SKRIPSI
Ditulis Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh:
AKHMAD BINTORO
NIM : 933502313
AKHMAD BINTORO
NIM. 9.335.023.13
Disetujui oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Kepada
Yth, Bapak Ketua Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Kediri
Di
Jl. Sunan Ampel 07 – Ngronggo Kediri
Pembimbing I Pembimbing II
Nomor :
Lampiran : 4 (empat) berkas
Hal : Bimbingan Skripsi
Kepada
Yth, Rektor Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Kediri
Di
Jl. Sunan Ampel 07 – Ngronggo Kota Kediri
Setelah diperbaiki materi dan susunannya, sesuai dengan petunjuk dan tuntunan
dalam siding munaqosyah yang diselenggarakan tahun 2019, kami berpendapat bahwa
skripsi tersebut telah memenuhi syarat untuk disahkan sebagai kelengkapan memperoleh
gelar Sarjana Strata Satu (S-1)
Demikian agar maklum dan atas kesediaan Bapak kami ucapkan terimakasih.
Pembimbing I Pembimbing II
HALAMAN PENGESAHAN
DESKRIPSI POLA KOMUNIKASI ANTAR UMAT BERAGAMA DI DESA
PARON KECAMATAN NGASEM KABUPATEN KEDIRI
AKHMAD BINTORO
NIM. 9335.023.13
Tim Penguji,
1. Penguji Utama
Dr. Ropingi, M.Si (...........................................)
NIP. 19720626 199903 1002
2. Penguji I
Diah Handayani, M.Si (...........................................)
NIP. 19791216 200801 2 024
3. Penguji II
Taufik Alamin, SS. M.Si. (...........................................)
NIP. 19720725 200604 1 003
Kediri, .................
Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah
MOTTO
“MLAKUO SING APIK MASIO OGAK PINTER”
ABSTRAK
AKHMAD BINTORO, Dosen Pembimbing DIAH HANDAYANI, M.Si dan
TAUFIK ALAMIN, SS. M.Si Deskripsi Pola Komunikasi Antar Umat Beragama
di Desa Paron Kecamatan Ngasem Kabupaten Kediri, Komunikasi dan Penyiaran
Islam, Ushuluddin dan Ilmu Sosial, IAIN Kediri, 2019
HALAMAN PERSEMBAHAN
Saya persembahkan skripsi ini untuk :
Ibu dan Bapak saya yang sangat saya hormati dan saya cintai.
Dan untuk Sahabat-sahabat Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam dan lebih
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S-1) dan salam semoga Allah limpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW Sebagai pendidik agung dan rahmat bagi umat
seluruh alam.
yang setia. Dengan selesainya skripsi ini, ucapan terimakasih senantiasa penulis
1. Ketua IAIN Kediri dan Ketua Jurusan Ushuluddin beserta Staff, atas segala
2. Ibu Diah Handayani, M.Si dan Bapak Taufik Alamin SS. M.Si selaku dosen
3. Bapak dan Ibu Dosen yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis.
Atas segala jasa dan budinya, penulis tidak bisa memberikan balasan,
hanya doa semoga Allah yang akan memberikan balasan yang setimpal. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata kesempurnaan dan masih
taufiq dan hidayah-Nya semoga skripsi ini memberi manfaat bagi penulis maupun
para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................. ii
NOTA DINAS....................................................................................................... iii
NOTA BIMBINGAN............................................................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... v
MOTTO................................................................................................................. iv
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN.................................................................................................
.........................................................................................................................viii
KATA PENGANTAR........................................................................................... x
DAFTAR ISI......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................
.........................................................................................................................xiii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian............................................................................................ 1
B. Fokus Penelitian................................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian.............................................................................................. 6
D. Kegunaan Penelitian......................................................................................... 7
E. Telaah Pustaka.................................................................................................. 7
F. Sistematika Penulisan........................................................................................ 10
BAB V : PEMBAHASAN
A. Pola Komunikasi Antar Umat BerAgama di Desa Paron Kecamatan Ngasem
Kabupaten Kediri.............................................................................................. 52
B. Faktor Pendorong Pola Komunikasi Antar Umat BerAgama di Desa Paron
Kecamatan Ngasem Kabupaten Kediri............................................................. 55
C. Faktor penghambat Pola Komunikasi Antar Umat BerAgama di Desa Paron
Kecamatan Ngasem Kabupaten Kediri............................................................. 66
BAB VI : PEUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................... 69
B. Saran................................................................................................................. 70
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 71
LAMPIRAN......................................................................................................... 73
DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 : Jumlah penduduk menurut jenis kelamin............................................... 37
Tabel 2 : Penganut Agama atau Kepercayan Masyarakat Desa Paron.................. 38
Tabel 3 : Tempat Ibadah........................................................................................ 38
Tabel 4 : Mata Pecaharian atau Profesi................................................................. 40
Tabel 5 : Tingkat Pendidikan Msyarakat Desa Paron........................................... 41
Tabel 6 : Struktur Pengurus Pemerintah Desa Paron............................................ 48
Tabel 7 : Struktur Pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB)........... 48
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 : Denah/Peta Desa Paron................................................................. 36
Gambar 1.2 : Kegiatan soyo (menaikkan genteng rumah).................................. 50
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
masyarakat bersifat majemuk, baik suku, adat istiadat, ras maupun agama
masyarakatnya.
agama yang beragam dapat hidup berdampingan secara rukun dan damai,
hal ini terjadi karena pola komunikasi nenek moyang di Desa Paron
nasional.1
1
Solihin Nasrudin, “Analisis Etika Kerukunan Umat Beragama (Studi Kasus Kabupaten
Nganjuk)”, Jurnal Lentera: Kajian Keagamaan, Keilmuan dan Teknologi, Jurnal Lentera, Vol. 14,
No. 2 September 2016
Salah satu bukti nyata masyarakat di Desa Paron yang masih
panen, maka peternak sapi akan membantu mengupas hasil panen berupa
tidak usah menyewa buruh lagi untuk membersihkan kulit jagung dan
sedangkan bagi peternak sapi mereka tidak perlu membeli makan untuk
sapi mereka, kulit jagung tersebut diberikan pada sapi mereka. Ketika
Islam, Kristen dan Hindu yang penting mereka bisa saling membantu dan
saling menguntungkan.
