Anda di halaman 1dari 4

A.

Latar Belakang

Dalam praktiknya dana yang dibutuhkan perusahaan ada dua macam, yaitu untuk keperluan
modal kerja dan investasi. Modal kerja, yaitu modal yang dibutuhkan untuk membiayai
operasional perusahaan sehari-hari, seperti membayar gaji, telepon, listrik, bahan baku, dan
biaya lainnya. Modal kerja biasanya digunakan untuk kegiatan rutin perusahaan dan sifatnya
jangka pendek. Sementara itu, modal investasi merupakan modal yang dibutuhkan perusahaan
untuk jangka panjang, seperti membangun gedung, pabrik, membeli mesin-mesin, dan modal
investasi lainnya.

Dana yang harus dipenuhi oleh perusahaan baik yang digunakan untuk modal kerja maupun
investasi, dapat diperoleh dari berbagai sumber, misalnya dari pemilik usaha itu sendiri atau
dari modal pinjaman. Pemilihan jenis sumber moda yang diinginkan harus mempertimbangkan
berbagai faktor Pertimbangan untuk memperoleh modal bagi perusahaan, di antaranya:

1. beban biaya (bunga) yang harus ditanggung

2. persyaratan memperoleh modal tersebut

3. jumlah dana yang dibutuhkan

4. jangka waktu dana yang dibutuhkan

5. jaminan yang diberikan

6. pertimbangan lainnya.

Apabila kebutuhan dana besar, sementara dana yang dibutuhkan tidak tersedia, jalan keluar
untuk pemenuhan dana tersebut adalah melalui dana pinjaman (modal asing) dari lembaga
keuangan seperti bank. Pemenuhan dana melalui pinjaman relatif lebih mudah dan cepat
dibandingkan dari modal sendiri, selama memenuhi persyaratan yang dipersyaratkan oleh
bank. Hanya saja yang perlu diperhitungkan adalah bahwa pinjaman dana dari pihak perbankan
memiliki ongkos (biaya) yang harus ditanggung, yaitu beban bunga. Besarnya beban bunga ini
tergantung dari perusahaan yang membiayai, jangka waktu pinjaman, jaminan dan faktor
lainnya. Dalam menyalurkan dananya, pihak perbankan atau disebut kreditor memiliki syarat
tertentu yang harus dipenuhi, yakni:

1. jenis kredit yang dibutuhkan

2. jumlah yang diinginkan

3. jangka waktu pinjaman


4. cara pengembalian pinjaman tersebut

5. jaminan yang dimiliki

6. laporan keuangan beberapa periode

7. kelayakan usaha

8. persyaratan lainnya.

Oleh karena itu, sebelum pinjaman atau kredit dikucurkan. bank terlebih dulu menganalisis
kelayakan usahanya yang salah satunya adalah dengan menganalisis laporan keuangan
perusahaan untuk beberapa periode tertentu. Hasil analisis akan dijadikan pedoman disetujui
atau tidaknya usaha tersebut untuk dibiayai, serta besar pinjaman yang akan diberikan, serta
persyaratan lainnya.

Penyajian laporan keuangan merupakan hal yang mutlak diperlukan bagi bank untuk menilai
kelayakan kredit yang akan dibiayai. Dalam hal ini perusahaan harus benar-benar menyusun
laporan keuangan yang mencerminkan kelayakan usaha yang akan dibiayai. Laporan keuangan
yang harus disediakan adalah neraca dan laporan laba rugi untuk beberapa periode yang lalu.
Laporan yang diberikan biasanya minimal tiga tahun yang lalu sehingga perbankan dapat
menilai perkembangan usaha perusahaan tersebut dari beberapa periode.

Sama seperti halnya dengan perusahaan keuangan seperti bank, bagi perusahaan terutama
perusahaan perdagangan juga memberikan kredit kepada pelanggan. Tujuannya jelas, yaitu
untuk meningkatkan penjualan dan laba. Pengertian kredit dalam perusahaan dagang sering
disebut kredit perdagangan. Arti kredit perdagangan adalah penjualan barang atau jasa kepada
pembeli secara kredit. Atau dengan kata lain, penjualan barang yang pembayarannya dilakukan
secara angsuran (dicicil) untuk beberapa waktu.

