Anda di halaman 1dari 4

Penyabab Perceraian

Dalam 5 tahun terakhir, angka perceraian di Indonesia meningkat lebih dari 40%. Sekitar
2 juta pasangan menikah tiap tahunnya dan sekitar 200.000 pasangan bercerai tiap tahun. Angka
ini 10% dari angka pernikahan itu sendiri. Umumnya terjadi pada pernikahan yang masih berusia
muda (di bawah 5 tahun). Alasan perceraian yang paling tinggi ialah ketidakharmonisan.

Tampaknya perceraian memainkan peran dalam hidup setiap orang saat ini. Perceraian,
dalam banyak kasus, bukanlah hasil dari pernikahan yang buruk. Perceraian merupakan akibat
dari tidak menyiapkan pernikahan dengan baik. Banyak orang memasuki pernikahan dengan
harapan yang tidak realistis sehingga terkaget-kaget dengan hal yang mereka hadapi dalam
pernikahan. Persiapan yang dimaksudkan ialah pengetahuan mengenai pernikahan dan hal-hal
yang akan mereka hadapi dalam pernikahan. Hal-hal yang harus diketahui dan didiskusikan
sebelum menikah antara lain sifat dan kebiasaan pasangan, kebiasaan-kebiasaan dan nilai-nilai
dalam keluarga pasangan, pola pengelolaan keuangan pasangan, pandangan pasangan dan
keluarganya mengenai tugas dan peran suami/istri, pandangan pasangan mengenai pernikahan
dan komitmen, problema seks, serta pola komunikasi dan pengelolaan konflik yang dimiliki
pasangan. 

Selain dikarenakan harapan yang tidak realistis mengenai pernikahan, hal-hal yang
menyebabkan perceraian dan ketidakbahagaiaan dalam pernikahan ialah karena banyak orang
yang menikahi orang yang salah dengan alasan yang salah. Alasan yang salah untuk menikah
antara lain telah hamil sebelum menikah, pemberontakan terhadap orangtua, untuk menjadi
mandiri atau lepas dari orang tua, pengalihan dari hubungan yang buruk sebelumnya (diputuskan
pasangan kemudian langsung memutuskan untuk menikah ketika bertemu pasangan baru),
memenuhi tuntutan keluarga dan lingkungan sosial, serta untuk memperoleh dukungan ekonomi.
Orang-orang yang menikah dengan alasan-alasan ini dapat mengakibatkan pernikahannya
berujung pada perceraian ataupun akan merasa tidak bahagia dalam pernikahannya.

Penyebab berikutnya ialah karena pernikahan itu sendiri memang merupakan jenis
hubungan yang menantang, bahkan meski seseorang telah memilih pasangannya secara
bijaksana. Hal ini karena pernikahan melibatkan belajar untuk bersama dan berpisah, belajar
untuk mengalokasikan kekuasaan, belajar untuk bersenang-senang dan bekerja bersama, dan bagi
sebagian orang mungkin tantangan yang paling berat ialah belajar membesarkan generasi
selanjutnya.

Penyebab ketiga ialah sedikitnya waktu dan usaha yang diberikan untuk mengembangkan
keterampilan hubungan yang dibutuhkan untuk mempertahankan pernikahan yang kuat. Hal ini
dikarenakan tuntutan hidup di masa sekarang yang serba cepat dan modern. Pasangan sudah
terlalu lelah dan tidak memiliki waktu untuk mengembangkan keterampilan hubungan yang
dibutuhkan untuk mempertahankan pernikahan yang kuat. Maka, ketika masalah datang dalam
hubungan (dan hal ini adalah hal yang pasti terjadi), pasangan tidak mampu untuk
menghadapinya dan akhirnya menyerah dalam pernikahannya.

Ketidakbahagiaan dalam pernikahan dan perceraian memberikan dampak yang sangat


buruk bagi anak-anak, orang dewasa, dan masyarakat. Stres dalam pernikahan berhubungan
dengan manifestasi stres pada anak, termasuk internalisasi dan eksternalisasi masalah tingkah
laku, gangguan tingkah laku, prestasi akademik yang rendah, self esteem yang rendah, perilaku
kriminal remaja, gangguan emosional dan sosial di sekolah, hingga bunuh diri pada remaja. Stres
pernikahan juga berhubungan dengan manifestasi stres pada orang dewasa termasuk perilaku
penyalahgunaan zat, perilaku kriminal, gangguan makan, psikopatologi, kekerasan dalam rumah
tangga, penurunan produktivitas kerja, depresi, dan bunuh diri.