berjumlah 4.106 jiwa, terdiri dari laki-laki 2.096 jiwa, perempuan 2.010
jiwa. Sebagian besar adalah beragama Islam yang berjumlah 3.536 sisanya
Kristen 519 jiwa, Hindu 31 jiwa dan Katholik 20 jiwa. 3 Bagi umat
menjalankan ibadah ritual semata, tetapi lebih dari itu rumah ibadah dapat
kemasyarakatan.
sebagai tempat pengajian dan pada waktu lalu difungsikan sebagai tempat
belajar ilmu-ilmu agama sebelum ada gedung khusus. Sementara itu untuk
ibadah penganut agama Hindu (pura) jumlah tempat ibadah di Desa Paron
2
H.M Ridwan Lubis (ed.), Meretas Wawasan dan Praksis Kerukunan Umat Beragama di
Indonesia dalam Bingkai Masyarakat Multikultural, (Jakarta: Puslitbang Kehidupan Beragama
Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan, 2005), 2.
3
Kalkulasi penduduk Desa Paron Kecamatan Ngasem Kabupaten Kediri, Bulan Oktober 2017.
(FKUB) yang di bentuk sejak tahun 2016, yakni kumpulan tokoh-tokoh
Desa Paron. Jamaah yasinan putra dan putri yang menjadi rutinitas
Islam untuk jamaah putra setiap hari kamis malam jumat dan yang putri
Jamaah barzanji dan diba’, rutin diadakan remaja putra dan putri
Desa Paron setiap sabtu malam minggu. Jamaah sholawat nariyah yang
menjadi rutinitas kaum ibu-ibu di Desa Paron setiap satu bulan sekali pada
hari minggu pahing dan Jamaah khotmul quran setiap minggu legi.
Adat yakni ritual yang diadakan di punden (makam) yang di ikuti semua
umat beragama yang ada di Desa Paron yang tujuanya mendekatkan diri
upacara ini dilaksanakan saat usia kehamilan tujuh bulan dan pertama kali.
Dalam upacara ini disertai pecah kendi yang berisi air bunga, ibu yang
Maha Esa agar selalu diberi rahmat dan berkah sehingga bayi yang akan di
seluruh masyarakat Desa Paron baik Hindu maupun nonHindu semua turut
dan menghormati satu sama lain seperti tahlilan, mendoakan orang yang
Selapan, upacara selapan ini dilakukan tepat saat sang bayi berusia
35 hari atau selapan. Upacara selapan ini menjadi tradisi masyarakat Desa
Paron yang merupakan bentuk rasa syukur atas berkat dan keselamatan
yang di berikan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada sang bayi juga ibunya.
Pada upacara ini, sang bayi akan dicukur rambutnya dan dipotong
B. Fokus Penelitian
C. Tujuan Penelitian
1. Secara Teoritis
2. Secara Praktis
E. Telaah Pustaka
Banyumas)4
4
Rini Fidiyani, “KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI INDONESIA (Belajar Keharomonisan
dan Toleransi Umat Beragama Di Desa Cikakak, Kec. Wangon, Kab. Banyumas)”, Fakultas
Hukum Universitas Negeri Semarang (UNNES), Jurnal Dinamika Hukum Vol. 13 No. 3
September 2013
antropologi, etnografi dan hukum. Berdasar hasil penelitian, kearifan
lokal yang ada pada Komunitas Aboge juga tidak lepas dari nilai-nilai
dan Politik UIN Alauddin Makassar. Tujuan tulisan ini adalah untuk
5
Syamsudduha Saleh, “Kerukunan Umat Beragama Di Denpasar Bali”, Fakultas Ushuluddin,
Filsafat dan Politik UIN Alauddin Makassar, Jurnal AL-FIKR Vol. 17 No. 1 Tahun 2013
Hubungan antar umat beragama di Denpasar adalah kesadaran
F. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan, yaitu berupa konteks penelitian, fokus penelitian,
tujuan penelitian, kegunaan penelitian, telaah pustaka, dan sitematika
penulisan.
BAB II : Landasan Teori, yaitu berupa pengertian komunikasi, pengertian
budaya, komunikasi antar budaya, proses komunikasi antar budaya,
komunikasi sosial dan pola komunikasi.
BAB III : Metode Penelitian, yaitu berupa pendekatan dan jenis penelitian,
kehadiran peneliti, sumber data, analisis data, pengecekan keabsahan data, dan
tahap-tahap penelitian.
BAB IV : Paparan Data dan Temuan Penelitian, yaitu tentang profil Desa
Paron dan pola komunikasi antar umat beragama di Desa Paron.
BAB V : Pembahasan, yaitu tentang deskripsi pola komunikasi antar umat
beragama di Desa Paron.
BAB VI : Penutup, berisi mengenai kesimpulan dan saran peneliti.
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Pengertian Komunikasi
penyalurnya
Cangara komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih
lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang
mendalam.
what),melalui saluran apa (in which channel), kepada siapa (to whom),
komunikasi.7
6
Onong Uchjana Effendy, Kamus Komunikasi, (Bandung : PT Mandar Maju, 1989), 33.
7
Bungin Burhan. Sosiologi Komunikasi (Jakarta : Kencana Prenada Media, 2007), 288-289.
