NAMA KELOMPOK 2
ABD. ROHIM {1117090}
AHMAD KHUSAIRI { 1117093 }
SITI ZUBAIDAH { 1117121 }
TOHA ZAKIYUL FATIH {1117116 }
1. Identifikasi pelajaran FIQIH pada MA kelas XII semester ganjil sebagai berikut
Materi : Empat bab
BAB I ketentuan Islam tentang siyasah syar’iyah.
BAB II ketentuan Islam tentang siyasah syar’iyah.
BAB III sumber hukum Islam.
BAB IV sumber hukum Islam.
BAB V hukum-hukum syar’i.
Sub materi : ada 6 sub bab:
sub bab
A. ketentuan Islam tentang pemerintahan (khilafah).
B. Majlis syura dalam Islam.
C. Sumber hukum Islam yang disepakati ulama dan yang
diperselisihkan.
D. Penerapan sumber hukum yang disepakati dan yang tidak disepakati
ulama.
E. pengertian, fungsi dan kedudukan ijtihad.
F. Hukum taklifi dan penerapannya dalam Islam.
KESIMPULAN :
BAB I ketentuan Islam tentang siyasah syar’iyah.
ketentuan Islam tentang pemerintahan (khilafah).
1. “Siyasah berarti suatu tindakan yang dapat mengantar rakyat lebih dekat kepada
kemaslahatan dan lebih jauh dari kerusakan , kendati pun Rasulullah tidak
menetapkannya dan Allah juga tidak menurunkan wahyu untuk mengaturnya”
2. “siyasah berarti pengaturan kepentingan dan pemeliharaan kemaslahatan rakyat serta
pengambilan kebijakan (yang tepat) demi menjamin terciptanya kebaikan bagi
mereka.Dan definisi yang paling ringkas dari Ibn Manzhur tentang siyasah adalah “
mengatur sesuatu dengan cara yang membawa kepada kemaslahatan.”
Setelah di uraikan definisi fiqh dan siyasah, baik secara etimologis maupun terminologis,
perlu juga kiranya di kemukakan definisi fiqh siyasah. Penting dicatat, di kalanagn teoritisi
politik islam, ilmu fiqh siyasah itu sering juga di sinonimkan denganilmu siyasah syar’iyyah.
Sebagaimana dijelaskan di atas dapat di tarik kesimpulan, fiqh siyasah adalah ilmu tata
Negara Islam yang secara spesifik membahas tentang seluk beluk pengaturan kepentingan
ummat manusia pada umumnya dan Negara pada khususnya, berupa penetapan hokum,
peraturan, dan kebijakan oleh pemegang kekuasaan yang bernafaskan atau sejalan dengan
ajaran islam, guna mewujudkan kemaslahatan bagi manusia dan menghadirkannya dari
berbagai kemudaratan yang mungkin timbul dalam kejidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara yang dijalaninya. Para ulama berbeda pendapat dalam menentukn ruang lingkup
kajian fiqh siyasah.diantaranya ada yang menetapkan lima bidang. Namun ada pula yang
menetapkan kepada empat atau tiga bidang pembahasan. Bahkan ada sebagian ulama yang
membagi ruang lingkup kajian fiqh siyasah menjadi delapan bidang.
1. Peradilan.
2. Administrasi negara.
3. Moneter
4. Serta hubungan internasional
Sementara Abdul wahhab khallaf lebih mempersempitnya menjadi tiga bidang kajian saja
yaitu:
1. Peradilan.
2. Hubungan internasional
3. Dan keuangan negara
BAB II ketentuan Islam tentang siyasah syar’iyah.
Dari berbagai definisi yang disampaikan di atas, kita dapat mendefinisikan syura
sebagai proses memaparkan berbagai pendapat yang beraneka ragam dan disertai sisi
argumentatif dalam suatu perkara atau permasalahan, diuji oleh para ahli yang cerdas dan
berakal, agar dapat mencetuskan solusi yang tepat dan terbaik untuk diamalkan sehingga
tujuan yang diharapkan dapat terealisasikan [Asy Syura fi al-Kitab wa as-Sunnah hlm. 13].