Perceraian dan ketidakbahagiaan dalam pernikahan memiliki dampak yang sangat buruk
bagi individu maupun masyarakat. Perceraian tidak hanya mengakibatkan kerugian material
namun juga kerugian mental yang besar bagi individu dan masyarakat. Oleh karena itu,
membentuk suatu pernikahan yang kuat merupakan hal yang sangat penting. Pernikahan yang
stabil dan aman memberikan keuntungan bagi orang dewasa, anak-anak, dan masyarakat.

Adapun survey yang dilakukan oleh National Fatherhood dengan menanyakan orang-
orang, alasan paling umum yang menjadi penyebab dari pernikahan mereka tidak bisa
dipertahankan adalah karena kurangnya komitmen. Menjaga komitmen yang telah ditetapkan
bersama merupakan salah satu kunci dari berhasilnya suatu pernikahan; di saat satu pihak tidak
bisa menjaga komitmen yang telah disepakati bersama akan mengakibatkan terjadinya
perpisahan.
 Terlalu banyak pertengkaran; Survey yang dilakukan pun menyatakan bahwa
pertengkaran sering juga mengakibatkan pertengkaran. Sering bertengkar dan tidak ada
yang mau mengalah tidak akan menemukan titik temu dan solusi yang baik.
Dalam membina hubungan yang sehat, diperlukan komunikasi yang baik antar kedua
belah pihak. Pertengkaran akan membuat kedua belah pihak menjadi cape dan lelah
dalam melanjutkan hubungan pernikahan
.
 Perselingkuhan; Memang tidak ada orang yang suka diduakan dalam satu hubungan
terlebih lagi dalam pernikahan. Hal ini akan berdampak buruk pada hubungan berdua.
Tidak mengherankan bila perselingkuhan memainkan peran penting dalam perceraian.
 Menikah terlalu dini; usia dapat menjadi faktor dalam bubarnya perkawinan. Menurut
Centers for Disease Control dan pencegahan, hampir setengah dari perkawinan remaja
gagal dalam lima belas tahun pertama. Jumlah itu turun menjadi 35 persen untuk
pasangan yang menikah di usia pertengahan dua puluhan.
 Tidak sesuai dengan harapan; Banyak pasangan yang tidak mengantisipasi berbagai
konflik yang dapat muncul dalam perkawinan. Terkadang kehidupan dalam perkawinan
tidak sesuai dengan ekspektasi mereka dan inilah yang tidak bisa diterima dengan baik.
Harapan yang tidak realistis akhirnya mengakibatkan perceraian mereka.
 Ketidak seimbangan atau pun ketidaksetaraan menjadi pemicu lainnya yang membuat
orang melakukan perceraian. Kesenjangan dari tanggung jawab untuk faktor ekonomi
pun dapat termasuk dalam ketidaksetaraan. Apabila hal ini tidak bisa dengan segera
ditemukan solusinya, maka hubungan bisa berada dalam bahaya.
  Kurangnya persiapan; Kurangnya persiapan tidak bisa hanya dikelompokkan dari segi
materi saja. Persiapan mental dan pikiran pun perlu dilakukan ketika memutuskan ingin
menikah. Kesiapan diri untuk menerima pasangan apa pun kelebihan dan kekurangan
yang dimilikinya. Salah satu alasan umum penyebab perceraian mengatakan bahwa
mereka tidak siap untuk apa mereka hadapi ketika mereka menikah.
 Adanya kekerasan dalam rumah tangga; Perceraian bisa menjadi proses yang lebih rumit
untuk korban kekerasan dalam rumah tangga. Yang paling penting adalah untuk
memastikan bahwa Anda aman sebelum menyatakan ingin berpisah atau ingin melakukan
perceraian. Selain itu, Anda juga harus memberitahukan pada orang-orang terdekat Anda
untuk mengantisipasi apabila ada kemungkinan bahaya yang mungkin terjadi.

Dibutuhkan kerja sama yang baik untuk mempertahankan suatu hubungan dan untuk
membuat pernikahan berhasil tidak hanya dibutuhkan kerja sama tetapi juga membutuhkan
penyesuaian, saling menghormati satu sama lain, menghargai dan saling mencintai. Jika semua
itu sudah tidak ada lagi maka bisa saja orang memilih untuk bercerai. Ada berbagai alasan
mengapa orang bercerai yang mungkin tidak tertera di atas. Apapun alasan dan penyebab dari
perceraian yang terjadi, semua orang pasti menginginkan kebahagiaan untuk hidupnya.
Menemukan orang yang lebih baik dan dapat membuatnya bahagia sehingga nantinya akan
menjalani pernikahan yang langgeng hingga akhir hayat.

Anda mungkin juga menyukai