2. Pengertian Budaya
berasal dari luar kelompok dan bukan menjadi nilai yang baku. Pada sifat
dasarnya tidak bisa kekal karena manusia, baik individu maupun anggota
berlaku.9
dilakukan secara lisan dan tertulis, juga melalui bahasa tubuh, gaya atau
pesan.11
9
Rulli Nasrullah, Komunikasi Antar Budaya, (Jakarta: Kencana PT Prenada Media Group, 2012),
17
10
Deddy Mulyana, et. al, Komunikasi Antarbudaya Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-
orang Berbeda Budaya, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya 2005),20.
11
Alo Liliweri, Dasar-dasar Komunikasi Antarbudaya, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar 2013),9.
Menurut Larry A Samovar sebagaimana dikutip oleh Rini
yang persepsi budaya dan sistem simbolnya cukup berbeda dalam suatu
komunikasi antar budaya terjadi ketika anggota dari dari suatu budaya
12
Rini Darmastuti, Mindfullness dalam Komunikasi Antarbudaya (Yogyakarta: Buku Litera
Yogyakarta, 2013), 63.
13
Ibid.
14
Armawati Arbi, Dakwah dan Komunikasi, ( Jakarta: UIN Press, 2003),182.
15
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003),
xi.
langsung atas makna-makna yang kita bangun dalam persepsi kita.
sebagai berikut:
a. Nilai
para anggota budaya yang dituntut oleh budaya tersebut. Nilai ini
b. Kepercayaan / Keyakinan
Dalam komunikasi antar budaya tidak ada hal yang benar atau
c. Sikap
16
Deddy Mulyana, Komunikasi Antar Budaya, (Bandung: Widya PT Remaja Rosdakarya, 2011),
26.
komunikasi harus dipandang sebagai proses yang menghubungkan
kata, seperti pada halaman buku dan surat kabar tecetak; atau suara dan
5. Komunikasi Sosial
sosial secara umum adalah setiap orang yang hidup dalam dan
dari dua orang yang saling berhubungan satu sama lain dan
17
Ibid, 5
Menurut Muzafer Sherif komunikasi sosial adalah suatu
kesatuan sosial yang terdiri dua atau lebih individu yang telah
norma-norma tertentu.18
6. Pola Komunikasi
dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan cara
pola komunikasi terdiri dari dua macam, yaitu pola komunikasi yang
yaitu :
secara dialogis.21
Rogers yaitu Proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada
laku mereka.22
21
Ibid., hal. 32
22
Badudu Js, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994),
a. Penguasaan Bahasa
translator (penerjemah).
b. Sarana Komunikasi
selain direct verbal (papyrus di Mesir serta kertas dari Cina), maka
c. Kemampuan Berpikir
menjelaskan.
proses komunikasi bisa menjadi lebih baik dan efektif serta mengena
a. Faktor Psikologis
menunda komunikasi.24
b. Faktor Ekologis
23
Ahmad Sihabudin, Komunikasi Antarbudaya, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), 106.
24
Shoelhi, Muhammad. Komunikasi Lintas Budaya dalam Dinamika Komunikasi Internasional.
(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2015), 17.
dampak yang kurang menguntungkan dalam komunikasi
antarbudaya.25
c. Faktor Mekanis
“ruknun” yang berarti tiang, dasar, sila. Jamak dari ruknun ialah
unsur. Jadi, kerunan itu merupakan suatu kesatuan yang terdiri atas
menguatkan.27
25
Ibid.
26
Ibid., 17-18.
27
H. Said Agil Husin Al Munawar, Fikih hubungan Antaragama ( Jakarta:Ciputat Press, 2003), 4
menghormati, saling menghargai dalam kesetaraan pengamalan ajaran
kepada hak.
28
Said Agil Husaini Al-Munawar, Fikih Hubungan Antarr Agama, (Ciputat: Pt. Ciputata presa
2005), 1
tujuan bersama, sehingga kerukunan umat beragama bukan dalam
BAB III
METODE PENELITIAN
secara rinci serta menghadirkan analisis yang lebih mendalam yang tidak
B. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain
merupakan alat pengumpul data utama. Hal itu dilakukan karena, jika
C. Sumber Data
data primer dan data skunder.30 Metode ini digunakan untuk mengumpulkan
a. Data Primer
29
Lexy J, Moleong, Metode Penelitian Kualitatif : Edisi Revisi (Bandung : PT. Remaja Rosda
Karya, 2012), 9.
30
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta 2003, Cet. Ke 6), 83.
penelitian ini adalah masyarakat di Desa Paron Kecamatan Ngasem
Kabupaten Kediri.
b. Data Skunder
ini.
1. Observasi
dengan mengikuti berbagai kegiatan yang ada di Desa Paron, baik yang
sejumlah dari sejumlah individu dengan status sosial yang relatif sama, yang
Peserta FGD dalam suatu diskusi tidak lebih dari 10 orang dengan
status sosial atau tingkat jabatan (formal) yang relatif sama. Oleh karena itu
dengan topik yang akan didiskusikan (dalam hal ini, topik diskusi adalah
kelompok, komunitas dan lokalitas. Oleh karena itu, tebal dan kedalaman
sampai 5 jam.
FGD.
31
Fredian Tonny Nasdian, Pengembangan Masyarakat, 2014 (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Iindonesia), Hal. 119.
Langkah kedua baik menggunakan wewenang formal baik di tingkat
diskusi dengan metode ini diharapkan bisa memperoleh visi dan pandangan
Langkah keempat ketika FGD berlangsung, ada dua hal yamh perlu
a. Wawancara
32
Ibid., 121
Wawancara mendalam dilakukan kepada organisai keagama di
dan Joko.
b. Dokumentasi
pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.33 Ada pun teknik pemeriksaan
33
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 1993), 324
situasi yang relevan dengan permasalahan atau isu penelitian, serta
2. Trianggulasi
data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. 36 Jadi
warga berbeda agama, untuk mendapatkan fakta. Selain itu peneliti juga
F. Analisis Data
34
. Sugeng Puji Leksono, Metode Penelitian Komunikasi : Kualitatif (Malang : Intrans Publising,
2016), 141.