Pensyari’atan Syura dalam Islam . Islam telah menuntunkan umatnya untuk bermusyawarah,
baik itu di dalam kehidupan individu, keluarga, bermasyarakat dan bernegara. Dalam
kehidupan individu, para sahabat sering meminta pendapat rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam dalam masalah-masalah yang bersifat personal. Sebagai contoh adalah tindakan
Fathimah yang meminta pendapat kepada nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika
Mu’awiyah dan Abu Jahm berkeinginan untuk melamarnya [HR. Muslim : 1480].
1. Al Quran
Al Quran adalah kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. Tulisannya
berbahasa Arab dengan perantaraan Malaikat Jibril.Al Quran juga merupakan hujjah atau
argumentasi kuat bagi Nabi Muhammad SAW dalam menyampaikan risalah kerasulan dan
pedoman hidup bagi manusia serta hukum-hukum yang wajib dilaksanakan. Hal ini untuk
mewujudkan kebahagian hidup di dunia dan akhirat serta untuk mendekatkan diri kepada
Allah SWT. Al Quran sebagai kalam Allah SWT dapat dibuktikan dengan ketidaksanggupan
atau kelemahan yang dimiliki oleh manusia untuk membuatnya sebagai tandingan, walaupun
manusia itu adalah orang pintar.
2. Hadits
Seluruh umat Islam telah sepakat dan berpendapat serta mengakui bahwa sabda, perbuatan
dan persetujuam Rasulullah Muhammad SAW tersebut adalah sumber hukum Islam yang
kedua sesudah Al Quran. Banyak ayat-ayat di dalam Al Quran yang memerintahkan untuk
mentaati Rasulullah SAW seperti firman Allah SWT dalam Q.S Ali Imran ayat 32. Al Hadits
sebagai sumber hukum yang kedua berfungsi sebagai penguat, sebagai pemberi keterangan,
sebagai pentakhshis keumuman, dan membuat hukum baru yang ketentuannya tidak ada di
dalam Al Quran. Hukum-hukum yang ditetapkan oleh Rasulullah Muhammad SAW ada
kalanya atas petunjuk (ilham) dari Allah SWT, dan adakalanya berasal dari ijtihad.
3. Ijma
Imam Syafi'i memandang ijma sebagai sumber hukum setelah Al Quran dan sunah Rasul.
Dalam moraref atau portal akademik Kementerian Agama bertajuk Pandangan Imam Syafi'i
tentang Ijma sebagai Sumber Penetapan Hukum Islam dan Relevansinya dengan
perkembangan Hukum Islam Dewasa Ini karya Sitty Fauzia Tunai, Ijma' adalah salah satu
metode dalam menetapkan hukum atas segala permasalahan yang tidak didapatkan di dalam
Al-Quran dan Sunnah. Sumber hukum Islam ini melihat berbagai masalah yang timbul di era
globalisasi dan teknologi modern.Jumhur ulama ushul fiqh yang lain seperti Abu Zahra dan
Wahab Khallaf, merumuskan ijma dengan kesepakatan atau konsensus para mujtahid dari
umat Muhammad pada suatu masa setelah wafatnya Rasulullah SAW terhadap suatu hukum
syara' mengenai suatu kasus atau peristiwa.Ijma dapat dibagi menjadi dua bentuk yaitu ijma
sharih dan ijma sukuti. Ijma sharih atau lafzhi adalah kesepakatan para mujtahid baik melalui
pendapat maupun perbuatan terhadap hukum masalah tertentu. Ijma sharih ini juga sangat
langka terjadi, bahkan jangankan yang dilakukan dalam suatu majelis, pertemuan tidak dalam
forum pun sulit dilakukan.Bentuk ijma yang kedua dalah ijma sukuti yaitu kesepakatan ulama
melalui cara seorang mujtahid atau lebih mengemukakan pendapatanya tentang hukum satu
masalah dalam masa tertentu kemudian pendapat itu tersebar luas serta diketahui orang
banyak. Tidak ada seorangpun di antara mujtahid lain yang menggungkapkan perbedaan
pendapat atau menyanggah pendapat itu setelah meneliti pendapat itu.