B. Arti Penting Kredit

Secara umum dikatakan bahwa arti kredit adalah kepercayaan. Dalam bahasa latin disebut
"credere". Artinya kepercayaan pihak bank (kreditor) kepada nasabah (debitur), di mana bank
percaya nasabah pasti akan mengembalikan pinjamannya sesuai kesepakatan yang telah
dibuat. Dapat diartikan pula bahwa debitur memperoleh kepercayaan dari bank untuk
memperoleh dan untuk menggunakan dana tersebut mestinya serta mampu untuk
mengembalikan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati kedua belah pihak.

Di Indonesia kredit dibagi dua sesuai dengan jenis bank yang ada saat ini, yaitu kredit bagi bank
konvensional (Barat) dan pembiayaan bagi bank syariah (Islam).
Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, kredit adalah:

penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan memberikan bunga

Dalam praktiknya kredit atau pembiayaan yang disalurkan baik bank maupun kredit
perdagangan memiliki elemen-elemen yang terkandung di dalamnya, sebagai berikut:

1. Kepercayaan

Kepercayaan yaitu bahwa bank percaya nasabah akan mengembalikan kredit yang diberikan.
Dasar pertimbangan yang diberikan oleh bank adalah iktikad baik nasabah, yaitu adanya
kemauan untuk membayar.

2. Kesepakatan

Sebelum kredit dikucurkan, bank dengan nasabah terlebih dulu menyepakati hal-hal yang
menjadi kewajiban dan hak masing-masing pihak. Kemudian, juga disepakati sanksi-sanksi yang
akan diberikan apabila masing-masing pihak melanggar kesepakatan yang telah dibuat.
Kesepakatan ini dituangkan dalam akad kredit yang ditandatangani oleh kedua belah pihak
pada saat kredit disetujui bank dan akan dikucurkan.

3. Jangka Waktu

Setiap kredit yang disalurkan pasti memiliki jangka waktu tertentu, artinya tidak ada kredit yang
waktu pengembaliannya tidak terbatas. Jangka waktu tersebut merupakan waktu
pengembalian atau kapan kredit tersebut akan berakhir (lunas), misalnya satu tahun atau tiga
tahun. Kemudian, juga termuat kapan nasabah harus membayar kewajibannya (angsuran), yang
biasanya dilakukan setiap bulanan.

4. Risiko (Degree of Risk)

setiap kredit yang dibiayai pasti memiliki risiko tidak tertagih alias macet. Hal ini disebabkan
oleh berbagai sebab, yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Sengaja artinya nasabah
sengaja untuk tidak mau membayar kreditnya. Sementara itu, tidak sengaja artinya nasabah
memang tidak bermaksud untuk tidak mengembalikan kreditnya. Hanya saja nasabah belum
memiliki kemampuan akibat misalnya kerugian yang diderita atau terkena bencana.Oleh karena
itu, dalam hal ni pihak perbankan harus mempertimbangkan faktor risiko yang arus ditanggung
apabila terjadi sesuatu. Untuk menutupi risiko yang mungkin akan terjadi, bank biasanya
mensyaratkan suatu jaminan yang nilainya lebih tinggi dari kredit yang akan diberikan, ataupun
bank dapat juga dengan menjaminkan lewat asuransi untuk mengalihkan risiko kerugian yang
mungkin timbul.

5. Balas Jasa

Sudah pasti bank mengharapkan keuntungan atas setiap dana yang dikucurkannya. Keuntungan
ini disebut balas jasa. Keuntungan bagi bank konvensional disebut bunga dan bagi hasil bagi
bank syariah. Bagi nasabah balas jasa ini merupakan jasa atau imbalan yang mereka berikan
atas dana yang mereka gunakan. Bagi perusahaan dagang biasanya balas jasa yang diterima
berupa narga yang diberikan lebih tinggi dari harga normal dan terkadang pembeli tidak
memperoleh diskon seperti penjualan tunai.

Anda mungkin juga menyukai