35
Moleong, Metode Penelitian., 330.
36
Sugiyono, Metode Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung : CV Alfabeta 2013). 330-331
37
Moleong, Metode Penelitian ., 103
diklasifikasikan kedalam kategori-kategori tertentu.38 Dalam analisis data
bahwa ada tiga elemen utama yang membentuk persepsi budaya dan
nilai-nilai budaya dan perilaku), kedua ialah sistem simbol (verbal dan tidak
G. Tahap-Tahap Penelitian
Rachmat Kriyatono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2007), 193.
38
Wadsworth, 2010), 50
4. Peneliti menulis data-data yang diperoleh serta teori yang digunakan dalam
penelitian.
BAB IV
A. Paparan Data
masyarakat Desa Paron diberi nama Paron karena secara geografis saat
wilayah desa seakan-akan terbelah menjadi dua bagian barat sungai dan
timur sungai.
masyarakat sebagai salah satu pendiri Desa Paron dan beliau merupakan
Tayub yang hingga kini setiap pelaksanaan Bersih Desa pada bulan
diyakini masyarakat yaitu Agama Islam, Kristen dan Hindu yang dulu
b. Kependudukan
Ngasem Kabupaten Kediri dengan luas wilayah 176,13 Ha, yang semua
dengan :
Pagu
40
Peraturan desa paron no 06 tahun 2015, hal 8-9.
- Sebelah selatan : Berbatasan dengan Desa Gogorante
Gambar 1.1
ini Desa Paron dihuni oleh 1.341 Kepala Keluarga. Hal ini disebabkan
saja. Selain itu lokasinya pula tidak jauh dengan letak wisata Simpang
Tabel 1
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
yang lainnya dapat saling hidup berdampingan. Untuk lebih jelasnya lihat
tabel berikut:
Tabel 2
Agama Jumlah
Katholik 20 Orang
Hindu 31 Orang
Tabel 3
Tempat Ibadah
Masjid 2 buah
Mushola 11 buah
Gereja 3 buah
Pura 1 buah
d. Mata Pencaharian
dan bila hasil perkebunan serta pertanian mereka lebih dari cukup
hari baik untuk panen hasil bumi, agar hasil panen dapat melimpah ruah.
di area persawahan.
“kui perlu mas, ketbien wes dadi tradisine wong paron (itu perlu
karena sudah menjadi tradisi warga desa Paron)”41
Paron.
ABRI 10 Orang
Tabel 4
Mata Pencaharian/Profesi
e. Pendidikan
yang sadar akan pendidikan baik formal maupun non formal. Di Desa
Tabel 5
budaya, dan agama. Masyarakatnya pun tidak sedikit. Namun Desa yang
tetap bisa hidup rukun tanpa konflik yang yang menyinggung agama.
memiliki tingkat toleransi yang amat tinggi kepada penduduk lainnya dan
“Kalau ada orang islam meninggal dan di slameti, orang hindu dan
Kristen juga diundang, saya juga ikut menghadiri undangan tahlilan,
namun saya dan orang-orang yang beda agama dan tidak ikut membaca
tahlilan, ‚Kami sebagai beragama lain yang mendoakan sesuai dengan
agama kami.”43
Islam, maka orang yang agamanya lain juga ikut menghadiri undangan
tersebut Hanya saja masyarakat agama lain tidak ikut tahlilan karena ada
42
Wawancara dengan Bapak Didit Pendeta Gereja Kristen Jawi Wewtan (GKJW) tanggal 15
September 2019 pukul 16.00 wib
43
Wawancara dengan Bapak Asngari Ketua Sholawat Al barzanji tanggal 15 September 2019
pukul 18.00 wib
orang Islam yang bagian baca tahlilan. Hal itu dipenuhi karena sudah
yang bukan agama Islam juga ikut mengadakan slametan, hal ini lebih
pilihan untuk Islam. Dalam acara tahlilan, anak yang beragama Kristen
ikut membantu orang tuanya dalam acara tahlilan tersebut. Bahkan dalam
satu atap terdiri dari tiga agamapun sudah tidak heran lagi.
selamatan sebelum hari raya umat Islam. Bagi yang bukan agama Islam
umat Islam.
kontrol sosial yang ketat. Bagi mereka yang tidak dating harus pamitan
“Kalau orang Kristen ada natalan, orang Islam dan Hindu juga
akan di kasih jajanan perayaan natal mas, begitu juga sebaliknya kalau
orang islam mulutan, idul fitri, tahlilan dan orang Hindu merayakan nyepi,
maka saling memberi berkat, jajan mas, pokoke yo wes biasa mas
(pokoknya sudah biasa mas) terus kalau waktu puasa juga orang-orang
saya ingetkan mas! Biar makan atau minum didalam rumah, ia paling tidak
dijalan atau didepan rumah pokoknya tidak ngawur.”44
simbol budaya berbeda dengan daerah lain. Suatu misal pada saat datang
memakai songkok atau kopyah, padahal agama mereka belum tentu Islam
sebagaimana pada masyarakat yang lain. Hal ini berarti kerudung dan
ramadhan oleh penganut agama yang lain. Umat Hindu yang biasa
sebelum Maghrib. Karena pada pukul 19.00 WIB umat Islam sedang
44
Wawancara dengan Bapak Choirul Masyarakat Paron tanggal 15 September 2019 pukul 19.00
wib
“Ketika bulan puasa tiba, maka orang-orang Hindu tak wanti-wanti
lingkungan sosial yang sama. Satu sama lain tidak pernah melarang dan
Menghargai agama lain itu yang tetap akan selalu dipupuk oleh
suara ketika adzan dan khutbah jum’at dan juga memadamkan lampu
masjid atau gereja setiap sesudah beribadah.” Bapak Arif Wahyudi (ketua
NU)46
inisiatif atau arahan pihak desa seperti pentas seni dan donor darah masal
yang dipelopori oleh kalangan muda atau karang taruna. Sebagai ciri khas
masyarakat yang plural agama maka seni yang dimainkan dalam pentas
baik dari islam (bermain terbang/hadrah), Kristen bermain band dan Hindu
45
Wawancara dengan Bapak Nur Cholis Masyarakat Paron tanggal 22 September 2019 pukul
18.00 wib
46
Wawancara dengan Bapak Arif Wahyudi Ketua NU tanggal 22 September 2019 pukul 20.00
wib
Untuk mewujudkan persatuan, masyarakat tidak pernah
memandang dari segi agama, tidak pernah membandingkan agama apa dan
Dalam pesta hajatan terdiri dari dua hari, hari yang pertama adalah
acara ‚ngaturi’ dimana dalam acara ini didatangi oleh seluruh warga RT
yang bersangkutan dan seluruh keluarga yang ada. Dalam acara ini juga
dihadiri oleh perangkat desa sebagai wakil dari pihak desa dan oleh tokoh
agama yang sesuai dengan agama yang punya sebagai pembaca doa.