4. Qiyas
Sumber hukum Islam selanjutnya yakni qiyas (analogi). Qiyas adalah bentuk sistematis dan
yang telah berkembang fari ra'yu yang memainkan peran yang amat penting. Sebelumnya
dalam kerangka teori hukum Islam Al- Syafi'i, qiyas menduduki tempat terakhir karena ia
memandang qiyas lebih lemah dari pada ijma.
Penerapan sumber hukum yang disepakati dan yang tidak disepakati ulama.
As-Sunnah atau al-hadits adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Saw,
baik berupa qaul (ucapan), fi’il (perbuatan) maupun taqrir (sikap diam tanda setuju) Nabi
Saw. Sesuai dengan tiga hal tersebut yang disandarkan kepada Rasulullah Saw, maka sunnah
itu dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
1) Sunnah qauliyyah ialah sabda yang beliau sampaikan dalam beraneka tujuan
dan kejadian. Misalnya sabda beliau sebagai berikut.
Hadis di atas termasuk sunnah qauliyyah yang bertujuan memberikan sugesti kepada
umat Islam agar tidak membuat kemudharatan kepada dirinya sendiri dan orang lain.
Menurut pengertian kebahasaan kata ijtihad berasal dari bahasa Arab, yang kata
kerjanya “jahada” yang artinya berusaha dengan sungguh-sungguh. Menurut istilah dalam
ilmu fikih, pengertian ijtihad adalah mengerahkan tenaga dan pikiran dengan sungguh-
sungguh untuk menyelidiki dan mengeluarkan (meng-istinbat-kan) hukum-hukum yang
terkandung didalam Al-Qur’andan hadist dengan syarat-syarat tertentu. Muslim yang
melakukan ijtihad disebut mujtahid.
Fungsi ijtihad ialah untuk menetapkan hukum sesuatu, yang tidak ditemukan dalil
hukumnya secara pasti didalam Al-Qur’an dan Hadist.Masalah-masalah yang sudah jelas
hukumnya, karena telah ditemukan dalilnya secara pasti didalam Al-Qur’an dan Hadist
seperti kewajiban beriman pada rukun iman yang enam, kewajiban melaksanakan rukun
Islam yang lama, maka masalah-masalah tersebut tidak boleh diijtihadkan lgi.Ditinjau dari
segi sejarah ijtihad, ijtihad telah dilakukan dari semenjak Rasulullah Saw masih hidup dan
terus berlanjut hingga beliau wafat.
Kedudukan Ijtihad menempati kedudukan sebagai sumber hukum Islam setelah Al-
Qur’an dan Hadist. Dalilnya adalah Al-Qur’an dan Hadist. Allah Swt berfirman:
Artinya: “Dan dari mana saja kamu keluar maka palingkanlah wajahmu kea rah Masjidil
Haram dan dimana saja kamu (sekalian) berada maka palingkanlah wajahmu kearahnya.”
(Q.S. Al-Baqarah, 2: 150).
Dari ayat Al-Qur’an tersebut dapat dipahami bahwa orang yang berada jauh dari
Baitullah (Ka’bah) Masjidil Haram, apabila hendak mengerjakan shalat, ia dapat mencari dan
menentukan arah kiblat shalat itu (Masjidil Haram) melalui ijtihad dengan mencurahkan
pikirannya berdasarkan tanda-tanda yang ada. Hadist yang dijadikan dalil ijtihad ialah hadist
riwayat Tirmidzi dan Abu Daud tentang dialog antara Rasulullah Saw dengan sahabatnya
Mu’az bin Jabal, yang telah disebutkan di muka. Hadist lainnya, yang juga dapat dijadikan
dalil tentang kebolehan berijtihad adalah sabda Rasulullah yang artinya: “Apabila seorang
hakim didalam menjatuhkan hukum berijtihad, lalu ijtihadnya itu benar, maka ia mendapat
dua pahala. Apabila ijtihadnya itu salah, maka ia memperoleh satu pahala.” (H.R. Bukhari
dan Muslim).
