Anda di halaman 1dari 8

SATUAN ACARA BERMAIN

TERAPI BERMAIN TEBAK GAMBAR PADA ANAK

DI RSUD TIDAR MAGELANG

Novika Riswanti

20204030070

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2020
SATUAN ACARA BERMAIN
(TERAPI MENYUSUN BALOK)

Pokok bahasan : Terapi Bermain Tebak Gambar


Sub pokok bahasan : Terapi Bermain Pada Anak Sakit yang dirawat di RSUD Tidar
Waktu : 15 menit
Hari/tanggal : Selasa, 29 Desember 2020
Tempat : Ruang Aster 6 (Bangsal Anak)
Peserta : Anak dengan usia 2 – 5 tahun, tidak mempunyai keterbatasan fisik,
dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga, pasien kooperatif
A. Latar Belakang
Bermain merupakan aktivitas utama bagi anak. Bermain bagi anak merupakan
media belajar dan kegiatan yang memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan. Dengan
bermain anak mengenali kelebihan dan kekurangan dirinya. Bahkan ketika anak sakit
aktivitas bermain tetap menjadi kegiatan yang menyenangkan. Namun permasalahannya
ketika anak sakit dan harus dirawat di rumah sakit seringkali fasilitas di rumah sakit
tidak cukup mendukung dilakukan kegiatan bermain di rumah sakit. Sehingga seringkali
periode adaptasi hospitalisasi memanjang. Periode adaptasi bagi anak sakit yang sedang
dirawat dirumah sakit dapat diperpendek dengan beberapa teknik, antara lain dengan
family centered care, atraumatik care, dan terapi bermain (Rohmah, 2018). Pada saat
dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak
menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut
merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa
stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Oleh karena itu dengan melakukan
permainan anak, akan terlepas dari ketegangan dan stres yang dialaminya karena dengan
melakukan permainan anak akan depat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya
dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan (Whaley, 2001).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan terapi bermain selama 20 menit agar dapat mencapai tugas
perkembangan secara optimal sesuai tahap perkembangan walaupun dalam kondisi
sakit.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan terapi bermain selama 20 menit anak mampu:
a. Bersosialisasi dengan perawat.

b. Menunjukkan ekspresi nonverbal dengan tertawa, tersenyum, dan saling bercanda.


C. Metode dan Media
1. Metode
a. Bermain individu
b. Mendengarkan tanggapan anak/tanya jawab
2. Media
a. Aneka gambar buah buahan

D. Kegiatan

No Waktu Perawat Anak


1 5 menit Pembukaan:
1. Perawat membuka dan Menjawab salam
mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri Mendengarkan
3. Memperkenalkan pembimbing Mendengarkan
4. Kontrak waktu dengan anak Mendengarkan

2 10 menit Kegiatan bermain:


1. Perawat menjelaskan cara bermain Mendengarkan
2. Menanyakan pada anak, anak mau Menjawab pertanyaan
bermain atau tidak
3. Memberikan permainan Menerima permainan
4. Perawat memotivasi anak untuk Bermain
menebak semua gambar
5. Mengobservasi perilaku anak Bermain
6. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan
3 5 menit Penutup:
1. Perawat menghentikan permainan Selesai bermain
2. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan
3. Menyampaikan hasil permainan Mendengarkan
4. Mengucapkan salam Menjawab salam

E. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
Hasil yang diharapkan:
a. Alat-alat yang digunakan lengkap
b. Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana

2. Evaluasi Proses
Hasil yang diharapkan:
a. Terapi dapat berjalan dengan baik
b. Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
c. Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
3. Evaluasi Hasil
Hasil yang diharapkan:
a. Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan menebak semua gambar
kemudian berhasil
b. Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
c. Anak merasa senang
d. Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai
e. Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan terapi bermain
Lampiran materi:

TERAPI BERMAIN MENYUSUN PUZZLE DENGAN


KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK

A. Pengertian Perkembangan
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses
diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang
berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya.
Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil
interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1998).
Menurut Joyce Engel (1999), yang dikatakan anak usia pra sekolah adalah
anak-anak yang berusia berkisar 3-6 tahun. Ada beberapa aspek yang perlu
diperhatikan untuk mengukur tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak, yaitu:
1. Aspek fisik
2. Aspek motorik
3. Aspek bahasa
4. Aspek kognitif
5. Aspek sosialisasi

Bermain dengan cara menyusun balok pada dasarnya tidak hanya membantu
mengembangkan kemampuan motorik anak saja tetapi juga berperan penting dalam
proses pengembangan kognitif anak dan emosional anak, serta membantu anak untuk
menggunakan kemampuan bahasanya dengan bertanya sehingga anak akan terbiasa
dengan proses sosialisasi dengan orang, lingkungan dan kondisi disekitarnya.
Ketika anak sudah mampu bermain menyusun balok secara lancar maka dia
sudah siap untuk meningkatkan kemampuannya ke tingkat yang lebih lanjut seperti
bersosialisasi dengan orang lain seperti mengenalkan diri

B. Stimulasi Perkembangan Anak Usia 3-5 Tahun


Stimulasi yang diperlukan anak usia 3-5 tahun adalah:
1. Gerakan kasar, dilakukan dengan memberi kesempatan anak melakukan
permainan yang melakukan ketangkasan dan kelincahan.
2. Gerakan halus, dirangsang misalnya dengan membantu anak belajar
menggambar.
3. Bicara bahasa dan kecerdasan, misalnya dengan membantu anak mengerti satu
separuh dengan cara membagikan kue.
4. Bergaul dan mandiri, dengan melatih anak untuk mandiri, misalnya bermain ke
tetangga (Suherman, 2000)
C. Tes Skrining Perkembangan Menurut Denver (DDST)
DDST (Denver Developmental Screening Test) adalah salah satu dari metode
skrining terhadap kelainan perkembangan anak, tes ini bukanlah tes diagnostik atau
tes IQ. DDST memenuhi semua persyaratan yang diperlukan untuk metode skrining
yang baik. Tes ini mudah dan cepat (15-20 menit), dapat diandalkan dan menunjukan
validitas yang tinggi. Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan DDST secara
efektif 85-100% bayi dan anak-anak prasekolah yang mengalami keterlambangan
perkembangan (Soetjiningsih, 1998).

Frankenburg dkk (1981) mengemukakan 4 parameter perkembangan yang


dipakai dalam menilai perkembangan anak balita yaitu: Personal Sosial (kepribadian/
tingkah laku sosial) yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri,
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya; Gerakan Motorik Halus yaitu
aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubh tertentu saja dan dilakukan
otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. Misalnya kemampuan
untuk menggambar, memegang sesuatu benda; Bahasa adalah kemampuan untuk
memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan;
Perkembangan Motorik Kasar (Gross Motor) adalah aspek yang berhubungan dengan
pergerakan dan sikap tubuh.