Untuk hari kedua adalah maksud dari hajatan itu sendiri, bisa acara
ketiga agama tersebut. Perbedaan agama terjadi bukan hanya pada antar
keluarga tetapi terjadi pula dalam kelurga itu sendiri, sehingga dalam
setiap acara salah satu agama pasti melibatkan aggota keluarga yang
Sriwinarsih
“Nganut agama kuwi yo wes dadi urusane dewe-dewe, ojo
dipeksone agamo nang wong liyo‛ (memeluk agama itu ya sudah menjadi
urusannya sendiri-sendiri,jangan memaksakan agama kepada orang
lain)”47
dominan. Hal ini bisa dilihat dari penjelasan Ibu Hindun yang menyatakan,
“Terus lek enek kumpulan kuwi yo podo gelem kumpul masio seng
ngundang bedo agomo‛ (terus kalau ada kumpulan juga pada mau
ngumpul meskipun yang mengundang itu beda agama).”48
Tabel 6
47
Wawancara dengan Ibu Sri Winarsin PKK Paron tanggal 22 September 2019 pukul 15.00 wib
48
Wawancara dengan Ibu Hindun Masyarakat Paron tanggal 22 September 2019 pukul 15.30 wib
Jabatan Nama
Kepala Desa Parwoto S.Pd
Sekretaris Desa Estin Widyaningsih
Kasun 1 Danang Rudianto
Kasun 2 IlhaP Cahyo p
Kaur Keuangan Kacuk Mujiono
Kaur Kesejahteraan Solekan
Kaur Umum Hadi Suseno
Kaur Pembangunan Ahmad Toyib
Kaur Pemerintahan Widodo Jony P
jumlah agama mayoritas Islam dan agama yang paling sedikit Hindu dan
tentang agama tidak pernah ada. Begitu pula tidak ada pengelompokan
saja, oraang Kristen juga memakai sarung, terkadang orang Hindu juga
greja agar keadaan tetap aman berjalan hingga selesainya ritual orang
Kristen.
rumah)
Gambar 1.2
dari bahaya maupun hal-hal yang tidak di inginkan, setelah selesai berdoa
Gambar 1.3
Dalam kegiatan foto tersebut dilaksanakan pada hari Rabu 29 Mei
selesai. Dari sini kita bisa melihat komunikasi yang dijalin dan
keterbukaan saling menerima satu sama lain walau berbeda keyakinan dan
budaya. Kegiatan ini sudah ada sejak dibentuknya FKUB di Desa Paron.
ibadah (Masjid)
Gambar 1.4
Dalam kegiatan foto tersebut dilaksanakan pada hari Minggu 20
beragama.
Dari sini kita bisa melihat gotong royong sesama warga desa Paron
B. Temuan Penelitian
yang berbeda-beda.
karena itu dari dua hal tersebut perlunya untuk mengasah dan
Desa Paron.
a. Guyup rukun warga saat menagadakan kegiatan rutin yang ada di desa
Gumul. Hal itu menjadikan Desa Paron memiliki potensi yang besar
Tentu saja hal itu mengakibatkan rasa kecemburuan sosial bagi warga
Punden, yaitu suatu tradisi orang Hindu, Kristen dan juga Kejawen di
PEMBAHASAN
seperti tanah liat yang dapat dibentuk apa saja, atau air yang dapat
terlepas dari profil Desa Paron, profil desa tersebut begitu jelas bahwa
Desa Paron ingin membentuk pola komunikasi yang baik guna membentuk
dihadiri kepala desa tokoh masyarakat dan dari berbagai lembaga FKUB,
lembaga adat, karang taruna dan sebagainya yang ada di desa, dari sini kita
Paron di lindungi dari mara bahaya dan semua masyarakat juga ikut
mendoakan nya tanpa menjawab dan langsung menerima pesan dari bapak
kepala desa
Sebagaimana yang telah dipaparkan oleh bapak Parwoto, selaku
bagaimana kita bisa beromunikasi dengan baik satu sama lain, dimana
masyarakat yang ada di Desa paron dengan jumlah masyarakat yang cukup
banyak, dilihat dari jumlah pemeluk agama dan tempat ibadah yang ada di
Desa Paron sangat imbang dan saling menguntungkan satu sama lain. Hal
komunikasi yang baik antar umat beragama yang ada di Desa paron.
dengan baik.
