Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Saluran Kemih

Sistem saluran kemih merupakan suatu sistem ekskresi utama yang sangat

berperan terhadap mempertahankan keseimbangan homeostasis konsentrasi

elektrolit dan air dalam tubuh (Purnomo, 2011), dengan cara mengeluarkan zat-zat

yang tidak dipergunakan dalam bentuk urine dan menyerap zat-zat yang masih

dipergunakan (Hall, 2014). Sistem saluran kemih terdiri atas ginjal (yang

mensekresikan urine), ureter (yang menyalurkan urine dari ginjal ke kandung

kemih) , kandung kemih (yang merupakan tempat pengumpulan dan penyimpanan

sementara urine), dan uretra (yang menyalurkan urine dari kandung kemih ke luar

tubuh) (Purnomo, 2011).

2.1.1 Ginjal

Ginjal merupakan suatu organ yang berbentuk seperti kacang dengan berat

dan besar yang bervariasi karena hal ini tergantung dari umur, jenis kelamin, serta

ada atau tidaknya ginjal pada sisi yang lain. Untuk besar ginjal itu sendiri, pada

laki-laki ukurannya lebih besar jika dibandingkan dengan perempuan, dan pada

seseorang yang memiliki ginjal tunggal (didapat sejak usia anak) jika

dibandingkan dengan orang normal maka akan didapat ginjal dengan ukuran yang

lebih besar. Sedangkan untuk berat ginjalnya, yaitu kisaran 120-170 gram (≤ 0,4%

dari berat badan) (Purnomo, 2011).

6
7

Jika dilihat secara anatomis, ginjal terdiri dari 2 bagian yaitu korteks dan

medula. Korteks ginjal terletak lebih superfisial dan mengandung banyak nefron

(yang merupakan suatu unit fungsional terkecil ginjal). Dimana, nefron terdiri dari

glomerulus, tubulus kontortus (TC) proksimalis, Loop of Henle, tubulus kontortus

(TC) distalis, dan duktus kolegentes (Nurachmah & Angriani, 2011). Di

glomerulus terjadi suatu proses filtrasi (penyaringan) terhadap darah yang

membawa sisa hasil metabolisme tubuh, kemudian beberapa zat yang masih

dibutuhkan oleh tubuh tersebut akan diserap kembali (reabsorpsi) di dalam

tubulus ginjal, sedangkan zat sisa metabolisme yang tidak diperlukan oleh tubuh

akan disekresikan dalam bentuk urine (Hall, 2014). Medula ginjal terletak lebih

profundus dan mengandung banyak duktuli (saluran kecil) yang berfungsi untuk

mengalirkan hasil dari ultrafiltrasi berupa urine (Nurachmah & Angriani, 2011).

Ginjal memiliki beberapa fungsi yang sangat penting bagi kehidupan, yang

diantaranya: (Hall, 2014)

1. Merupakan tempat terjadinya proses pembentukan urine

2. Memproduksi hormon eritropoetin yang berfungsi dalam pembentukan sel

darah merah, hormon prostaglandin yang berfungsi dalam berbagai

mekanisme tubuh, dan hormon renin yang berfungsi dalam mengatur

tekanan darah.

3. Mengatur keseimbangan asam basa tubuh yang dikontrol oleh kompleks

sistem bufer pada tubulus proksimalis dan distalis.


8

2.1.5 Ureter

Ureter merupakan suatu organ yang berbentuk seperti tabung yang terdiri

dari 3 lapisan, yaitu lapisan luar (jaringan fibrosa), lapisan tengah (otot polos

sirkuler dan otot polos longitudinal), dan lapisan dalam (mukosa) (Nurachmah &

Angriani, 2011). Ureter berfungsi untuk mengalirkan urine dari ginjal ke kandung

kemih melalui proses kontraksi peristaltik dan relaksasi dari otot polos sirkuler

dan longitudinal. Gelombang peristaltik terjadi beberapa kali per menit, semakin

tinggi volume urine yang diproduksi makan semakin tinggi juga frekuensinya

(Hall, 2014).

2.1.3 Kandung Kemih

Kandung kemih merupakan suatu organ yang bentuknya seperti buah pir,

dan akan bertambah oval pada saat terisi urine (Nurachmah & Angriani, 2011).

kandung kemih berfungsi untuk menyimpan urine yg berasal dari ureter dan

kemudian aka dikeluarkan melalui ureter dalam mekanisme miksi (berkemih)

(Purnomo, 2011). Ketika tidak terisi urine, kandung kemih terletak di belakang

simfisis pubis dan ketika terisi berada di atas simfisis sehingga kandung kemih

dapat dipalpasi dan diperkusi. Kandung kemih yang terisi penuh urine akan

menimbulkan suatu rangsangan pada saraf aferen dan mengaktifkan pusat miksi

yang terletak di medula spinalis. Hal ini menimbulkan kontraksi otot detrusor

yang menyebabkan terbukanya leher kandung kemih dan terjadi proses relaksasi

sfingter uretra sehingga terjadilah proses miksi (Hall, 2014).