BAB V hukum-hukum syar’i
1. Wajib mu’ayyan, yaitu kewajiban dimana yang menjadi objeknya adalah tertentu tanpa
ada pilihan. Misalnya, puasa di bulan ramadhan, membaca al-fatihah dalam shalat
2. Wajib mukhayyar, yaitu kewajiban dimana menjadi objeknya boleh dipilih antara
beberapa alternatif. Misalnya, kewajiban membayar kaffarat sumpah.
Pembagian Wajib dari segi waktu pelaksanaanya
1. Wajib mutlaq, yaitu wajib yang pelaksanaannya tidak dibatasi dengan waktu tertentu.
Misalnya, Bila seorang bersumpah kemudian ia membatalkan sumpahnya, wajiblah ia
membayar kaffarah, tetapi ia dibolehkan membayar kaffarah itu di sembarang waktu yang dia
kehendaki, dan kewajiban membayar hutang puasa ramadhan yang tertinggal (qadha).
Wajib muaqqat , yaitu kewajiban yang pelaksanaanya dibatasi dengan waktu tertentu.
Misalnya, shalat 5 waktu, puasa bulan ramdhan, haji.
Pembagian Manbud / Nadb/ Sunnah, yang berarti sesuatu yang dianjurkan:
1. Muakkadah, yaitu sunnah yang sangat dianjurkan, yang dibiasakan oleh rasul. Misalnya,
shalat sunnah rawatib dan fajar
2. Ghair muakkadah, yaitu sunnah biasa yang dilakukan rasul namun bukan menjadi
kebiasaannya. Misalnya, shalat sunnah 2 rakaat sebelum zuhur
3. Zawaid, sunnah mengikuti kebiasaan sehari hari rasul sebagai manusia. Misal, cara
makan rasul tidur, minum, tidur, dan lain lain.
2. Al-muharram li ghairihi yaotu, dilarang karana bukan esensinya, tapi pada kondisi
tertentu dilarang karna ada pertimbangan eksternal. Misalnya, larangan meakukan jual beli
saat azan jumat/ shalat jumat bagi laki laki.
Pembagian Makruh, yang berarti sesuatu yang dibenci oleh Allah swt:
1. Makruh tahrim, yaitu dilarang syariat karna apabila dikerjakan dibenci ditinggalkan
berpahala mendekati keharaman tapi dalilnya bersifat dhanni al-wurud (dugaan keras, seperti
hadist ahad yang diriwayatkan perorangan). Misalnya, larangan meminang perempuan yang
sedang dalam pinangan orang lain, dan merokok
Pembagian Mubah, yang berarti sesuatu yang dibolehkan atau diizinkan oleh Allah swt:
1. Mubah yang berfungsi untuk mengantarkan seseorang kepada sesuatu hal yang wajib
dilakukan. Misalnya, makan dan minum adalah sesuatu yang mubah, namun berfungsi untuk
menggerakan seseorang mengerjakan kewajiban shalat dsb.
2. Sesuatu dianggap mubah hukumnya jika dilakukan sekali-kali, tetapi haram hukumnya
jika dilakukan setiap waktu. Misalnya, bermain dan mendengar musik, jika menghabiskan
waktu hanya untuk bermain dan mendengarkan musik hukumnya akan menjadi haram.
3. Sesuatu yang mubah yang berfungsi sebagai sarana mencapai sesuatu yang mubah pula.
Misalnya, membeli perabotan rumah untuk kepentingan kesenangan.
MAPEL AQIDAH AKHLAK KELAS XII SEMESTER GANJIIL
1. Identifikasi pelajaran Aqidah Akhlak pada kelas XII MA semester Ganjil sebagai berikut:
BAB II :
1. Pengertian Tauhid
Menurut bahasa kata tauhid berasal dari bahasa Arab tauhid bentuk masdar (in¿nitif) dari kata
wahhada, yang artinya al-i’tiqaadu biwahdaniyyatillah (keyakinan atas keesaan Allah).