51
Ibid
Wawancara dengan Bapak Muryono BPD Desa Paron tanggal 22 September 2019 pukul 10.00
52
wib
Pola komunikasi di Desa paron perlu dibentuk karena masih ada
perlu :
melakuka suatu hal dimana atas kesadaran peserta didik itu sendiri.
bapak untuk mendorong pola komunikasi antar umat beragama yang ada
“Seperti pada bulan muharam atau sasi suro warga desa Paron
berbondong bondong melaksanakan kegiatan bersih desa, ada berbagai
kegiatan yang diadakan dan masing-masing keyakinan memiliki cara
tersendiri, namun baiknya di desa Paron warganya itu guyup jadi saling
menghormati satu sama lain. Kegiatannya bervariatif ada yang
melaksanakan arak-arakan berkeliling desa, kemudian berhenti di titik
kumpul di sebuah sumber yang ada di desa Paron, disitu nanti ada
kegiatan semacam tayubpan semua tokoh masyarakat mulai dari tokoh
agama, tokoh pemuda dan ormas lainnya berkumpul menjadi satu di
Sumber teresebut, ada juga kirim doa kepada leluhur. Jadi ya begitulah
cara kita sebagai pemerintah desa untuk melestarikan sekaligus
menjadikan faktor pendukung untuk berbaur dengan warga yang
notabennya memiliki perbedaan keyakinan”.53
pemerintah desa Paron khususnya pak Purwoto selaku kepala desa paron
53
Wawancara dengan Bapak Parwoto, S.Pd Kepala Desa Paron tanggal 22 September 2019 pukul
09.30 wib
berkumpul menjadi satu tanpa membedakan keyakinan mereka. Bagi
kegiatan tersebut dimulai, berikut penjelasan dari mas Zaky salah satu
“Kegiatan ini menjadi kegiatan rutin yang ada di Desa Paron, jadi
kegiatannya intinya adalah mendoakan arwah leluhur dan kita pasti
punya cara sendiri untuk mendoakan. Yang terpenting adalah niat dan
guyup rukun kita sebagai warga desa Paron tanpa membedakan
keyakinan masing-masing individu”.55
Pernyataan ini juga senada dengan salah satu perangkat desa yang
ada di desa Paron, bapak Toyib, bahwa di desa Paron memang seperti ini
jadi diadakan bersih desa ini merupakan kegaiatn turun temurun yang
lancar sesuai yang kami angan-angankan. Daari kegiatan ini dapat dilihat
kerukunan warga. Yang ikut acara itu tidak hanya umat muslim saja, ada
54
Wawancara dengan Mas Zaky, Karang Taruna Desa Paron tanggal 25 September 2019 pukul
20.00 wib
55
Wawancara dengan Mbak Maria Karang Taruna Desa Paron tanggal 25 September 2019 pukul
20.30 wib
yang Hindu, Kristen semua bekumpul untuk berpartisipasi. Berikut
Jadi seperti ini mas, kami disini selaku perangkat desa paron sangat
mengapresiasi kegiatan bersih desa ini. Karena apa, pada bersih desa ini
“sealin kita semua berdoa untuk leluhur kami, pada acara ini juga titik
berkumpulnya masyarakat dari berbagai keyakinan, jujur saya senang
melihat masyarakat desa Paron guyup, rukun, dan saling menghormati
satu sama lain seperti ini. Meskipun mereka berbeda keyakinan namun
tujuannya sama yaitu mendoakan. Hanya saja cara mereka yang berbeda.
Mungkin kalau melaksanakan doa bersama itu tetap menyesuaikan
jadwal ibadah mereka”.56
Kegiatan seperti itu dilakukan rutin setiap tahun oleh pemerintah
beragama. Hal kecil itu dapat berdampak besar bagi warga masyarakat.
sehari-hari mereka dapat berjalan dengan baik tanpa ada batasan untuk
warga. Perangkat Desa juga sebagai penasehat, sebagi sesuatu yang perlu
budaya, dan agama. Masyarakatnya pun tidak sedikit. Namun Desa yang
Wawancara dengan Bapak Toyib Perangkat Desa Paron tanggal 22 September 2019 pukul 09.00
56
wib
Toleransi, kerukunan, solidaritas dijaga dengan baik dengan bentuk-
tetap bisa hidup rukun tanpa konflik yang yang menyinggung agam
memiliki tingkat toleransi yang amat tinggi kepada penduduk lainnya dan
desa Paron.
“Kalau ada orang islam meninggal dan di slameti, orang hindu dan
Kristen juga diundang, saya juga ikut menghadiri undangan tahlilan,
namun saya dan orang-orang yang beda agama dan tidak ikut membaca
tahlilan, Kami sebagai beragama lain yang mendoakan sesuai dengan
agama kami.”
Islam, maka orang yang agamanya lain juga ikut menghadiri undangan
tersebut Hanya saja masyarakat agama lain tidak ikut tahlilan karena ada
orang Islam yang bagian baca tahlilan. Hal itu dipenuhi karena sudah
tertanam rasa menghargai sesama manusia walaupun plural agama. Bagi
yang bukan agama Islam juga ikut mengadakan slametan, hal ini lebih
pilihan untuk Islam. Dalam acara tahlilan, anak yang beragama Kristen
ikut membantu orang tuanya dalam acara tahlilan tersebut. Bahkan dalam
satu atap terdiri dari tiga agamapun sudah tidak heran lagi.
selamatan sebelum hari raya umat Islam. Bagi yang bukan agama Islam
umat Islam.
kontrol sosial yang ketat. Bagi mereka yang tidak dating harus pamitan
“Kalau orang Kristen ada natalan, orang Islam dan Hindu juga
akan di kasih jajanan perayaan natal mas, begitu juga sebaliknya kalau
orang islam mulutan, idul fitri, tahlilan dan orang Hindu merayakan nyepi,
maka saling memberi berkat, jajan mas, pokoke yo wes biasa mas
(pokoknya sudah biasa mas) terus kalau waktu puasa juga orang-orang
saya ingetkan mas! Biar makan atau minum didalam rumah, ia paling tidak
dijalan atau didepan rumah pokoknya tidak ngawur.”