9

2.1.4 Uretra

Uretra merupakan suatu saluran yang sangat panjang dan terhubung dari

leher kandung kemih hingga eksterior (di orifisium uretra eksternal). Laki-laki

memiliki uretra yang lebih panjang jika dibandingkan dengan wanita (Nurachmah

& Angriani, 2011). Uretra berfungsi untuk menyalurkan urine yang keluar dari

kandung kemih melalui proses miksi. Pada laki-laki, uretra juga berfungsi untuk

menyalurkan cairan mani (reproduksi) (Hall, 2014).

2.2. Batu Saluran Kemih


2.2.1 Definisi batu saluran kemih

Batu saluran kemih merupakan terbentuknya massa keras seperti batu yang

disebabkan oleh adanya proses pengendapan substansi yang terdapat dalam air

kemih dalam jumlah yang berlebihan atau dapat juga disebabkan oleh faktor lain

yang mempengaruhi daya larut substansi tersebut (Purnomo, 2011). Pengendapan

ini terjadi di sepanjang saluran kemih dan dapat menyebabkan perdarahan, nyeri,

infeksi atau bahkan penyumbatan saluran kemih (Nova, 2013).

Proses pengendapan batu ini dapat disebut urolithiasis, dapat terbentuk di

berbagai organ saluran kemih seperti ginjal (nefrolithiasis), ureter

(ureterolithiasis), kandung kemih (vesicolithiasis), dan uretra (uretholithiasis)

(Purnomo, 2011). terdapat 2 kemungkinan hipotesis awal dari terbentuknya batu

saluran kemih ini, yaitu: (Janice, 2013)

1. Awalnya batu terbentuk di ginjal, dan kemudian turun ke saluran kemih

bagian bawah. Dimana batu ginjal merupakan batu yang terbentuk di


10

tubulus ginjal dan kemudian berada di kaliks, infudibulum, pelvis ginjal,

dan bahkan dapat mengisi pelvis dan seluruh kaliks ginjal.

2. Batu memang terbentuk saluran kemih bagian bawah yang diakibatkan

oleh adanya statis urine seperti pada batu kandung kemih (vesicolithiasis)

akibat terjadinya hiperplasia prostat atau batu uretra (uretholithiasis) yang

terbentuk di dalam divertikel uretra.

2.2.2 Etiologi

Batu saluran kemih dapat disebabkan oleh keadaan air kemih yang jenuh

dengan garam-garam yang dapat membentuk batu, atau akibat air kemih

mengalami kekurangan penghambat pembentukan batu yang normal (Sudoyo,

2014). Ukuran dari batu saluran kemih bervariasi, mulai dari yang kecil dan

bersifat tidak dapat dilihat dengan mata telanjang sampai dengan yang sebesar 2,5

cmatau bahkan lebih, batu yang ukurannya besar disebut kalkulus staghorn (Nova,

2013).

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan batu saluran

kemih, yaitu: (Nurlina, 2008)

1. Faktor intrinsik

Faktor intrinsik merupakan faktor yang berasal dari individu itu sendiri, yang

termasuk faktor intrinsik adalah :

a. Umur

Batu saluran kemih lebih banyak dijumpai pada orang dewasa antara 15-59 tahun

dengan persentase sebesar 72,4% (Turney, 2012). Rerata umur 42,20 tahun (pria
11

rerata 43,06 dan wanita rerata 40,20 tahun) (Muslim, 2004; Turney, 2012). Umur

terbanyak dari penderita batu saluran kemih di negara-negara barat yaitu 20-50

tahun (Paul, 2013) dan di Indonesia antara 30-59 tahun (Muslim, 2007).

kemungkinan keaadaan ini dapat disebabkan oleh adanya perbedaan antara faktor

sosial ekonomi, budaya dan diet (Muslim, 2007).

b. Jenis kelamin

Batu saluran kemih pada laki-laki 3-4 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan

wanita (Alan, 2011; Romero, 2010). Hal ini mungkin dapat disebabkan oleh

karena kadar kalsium air kemih sebagai bahan utama pembentuk batu pada wanita

lebih rendah jika dibandingkan dengan laki-laki, dan kadar sitrat air kemih

sebagai bahan penghambat terjadinya batu (inhibitor) pada wanita lebih tinggi

daripada laki-laki (Herman, 1995; Muslim, 2004)

c. Keturunan

Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya batu saluran kemih adalah

keturunan, misalnya Asidosis Tubulus Ginjal (ATG). Pada ATG terdapat suatu

gangguan ekskresi H+ di tubulus ginjal atau tidak ditemukannya HCO3 dalam air

kemih, yang mengakibatkan timbulnya metabolik asidosis (Alan, 2011). Beberapa

penyakit keturunan yang mempengaruhi terjadi batu saluran kemih, yaitu:

(Scheiman & Steven, 2001)

1) Dent’s disease merupakan penyakit keturunan yang dakibatkan terjadinya

peningkatan 1,25 dehidroksi vitamin D sehingga penyerapan kalsium di

usus meningkat. Akibatnya terjadi hiperkalsiuria, proteinuria, glikosuria,


12

aminoasiduria dan fosfaturia yang akhirnya mengakibatkan batu kalsium

oksalat dan gagal ginjal.