Sedangkan pengertian secara istilah tauhid ialah meyakini bahwa Allah Swt. itu Esa dan tidak
ada sekutu bagi-Nya. Kesaksian ini dirumuskan dalam kalimat syahadat. Laa ilaha illa Allah
(tidak ada Tuhan selain Allah).
2. Nama-Nama Ilmu Tauhid
Ilmu tauhid memiliki beberapa sebutan lain seperti berikut:
1. Ilmu Ushuluddin
Kata ushuluddin terdiri dari dua kata yaitu usҕnjl yang berarti pokok atau pangkal dan din
yang berarti agama. Jadi ilmu ushuluddin adalah ilmu tentang pokok-pokok agama. Ilmu
tauhid sering disebut juga dengan ilmu ushuluddin (pokok-pokok atau dasar-dasar agama)
karena ilmu itu menguraikan pokok-pokok atau dasar-dasar agama.
2. Ilmu Aqaid
Ilmu tauhid sering juga disebut ilmu aqaid (keyakinan), karena ilmu tersebut membahas
masalah-masalah yang berhubungan dengan keyakinan.
3. Ilmu Kalam
Kata kalam berarti perkataan atau kata-kata yang tersusun yang menunjukkan suatu maksud
pengertian. Kata kalam kemudian dipakai untuk menunjukkan salah satu sifat Allah yaitu
berkata-kata. Jadi ilmu kalam adalah ilmu tentang kalam Allah.
4. Ilmu IlƗhiah
Ilmu tauhid juga dikenal dengan sebutan ilmu ilƗhiah, karena yang menjadi obyek utama ilmu
ini pada dasarnya adalah masalah ketuhanan. Ilmu tauhid juga kadang disebut dengan teologi.
Teologi adalah ilmu tentang Tuhan atau ilmu ketuhanan.
3. Ruang Lingkup Tauhid
Pokok-pokok pembahasan yang menjadi ruang lingkup ilmu tauhid meliputi tiga hal sebagai
berikut:
1. Ma’rifat al-mabda’ yaitu mempercayai dengan penuh keyakinan tentang Pencipta
alam yaitu Allah Swt. Hal ini sering diartikan dengan wujud yang sempurna, wujud mutlak
atau wajibul wujud.
2. Ma’rifat al-watsiqah yaitu mempercayai dengan penuh keyakinan tentang para utusan
Allah Swt. yang menjadi utusan dan perantara Allah Swt. dengan umat manusia untuk
menyampaikan ajaran-ajaran Nya, tentang kitab-kitab Allah yang dibawa oleh para utusan-
Nya dan tentang para malaikat-Nya.
3. Ma’rifat al-ma’ad yaitu mempercayai dengan penuh keyakinan akan adanya
kehidupan abadi setelah mati di alam akhirat dengan segala hal ihwal yang ada di dalamnya.
4. Macam-Macam Tauhid
Berdasarkan jenis dan sifat keyakinan tauhid, para ulama membagi ilmu tauhid dalam empat
bagian; yaitu:
1. Tauhid yang berhubungan dengan ke Tuhanan yaitu mempercayai bahwa hanya
kepada Allah-lah kita harus berTuhan, beribadah, memohon pertolongan, tunduk, patuh dan
merendah serta tidak kepada yang lain. Tauhid ini mengandung makna bahwa tidak ada
Tuhan selain Allah. Semua amal ibadah harus disandarkan kepada-Nya.
2. Tauhid yang berhubungan dengan sifat Allah yang Maha Memelihara yaitu mempercayai
bahwa Allah Swt. adalah satu-satunya pencipta, pemelihara, penguasa dan pengatur alam
semesta ini. Tauhid ini juga mengandung pengertian keyakinan atas keesaan Allah dalam
penciptaan alam. Allah adalah al-KhƗliq. Hanya Allah Pencipta dan Penguasa alam semesta.