simbol budaya berbeda dengan daerah lain. Suatu misal pada saat datang
memakai songkok atau kopyah, padahal agama mereka belum tentu Islam
sebagaimana pada masyarakat yang lain. Hal ini berarti kerudung dan
ramadhan oleh penganut agama yang lain. Umat Hindu yang biasa
sebelum Maghrib. Karena pada pukul 19.00 WIB umat Islam sedang
lingkungan sosial yang sama. Satu sama lain tidak pernah melarang dan
Menghargai agama lain itu yang tetap akan selalu dipupuk oleh
inisiatif atau arahan pihak desa seperti pentas seni dan donor darah masal
yang dipelopori oleh kalangan muda atau karang taruna. Sebagai ciri khas
masyarakat yang plural agama maka seni yang dimainkan dalam pentas
baik dari islam (bermain terbang/hadrah), Kristen bermain band dan Hindu
memandang dari segi agama, tidak pernah membandingkan agama apa dan
Dalam pesta hajatan terdiri dari dua hari, hari yang pertama adalah
acara ‚ngaturi’ dimana dalam acara ini didatangi oleh seluruh warga RT
yang bersangkutan dan seluruh keluarga yang ada. Dalam acara ini juga
dihadiri oleh perangkat desa sebagai wakil dari pihak desa dan oleh tokoh
agama yang sesuai dengan agama yang punya sebagai pembaca doa.
Untuk hari kedua adalah maksud dari hajatan itu sendiri, bisa acara
ketiga agama tersebut. Perbedaan agama terjadi bukan hanya pada antar
keluarga tetapi terjadi pula dalam kelurga itu sendiri, sehingga dalam
setiap acara salah satu agama pasti melibatkan aggota keluarga yang
Sumiati:
dominan. Hal ini bisa dilihat dari penjelasan Ibu Sumiati yang menyatakan
“Terus lek enek kumpulan kuwi yo podo gelem kumpul masio seng
ngundang bedo agomo‛ (terus kalau ada kumpulan juga pada mau
ngumpul meskipun yang mengundang itu beda agama).”
Tabel 7
Jabatan Nama
Ketua Suroto Afandi
Sekretaris Desa Didit
Bendahara Asngari
Sie Keagamaan Priyagung
Sie Humas Mat Qosim
Anggota Toiron Alwi
Anggota Joko wibowo
Anggota Triman
Anggota Seger
yang dibentuk sejak tahun 2016 yang di pelopori oleh tokoh-tokoh agama
Paron tanpa ada jarak atau pembatas bagi sesama warga yang berbeda
agama.
yang bersifat sosial untuk umat seperti, bagi sembako kepada janda/duda
yang sudah lansia di desa Paron, menjadi panitia bersih desa yang di
jumlah agama mayoritas Islam dan agama yang paling sedikit Hindu dan
tentang agama tidak pernah ada. Begitu pula tidak ada pengelompokan
saja, oraang Kristen juga memakai sarung, terkadang orang Hindu juga
greja agar keadaan tetap aman berjalan hingga selesainya ritual orang
Kristen.
baik-baik saja menjadi tidak nbaik, hubungan yang semula baik baik saja
menjadi tidak baik, persaudaraan yang baik-baik saja menjadi tidak baik.
keseharian warga.
komunikasi yang ada di Desa Paron, berikut penuturan dari bapak Parwoto
beda, setiap warga juga memiliki karakter yang berba pula, dalam kondisi
secara tidak langsung tanpa menyakiti hati dari individu tersebut. Karena
jika tidak seperti itu maka hal ini yang menjadi penghambat komunikasi
Mengingat banyak sebagian dari warga yang hanya ingin mengadu domba
agar tiap individu menjadi terpecah belah. Menurut Bapak Purwoto selaku
kepala desa paron, apakah faktor perpecahan yang ada di desa pareon?
mempengaruhi komunikasi yang ada di desa Paron, hal itu dapat dilihat
dari mata pencaharian masyarakat yang berbeda, maka pola pikirnya juga
berbeda-beda.
Paron, Faktor penghambat apa yang terjadi di Desa Paron ini dalam hal
“Ya biasanya karena faktor pola pikir yang berbeda mas, kadang
ada yang mendukung kadang ada yang tidak, pokoknya kalau tidak ada
provokator yang memprovokatori ya tidak ada hambatan. Karena ada salah
satu warag atau sebagian warga yang menjadi provokator ya akhirnya
terjadi perpecahan itu”.
sudah ada pemerintah desa yang susah payah membuat rukun wargannya,
komunikasi yang baik antar umat beragam, namun tetap saja masih ada
ada kegiatan yang ada di desa, sesuai dengan peniliti amati di lingkungan
oleh setiap lingkungan, karena dari berbagai lingkungan terdapat pola pikir
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
warga desa seperti sebuah keluarga yang saling menjaga. Sehingga satu
agar tetap baik dan harmonis meskipun memiliki perbedaan agama. Jadi
dengan adanya rasa saling keterbukaan satu sama lain, akan terjalin
Besar Nasional), dan juga acara keagamaan yang berjalan aman, damai,
tujuan yang sama yaitu menjadikan desa mereka sebagai desa yang rukun,
3. Ada pun faktor yang menjadi penghambat pola komunikasi antar umat
dalam pemilihan calon kepala desa ataupun pejabat desa. Namun hal itu
juga terjadi hanya dalam waktu tertentu dan bukanlah hal yang setiap hari
terjadi.
B. Saran
sering dijadikan sebagai desa percontohan atau desa teladan bagi desa-desa
lain yang ada di Kabupaten Kediri. Apalagi, Desa Paron ditempati oleh
yang ada. Sehingga, Desa Paron bisa tampil sebagai desa yang layak diakui
sebagai desa ikon kerukuran umat beragama yang ada di Kabupaten Kediri.