2) Barter Syndrome merupakan penyakit keturunan dengan gejala poliuria,

hiperkalsiuria, dan nefrokalsinosis.

2. Faktor Ekstrinsik

Faktor ekstrinsik merupakan faktor yang berasal dari lingkungan luar individu,

yang termasuk faktor ekstrinsik yaitu:

a. Kegemukan (obesitas)

Kegemukan merupakan suatu keadaan peningkatan lemak tubuh di jaringan

adiposa, yang dapat ditentukan dengan menggunakan pengukuran antropometri

seperti IMT dan distribusi lemak tubuh melalui pengukuran tebal lemak bawah

kulit. Berdasarkan data WHO, dikatakan obese jika IMT ≥ 30 kg/m2 (Nurlina,

2008). Pada penelitian kasus batu kalsium oksalat yang bersifat idiopatik,

ditemukan terkena kegemukan sebesar 59,2% laki-laki yang mengalami kenaikan

sebesar 15,9 kg dari berat badan pada umur 21 tahun memiliki RR sebesar 1,39,

sedangkan pada wanita yang mengalami kenaikan berat badan sebesar 15,9 kg

dari berat badan pada umur 18 tahun memiliki RR sebesar 1,7. Hal ini

dikarenakan terjadinya penurunan pH air kemih, kadar asam urat, dan peningkatan

oksalat dan kalsium pada orang yang gemuk (Rivers, 2012).

b. Geogravi

Faktor geografi mewakili salah satu aspek lingkungan seperti temperature,

kebiasaan makan, dan kelembapan yang sangat menentukan faktor intrinsik yang
13

menjadi faktor predisposisi batu saluran kemih. Seseorang yang tempat tinggal di

daerah pegunungan, bukit, atau daerah tropis memiliki prevalensi batu saluran

kemih yang tinggi (Nurlina, 2008).

c. Faktor iklim dan cuaca

Pada keadaan suhu panas produksi keringat dan konsentrasi air kemih akan

meningkat. Akibat dari peningkatan konsentrasi air kemih adalah meningkatnya

pembentukan kristal air kemih (Nurlina, 2008).

d. Jumlah air yang diminum

Memperbanyak diuresis dengan cara banyak konsumsi air akan meminimalisir

kemungkinan terbentuknya batu, dan jika kurang konsumsi air dapat

menyebabkan kadar dari semua substansi dalam urine meningkat (Sudarth, 2003;

Nurlina, 2008) .

e. Diet/Pola makan

Diperkirakan diet sebagai faktor penyebab terbesar terjadinya batu saluran kemih.

Misalnya saja diet tinggi purine, kebutuhan akan protein dalam tubuh normalnya

adalah 600 mg/kg BB, dan apabila berlebihan maka akan meningkatkan resiko

terbentuknya batu saluran kemih. Kadar protein yang tinggi (terutama protein

hewani) dapat menurunkan kadar sitrat air kemih, akibatnya kadar asam urat

dalam darah akan naik (Parivar, 2003)


14

f. Jenis pekerjaan

Kejadian batu saluran kemih lebih banyak terjadi pada orang-orang yang banyak

duduk dalam melakukan pekerjaannya (Alan, 2011).

g. Kebiasaan menahan buang air kemih

Kebiasaan menahan buang air kemih akan menimbulkan statis air kemih yang

dapat berakibat timbulnya Infeksi Saluran Kemih (ISK). ISK yang disebabkan

oleh kuman pemecah urea dapat menyebabkan terbentuknya jenis batu struvit

(Alan, 2011).

2.2.3 Patofisiologi

Penyebab pasti pembentukan batu saluran kemih belum diketahui, hal ini

diakibatkan karena banyaknya faktor yang dilibatkan, yaitu: (Nurlina, 2008)

1. Teori fisiko kimiawi

Prinsip dari teori ini adalah tebentuknya batu saluran kemih yang dikarenakan

oleh proses kimia, fisika, maupun gabungan fisiko kimiawi. Dari hal tersebut

diketahui bahwa pembentukan batu sangat dipengaruhi oleh konsentrasi dari

bahan pembentuk batu di saluran kemih. Berdasarkan faktor fisiko kimiawi

terdapat beberapa teori pembentukan batu, yaitu:

a. Teori Supersaturasi

Supersaturasi air kemih dengan garam-garam pembentuk batu merupakan dasar

terpenting dan syarat terjadinya proses pengendapan. Jika kelarutan suatu


15

substansi lebih tinggi jika dibandingkan dengan titik endapannya maka akan

terjadi supersaturasi yang menimbulkan terbentuknya kristal dan pada akhirnya

tebentuk batu (Hesse, 2009).

Jika terdapat penambahan suatu bahan yang dapat mengkristal di dalam air

dengan pH dan suhu tertentu yang suatu saat akan mengalami kejenuhan, maka

supersaturasi dan kristalisasi dapat terjadi (Alan, 2011). Tingkat saturasi dalam air

kemih tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah bahan pembentuk batu saluran kemih

yang larut, tetapi dapat juga dipengaruhi oleh kekuatan ion, pembentukan

kompleks dan pH air kemih (Soepriatno & Muslim, 1999).

b. Teori matrik

Di dalam air kemih, terdapat suatu protein yang berasal dari pemecahan

mitokondria sel tubulus renalis yang berbentuk laba-laba. Kristal batu oksalat

maupun kalsium fosfat akan menempel pada anyaman tersebut dan berada di sela-

sela anyaman sehingga terbentuknya batu. Kristal batu yang menempel pada

benang dengan seiring waktu akan bertambah besar. Dimana, matriks tersebut

merupakan suatu bahan yang merangsang timbulnya batu (Soepriatno & Muslim,

1999).

c. Teori inhibitor

Terdapat 2 inhibitor yang diketahui, yaitu organik dan anorganik. Pada inhibitor

organik terdapat bahan yang sering ditemukan di dalam proses penghambat

terjadinya batu yaitu asam sitrat, nefrokalsin, dan tamma-horsefall glikoprotein.

Sedangkan yang jarang ditemukan adalah gliko-samin glikans dan uropotinin.


16

Pada inhibitor anorganik terdapat bahan prifosfat dan zinc. Inhibitor yang paling

kuat adalah sitrat, hal ini dikarenakan sitrat akan bereaksi dengan kalsium

membentuk kalsium sitrat yang dapat larut dalam air. Inhibitor berfungsi untuk

mencegah perlengketan kristal kalsium oksalat pada membran tubulus. Sitrat

terdapat pada hampir semua buah-buahan, tetapi kadar tertingginy ditemukan di

jeruk. Hal tersebut yang dapat menjelaskan mengapa pada sebagian individu

terjadi pembentuka batu saluran kemih, sedangkan pada individu lain tidak

(meskipun sama-sama terjadi supersaturasi) (Nurachmah & Angriani, 2011;;

Maragela, 2000).

d. Teori Epitaksi

Teori ini menjelaskan bahwa kristal dapat menempel pada kristal lain yang

berbeda sehingga akan cepat membesar dan menjadi batu campuran. Keadaan ini

dapat disebut dengan nukleasi heterogen dengan kasus yang paling sering adalah

kalsium oksalat yang menempel pada kristal asam urat yang ada (Alan, 2011).

e. Teori Kombinasi

Banyak ahli berpendapat bahwa batu saluran kemih terbentuk berdasarkan

campuran dari beberapa teori yang ada (Alan, 2011).

2. Teori vaskular

Pada penderita batu saluran kemih sering didapat penyakit hipertensi dan kadar

kolesterol yang tinggi, maka Stoler (2004) mengajukan teori vaskular untuk

terjadinya batu saluran kemih, yaitu:


17

a. Hipertensi

Pada penderita hipertensi 83% memiliki perkapuran ginjal, sedangkan pada orang

yang tidak hipertensi memiliki perkapuran ginjal sebesar 52%. Hal ini disebabkan

aliran darah papilla ginjal berbelok 180 dan aliran darah berubah dari aliran

laminer menjadi tuberlensi. Pada penderita hipertensi aliran tuberlen tersebut

berakibat terjadinya pengendapan ion-ion kalsium papilla (Ranal’s plaque) yang

nantinya dapat berubah menjadi batu (Stoler, 2004; Kim, 2005).

b. Kolesterol

Adanya kadar kolesterol yang tinggi dalam darah akan disekresi melalui

glomerulus ginjal dan tercampur di dalam air kemih. Akibat adanya butiran

kolesterol tersebut akan merangsang agregasi dengan kristal kalsium oksalat dan

kalsium fosfat sehingga terbentuk batu yang bermanifestasi klinis (Stoler, 2004;

Kim, 2005).

2.2.4 Komposisi Batu

Komposisi kimia yang terkandung di dalam batu ginjal dan saluran kemih

dapat diketahui dengan menggunakan analisis kimia khusus untuk mengetahui

adanya kalsium, magnesium, amonium, karbonat, fosfat, asam urat, oksalat, dan

sistin (Hesse, 2009).

1. Batu kalsium oksalat

Kalsium oksalat merupakan jenis batu yang paling banyak menyebabkan

terjadinya batu saluran kemih, yaitu sekitar 70-80 % dari seluruh kasus batu

saluran kemih. Laki-laki dua kali lebih sering terkena batu jenis ini dibandingkan
18

dengan wanita. Angka kejadian tertinggi pada usia 30-50 tahun. Batu kalsium

oksalat dapat terjadi akibat adanya proses multifaktor, kongenital, dan gangguan

metabolik (Hesse, 2009). Batu kalsium oksalat tediri dari 2 bentuk yang berbeda,

yaitu : (Hesse, 2009)

a. Whewellite (kalsium oksalat monohidrat) merupakan jenis batu kalsium

oksalat yang berbentuk padat, warna coklat atau kehitaman dengan

konsentrasi asam oksalat yang tinggi pada air kemih.

b. Weddllite (kalsium oksalat dihidrat) merupakan kombinasi dari kalsium

dan magnesium, yang berwarna kuning dan mudah hancur jika

dibandingkan dengan whewellite.

Batu kalsium oksalat dapat dianalisis melalui darah dan air kemih. Gangguan

metabolisme asam urat merupakan tanda dari pembentukan batu kalsium oksalat,

sehingga perlu diperhatikan apabila kadar asam urat >6,4 mg/100ml. Peningkatan

ekskresi asam oksalat terjadi pada 20-50% pasien dengan batu oksalat, tinggiya

ekskresi oksalat berhubungan dengan pembentukan batu rekuren (Hesse, 2009).

2. Batu asam urat

Lebih dari 5-10% penderita batu saluran kemih dengan komposisi asam urat.

Pasien biasanya berusia >60 tahun. Batu asam urat dibentuk hanya oleh asam urat.

Pada pasien yang memiliki riwayat mengkonsumsi alkohol, diet tinggi protein,

dan kegemukan memiliki peluang yang lebih tinggi untuk menderita batu asam

urat, hal ini diakibatkan oleh terjadinya peningkatan ekskresi asam urat sehingga

pH air kemih menjadi rendah.


19

Sebanyak 2-40% pasien pada Gout akan membentuk batu, oleh karena tingginya

asam urat yang berakibat hiperurikosuria. Batu asam urat ini merupakan jenis batu

yang dapat dipecah dengan obat-obatan. Sebanyak 90% akan berhasil dengan

terapi kemolisis. Analisis darah dan air kemih pada batu asam urat dapat

ditemukan hasil dengan kadar asam urat >380 µmol/dl (6,4 mg/100ml) dan pH air

kemih ≤ 5,8 (Hesse, 2009).

3. Batu kalsium fosfat

Batu kalsium fosfat terdiri 2 jenis yang terbentuk berdasarkan suasana pH air

kemih (Bhargava, 2012). Karbonat apatite (dahlite) merupakan jenis batu kalsium

fosfat yang terbentuk pada pH 6,8, dengan konsentrasi kalsium yang tinggi dan

sitrat rendah. Jenis batu kalsium fosfat ini merupakan jenis batu yang terbentuk

bersamaan dengan kalsium oksalat atau struvit. (Pushpa, 2010; Bhargava, 2012)

Kalsium hidrogen fosfat (brushit) merupakan jenis batu kalsium fosfat yang

terbetuk pada pH 6,5-6,8 dengan konsentrasi kalsium dan fosfat yang tinggi

(Alan, 2011).

Batu kalsium fosfat merupakan jenis batu yang keras dan sulit dipecah dengan

lithotripsy, dan cepat terbentuk dengan angka kekambuhan yang tinggi. Analisa

darah dan air kemih menunjukan hiperkalsemia (>2-2,5 mmol/l), dan pH air

kemih >6,8. Penyebab dari terbentuknya batu kalsium oksalat adalah adanya

asidosis tubular renal dan infeksi saluran kemih (Hesse, 2009; Pushpa, 2010;

Bhargava, 2012).
20

4. Batu struvit (magnesium-amonium fosfat)

Disebabkan oleh karena adanya infeksi saluran kemih oleh bakteri yang

memproduksi urease (proteus, providentia, klebsiella dan psedomonas). Sekitar 4-

6% batu struvit terjadi pada wanita, sehingga dapat dikatakan bahwa wanita lebih

sering terkena batu struvit dibandingkan laki-laki (Pushpa 2010; Bhargava, 2012).

Infeksi saluran kemih terjadi akibat tingginya konsenstrasi ammonium dan pH air

kemih >7. Pada kondisi tersebut kelarutan fosfat menurun yang berakibat

terjadinya batu struvit dan kristalisasi karbonat apetite. Pada batu struvit, volume

air yang banyak sangat penting untuk membilas bakteri dan menurunkan

supersaturasi dari fosfat. Disamping pengobatan terhadap infeksinya, membuat

suasana air kemih menjadi asam dengan methionine sangat penting untuk

mencegah kekambuhan (Pushpa 2010; Bhargava, 2012).

Analisis darah dan air kemih didapatkan pH air kemih >7, peningkatan kadar

amonium dan fosfat air kemih, serta infeksi pada saluran kemih (Hesse, 2009).

5. Batu cystine

Batu cystine terjadi pada saat kehamilan, yang disebabkan oleh adanya gangguan

ginjal yang menyebabkan reabsorpsi asam amino, cystine, arginin, lysin dan

ornithine yang berkurang, dengan frekuensi kejadian sekitar 1-2%. Pembentukan

batu terjadi saat bayi, walaupun manifestasi paling banyak terjadi pada dekade

dua (Pushpa 2010; Bhargava, 2012).


21

Faktor utama penyebab batu cystine adalah keturunan dengan kromosom

autosomal resesif, yang menyebabkan terjadinya gangguan transport amino

cystine, lysin, arginin, dan ornithin. Sehingga batu cystine dalam hal

penanganannya memerlukan pengobatan seumur hidup. Selain itu diet,

pengenceran air kemih yang rendah, serta asupan protein hewani yang tinggi

mungkin dapat menyebabkan pembentukan batu (Pushpa 2010; Bhargava, 2012).

Analisis darah dan air kemih menunjukan cystine darah dalam batas normal

sedangkan cystine air kemih ≥0,8 mmol/hari. Selain itu kalsium, oksalat, dan

asam urat meningkat. Perlu diketahui bahwa alkalinisasi air kemih dengan

meningkatkan pH 7,5-8 akan sangat bermanfaat untuk menurunkan ekskresi

cystine dengan tioptoron dan asam askorbat (Hesse, 2009; Pushpa 2010;

Bhargava, 2012).
22

Komposisi batu dari hasil pemeriksaan laboratorium adalah :

Tabel 2.1

Komposisi Batu dan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Komposisi Laboratorium

Batu kalsium oksalat pH air kemih normal atau rendah, kalsium air
kemih tinggi, asam sitrat air kemih rendah, asam
urat dan asam oksalat air kemih tinggi, magnesium
air kemih rendah

Batu asam urat pH air kemih kurang dari 6, asam urat air kemih
tinggi, serum asam urat tinggi

Batu kalsium fosfat Kalsium dan fosfat air kemih tinggi, pH air kemih
per hari tidak pernah kurang dari 5,8, RTA, infeksi,
kalsium serum tinggi

Batu struvit pH air kemih lebih dari 7, ammonium air kemih


tinggi, asam sitrat air kemih rendah

Batu cystine Cystine air kemih tinggi

Batu xanthine Asam urat serum rendah

Batu ammonium urat pH air kemih 6,7-7 (infeksi), kadar asam urat dan
ammonium tinggi, fosfat air kemih rendah

Sumber : Hesse, 2009

2.2.5 Penegakan diagnosis

Dalam menegakkan diagnosis batu saluran kemih, dapat melalui

anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang bertujuan untuk

menentukan adanya obstruksi traktus urinarius, infeksi, dan gangguan faal ginjal

(Sjamsuhidayat, 2005)
23

1. Batu Ginjal

Batu ginjal terbentuk di dalam tubulus ginjal yang kemudian berada di kaliks,

infudibulum, pelvis ginjal, dan dapat mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal.

Batu yang mengisi pielum dan lebih dari dua kaliks ginjal akan memberikan

gambaran menyerupai tanduk rusa sehingga disebut dengan batu staghorn.

Kelainan atau obstruksi pada sistem pelvikalises ginjal (penyempitan infudibulum

dan stenosis uteropelvik) mempermudah timbulnya batu saluran kemih (Purnomo,

2011).

Batu pelvis ginjal dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat.

Umumnya gejala batu saluran kemih merupakan akibat obstruksi aliran kemih dan

infeksi. Nyeri di daerah pinggang dapat dalam bentuk pegal hingga kolik atau

nyeri yang terus menerus dan hebat akibat adanya pionefrosis (Purnomo, 2011)..

Pada pemeriksaan fisik mungkin kelainan sama sekali tidak ditemukan, hingga

sampai mungkin terabanya ginjal yang membesar akibat adanya hidronefrosis.

Nyeri dapat berupa nyeri tekan atau ketok pada daerah arkus kosta yang tertekan.

Sesuai dengan gangguan yang terjadi, batu ginjal yang terletak di pelvis dapat

menyebabkan terjadinya hidronefrosis, sedangkan batu kaliks pada umunya tidak

memberikan gambaran kelainan fisik (Sjamsuhidayat, 2005).

2. Batu Ureter

Anatomi ureter memiliki beberapa tempat penyempitan yang dapat

memungkinkan batu ureter terhenti. Akibat adanya peristaltis, akan menimbulkan

gejala kolik yang merupakan nyeri hilang timbul disertai perasaan mual dengan
24

atau tanpa muntah yang disertai dengan nyeri alih khas ke regio inguinal. Selama

batu bertahan di tempat yang menyumbat, selama itu pula kolik akan berulang-

ulang timbul hingga batu batu bergeser dan memberi kesempatan air kemih lewat

(Purnomo, 2011).

Pada batu ginjal yang ukurannya tidak terlalu besar akan didorong oleh peristaltik

otot-otot sistem pelvikalises dan turun ke ureter menjadi batu ureter. Tenaga

peristaltik ureter mencoba untuk mengeluarkan batu hingga turun ke kandung

kemih. Pada umumnya batu yang ukurannya kecil (<5mm) dapat keluar secara

spontan, sedangkan batu batu yang lebih besar seringali tetap berada di ureter dan

menyebabkan reaksi peradangan (periureteritis) dan dapat menimbulkan obstruksi

kronis berupa hidroureter atau hidronefrosis (Purnomo, 2011).

Batu yang terletak pada ureter maupun sistem pelvikalis mampu menimbulkan

obstruksi saluran kemih serta kelainan struktur saluran kemih atas. Obstruksi di

ureter dan juga batu yang terdapat di pielum dapat menimbulkan hidronefrosis,

sedangkan batu di kaliks major dapat menimbulkan kaliekstasis pada kaliks yang

bersangkutan. Apabila disertai dengan adanya infeksi sekunder maka dapat

menimbulkan pionefrosis, urosepsis, abses ginjal, abses paranefrik, ataupun

pionefritis. Pada keadaan lanjut dapat terjadi kerusakan ginjal, dan jika mengenai

kedua sisi dapat menyebabkan terjadinya gagal ginjal permanen (Purnomo, 2011).

Keluhan yang disampakan oleh pasien tergantung pada letak, ukuran, serta

penyulit batu yang telah tejadi. Keluhan yang paling sering dirasakan oleh pasien

adalah nyeri pinggang. Nyeri ini mungkin dapat berupa nyeri kolik atau pun
25

bukan kolik. Nyeri kolik terjadi akibat adanya aktivitas peristaltik otot polos

sistem ataupun ureter yang meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari

saluran kemih. Peningkatan peristaltik ini dapat menyebabkan tekanan

intraluminal yang meningkat sehingga terjadi perenggangan dari terminal saraf

yang memberikan sensasi nyeri. Nyeri non kolik terjadi akbiat perenggangan

kapsul ginjal akibat terjadinya hidronefrosis. Batu yang terletak disebelah distal

ureter dirasakan oleh pasien sebagai nyeri pada saat kencing. Batu dengan ukuran

kecil mungkin dapat keluar dengan spontan setelah melalui hambatan pada

perbatasan uretero-pelvis, saat ureter menyilang vasa iliaka, dan saat ureter masuk

ke dalam kandung kemih. Hematuria sering kali dikeluhkan oleh pasien akibat

trauma pada mukosa saluran kemih yang disebabkan oleh batu. Terkadang

hematuria didapatkan dari pemeriksaan urinalisis yang berupa hematuria

mikroskopik (Purnomo, 2011).

a. Ureter bagian proximal dan tengah

Batu yang terletak di ureter atas atau tengah dapat menimbulkan nyeri yang berat

dan tajam pada punggung (costovertebral angle). Nyeri mungkin lebih terasa

berat dan intermiten apabila batu bergerak turun ke distal dan menimbulkan

obstruksi intermiten. Batu ureter tengan cenderung menimbulkan nyeri yang

menjalar ke caudal dan anterior abdomen (Purnomo, 2011)


26

b. Ureter distal

Batu yang terletak pada ureter distal sering menimbulkan nyeri yang menjalar ke

scrotum dan testis pada pria dan labium mayus pada wanita. Nyeri alih ini sering

dihantarkan oleh nervous Ilioinguinal atau cabang genital nervous Genitofemoral

(Purnomo, 2011)

3. Batu Kandung Kemih

Batu kandung kemih atau vesikolitiasis sering terjadi pada pasien yang menderita

gangguan miksi atau terdapatnya benda asing pada kandung kemih. Gangguan

miksi biasanya terjadi pada pasien-pasien hyperplasia prostat, striktur uretra,

divertikel kandung kemih, atau kandung kemih neurogenik. Kateter yang

terpasang pada kandung kemih dalam jangka waktu yang lama atau pun adanya

benda asing lain yang secara tidak sengaja dimasukkan ke dalam kandung kemih

sering kali menjadi inti untuk terbentuknya batu kandung kemih. Selain itu, batu

kandung kemih juga dapat berasal dari batu ginjal atau batu ureter yang turun ke

kandung kemih (Purnomo, 2011).

Gejala khas pada batu kandung kemih yaitu berupa gejala iritasi, seperti nyeri

kencing (disuri hingga stranguri), perasaan tidak enak sewaktu kencing, serta

kencing yang tiba-tiba terhenti dan kemudian menjadi lancar kembali dengan

perubahan posisi tubuh. Nyeri pada saat kencing sering kali dirasakan pada ujung

penis, skrotum, perineum, pinggang, hingga kaki. Pada anak, seringkali mengeluh

adanya enuresis nocturnal, disamping sering menarik-narik penisnya (pada anak

laki-laki) atau menggosok-gosok vulva (pada anak perempuan) (Purnomo, 2011).


27

Seringkali komposisi batu kandung kemih terdiri atas asam urat atau struvit

(apabila penyebabnya adalah infeksi), sehingga tidak jarang pada pemeriksaan

foto polos abdomen tidak terlihat seperti bayangan opak pada kavum pelvis

(Purnomo, 2011).

2.2.6 Pemeriksaan penunjang

Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien batu

saluran kemih, yaitu : (American Urological Association)

1. Urinalisa

Warna urine normal adalah kekuning-kuningan, sedangkan yang abnormal berupa

warna merah yang menunjukkan hematuri (kemungkinan obstruksi urine, kalkulus

renalis, tumor, atau kegagalan ginjal). pH urine normal sekitar 4,6-6,8 (rata-rata

6,0), jika pH urine asam maka akan meningkatkan kadar sistin dan batu asam urat,

sedangkan jika pH urine basa akan meningkatkan kadar magnesium, fosfat

amonium, atau batu kalsium fosfat. Pada pemeriksaan urine 24 jam kemungkinan

dapat ditemukan adanya kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin

yang meningkat. Pada pemeriksaan kultur urine dapat menunjukan adanya infeksi

saluran kencing.