D. Faktor Penyebab Ketidakmampuan Menyusun Balok


Menurut Immanuel, ketidakmampuan melakukan tugas perkembangan
tertentu, seperti bergerak, tumbuh, bicara, ataupun kecakapan motorik tertentu seperti
menyusun, merangkai ataupun memposisikan benda, dapat menghambat
berkembangnya keterampilan berikutnya. Diwaspadai kemungkinan mengalami
keterlambatan.
Faktor penyebabnya yaitu:
1. Karena kurang dirangsang atau kurang latihan
Anak dengan usia 3-5 tahun perlu dilatih rangsangan motorik halus dan kasarnya
dengan memberinya stimulus pendukung. Umumnya, anak usia ini berminat pada
hal-hal yang berhubungan dengan sebab-akibat, sehingga ingin mencoba
memadukan satu benda dengan benda lain.
2. Ada gangguan pada mata
Pandangan yang tidak jelas pada anak membuatnya enggan melakukan kegiatan
yang menggunakan benda-benda kecil. Anda perlu memeriksakannya ke dokter
sebelum hal ini berlangsung lama.
3. Ada gangguan pada saraf atau retardasi mental
Gangguan ini dapat diwaspadai dari kemampuan meraba. Bila Anda mendapati si
kecil Anda mengalami kelainan pada keterampilan meraba, Anda perlu waspada.
Segera bawa ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan.
E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
Faktor instrinsik sangat dominan dalam mempengaruhi tingkat kegagalan
berkembang terutama berkaitan dengan terjadinya penyakit pada anak, yaitu:
1. Kelainan kromosom (misalnya sindroma Down dan sindroma Turner)
2. Kelainan pada sistem endokrin, misalnya kekurangan hormon tiroid, kekurangan
hormon pertumbuhan atau kekurangan hormon lainnya
3. Kerusakan otak atau sistem saraf pusat yang bisa menyebabkan kesulitan dalam
pemberian makanan pada bayi dan menyebabkan keterlambatan pertumbuhan
4. Kelainan pada sistem jantung dan pernafasan yang bisa menyebabkan gangguan
mekanisme penghantaran oksigen dan zat gizi ke seluruh tubuh
5. Anemia atau penyakit darah lainnya

6. Kelainan pada sistem pencernaan yang bisa menyebabkan malabsorbsi atau


hilangnya enzim pencernaan sehingga kebutuhan gizi anak tidak terpenuhi

Menurut Soetjiningsih secara umum terdapat dua faktor yang


mempengaruhi tumbuh kembang anak yaitu faktor genetik (instrinsik) dan faktor
lingkungan (ekstrinsik). Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai
hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Faktor ini adalah bawaan yang normal
dan patologis, jenis kelamin, suku bangsa / bahasa, gangguan pertumbuhan di
negara maju lebih sering diakibatkan oleh faktor ini, sedangkan di negara yang
sedang berkembang, gangguan pertumbuhan selain di akibatkan oleh faktor
genetik juga faktor lingkungan yang kurang memadai untuk tumbuh kembang
anak yang optimal.

F. Dampak Hospitalisasi Terhadap Anak.


1. Separation ansiety
2. Tergantung pada orang tua
3. Cemas hingga stres abila berpisah dengan orang yang berarti
4. Tahap putus asa: berhenti menangis, kurang aktif, tidak mau makan, tidak mau
main, menarik diri, sedih, kesepian dan apatis
5. Tahap menolak: Samar-samar seperti menerima perpisahan, menerima hubungan
dengan orang lain dan menyukai lingkungan

G. Manfaat Terapi Bermain


1. Terapi bermain menyusun balok dapat merangsang keterampilan proses berfikir
dan motorik anak
2. Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dan perawat
3. Perawatan di rumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk mandiri.
Aktivitas bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan mandiri pada anak
4. Permainan pada anak di rumah sakit tidak hanya memberikan rasa senang pada
anak, tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan perasaan dan pikiran
cemas, takut, sedih tegang dan nyeri
5. Permainan yang terapeutuk akan dapat meningkatkan kemampuan anak untuk
mempunyai tingkah laku yang positif.

Referensi
Immanuel, R. (2006). Permainan Edukatif dalam Perkembangan Logic-Smart Anak.
Terdapat
pada:http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH01fd/325abfcd.dir/d
oc.pdf. Diakses pada 25 Desember 2013.

Kaplan H.I, Sadock. B.J Grebb J.A. (2000). Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku,
Psikiatri. Klinis, Alih Bahasa : Kusuma W,edisi Wiguna .
Rohmah, Nikmatur. (2018). Terapi Bermain. LPPM Universitas Muhammadiyah Jember

Veltman M,W Browne K.D. (2000). An Evaluation of Favorite Kind of Day Drawing from
Psychially Maltreated Children. Child Abuse and Neglect.

Whaley L.F, Wong D.L. (2001). Nursing Care of infants and children in-ed. St Louis :
Mosby year book

Anda mungkin juga menyukai