3. Tauhid yang berhubungan dengan kesempurnaan sifat Allah yaitu mempercayai hanya
Allah Swt. yang memiliki segala sifat kesempurnaan dan terlepas dari sifat tercela atau dari
segala kekurangan.
4. Tauhid yang berhubungan dengan kekuasaan Allah yaitu mempercayai bahwa Allah
sebagai satu-satunya Zat yang menguasai alam semesta, tidak ada lagi zat lain yang turut
serta dalam kekuasaan-Nya. Tidak ada sekutu atas kekuasaan Allah di jagat raya ini. Allah
adalah al-Malik, Maha Raja di atas raja-raja yang ada di dunia
5. Hikmah dan Manfaat Bertauhid
Orang yang bertauhid akan memiliki hikmah yang besar, antara lain:
1. Tauhid yang kuat akan menumbuhkan sikap kesungguhan, pengharapan dan
optimisme di dalam hidup ini. Sebab orang yang bertauhid meyakini bahwa kehidupan dunia
adalah ladang akhirat.
2. Orang yang bertauhid jika suatu saat dikaruniai harta, maka ia akan bersyukur dan
menggunakan hartanya itu di jalan Allah. Sebab ia yakin bahwa harta dan segala yang ada
adalah milik Allah.
3. Dengan bertauhid akan mendidik akal manusia supaya berpandangan luas dan mau
mengadakan penelitian tentang alam. Al-Qur’an telah memerintahkan kepada kita supaya
memperhatikan penciptaan langit, bumi, dan segala isinya.
4. Orang yang bertauhid akan merendahkan diri dan tidak tertipu oleh hawa nafsu yang
ada pada dirinya. Misalnya, jika ia akan tertipu hawa nafsu, maka dia segera mengingat
bahwa Allah Maha Kaya.
5. Dengan mentauhidkan Allah, kita akan menjauhkan diri dari anganangan yang
kosong. Semua amal perbuatan manusia akan dihisab dan dibalas oleh Allah Swt.
6. Dengan bertauhid yang benar, kita akan diliputi ketenangan dan pengharapan. Ia akan
merasa tenang setelah mengetahui bahwa Allah dekat, mengabulkan permohonan, menerima
taubat dan menolong orang-orang teraniaya.
7. Orang yang menjaga tauhidnya akan menjamin seseorang akan masuk surga, tempat
yang penuh dengan kenikmatam
Peningkatan kualitas akhlak bisa dilakukan orang tua antara lain dengan cara membiasakan
anak-anaknya mengingat kebesaran dan nikmat Allah, merenungi semua ciptaan-Nya agar
bisa berkembang dengan baik dan senantiasa terjaga ketauhidannya. Namun hal lain yang
tidak boleh dilupakan adalah keteladanan orang tua dalam beribadah dan berakhlak mulia.
b. Lingkungan Pendidikan Formal
Lingkungan sekolah atau madrasah atau tempat belajar yang lain merupakan lingkungan
kedua setelah keluarga. Tempat ini sangat penting dalam usaha meningkatkan kualitas
akhlak. Banyak kegiatan yang bisa dilakukan, mulai aktivitas belajar dan bermain sangat
berpengaruh dalam ikut membentuk kepribadian anak didik. Tanggung jawab guru sangat
besar dalam menerapkan berbagai metode yang tepat agar anak bisa terbimbing akhlaknya
dan tetap terjaga keimanannya.
Melihat begitu pentingnya peran guru, maka seorang guru haruslah melakukan hal-hal
berikut; membimbing anak didiknya agar menyembah Allah, ikhlas, sabar dalam
menjalankan tugas, jujur dalam menyampaikan apa yang diserukannya, membekali diri
dengan ilmu, memahami kejiwaan dan perkembangan anak didiknya, serta mampu bersikap
adil kepada anak didiknya.
c. L ingkungan Masyarakat
Masyarakat Islam memiliki tanggungjawab moral dalam membina akhlak. Allah menyuruh
masyarakat Islam agar berbuat yang ma’ruf dan mencegah yang munkar. Allah beriman: