PENGERTIAN
Perdarahan post partum primer terjadi dalam 24 jam pertama setelah persalinan perdarahan
≥500 ml.
PENYEBAB
Secara umumnya ada banyak penyebab perdarahan postpartum. Penyebab postpartum ini dapat
dibagi ke dalam lima kelompok utama, sebagai berikut:
1. Atonia uteri
Atonia uteri merupakan penyebab paling umum dari perdarahan post partum. Atonia uteri adalah
kondisi di mana rahim tidak dapat berkontraksi dengan baik untuk mengeluarkan plasenta.
Akhrinya, kondisi ini dapat menyebabkan perdarahan hebat setelah Anda melahirkan. Berbagai
faktor risiko yang dapat menyebabkan atonia uteri adalah kehamilan kembar, makrosomia (bayi
besar), cairan ketuban terlalu banyak (polihidramnion), kelainan janin, kelainan struktur rahim,
dan sebagainya.
Anda juga lebih berisiko mengalami perdarahan hebat jika melahirkan dalam waktu terlampau
lama maupun sangat cepat.
2. Retensio plasenta
Retensio plasenta terjadi saat plasenta masih tertahan di dalam rahim setelah anda melahirkan.
Hal ini membuat pembuluh darah di rahim belum tertutup dengan benar sehingga anda bisa
mengalami perdarahan post partum.
Retensio plasenta lebih mungkin terjadi saat Anda melahirkan di usia kehamilan yang sangat dini,
terutama kurang dari 24 minggu (kelahiran sangat prematur).
3. Plasenta akreta
Plasenta akreta terjadi saat pembuluh darah dan bagian lain dari plasenta berada terlalu dalam di
dinding rahim.
Pada kondisi ini, plasenta bisa menempel sebagian atau seluruhnya di dinding rahim saat Anda
sudah melahirkan. Akibatnya, saat plasenta hendak dilahirkan, terdapat sebagian sisa plasenta
yang masih menempel di dinding rahim.
Adanya kelainan pada dinding rahim dapat menyebabkan plasenta akreta. Hal inilah yang
nantinya dapat menyebabkan perdarahan hebat setelah melahirkan, melansir dari Mayo Clinic.
4. Trauma jalan lahir
Trauma jalan lahir merupakan kasus yang cukup sering (sekitar 20%) menyebabkan perdarahan
postpartum. Kondisi ini biasanya terjadi karena robekan perineum (kulit antara vagina dan anus)
yang terjadi saat proses kelahiran melalui vagina.
PENATALAKSANAAN
1. Panggil bantuan tim untuk tatalaksana secara simultan
Kepala
o Cek kesadaran
o Pastikan jalan nafas bebas
o Cek pernapasan dan diberi O2
o Lakukan pencatatan urutan kejadian/kronologi
Lengan
o Periksa nadi dan tekanan darah
o Pasang akses intravena / infus
o Ambil darah untuk periksa laboratorium
o Lakukan resusitasi cairan
o Berikan obat-obat uterotonika
Uterus
o Massase uterus
o Lahirkan plasenta dengan lengkap
o Koordinasi dengan penolong lain “kepala” dan “lengan”
o Kosongkan kandung kemih
o Jika atonia uteri, lakukan kompresi bimanual
o Tentukan penyebab perdarahan
o Rujuk bila perdarahan berlanjut
2. Nilai sirkulasi, jalan napas, dan pernapasan pasien
3. Bila menemukan tanda-tanda syok, lakukan penatalaksanaan syok
4. Berikan oksigen
5. Pasang infus intravena dengan kanul berukuran besar (16 atau 18) dan dimulai
pemberian cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat atau Ringer Asetat) sesuai
dengan kondisi ibu
6. Jika fasilitas tersedia, ambil sampel darah dan lakukan pemeriksaan
Kadar hemoglobin (pemeriksaan hemoglobin rutin)
Pengglongan ABO dan tipe Rh serta sampel untuk pencocokan silang
Profil hemostasis
o Waktu perdarahan
o Waktu perdarahan
o Prothrombin time (PT)
o Activated partial thromboplastin time (APTT)
o Hitung trombosit
o Fibrinogen
7. Lakukan pengawasan tekanan darah, nadi, dan pernapasan ibu
8. Periksa kondisi abdomen: kontraksi uterus, nyeri tekan, parut luka, dan tinggi fundus
uteri
9. Periksa jalan lahir dan area perineum untuk melihat perdarahan dan laserasi
10. Periksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban
11. Pasang kateter folley untuk memantau volume urine dibandingkan dengan jumlah cairn
yang masuk
12. Siapkan transfuse darah jika kadar hb < 8 g/dl atau secara klinis ditemukan anemia
13. Tentukan penyebab perdarahan dan lakukan tatalaksana spesifik sesuai penyebab