LAMPIRAN
1. Transkrip Wawancara
Informan 1
Idenditas Informan 1
Nama : Suyitno
Jawab :
untuk panen hasil bumi ini memang perlu. Dari dulu sudah menjadi tradisi
Informan 2
Idendita Informan 2
Nama : Didit
Hasil Wawancara
Bentuk kerukunan masyarakat Paron itu dapat dilihat dari kebersamaan antara
masyarakat baik itu Islam, Hindu, Kristen, dan Budha di Paron tidak pernah
ada konflik mengenai perbedaan agama, karena ketika kita jagongan (kumpul-
tentang Sawahe piye? Kalau mas lewat di desa Paron dan banyak orang
jagongan di warung, pasti mas tidak bisa membedakan mana itu yang orang
Informan 3
Idenditas Informan 3
Nama : Asngari
Bagaimana pandangan anda tentang toleransi antar umat beragama di Desa Paron?
Jawab :
Kalau ada orang islam meninggal dan di slameti, orang Hindu dan Kristen juga
diundang, saya juga ikut menghadiri undangan tahlilan, namun saya dan orang-
orang yang beda agama tidak ikut membaca tahlilan, kami sebagai beragama lain
Informan 4
Idenditas Informan 4
Nama : Choirul
Pekerjaan : Swasta
Hasil Wawancara
Bagaimana pandangan anda tentang warga yang berbeda agama saling
Jawab :
Kalau orang Kristen ada natalan, orang Islam dan Hindu juga akan di kasih
jajanan perayaan natal mas, begitu juga sebaliknya kalau orang islam mulutan,
idul fitri, tahlilan dan orang Hindu merayakan nyepi, maka saling memberi
berkat, jajan mas, pokoknya sudah biasa mas, terus kalau waktu puasa juga
orang-orang saya ingetkan mas! Biar makan atau minum didalam rumah, ia
Informan 5
Idenditas Informan 5
Pekerjaan : Penjahit
Hasil Wawancara
Bagaimana bentuk toleransi umat beragama pada saat bulan suci ramadhan?
Jawab :
Ketika bulan puasa tiba, maka orang-orang Hindu tak wanti-wanti jangan
kesempatan pada umat beragama lain untuk melakukan ibadah yang sesuai
aman dan nyaman dalam lingkungan sosial yang sama. Satu sama lain tidak
Informan 6
Idenditas Informan 6
Hasil Wawancara
Jawab :
Wujud toleransi juga dilihatkan seperti halnya tidak mengeraskan suara ketika
adzan dan khutbah jum’at dan juga memadamkan lampu masjid atau gereja setiap
sesudah beribadah.
Informan 7
Idenditas Informan 7
Jawab :
Informan 8
Idenditas Informan 8
Nama : Hindun
Pekerjaan : Swasta
Hasil Wawancara
Bagaimana warga Desa Paron yang beragama Islam untuk mengajak warga
Jawab :
Terus kalau ada kumpulan juga pada mau ngumpul meskipun yang
Informan 9
Idenditas Informan 9
Jawab :
Cara berkomunikasi yang baik adalah ketika antara umat beragama yang
ada berlangsung dengan baik, antar pribadi seseorang yang sudah kuat dan
itu membuat dia melakukan sesuatu tanpa beban. Bentuk komunikasi yang
bagaimana kita saling bertegur sapa dan menjalin hubungan yang baik
Pertama, dari jumlah penduduk yang ada di Desa paron cukup banyak dan
setiap tahunnya pasti ada penurunan dan peningkatan. Dalam kurun waktu
satu tahun tersebut juga ada pendatang atau penduduk baru yang
dari agama yang berbeda pula, di desa paron ada beberapa agama yang
berbeda, agama islam, agama kristen, khatolik maupun protestan dan ada
agar perbedaan itu tetap terjalin komunikasi yang baik dari segi apapun.
Seperti pada bulan muharam atau sasi suro warga desa Paron berbondong
baiknya di desa Paron warganya itu guyup jadi saling menghormati satu
ada di desa Paron, disitu nanti ada kegiatan semacam tayub an semua
tokoh masyarakat mulai dari tokoh agama, tokoh pemuda dan ormas
lainnya berkumpul menjadi satu di Sumber teresebut, ada juga kirim do’a
kepada leluhur. Jadi ya begitulah cara kita sebagai pemerintah desa untuk
Informan 10
Idenditas Informan 10
Nama : Zaky
Apa tujuan diadakannya kegiatan arak – arakan pada bulan muharram / suro di
Desa Paron?
Jawab :
tujuannya agar masyarakat teta’p guyup dan saling menghormati antar umat
arak-arakan, ke sumber dulu lalu doa bersama, kurang lebih seperti itu
kegiatannya.
Informan 11
Idenditas Informan 11
Nama : Maria
Apa tujuan diadakannya kegiatan arak – arakan pada bulan muharram / suro di
Desa Paron?
Jawab :
Kegiatan ini menjadi kegiatan rutin yang ada di Desa Paron, jadi kegiatan ini
intinya adalah mendoakan arwah leluhur dan kita pasti punya cara sendiri
untuk mendoakan. Yang terpenting adalah niat dan guyup rukun kita sebagai
Informan 12
Idenditas Informan 11
Nama : Toyib
Jawab :
Jadi seperti ini mas, kami disini selaku perangkat desa paron sangat
mengapresiasi kegiatan bersih desa ini. Karena apa, pada bersih desa ini selain
kita semua berdoa untuk leluhur kami, pada acara ini juga titik berkumpulnya
desa Paron guyup, rukun, dan saling menghormati satu sama lain seperti ini.
Islam Negeri (IAIN) Kediri Jurusan Ushuluddin Prodi Komunikasi dan Penyiaran
Islam.