2. Laboratorium

a. Hormon paratyroid mungkin meningkat apabila terdapat gagal ginjal (PTH

merangsang reabsorpsi kalsium dari tulang, meningkatkan serum dan

kalsium urine)
28

3. Foto KUB (Kidney Ureter Bladder)

Menunjukn ukuran ginjal, ureter, dan bladder. Selain itu, dapat juga menunjukkan

adanya batu disekitaran saluran kemih.

4. Endoskopi Ginjal

Menentukan pelvis ginjal, dan untuk mengeluarkan batu yang kecil.

5. USG Ginjal

Untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.

6. Foto Rontgen

Menunjukan adanya batu di dalam kandung kemih yang abnormal, dan dapat juga

menunjukan adanya calculi (perubahan anatomik) pada area ginjal dan sepanjang

ureter.

2.2.7 Penatalaksanaan Medis Batu Saluran Kemih

Tujuan dasar penatalaksanaan medis Batu saluran kemih adalah untuk

menghilangkan batu, menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron,

mengendalikan infeksi, dan mengurangi obstruksi yang terjadi (Sudoyo, 2014).

Batu dapat dikeluarkan dengan cara :


29

1. Medikamentosa

Terapi medikamentosa ditunjukan untuk batu yang berukuran lebih kecil yaitu

dengan diameter kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar tanpa

intervensi medis (Lee, 2012). Dengan cara mempertahankan keenceran urine dan

diet makanan tertentu yang dapat merupakan bahan utama pembentuk batu

(misalnya kalsium) yang efektif mencegah pembentukan batu atau lebih jauh

meningkatkan ukuran batu yang telah ada (Sudoyo, 2014). Setiap pasien batu

saluran kemih wajib minum paling sedikit 8 gelas air sehari (European Urological

Association, 2011).

2. Pengobatan medik selektif dengan pemberian obat-obatan

Analgesia dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan mengusahakan agar batu

dapat keluar sendiri secara spontan. Opioid seperti injeksi morfin sulfat yaitu

petidin hidroklorida atau obat anti inflamasi non steroid seperti ketorolac dan

naproxen dapat diberikan tergantung pada intensitas nyeri. Propantelin dapat

digunakan untuk mengatasi spasme ureter. Pemberian antibiotik apabila terdapat

infeksi saluran kemih atau pada pengangkatan batu untuk mencegah infeksi

sekunder. Setelah batu dikeluarkan, batu saluran kemih dapat dianalisis untuk

mengetahui komposisi dan obat tertentu dapat diresepkan untuk mencegah atau

menghambat pembentukan batu berikutnya (Spernat, 2011).

3. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithoripsy)

Merupakan tindakan non-invasif dan tanpa pembiusan, pada tindakan ini

digunakan gelombang kejut eksternal yang dialirkan melaui tubuh untuk


30

memecah batu. Alat ESWL merupakan pemecah batu yang diperkenalkan pertama

kali oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter

proximal menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dilekuarkan melalui

saluran kemih. ESWL dapat mengurangi keharusan melakukan prosedur invasif

dan terbukti dapat menurunkan lamarawat inap di rumah sakit (Canadian

Urological Association, 2010; Turney, 2012).

4. Endourologi

Tindakan endourologi merupakan tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan

batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemduian

mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukan langsung ke

dalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukan melalui uretra atau melalui insisi

kecil pada kulit (perkutan). Beberapa tindakan endourologi tersebut adalah :

(European Urological Association, 2011; Turney, 2012)

a. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) adalah usaha mengeluarkan batu

yang berada di dalam saluran ginjal dengan cara memasukan alat

endoskopi ke sistem kalies melalui insisi pada kulit. Batu kemudian

dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.

b. Litotripsi adalah memecah batu kandung kemih atau batu uretra dengan

memasukan alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam kandung kemih.

c. Ureteroskopi adalah alat yang dengan menggunakan energi tertentu, batu

yang berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah

melalui tuntunan uteroskopi ini.


31

d. Ekstrasi Dormia bekerja dengan cara mengeluarkan batu ureter dengan

menjaringnya melalui alat keranjang Dormia.

5. Tindakan operasi

Penanganan batu saluran kemih, biasanya terlebih dahulu diusahakan untuk

mengeluarkan batu secara spontan tanpa pembedahan/operasi. Tindakan bedah

dilakukan jika batu tidak merespon terhadap bentuk penanganan lainnya. Terdapat

beberapa jenis tindakan pembedahan yang dibedakan berdasarkan dari lokasi

dimana batu tersebut berada, yaitu: (When Zhong, 2014)

a. Nefrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada

di dalam ginjal.

b. Ureterolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang

berada di ureter.

c. Vesokilotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada

di vesica urinearia.

d. Uretrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada

di uretra.

Anda mungkin juga menyukai