilkan apapun kecuali kerugian besar, kerusakan dan jatuhnya korban.

Catatan kecilnya, beda pendapat bagi kalangan elit adalah hal biasa dalam berdemokrasi, sementara
bagi kalangan akar rumput beda pendapat bisa diterjemahkan sebagai persoalan hidup dan mati dan
dapat dengan mudah mengantar mereka untuk berdemonstrasi yang destruktif dan anarkis.

Syukur alhamdulilah apabila momentum Omnibus Law dengan segala sengkarut yang terjadi akhir akhir
ini dapat kiranya menyadarkan kita semua sebagai warga bangsa yang negaranya, negara kesatuan
Republik Indonesia berdasarkan Pancasila. Dasar Negara dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

•Analisis:

a.What:Yang terjadi pada kasus di atas adalah kasus pecah nya kerusuhan ruu cipta kerja yang
menjadikan perpecahan antara kelompok yang pro akan ruu tersebut dan kelompok atau pihak yang
menolak ruu ciptakerja tersebut dengan alasan yang sama yaitu kesejahteraan rakyat

b.where:Unjuk rasa tersebut terjadi di sepanjang Jalan Salemba dan Kramat Raya yang mengakibtkan
ditutupnya ruas jalan

c.when:3 hari berturut turut mulai dari5 hingga 8 oktober 2020 adalah saat terjadinya demonstrasi
besar besaranya tersebut

d.who:kasus tersebut membuat perpecahan antara 2 kelompok yaitu yang pro akan ruu cipta kerja
tersebut seperti pemerintah dan pengusaha dan yang kontra akan ruu ciptakerja tersebut seperti
masyarakat yang merasa di ambil hak nya dan beberapa kaum cerdik yang menganggap ruu cipta kerja
tersebut mempersulit kehidupan masyarakat.

e.why:karena yang ruu cipta kerja tersebut memantii rasa hilang nya kesejahteraan yang di miliki rakyat
selama ini mulai dari hilang nya hak hak yang harus nya di dapatkan oleh rakyat namun di satu sisi
pemerintah menggangap ruu cipta kerja harus di terapkan di indosia karena demi kesejahteraaan rakyat
itu sendiri dan demi perekonomian yang lebih baik lagi.
f.how:ruu ciptakerja tersebut tetap di sahkan bahkan cenderung di percepat dan buru buru karena bagi
pemerintah ruu cipta kerja tersebut adalah jalan terbaik untuk kesejahteraan masyarakat indonesia
kedepan nya.

Sumber:

•https://money.kompas.com/read/2020/10/16/190900026/omnibus-law-dan-pancasila?
page=all#page2

•https://tirto.id/demo-hari-ini-tolak-omnibus-law-kronologi-daftar-lokasi-penyebab-f5Kj

Anda mungkin juga menyukai